Anda di halaman 1dari 12

BANDINGKAN 2 REFERENSI PROTOKOL PEMERIKSAAN CT-SCAN EKSTREMITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester CT-Scan Lanjut 1

Dosen Pengampu : Jeffri Ardiyanto, M.App. Sc

DISUSUN OLEH:

YORI ANDRA YOSA


NIM: P1337430222166

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022/2023

JURNAL 1 TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KNEE DENGAN KASUS MASSA POPLITEA DI INSTALASI
RADIOLOGI RSO PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

Penulis : Henik Ruliningsih


Tahun Terbit : 2005
Jumlah Halaman : 17 halaman
Jenis Jurnal : Jurnal Penelitian
PEMBAHASAN

a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya instruksi-instruksi mengenai posisi
pasien dan prosedur pemeriksaan diberitahukan dengan jelas serta daerah yang
akan diperiksa dibebaskan dari benda-benda yang mengganggu (radioopaq).
Pasien diberi instruksi tentang posisi dan prosedur pemeriksaan. Bebaskan daerah
yang akan diperiksa dari benda-benda yang mengganggu (radioopaq)”

b. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT-Scan sendi lutut dengan
kasus massa poplitea di Instalasi Radiologi RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
antara lain pesawat CT-Scan standby dan printer, sabuk pengikat untuk fiksasi, film
dan lain-lain.
c. Teknik Pemeriksaan
1) Karakteristik Pesawat CT-Scan
Jenis : SCT-4800TCZ
Produksi : Shimadzu Corporation, Kyoto, Japan
Seri : SCT-4800TZ
Waktu Scan : 2,5 s dan 4,0 s
Tegangan Tabung : 120 kV
Arus Tabung : 80 mA dan130 mA
Waktu rekonstruksi : 7 detik
Slice Thickness : 1 mm, 2 mm, 5 mm dan 10 mm
Monitor : 17 inchi monitor berwarna
Panel operasi : Dengan key board dan mouse
2) Langkah-langkah Pemeriksaan
Berdasarkan hasil observasi penulis, sebelum positioning terlebih dahulu dilakukan
identifikasi radiograf dan ditentukan parameter yang akan digunakan. Identifikasi
radiograf dilakukan dengan urutan yaitu entri nama pasien, nomor register, diagnosa
awal, jenis kelamin, umur, dokter pelaksana, dokter pengirim, dan radiografer
pelaksana sedangkan parameter yang dipilih sebelum positioning meliputi menu yang
disesuaikan dengan obyek yang diperiksa, arah pengamat, posisi pasien dan jenis
potongan. Kemudian dilanjutkan positioning dengan posisi pasien supine diatas meja
pemeriksaan dengan posisi kaki dekat dengan gantry. MSP tubuh diatur sejajar dengan
sinar horisontal, kedua tangan diletakkan menyilang diatas perut dan kedua lutut
diatur true AP. Sabuk pengikat dipasang di atas dan di bawah sendi lutut dan perut
pasien. Sinar vertikal diatur tepat pada pertengahan antara kedua lutut dan sinar
horisontal setinggi sumbu aksial sendi lutut. Irisan pertama diatur di atas daerah supra
kondilus femur pada MSP tubuh. Pasien diinformasikan jangan bergerak saat
pemeriksaan berlangsung. Parameternya pilih menu sesuai obyek, kalau ini ekstremitas
ya, terus bottom view, posisi pasien telentang, jenis potongan atau cross sectional
aksial”.

3) Posisi Pasien
Supine, feet first, MSP sejajar sinar horisontal, kedua tangan menyilang di atas
perut, kedua lutut true AP, pasien difiksasi di bawah knee, di atas knee dan
tubuh, sinar vertikal ditengah diantara 2 lutut, sinar horisontal setingggi sumbu
aksial knee, slice pertama di atas daerah supra kondilus femur, pasien
diberitahu jangan gerak saat pemeriksaan”

Gambar Posisi Pasien CT-Scan Knee

4) Prosedur Pemeriksaan
Berdasarkan hasil observasi penulis, prosedur pemeriksaan CT-Scan sendi lutut
dengan kasus massa poplitea di Instalasi Radiologi RSO Prof. DR. R. Soeharso
Surakarta adalah sebagai berikut :
Setelah positioning dibuat scanogram dari sendi lutut dengan pandangan AP
kemudian dibuat garis rancangan irisan dengan batas atas 2 cm di atas daerah
yang mengalami kelainan dan batas bawah 2,5 cm di bawah daerah yang
mengalami kelainan kemudian menentukan range dengan slice thickness 5 mm.
Selanjutnya dilakukan scanning, rekonstruksi 2 dimensi metode multiplanar
(MPR) dan filming.

5) Parameter Pemeriksaan
Parameternya adalah sebagai berikut : scanogram sendi lutut AP, range yang
terdiri dari slice thickness 5 mm, volume investigasi 2 cm diatas dan 2,5 cm
dibawah daerah yang mengalami kelainan, FOV 30 cm, gantry tilt 0o, tegangan
tabung 120 kV, arus tabung 320 mAs, rekonstruksi matrik 512 x 512,
rekonstruksi algoritma tulang, window width 1402 (tulang), window level 198
(tulang).

6) Scanogram
Scanogramnya di buat dengan potongan axial atau melintang dengan ketebalan
2, 5 dan 10 mm dimana potongan yang 2 mm terutama ditujukan di daerah
corpus liberum atau di daerah kondilus sampai epikondilus femur. Jadi dari
kondilus sampai epikondilus femur dilakukan potongan aksial 2 mm. Tujuannya
adalah untuk kalau dilakukan rekonstruksi hasilnya lebih halus atau lebih mulus.

Gambar Scanogram Knee AP


(Instalasi Radiologi RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta)

7) Hasil Gambaran yang Diperoleh


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis terhadap dokumen hasil
pemeriksaan, pemeriksaan CT-Scan sendi lutut dengan kasus massa poplitea di
Instalasi Radiologi RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta dibuat dengan window tulang
dan hasilnya adalah sebagai berikut: pada scanogram kelainan yang tercantum dalam
diagnosa tidak terlihat. Untuk itu garis rancangan irisan dibuat berdasarkan kelainan
yang terlihat pada foto polos proyeksi lateral. Hasilnya, gambaran kelainan tampak
jelas pada irisan aksial 4 sampai 20 yaitu adanya massa bebas yang terletak di fossa
poplitea atau di daerah posterior kondilus femur dan berbentuk lonjong hiperdense
inhomogen. Kemudian dari hasil rekonstruksi 2 dimensi metode multiplanar (MPR)
lebih jelas terlihat bahwa massa bebas tersebut bentuknya lonjong di fossa poplitea
dengan ukuran panjang arah superoinferior 39,54 mm, anteroposterior (AP) 21,21
mm dan mediolateral 22,05 mm dengan nilai Hounsfield Unitnya 577,2 dan tidak
melekat dengan jaringan disekitarnya.

Gambar Hasil Gambaran


(Instalasi Radiologi RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta)

Keterangan Gambar :
CT-Scan sendi lutut dengan kasus massa poplitea tampak dari kiri irisan 4, 12 dan 20
(Instalasi Radiologi RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta) “Dari MPR lebih jelas terlihat
bahwa corpus liberum tersebut bentuknya lonjong di fossa poplitea yang ukurannya
panjang 39,54 mm, tebal arah AP 21,21 mm dan arah samping 22,05 mm yang
densitasnya. Hounsfield Unitnya atau HU-nya 577 koma sekian yang kemungkinan
berasal dari komponen tulang dan tidak melekat atau terikat dengan jaringan
disekitarnya.
Gambar Pengukuran massa poplitea pada zooming irisan 12 dan teknik rekonstruksi
2 dimensi metode multiplanar (MPR) irisan sagital (Instalasi Radiologi RSO Prof.
DR. R. Soeharso Surakarta)

Berdasarkan gambaran dan kelainan yang ada seperti yang digambarkan diatas
maka diperoleh hasil pembacaan CT-Scan sendi lutut pada pasien yang bernama Tn. I
adalah : tampak massa berdensitas tulang (corpus liberum) di fossa poplitea kiri yang
berukuran 4 x 3 cm. Massa tersebut tidak berhubungan/menempel dengan
tulangtulang disekitarnya.

JURNAL 2 TATALAKSANA CT-SCAN KNEE DENGAN KASUS POST FRACTURE DI INSTALASI


RADIOLOGI

Penulis : Andi Tenri Citra Latifa


Tahun Terbit : 2017
Jumlah Halaman : 15 halaman
Jenis Jurnal : Jurnal Penelitian
PEMBAHASAN

1. Persiapan Pasien
a. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan setelah adanya persetujuan dari pasien.

b. Instruksi-instruksi yang menyangkut jalannya pemeriksaan harus


diberitahukan dengan jelas untuk mengurangi pergerakan selama
pemeriksaan.

c. Benda-benda yang mengganggu pemeriksaan harus dilepas.

2. Persiapan Alat

a. Pastikan Alat CT-Scan siap digunakan


b. Alat bantu fiksasi seperti bantal pengganjal, sand bag, sponge pad, strap
band, tersedia dan dapat digunakan

3. Teknik Pemeriksaan
Posisi Pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kaki
dinyamankan, posisi saat pemeriksaan head first.

Gambar Posisi Pasien CT-Scan Knee

Posisi Obyek : MSP tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal.


Kedua tangan pasien diletakkan lurus di samping tubuh.
Dibawah sendi lutut dipasang pengganjal (soft bag). Bila
perlu menggunakan pelindung radiasi.

4. Parameter
Scanogram : Sendi lutut AP
Slice thickness : 3 mm
Volume investigasi : 1 cm di atas dan 1 cm di bawah daerah
yang mengalami kelainan
FOV : besarnya tergantung pada sendi lutut yang
mengalami kelainan
Gantry tilt : 0o (gantry vertikal)

kV : 120 mAs : 165


Rekonstruksi algoritma : Jaringan lunak dan tulang
Window width : 300-600 HU (jaringan lunak)
800-1400 HU (tulang)
Window level : 0-100 HU (jaringan lunak)
0-600 HU (tulang)
Protokol pembuatan gambar : Pertama, dibuat gambar antero posterior
(AP) dari sendi lutut. Gambar tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi apakah
MSP sendi lutut pasien sudah sejajar dengan
aksis longitudinal meja pemeriksaan
ataukah belum. Irisan aksial harus tegak
lurus MSP sendi lutut.

5. Post Processing

a. Buat rekontruksi atau retro recon 0,5 -1,5 mm dengan algorithma/kernel


soft tissue dan bone

b. Buat potongan axial, coronal dan sagittal dengan slice thickness 3 mm dari
hasil rekonstruksi algorithma/kernel bone untuk kasus-kasus yang
berhubungan dengan kelainan tulang

c. Buat potongan axial, coronal dan sagittal dengan slice thickness 3 mm dari
hasil rekomstruksi algorithma/kernel soft tissue untuk kasus -kasus yang
berhubungan dengan kelainan-kelainan pada soft tissue
d. Buat rekontruksi 3D dari hasil rekonstruksi algorithma/kernel soft tissue

e. Potong atau hapus gambaran yang mengganggu obyek

6. Pencetekan/Printing

a. Potongan axial, coronal dan sagittal dicetak di film, umumnya ukuran


35 x 43 cm atau 14 x 17 inchi. Gunakan window jaringan bila kelainan
melibatkan jaringan lunak, gunakan window bone bila kelainan melibatkan
tulang.

b. Gambar 3D knee joint dicetak dikertas glossy photo paper atau kertas biasa
dengan pencetakan warna bila tersedia.

c. Gambar scan dan hasil post prosessing dapat dikirim ke jaringan PACS atau
disimpan dalam cakram rekam/CD-DVD baik untuk arsip atau diberikan ke
pasien :

1) Pilih organ : Low Extremity/Knee Joint


2) Buat Scout/Scanogram/topogram pada daerah knee, dengan batas atas
setinngi 10-15 cm baqgian distal Os.femur dan batas bawa setinggi 1015
cm bagian proximal Os tibia fibula.

3) Buat Scan area pada daerah knee joint baik salah satu atau keduanya
sesuai kelainan, dengan batas atas setinggi 10-15 cm bagian distal Os
femur dan batas bawah setinggi 10-15 cm bagian proximal os tibia
fibula, atau dapat dikurangi dan ditambahkan sesuai luas lesi/kelainan

Gambar CT-Scan Knee Potongan Axial dengan kasus post fracture


Gambar CT-Scan Knee Potongan Coronal dengan kasus post fracture

Gambar CT-Scan Knee Potongan Sagittal dengan kasus post fracture REVIEW
JURNAL

Perbandingan ke dua teknik scanning pada dua jurnal diatas:

a. Perbedaan Dari Segi Posisi Pasien


Dalam jurnal pertama yang berjudul (TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KNEE
DENGAN KASUS MASSA POPLITEA DI INSTALASI RADIOLOGI RSO PROF. DR. R.
SOEHARSO SURAKARTA), menjelaskan bahwa posisi pasien yang digunakan foot
first dimana kaki yang duluan masuk ke gantry berbeda dengan jurnal kedua
yang berjudul (TATALAKSANA CT-SCAN KNEE DENGAN KASUS POST FRACTURE
DI INSTALASI RADIOLOGI), menjelaskan bahwa posisi pasien yang digunakan
head first dimana kepala yang duluan yang masuk ke gantry.

b. Perbedaan Dari Segi Parameter Yang Digunakan


Terdapat banyak perbedaan paramete r yang digunakan dari kedua jurnal.
Dalam jurnal pertama, menjelaskan bahwa parameter dari slice thickness yang
digunakan 5 mm, berbeda dengan jurnal kedua dimana slice thickness yang
digunakan 3 mm, dapat dilihat pula pada jurnal pertama menggunakan volume
investigasi 2 cm di atas dan 2,5 cm dibawah, sedangkan jurnal dua
menggunakan volume investigasi 1 cm di atas dan 1 cm dibawah. Pada FOV
yang di terapkan pada jurnal pertama 30 cm berbeda dengan jurnal kedua FOV
yang di terapkan besarnya tergantung pada sendi lutut yang mengalami
kelainan. Dilihat pula pada jurnal pertama rekonstruksi algoritma hanya pada
tulang sedangkan pada jurnal kedua rekonstruksi algoritma pada tulang dan
jaringan lunak.

c. Perbedaan Dari Segi Rekonstruksi Scannogram/Topogram/Scout


Pada rekonstruksi scannogram jurnal pertama, menggunakan rekonstruksi
MPR, dimana scannogramnya dimulai di daerah corpus liberum atau di daerah
condylus sampai ke epicondylus femur dengan mengatur potongan axial 5 mm.
Sedangkan untuk jurnal ke dua rekonstruksi scannogram menggunakan
rekonstruksi 3D dari hasil algoritma atau kernel soft tissue, dimana
scannogramnya dimulai dari 10 sampai 15 cm bagian distal os femur dan batas
bawah setinggi 10 sampai 15 cm bagian proximal os tibia fibula dengan
mengatur potongan axial 3 mm.
Jadi, dapat disimpulkan terdapat 3 garis besar perbedaan dari dua referensi
jurnal untuk pemeriksaan Ct-Scan knee dengan klinis yang berbeda, yaitu
berupa perbedaan dari segi posisi pasien, parameter yang digunakan, serta dari
segi rekonstruksi scannogram/topogram/scout.
DAFTAR PUSTAKA

Ruliningsih. Henik, 2005. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Knee Dengan Kasus Massa Poplitea
Di Instalasi Radiologi RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta : Surakarta

Tenri. Andi, 2017. Tatalaksana Ct-Scan Knee Dengan Kasus Post Fracture Di Instalasi
Radiologi : Makassar

Anda mungkin juga menyukai