Anda di halaman 1dari 40

TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN

KONTRAS PADA KASUS TUMOR OTAK


DI INSTALASI RADIOLOGI RSUP DR. KARIADI
SEMARANG

Laporan Kasus

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan VI

disusun oleh :
Martinho Soares Pinto
NIM. P1337430222167

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
2023
1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai

laporan guna memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) VI Program

Studi Teknologi Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan Jurusan

Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.

Nama : Martinho Saores Pinto

NIM : P1337430222167

Hari/tanggal :

Judul : “TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN


KONTRAS PADA KASUS TUMOR OTAK DI
INSTALASI RADIOLOGI RSUP DR. KARIADI
SEMARANG”

Disetujui oleh :

Clinical Instructure

Saiful Hidayat, S.ST


NIP. 19830323 200501 1 002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus PKL VI pada

Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan

Jurusan Teknik Radiodiagostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA

DENGAN KONTRAS PADA KASUS TUMOR OTAK DI INSTALASI

RADIOLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG”.

Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Marsum BE, S.Pd, MHP selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang

2. Ibu Dr. Fatimah, S.ST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik

dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

3. Ibu Dartini, S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Teknologi Radiologi

Pencitraan Program Sarjana Terapan Semarang,

4. Orang tua dan segenap keluarga penulis yang telah memberikan doa,

semangat dan dukungan kepada penulis,

5. drg. Farichah Hanum, M.Kes, selaku Direktur RSUP Dr. Kariadi Semarang

6. dr. Maya Nuriya Widyasari, Sp.Rad (K), selaku Kepala Instalasi Radiologi

RSUP Dr. Kariadi Semarang

3
7. Bapak Saiful Hidayat, S.ST, selaku Clinical Instructure Praktik Kerja

Lapangan VI sekaligus pembimbing laporan kasus CT Scan dasar di Instalasi

Radiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang.

8. Seluruh radiografer dan staff di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Kariadi

Semarang yang telah membimbing penulis selama PKL V.

9. Semua pihak yang turut membantu menyelesaikan laporan kasus ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.

Dengan diselesaikannya laporan kasus ini, penulis berharap semoga

laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca. Penulis

menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, untuk

itu penulis mengharapkan adanya saran dan masukan dari semua pihak.

Semarang, April 2023

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Rumusan Masalah....................................................................................8
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................8
C. Manfaat Penulisan....................................................................................8
D. Sistematika Penulisan.............................................................................9
BAB II......................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................
A. Anatomi Kepala......................................................................................10
B. Anatomi Otak..........................................................................................12
C. Patologi Tumor Otak..............................................................................16
D. Dasar-Dasar CT Scan.............................................................................18
E. Komponen dasar CT Scan.....................................................................18
F. Parameter CT Scan................................................................................19
G. Prosedur Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala...............................22
BAB III.....................................................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................
A. Hasil........................................................................................................ 26
B. Pembahasan...........................................................................................37
BAB IV.....................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................39
B. Saran.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, modalitas

pencitraan radiodiagnostik mengalami perkembangan pesat. Salah satunya

ialah CT Scan. Diperkenalkan pada tahun 1970an oleh Housfield, CT Scan

telah menjelma menjadi sebuah modalitas imejing yang handal yang dapat

membantu para klinisi dalam menegakkan diagnosa yang akurat. Dengan

pemeriksaan CT Scan kelainan yang tampak bisa dilihat dari berbagai sudut

pandang, yaitu axial, coronal dan sagital. Keunggulan teknologi ini yang

dimanfaatkan untuk dapat diagnosa yang lebih tepat terutama pada kelainan

di dalam otak seperti adanya tumor, trauma kelainan serebro vaskuler,

penyakit infeksi, anomali dan degenerasi (Seeram, 2016).

Kepala merupakan bagian terpenting karena di dalamnya terdapat

otak dan serabut-serabut saraf yang mengatur fungsi sensorik dan motorik.

Selain fungsi tersebut otak juga berfungsi mengendalikan pernafasan dan

sistem kerja dari jantung, mengatur keseimbangan dan mengatur sikap

dan aktifitas tubuh. Otak dilindungi oleh tulang-tulang yang kuat. Kelainan-

kelainan yang terjadi pada kepala dan otak bermacam-macam, misalnya,

cedera kepala ringan ataupun berat, pada bagian dalam otak, atau

selaput otak, meningkatnya tekanan intra cranial, atrofi cerebral, tumor pada

jaringan otak atau kepala, serta kelainan degenerative.

Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam

tulang tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak

6
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang

tengkorak kepala (intracranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla

spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa

tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan

otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ

lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-

lain disebut tumor otak sekunder.

Pemeriksaan CT Scan kepala untuk menegakkan diagnosa dengan

klinis tumor membutuhkan tambahan media kontras untuk membedakan

perbedaan jaringan antara jaringan normal dengan jaringan tumor.

Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti

pembuluh darah dan organ-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan

jelas (Bontanger’s 2010). Media kontras diinjeksikan secara bolus

intravena 100 ml/detik dengan flow rate 3ml/sec dan scan delay 40 detik

(Bruening and Flohr 2003). Pemberian dosis media kontras berkisar antara

1 - 2 ml/kg berat badan untuk pasien dewasa dan anak-anak tidak lebih

dari 2 ml/kg, dengan jumlah media kontras 80 ml, flow rate 1 ml/sec scan

delay 60 detik (T. Bae., 2010).

Dalam pelaksanaan PKL VI di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Kariadi

Semarang, penulis sering menjumpai pasien dengan kasus tumor otak yang

dilakukan dengan metode bolus manual tanpa menggunakan injektor.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

dan menyajikannya dalam bentuk laporan kasus yang berjudul “TEKNIK

PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN KONTRAS PADA KASUS

7
TUMOR OTAK DI INSTALASI RADIOLOGI RSUP DR. KARIADI

SEMARANG”.

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat pada laporan kasus ini adalah

1. Bagaimana teknik pemeriksaan CT Scan kepala dengan kontras pada

kasus tumor otak menggunakan metode injeksi bolus manual di Instalasi

Radiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang?

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis menyusun laporan kasus ini adalah:

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan CT Scan kepala dengan kontras

pada kasus tumor otak menggunakan metode injeksi bolus manual di

Instalasi Radiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang.

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau

pustakan tentang teknik pemeriksaan CT Scan kepala dengan kontras

pada kasus tumor otak menggunakan metode injeksi bolus manual di

Instalasi Radiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2. Manfaat Praktis

Laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan acuan

dan diaplikasikan di rumah sakit khususnya oleh Instalasi Radiologi

RSUP Dr Kariadi, dokter spesialis radiologi dan radiografer untuk dapat

meningkatkan mutu dan kualitas citra CT Scan Kepala dengan kontras.

8
D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kasus yang digunakan penulis adalah

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi anatomi dan patologi kepala, dasar – dasar CT Scan

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

Berisi, paparan kasus dan pembahasan.

BAB IV PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

Lampiran

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Kepala

Gambar 1. Cranium – Frontal View (Bontrager’s 2017)

Gambar 2. Cranium – Superior cuteway view (Bontrager’s 2017)

Seperti dilihat dari depan, tulang kalvarium yang paling mudah

terlihat adalah tulang frontal. Tulang ini berkontribusi pada pembentukan

dahi dan bagian superior dari setiap orbit. Ini terdiri dari dua bagian

utama: Squamous atau bagian vertikal, yang membentuk dahi, dan

bagian orbital atau horizontal, yang membentuk bagian superior dari orbit.

10
Gambar 3. Temporal bone – Lateral view (Bontrager’s 2017)

Gambar 4. Temporal bones – superior view (Bontrager’s 2017)

Sisi lateral kanan dan kiri tulang temporal adalah struktur

kompleks yang menampung organ-organ halus dari pendengaran dan

keseimbangan. Seperti yang terlihat pada gambar 3, tulang temporal kiri

terletak di antara sayap yang lebih besar dari tulang sphenoid anterior

dan tulang oksipital posterior (Gambar 3). Pada tampilan Superior

(Gambar 4), tulang oksipital tunggal berada di antara tulang temporal

berpasangan. Bagian utama ketiga dari setiap tulang temporal, porrs-

petrous, sekali lagi ditunjukkan dalam pandangan superior ini. Bagian

berbentuk piramida dari tulang temporal ini adalah tulang paling tebal dan

terpadat di tempurung kepala. Piramida petrous memproyeksikan anterior

dan menuju garis tengah dari area eAM.


11
B. Anatomi Otak

Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai

agar-agar dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu

cranium (tengkorak), yang secara absolut tidak dapat bertambah

volumenya, terutama pada orang dewasa. Jaringan otak dilindungi oleh

beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala, tulang

tengkorak, selaput otak (meninges), dan cairan cerebrospinalis. Selaput

otak terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid,

dan piamater. Di dalam tempat tertentu duramater membentuk sekat-

sekat rongga cranium dan membaginya menjadi tiga kompartemen.

Tentorium merupakan sekat yang membagi rongga cranium menjadi

kompartemen supratentorial dan infratentorial, memisahkan bagian-

bagian posterior-inferior hemisfer serebri dan cerebelum.

Otak (encephalon) dapat dibagi dalam tiga komponen utama :

hemisfer cerebri (otak besar), batang otak, dan cerebellum (otak kecil).

Serebri adalah bagian otak terbesar (85%) yang berasal dari

pronsecephalon. Ia terdiri dari sepasang hemisfer yaang berstruktur

sama, yang dipisahkan oleh flax cerebri dan dihubungkan oleh

sekumpulan serabut saraf yang disebut corpus callosum, yang berfungsi

untuk menyampaikan impuls di antara keduanya. Cerebri dari luar ke

dalam tersusun oleh korteks (massa kelabu atau subtansia grisea atau

grey matter), massa putih (subtansia alba), dan massa kelabu yang

dikenal sebagai ganglia basalis.

12
Gambar 5. Lima Lobus pada setiap bagian otak (Bontrager’s 2017)

Gambar 6. Menunjukkan lobus Frontal, parietal, dan oksipital dan perbedaan


relatif di antara gyrus, sulcus, dan fissure.

Korteks cerebri (subtansi gricea) terdiri dari sel-sel saraf. Subtansia

alba cerebri berisi serabut-serabut saraf (akson) dalam saluran-saluran

yang menonjol, contoh korona radiata. Serabut-serabut ini arahnya

konvergen, membentuk kapsula interna, di sefalad otak tengah. Ganglia

basalis yang terletak di sebelah dalam cerebri, berbatasan dengan

ventrikel III, terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus.

Nukleus kaudatus berjalan di lateral ventrikel lateralis dan talamus.

Talamus dan hipotalamus juga termasuk dalam substanis gricea.

13
Di dalam parenkim otak bagian dalam terdapat empat buah rongga

yang saling berhubungan dan berisi cairan cerebrospinalis. Rongga-

rongga ini dibatasi oleh epitel apindema, disebut ventrikel otak. Sistem

ventrikel otak terdiri atas ventriel lateralis kanan dan kiri, ventrikel III, dan

ventrikel IV. Cairan cerebrospinalis dibentuk setiap hari oleh pleksus

khoroideus di dalam ventrikel dan ruang subarachnoid.

Batang otak, dari sefalad ke kaudal, terdiri dari empat komponen

utama : disencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla.

Diencephalon terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus, dan sub

talamus. Mesencephalon atau otak tengah terdiri dari tektum, tegmentum,

substansia nigra, dan pedunkulus cerebri. Saraf III dan IV keluar dari

mesensefalon. Akuaduktus silvii yang menghubungkan ventrikel III dan IV

terletak dalam otak tengah bagian dorsal. Pons merupakan penghubung

antara otak tengah dan medulla oblongata, terdiri dari bagian ventral

(basis) dan bagian dorsal (tegmentum). Ia membentuk komponen utama

dari batang otak dan berlokasi di bagian fossa medio-posterior. Saraf V-

VII berasal dari pons. Permukaan dorsal pons membentuk dasar ventrikel

IV. Medulla merupakan komponen yang paling kaudad dari batang otak.

Saraf VIII-XII berasal dari medula. Medula akan melanjutkan diri ke

kaudal sebagai medula spinalis. Medula meruncing ke kaudal dan

bergabung dengan medula spinalis servikal pada foramen magnum.

Cerebellum terletak dorsal dari pons dan medulla dan menempati

terbesar dari fossa cerebri posterior. Cerebellum terdiri dari vermis di

garis tengah dan dua lobus lateral (hemisfer).Seperti hemisfer cerebri,

cerebellum terdiri dari korteks (gray matter) dan bagian tengah (white

14
matter) dengan inti bagian dalam (gray matter). Cerebellum bergabung

dengan tiga segmen batang otak melalui pasangan pedunkulus :

cerebelaris inferior dengan medulla oblongata.

Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri, yaitu arteri karotis interna

dan arteri vertebralis. Di dalam rongga cranium, keempat arteri ini saling

berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus willisi.

2/3 aliran darah cerebri dialirkan kesebagian besar cerebri dan

diensefalon melalui sistem karotis dan 1/3 sisanya dialirkan ke medula

oblongata, pons, otak tengah, lobus temporalis bagian medial dan inferior,

lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan cerebellum melalui sistem

vertebralis.

Gambar 7. Midsagital Section of Brain (Bontrager’s 2017)

C. Patologi Tumor Otak

15
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi adanya

lesi pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat

beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti

kontusio serebri, hematom, infark, abses otak dan tumor pada intrakranial

(Butt et al. 2005; Jindal et al. 2016). Tumor otak adalah pertumbuhan

yang abnormal dari sel-sel jaringan otak baik yang berasal dari otak

ataupun meningen/selaputnya baik bersifat jinak atau ganas yang

menyebabkan proses desak ruang. Pendesakan juga dapat diakibatkan

adanya edema disekitar tumor yang dapat meningkatkan tekanan

intrakranial.

Dengan modalitas CT Scan, gambaran tumor dapat muncul

dengan jelas, kepadatan tinggi, margin halus, homogen, bulat, ovoid

(berbentuk telur), atau massa lobulated dengan peningkatan kontras yang

ditandai. Berikut contoh gambaran radiograf dengan indikasi tumor pada

otak.

Gambar 8. Hemangioma kavernon. CT non kontras menunjukkan marginasi halus,


kepadatan tinggi, bulat, massa intrakonal yang meningkatkan kontras dari orbita
kiri menggusur dunia kiri secara anterior.

16
Tumor otak yang paling umum terjadi adalah metastasis intrakranial

dari kanker sistemik meningioma, dan glioma, khususnya glioblastoma.

Metastasis sistem saraf pusat dapat terjadi dimana saja di sepanjang

daerah neuroaksis dan memerlukan perawatan yang kompleks dengan

bedah saraf, onkologi radiasi dan onkologi medis (McFaline Figueroa &

Lee, 2018).

Klasifikasi tumor otak berdasarkan lokasinya, menurut Russel dan

Rubinstein adalah :

a. Tumor Fossa posterior (infra tentorial)

1) Medulloblastoma

2) Astrositoma

3) Epindimoma

4) Glioma batang otak

5) Hemangioblastoma

b. Tumor Fossa media (middle brain)

1) Kraniofaringioma

2) Kista intraselar

3) Glioma optik dan hipotalamik

4) Tumor pada serebrum (supratentorial)

(a) Golongan yang berasal dari glia

(1) Astrositoma

(2) Glioblastoma multiforme

(3) Oligodendroglioma

(4) Ependimoma

(5) Papilloma pleksus khoroid

17
(b) Tumor daerah pineal

(1) Pinealoblastoma

(2) Pinealositoma13

(3) Germinoma

(c) Angioma

(d) Meningioma

(1) Meningioma jinak

(2) Sarkoma selaput otak

D. Dasar-Dasar CT Scan

Konsep CT scan bekerja dengan cara penyinaran sinar-X pada

berbagai sudut, menghasilkan gambar yang lebih detail dalam bentuk

irisan-irisan. Komputer mengolah gambar dari sinar-X itu untuk

menghasilkan citraan tiga dimensi yang menunjukkan kondisi organ yang

dipindai. Pemeriksaan dengan CT scan diperlukan untuk memberikan

informasi detail mengenai jaringan organ dalam tubuh, dari otak, paru-

paru, hingga pembuluh darah. CT menggunakan perpaduan kompleks

dari sistem komputer dan pencitraan mekanik yang dapat menampilkan

gambaran citra anatomis secara axial, sagital dan coronal (Lampignano &

Kendrick, 2018).

E. Komponen dasar CT Scan

1. Gantry

Di dalam CT Scan , pasien berada di atas meja pemeriksaan dan

meja tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa

perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk

18
menghasilkan suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain

tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.

2. Meja pemeriksaan (couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.

Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini

maka sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk

menuju ke detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat

fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke

dalam gantry.

3. Sistem konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih

menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT Scan

sendiri dan untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model

yang terbaru sudah memakai sistem satu konsul dimana memiliki

banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu,

sistem kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman

gambar.

F. Parameter CT Scan

Dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan

eksposi dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :

1. Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek

yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm-10 mm sesuai

dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan

gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis

19
akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi

maka akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.

2. Range

Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.

Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan

yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

3. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan

waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara

otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.

4. Field of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan

direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada

rentang 12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi

karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran pixel, sehingga

dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran

FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk

keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

5. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal

dengan gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan

antara -25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk

keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi.

20
Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap

organ-organ yang sensitif.

6. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture

element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar.

Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen

dalam memori komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi

gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x

512 yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks

berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks

yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya.

7. Rekonstruksi Algorithm

Rekonstruksi algorithm adalah prosedur matematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan

karakteristik dari gambar CT- Scan tergantung pada kuatnya

algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi algorithma yang

dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan dihasilkan.

Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft

tissue, dan jaringan-jarringan lain dapat dibedakan dengan jelas

pada layar monitor.

8. Window Width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang

dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV

monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar

melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan

21
dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai

computed Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu

(Hounsfield Unit).

9. Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan

untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung

pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa.

Window level menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.

G. Prosedur Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala

Adapun prosedur pemeriksaan CT Scan kepala (2016 Elsevier Inc. All

Rights Reserved) meliputi :

1. Persiapan pasien

Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan,

jika diperlukan injeksi media kontras dianjurkan bagi pasien untuk

puasa.

2. Posisi Pasien

Supine diatas meja pemeriksaan dengan orientasi head first. Atur

posisi kepala sehingga OML vertical tegak lurus.

a. Window Width : 0-90 HU (supratentorial brain), 140-160 HU

(brain pada daerah fossa posterior), 2000-3000 HU (bone).

b. Window Level : 40-45 HU (suprartentorial brain), 30-40 HU

(brain pada daerah fossa posterior), 200-400 HU (bone).

c. Slice awal : 1 cm inferior foramen magnum

d. Slice akhir : Vertex

e. Tebal Slice :

22
- Axial / Sequence Dual Range

3-5 mm di fossa posterior (Fossa cerebri anterior)

5-8 mm di hemisphere (Fossa cerebri posterior).

- Spiral Single Range

Slice collimation 0,6 mm.

7-10 mm dari basic cranii sampai dengan vertex.

f. Pemasukan Media Kontras

Media kontras dimasukkan dengan volume 1 cc per kilogram

berat badan / ± 50 cc dilanjutkan flushing dengan cairan

saline sebanyak 10 cc.

Teknik pemasukan media kontras bisa menggunakan injector

bisa juga dengan bolus biasa.

- Scanning Post Kontras

Apabila pemasukan media kontras menggunakan teknik

bolus, scanning dilakukan segera setelah pemasukan

media kontras selesai.

Apabila pemasukan media kontras menggunakan injector,

scanning dilakukan 60 detik setelah pemasukan media

kontras. Scanning post kontras menggunakan parameter

yang sama dengan scanning pre kontras.

3. Kriteria kualitas gambar CT kepala

a. Kriteria visualisasi pencitraan : Cerebrum, cerebellum, basis

cranii.

b. Kriteria gambar :

23
 Tampak jelas batas tegas antara substansia alba dan

substansia gricea

 Tampak jelas daerah basal ganglia

 Tampak jelas sistem ventrikel

 Tampak jelas ruang CSF di sekitar mesencephalon dan

mengelilingi otak

c. Gambar Radiograf :

Gambar 9. Brain pre dan post kontras. (Evelyn M Teasdale).

Gambar 10. Pre dan post kontras meningioma post trauma.

(Evelyn M Teasdale).

24
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut merupakan pengamatan yang penulis lakukan dari

pemeriksaan MSCT Kepala dengan kasus Tumor otak :

1. Indentitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 51 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat :

Pengirim : dr. RISKI PRIHATNINGTIAS, Sp.M(K)

25
Permintaan foto : MSCT Kepala dengan Kontras

Nomor RM : C97xxxx

Diagnosa : Tumor otak

2. Riwayat Penyakit

 Pasien mengeluh pusing

 Pandangan kabur

3. Persiapan

a. Persiapan alat dan bahan

1) Pesawat CT Scan Merk : GE 16 Slice

Gambar 11. Pesawat GE 16 slice

2) Velcro Strap

26
Gambar 12. Velcro strap

3) Head Holder

Gambar 13. Head holder

4) Selimut

Gambar 14. Selimut

5) Printer Dry View

27
Gambar 15. Printer

6) Spuit 20 mL

Gambar 16. Spuit 20 mL

7) Media kontras Iohexol 50 mL dengan konsentrasi 350 mg/mL

Gambar 17. Media Kontras Iohexol 350, 50 mL

8) Alcohol Swab

28
Gambar 18. Alcohol Swab
9) Abocath

Gambar 19. Abbocath


10) Hypafix

Gambar 20. Hypafix

11) Three way

Gambar 21. Three way

b. Persiapan Pasien

1. Sehari sebelum pemeriksaan pasien mendaftarkan diri di

instalasi radiologi
29
2. Pasien mengisi inform consent

3. Pasien diminta untuk melakukan cek ureum dan kreatinin

4. Pasien melakukan puasa minimal 4 jam sebelum pemeriksaan

5. Petugas radiologi menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

saat pemeriksaan

6. Pasien diminta untuk melepaskan benda berbahan metal yang

dikenakan agar artefak tidak tergambar

7. Jika pasien memiliki alergi terhadap obat atau makanan,

petugas akan melakukan skin test pada pasien

8. Memasang IV line dengan abbocath, kemudian abbocath

dihubungkan dengan three way

4. Tahapan Pemeriksaan

1. Pasien dipanggil untuk memasuki ruang pemeriksaan

2. Mengidentifikasi lembar permintaan pasien secara cermat

3. Menginformasikan kepada pasien prosedur yang akan dilakukan

dan menjelaskannya secara sederhana tentang pemeriksaan yang

akan dilakukan

4. Melakukan persiapan pasien seperti yang telah dijelaskan diatas

5. Melakukan positioning pasien

6. Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan head first.

Hidupkan laser untuk memudahkan penempatan dan positioning

kepala pasien. Posisikan kepala pasien sehingga laser pada

bidang longitudinal sejajar dengan MSP kepala dan laser pada

bidang horizontal berada di glabella. Ketinggian meja diatur agar

laser pada bagian samping sejajar dengan MAE.

30
7. Dimulai pemasangan IV Line dengan abocath ke pembuluh vena

8. Melakukan input data pasien pada komputer, data diisi dengan

lengkap meliputi nama pasien, nomor RM, tanggal lahir, jenis

kelamin, berat badan, dokter pengirim, radiographer yang

bertanggung jawab, serta klinis yang tertulis.

9. Memilih protocol/jenis pemeriksaan yang sesuai dengan lembar

permintaan pasien, untuk pemeriksaan ini digunakan protocol CT

kepala

10. Membuat Scanogram : Scanogram dibuat dalam bidang AP dan

Lateral. Area scanning dipilih dari vertex hingga mandibular.

11. Mengatur Parameter

12. Setelah melakukan seting parameter maka scanning bisa dimulai

dengan klik tombol moving table untuk mengatur meja

pemeriksaan sebagai posisi start scan, lalu tekan tombol start

scan.

13. Scanning dibagi menjadi 2 bagian yaitu scan pre injeksi media

kontras dan post injeksi media kontras dengan area scanning

yang sama yaitu dari vertex hingga mandibular

14. Pertama scan pre kontras dimulai, dengan area scanning diatur

dari vertex hingga mandibular

15. Setelah scaning pre media kontras selesai dilanjutkan dengan

memasukkan media kontras sebanyak 50 mL dengan diinjeksi

secara manual melalui IV Line yang telah terpasang

16. Setelah media kontras diinjeksikan, scan post kontras dengan

area scanning dari vertex hingga mandibular segera dimulai

31
17. Setelah scan pre kontras dan post kontras telah dilakukan, pasien

diobservasi terlebih dahulu sekitar kurang lebih 15 menit untuk

melihat adanya reaksi alergi atau tidak

18. Jika tidak ada reaksi alergi, maka IV line yang ada pada pasien

dilepas

19. Setelah scanning selesai maka citra dengan data raw akan

muncul

20. Tahap selanjutnya adalah post processing, kita dapat melakukan

reformat citra untuk mendapatkan citra dengan potongan axial,

sagittal, atau coronal dengan cara:

a. Klik Image Works

b. Klik nama pasien

c. Klik data Recon

d. Pada data Apps klik Reformat

e. Klik salah satu bidang citra (sagittal)

f. Klik batch

g. Atur arah irisan dan range

h. Tentukan berapa jumlah citra yang diinginkan beserta ukuran

slicenya

i. Mengatur FOV

j. Ganti deskripsi irisan menjadi axial

k. Klik OK kemudian Exit

21. Setelah menyelesaikan reformat, pada bagian image works, klik

hasil citra reformat tersebut dan klik viewer

32
22. Klik film composer, tentukan matriks yang diinginkan dan tekan f1

untuk meng-copy citra ke film composer

23. Pada film composer klik print untuk melakukan printing file yang

akan di print

5. Hasil Radiograf

Gambar 22. Gambaran Topogram (Scout)

Gambaran 23. Gambaran Axial Non Kontras (Window Brain)

Gambar 24. Gambaran Axial Kontras (Window Bone)

33
Gambar 25. Gambaran Coronal Kontras

Gambar 26. Gambaran Sagital Kontras

4. Hasil Ekspertise

 Tampak lesi isodens (CT number 34-45 HU) bentuk lobulated

batas tegas tepi seguler pada regio intrasella hingga

suprasella (ukuran ± AP 2.9 x LL 3.8 x CC 2.6 cm) yang

tampak menempel dengan chiasma opticum dan a.carotis

interna kanan kiri segmen C7. pasca injeksi kontras tampak

enhancement homogen disertai dural tail.

 Tak tampak pelebaran maupun destruksi pada sella tursica

 Tak tampak lesi hiperdens densitas perdarahan pada

intracranial

34
 Sulcus corticalis dan fissura sylvii kanan kiri tampak baik

 Tak tampak midline shifting

 Tak tampak penyempitan cysterna basalis dan cysterna

perimesenchepalic

 Bulbus okuli intact (diameter AP ± 2.42 cm, normal  2.75 –

2.98 cm)

 M. rectus lateral, medial, superior dan inferior  tak menebal

 N. Opticus tampak normal (tebal segmen retrobulbar ± 3.6

mm, normal 5.5 ±0.8 mm, segmen tersempit ± 2.1 mm,

normal 4.2 ± 0.6 mm)

 Glandula lacrimalis tampak normal

 Tak tampak pelebaran v. ophtalmica (diameter ± 2.2 mm,

normal 1.8 ±0.5 mm)

 Jarak posterior margin dengan linea interzygomatic  ± 8.2 mm

(normal 8.2 – 11.6 mm)

 Tak tampak massa pada cavum orbita 

 Tak tampak destruksi tulang

 Tampak air bubble density pada cavum orbita

Kesan :

 Massa solid strong enhance pada regio intrasella hingga

suprasella (ukuran ± AP 2.9 x LL 3.8 x CC 2.6 cm) yang

tampak menempel dengan chiasma opticum dan a.carotis

interna kanan kiri segmen C7, cenderung meningioma DD/

makroadenoma hipofisis

35
 Tak tampak infark, perdarahan maupun tanda peningkatan

tekanan intracranial

 Tak tampak penebalan musculus ekstraokuler kanan kiri

 Tak tampak proptosis bulbi kanan kiri

B. Pembahasan

Pemeriksaan CT Scan Kepala dengan kontras di RSUP Dr Kariadi

merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang terprogram dan perlu adanya

persiapan. Pasien mendaftar di loket pendaftaran radiologi dengan membawa

surat permintaan pemeriksaan dari dokter. Petugas loket pendaftaran

menerima surat permintaan tersebut dan akan mengecek kelengkapannya,

seperti hasil pemeriksaan laboratorium ureum dan kreatinin normal atau

tidak. Jika ternyata hasil ureum kreatinin tinggi, maka pemeriksaan akan

ditunda atau dikonsulkan terlebih dahulu ke dokter penanggungjawab pasien

(DPJP).

Persiapan pasien pada pemeriksaan CT Scan kepala kontras yaitu

puasa makanan sekitar 4-6 jam sebelum pemeriksaan. Puasa makanan

harus dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi yaitu

masuknya makanan ke dalam saluran pernafasan apabila pasien mengalami

reaksi alergi media kontras berupa mual dan muntah.

Pada saat pemeriksaan posisi pasien supine diatas meja

pemeriksaan dengan head first, dengan central point pada glabela. Kemudian

dilakukan scan awal untuk pembuatan scout/topogram. Hasil scout didapat 2

36
tampilan citra yaitu AP dan Lateral. Dari hasil scout ini kemudian mengatur

range dari vertex sampai dengan mandibula tidak terpotong. Kemudian

dibuat scan irisan axial pre kontras. Setelah didapat citra pre kontras maka

dilanjut dengan pemeriksaan dengan kontras.

Pada ruang pemeriksaan CT Scan 16 Slice untuk pemeriksaan

dengan kontras semuanya menggunakan metode bolus injeksi secara

manual karena injektor yang ada sedang rusak sehingga tidak bisa

digunakan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
37
1. CT Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan

menggunakan pesawat CT Scan baik dengan atau tanpa

menggunakan media kontras guna mengetahui kelainan atau penyakit

pada organ yang berada dalam kepala.

2. Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang

dalam tulang tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif

yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk

massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di

sumsum tulang belakang (medulla spinalis).

3. Pemeriksaan CT Kepala dengan kontras pada kasus tumor otak di

Instalasi Radiologi RS Dr.Kariadi Semarang dilakukan dengan

terprogram dan dengan persiapan, pemeriksaan dilakukan dengan

metode injeksi bolus manual.

B. Saran

1. Setelah melakukan pemeriksaan, sebaiknya meja pemeriksaan

langsung dibersihkan dengan alkohol agar steril kembali.

2. Sebaiknya dilakukan perbaikan terhadap injektor yang sedang rusak

atau jika tidak bisa dilakukan perbaikan maka segera dilakukan

pengadaan injektor yang baru.

38
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, 2017. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy.

NINTH EDITION

Butt, ME, Khan, SA, Chaudrhy, NA, & Qureshi, GR. 2005. Intracranial space

occupying lesions: a morphological analysis’, Biomedica, vol. 21, no.

JanJun, pp. 31–35.

Flohr, Thomas dkk, 2016, Protocols for Multislice CT. Germany :

Jindal, N, Verma, Sameer R, Gupta, Prashant K, & Mital, M. 2016. Imaging of

intracranial space occupying lesions: a prospective study in a tertiary care

centre in northern India. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences

(IOSR-JDMS), vol. 15, no. 6, pp. 34–41.

Merril, Vinita, 2016, “Merril’s Atlas Of Radiographic Positioning & Procedures,

Thierteenth Edition”, Mosby, Missouri Moeller, T.B., & Reif, E. 2000.

Normal findings in CT and MRI. Stuttgart – New York: Thieme.

Romans, E, Lois, 2011. Computed tomography for technologists : a

comprehensive text.

39
LAMPIRAN

Lembar Permintaan

Hasil Ekspertise

40

Anda mungkin juga menyukai