Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
0
2023
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk dijadikan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktik Lapangan Kerja Program Study D4
Teknologi Radiologi dan Pencitraan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
NIM : 152010383016
Mengetahui Mengetahui
Koordinator Program Studi D4 Dosen Pembimbing
Teknologi Radiologi Pencitraan
Universitas Airlangga
Mengetahui Mengetahui
RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8
2.1. Anatomi dan fisiologi..................................................................................8
2.1.1. Tulang tengkorak.................................................................................8
2.2. Patofisiologi................................................................................................11
2.3. Etiologi skull defect....................................................................................12
2.4. Prinsip dasar CT scan...............................................................................13
2.5. Standart prosedur pemeriksaan CT scan kepala...................................13
2.5.1. Persiapan pasien.................................................................................13
2.5.2. Persiapan alat.....................................................................................13
2.5.3. Prosedur pemeriksaan CT scan kepala............................................14
2.5.4. rekonstruksi dan filming pemeriksaan CT scan kepala.................14
2.6. Proteksi radiasi..........................................................................................15
BAB III..................................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................16
3.1. Paparan Kasus...........................................................................................16
3.1.1. Identitas Pasien...................................................................................16
3.2. Riwayat Patologis Klinis...........................................................................16
3.3. Prosedur Pemeriksaan..............................................................................16
3
3.3.1. Persiapan Alat dan Bahan.................................................................16
3.3.2. Persiapan Pasien.................................................................................16
3.3.3. Teknik Pemeriksaan..........................................................................17
3.4. Post Processing..........................................................................................20
3.5. Hasil Citra..................................................................................................22
3.6. Hasil Bacaan Dokter.................................................................................23
3.7. Usaha Proteksi Radiasi.............................................................................24
3.8. Analisis dan Pembahasan.........................................................................24
BAB IV..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
4.1 Kesimpulan............................................................................................11
4.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
LAMPIRAN..........................................................................................................14
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
diagnosa yang beragam. Salah satu modalitas tersebut adalah Computed
Tomography Scan (CT-Scan), yang dikenalkan pertama kali oleh Sir Godfrey
Newbold Houndfield, seorang insinyur dari EMI London dengan James
Ambrosse, seorang teknisi dari Marley’s Hospital London pada tahun 1970.
(Seeram, 2009). Modalitas ini dapat mengevaluasi tulang maupun soft tissue
dengan baik. Pada pasien yang mengalami skull defect dapat dievaluasi
dengan hasil citra CT scan kepala. Pemeriksaan Ct scan kepala polos dapat
mengevaluasi kecacatan tulang tengkorak baik tulang cranium maupun tulang
pembentuk wajah. Pemeriksaan tersebut dapat memperlihatkan secara adanya
kelainan anatomi pada tulang tengkorak dengan menghasilkan citra radiografi
potongan axial, sagittal, maupun coronal, dan 3D sehingga kelainan berupa
skull defect dapat terlihat dengan jelas. Dalam prosedur pemeriksaan CT scan
kpala, pasien diposisikan kepala lebih dahulu masuk kedalam gantry (head
first).
Pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras dengan klinis skull defect
pada pemeriksaan CT-Scan Kepala tanpa kontras dapat mengevaluasi area
cranium sehingga membantu dokter untuk menganalisis lebih lanjut. Hal
inilah yang menarik penyusun untuk mengangkat kasus pemeriksaan CT-Scan
Kepala tanpa kontras di Instalasi Radiologi RSUD Dr Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto menjadi laporan studi kasus untuk memenuhi tugas
ini.
Dari latar belakang di atas maka penulis dapat menarik suatu rumusan
masalah yang akan dibahas yaitu:
6
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan teknik pemeriksaan CT scan kepala dengan klinis skull
defect di RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto berdasarkan
Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan teknik pemeriksaan CT scan
Kepala menurut pendapat para ahli.
Adapun manfaat dari penulisan laporan studi kasus ini antara lain :
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1 Nama tulang penyusun Cranium dan jumlahnya (Netter, 2011)
2. Cranium terdiri dari berbagai foramen yang berfungsi untuk jalan keluar
masuknya syaraf dan pembuluh darah.
8
4. Terdiri dari beberapa rongga dengan fungsi tertentu. Dari beberapa
rongga, terdapat rongga yang terbuka yang menghubungkan terhadap organ
lain (nasal, oral)
9
Hampir seluruh tulang cranium dihubungkan dengan sutura. Sutura dapat
dikatakan sebagai persendian antara tulang yang berada pada cranium.
Dengan bertambahnya usi, sutura akan terbentuk sempurna sehingga setiap
tulang dapat menjadi terhubung satu sama lain. Terdapat beebrapa sutura,
antara lain :
10
2.2. Patofisiologi
Cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah
atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik
sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Cidera kepala terjadi karena
beberapa hal diantanya, bila trauma ekstrakranial akan dapat menyebabkan
adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai
pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat
menyebabkan hipoksia, hiperemi peningkatan volume darah pada area
peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasiarterial, semua
menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK), adapun, hipotensi namun bila trauma mengenai tulang kepala
akan menyebabkan robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera kepala
intrakranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan
otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial terutama motorik yang
mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas.
Mekanisme yang paling umum dari trauma tumpul dada yaitu kecelakaan mobil
atau jatuh dari sepeda motor sedangkan untuk trauma tembus dada yaitu luka
tusuk dan luka tembak. Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan
mengakibatkan satu atau lebih mekanisme patologi seperti hipoksemia akibat
gangguan jalan nafas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, otot-otot
11
pernapasan, kolaps paru, dan pneumothoraks. Hipovolemia juga sering timbul
akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau
hemothoraks. Gagal jantung akibat tamponade jantung yaitu kompresi pada
jantung sebagai akibat terdapatnya cairan di dalam sakus perikardial. Mekanisme
ini seringkali mengakibatkan kerusakan ventilasi dan perfusi yang mengarah
pada gagal napas akut, syok hipovolemia, dan kematian (Smeltzer, 2001).
1. Fraktur cranium
2. Tumor
3. Kelainan kongenital (enchephalocele)
4. Penipisan tulang
5. Pengikisan massa ekstrakranial atau intracranial
6. Post op trepanasi (Burgener & Kormano, 1997)
7. Reseksi tumor tengkorak
8. Trauma parah pada tengkorak dan tulang wajah
9. Hilangnya tulang akibat osteomyelitis (Ramamurthi, et al, 2007)
12
Terdapat dua macam metode akuisisi CT Scan yaitu metode
konvensional slice by slice atau axial dan spiral atau helical. Prinsip dari
metode konvensional slice by slice adalah tabung sinar x dan detektor
bergerak mengelilingi pasien. Saat proses pemindaian setiap proyeksi meja
berhenti dan bergerak kembali untuk memindai proyeksi selanjutnya.
Sedangkan prinsip dari metode spiral adalah tabung sinar x dan detektor
berputar dengan kecepatan konstan seiring pergerakan meja pemeriksaan
(Retnoningsih, 2012).
b. Workstations
c. Printer
c. Posisikan sinar laser yang membagi tubuh secara coronal berada pada
pertengahan kepala atau sejajar dengan garis meatal
13
Menurut Bruce W. Long (2016) teknik pemeriksaan CT-Scan kepala
secara singkat adalah sebagai berikut :
f. FOV : 22 cm
14
dengan Peraturan Kepala BAPETEN No.8 Tahun 2011 (Ayu, 2020).
Keselamatan kerja radiasi dapat dikontrol dengan penerapan proteksi
radiasi. Proteksi radiasi merupakan upaya untuk mengurangi paparan radiasi
yang diterima oleh pasien, petugas, maupun masyarakat yang berada
disekitar ruang pemeriksaan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Paparan Kasus
15
3.2. Riwayat Patologis Klinis
b. Fiksasi
16
Gambar fiksasi CT Scan RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
c. Handscoon
d. Selimut
17
Radiografer harus tahu klinis dari pasien dan menjelaskan tentang prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien.
Pasien diposisikan pada bed CT-Scan dengan posisi supine head first
dan kepala pasien ditepatkan pada bagian penahan kepala untuk memudahkan
proses pemeriksaan. Posisikan kepala pasien sedapat mungkin simetris dan
sejajar dengan midcoronal plane (MCP) dan mid sagittal plane (MSP) sejajar
dengan red cross line lamp pada gantry. Untuk meminimalisasi pergerakan
dari pasien, diberikan fiksasi tambahan yaitu pengikat pada kepala dan tubuh
pasien.
B. Prosedur Pelaksanaan
• Radiografer melakukan :
18
5. Konsultasi dengan dokter ahli radiologi, pakah pemeriksaan sudah
selesai
6. Pasien disuruh kembali
7. Radiographer melakukan rekonstruksi hasil citra dan di filming
Untuk mencetak film, radiografer membuat irisan axial dengan format isi
20/24 dengan irisan 5mm ditambah irisan coronal sagittal bila perlu.
19
End locations : Base skull
Gantry tilt : 0°
Window level : 35
FOV : 22 cm
Kv : 120
mA : 275
1. Kembali ke menu Image Works, pilih data pasien yang akan di transfer
dengan memastikan nama pasien sudah terpilih
2. Pilih data pemeriksaan yang memiliki ketebalan 5mm
3. Lalu klik menu “DICOM” pada layar sebelah bawah
4. Kemudian pilih data pemeriksaan yang memiliki ketebalan 1.25 mm
5. Lalu klik menu “aw_01” pada layar sebelah bawah
20
Pengolahan film dilakukan untuk mengatur hasil gambar sesuai dengan
yang diinginkan. Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan slicing
terlebih dahulu dengan cara:
1. Pilih data pasien yang akan di filming dengan klik image works
terlebih dahulu pastikan identitas pasien benar
2. Pilih data pasien dengan ketebalan 5.00 mm
3. Klik menu “ Viewer” di pojok kanan atas layar
4. Kemudian akan muncul hasil citra CT scan kepala irisan axial,
Pastikan irisan axial sudah simetris, jika belum simetris bisa
mengatur dengan merekonstruksi ulang dengan memilih data pasien
yang berketebalan 1,25 mm.
5. Klik “Start” untuk memulai irisan, irisan dimulai dari bagian bawah
(lihat irisan coronal) atau dimulai dari tampak sinus maxilla, untuk
mengetahui klinis di bagian sinus.
6. Scroll pada gambar axial sampai vertex kepala, lalu klik “End”
7. Atur no image (di bagian batch parameter), menunjukkan jumlah
irisan axial yang kita inginkan bisa menjadi 20/24. Setelah itugambar
yang sudah diatur jumlah irisannya disimpan.
8. Untuk brain atur format film menjadi 4x5, atur di menu “layout”
9. Atur gambar agar sesuai dengan film, hapus gambar yang tidak perlu.
Atur gambar (zoom, rotate, dll) bisa dilakukan dengan klik kanan
mouse pada gambar yang diinginkan, klik “ctrl” atau “shift” pada
keyboard untuk mengatur lebih dari 1 gambar secara bersamaan.
10. Jika sudah mengatur layout film, pilih menu “print” kiri bawah layar
monitor untuk mencetak.
11. Selanjutnya kita akan melakukan rekonstruksi gambaran 3D, tekan
data pasien pemeriksaan kepala 1.25mm
12. Klik menu “ Reformat” di pojok kanan atas layar, akan muncul hasil
citra tampilan axial, coronal, sagittal, dan oblique
13. Pada tampilan oblique kita ubah menjadi 3D
14. Kemudian tekan “display” pada bagian kiri layar, selanjutnya tekan
“3D”
21
15. Ubah modenya dengan tampilan volume rendering, dan gambaran 3D
akan muncul
16. Lalu untuk menghilangkan gambarang yang tidak diperlukan kita
tekan menu “segment” dan pilih bagian yang ingin dihilangkan
17. Ambil gambar 3D dengan posisi anterior, lateral, dan oblique kanan
& kiri
18. Jika sudah mengatur layout film, pilih menu “print” kiri bawah layar
monitor untuk mencetak.
22
b. Citra CT-Scan 3D reconstructions
Tak tampak lesi hipo/ hiperdense di brain parenkim; Sulcy dan gyri tampak
baik.
Pons dan cerebellum tampak baik; Sistem ventrikel dan cysterna tampak
baik.
Kesimpulan :
23
3.7. Usaha Proteksi Radiasi
24
Setelah pasien diposisikan dengan benar, petugas kembali ke operator
konsul dan memilih scan protocol yaitu pilih scan “ Head routine 5mm “ jika
sudah dipilih maka klik tombol procces, Pada saat scan akan dimulai akan
ada perintah “start” kemudian klik tombol “start”, setelah “start” akan ada
perintah untuk membuat scanogram, Maka pemeriksaan berlangsung dengan
pembuatan scanogram dari kepala yang akan diperiksan, scanogram dengan
menggunakan satu range yaitu dari base cranii sampai dengan vertex. Untuk
rekonstruksi citra axial yang kita perlukan hanya base cranium sampai vertex.
Namun pada rekonstruksi citra 3D kita memerlukan gambaran kepala mulai
dari base skull hingga vertex.
25
Pada hasil gambar radiografi CT scan kepala kasus ini, dilakukan
rekonstruksi berupa MPR (Multi Planar Recontruction) dan 3D volume
rendering. Rekontruksi MPR bertujuan untuk memperlihatkan bentuk dan
arah cranium yang mengalami skull defect dari potongan axial. Hasil gambar
MPR tersebut dilakukan filming dengan ukuran 4×5 Sedangkan rekonstruksi
3D volume rendering dibuat untuk memperlihatkan bentukan tulang
tengkorak dalam gambarn 3D. Dengan gambaran 3D tersebut juga dapat
dievaluasi dan ditemukan adanya bagian tulang cranium yang mengalami
kecacatan. Gambaran 3D volume rendering di-filming dengan ukuran 2×2
dengan proyeksi anteroposterior, lateral, oblique kanan dan kiri.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dari hasil analisa studi kasus
antara lain :
1) Posisi pasien saat CT scan kepala harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
11
3) Perlu adanya komunikasi antara radiografer dan dokter radiologi selama
jalannnya pemeriksaan CT scan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, M. S. K. (2020). Proteksi Radiasi Pada Pasien, Pekerja, dan Lingkungan di Dalam
Instalasi Radiologi. Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
Long, Bruce W. Jeannean Hall Rollins. Barbara J. Smith. 2016. Merrill’s Atlas of
Radiographic Positioning & Procedures Vol, III 13th Ed. Missouri: Elsevier
Netter, Frank H. 2014. Atlas of Human Anatomy, Six Edition. Philadelphia: Saunders
Inc.
Saladin, Keneth S. 2010. Anatomy & Physiology The Unity of Form and Function 8th
Ed. New York: Mc Graw Hill
13
LAMPIRAN
14
15