Disusun Oleh:
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja Program Studi Diploma IV
Teknologi Radiologi Pencitraan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
Nama : Veronica Vanessa Aulia Bahtiar
NIM : 151910383052
Waktu Pelaksanaan : 09 Mei 2022 – 30 Juni 2022
Tempat Pelaksanaan : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soebandi
Judul Laporan Kasus: “Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala Non Kontras dengan
Diagnosa Cocussion di IGD Dr. Soebandi Jember.”
Mengetahui Mengetahui
Kepala Instalasi Radiologi Instruktur Klinis
RSUD dr. Soebandi Jember
Mengetahui Menyetujui
Dosen Pembimbing Koordinator Program Studi D4 Teknologi
Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat ridho dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas mandiri Laporan studi kasus Praktik
Kerja Lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soebandi Jember.
Tugas mandiri ini merupakan tugas laporan bagi mahasiswa D4 Teknologi
Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan serta pemahaman mahasiswa mengenai “Teknik Pemeriksaan CT Scan
Kepala Non Kontras dengan Diagnosa Concussion di IGD Dr. Soebandi Jember”
untuk pemenuhan tugas mata kuliah atau Praktik Kerja Lapangan, selain itu dengan
pembuatan laporan ini kami berharap akan lebih meningkatkan kemampuan para
mahasiswa dalam menyusun berbagai makalah.
Tiada kata yang pantas kami ucapkan kecuali ucapan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya atas semua pihak yang telah membantu dan mendukung
selesainya makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan laporan studi kasus ini. Oleh karena itu,
penyusun sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
guna memperbaiki penulisan laporan kasus selanjutnya. Penyusun juga berharap
dengan penyusunan laporan kasus ini bisa bermanfaat bagi penyusun maupun para
pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………...…………………………i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Anatomi Otak .............................................................................................. 4
2.2 Patofisiologi Cedera Otak Traumatik ..................................................... 11
2.4 Teknik CT-Scan Kepala Tanpa Kontras ................................................ 16
2.4.1 Persiapan pasien ................................................................................. 16
iv
3.3.4 Post Processing .................................................................................... 22
BAB IV ................................................................................................................. 27
PENUTUP ............................................................................................................ 27
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 27
4.2 Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
v
BAB I
PENDAHULUAN
(CKR) (80%), sisanya mengalami cedera kepala sedang (CKS) (10%), dan
cedera kepala berat (CKB) (10%). Angka kematian akibat cedera kepala
10%, bahkan sebelum pasien tiba di rumah sakit. Cedera kepala akan
benturan pada kepala yang cukup parah. Bahkan, para ahli patologi
1
Computed Tomography menggunakan komputer yang kompleks
dari pasien. Data ini direkonstruksi menjadi gambar. Sistem CT terdiri dari
(Bontrager, 2014).
2
1.4 Manfaat Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Otak merupakan organ vital dalam tubuh manusia. Otak sebagai pusat
kendali segala kegiatan yang dilakukan organ-organ tubuh yang lain. Otak
manusia secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu forebrain, midbrain dan
hindbrain. Forebrain terdiri dari telencephalon yang didalamnya terdapat
cerebral hemispere, olfactory cortex, hippocampus, basal ganglia dan
ventrikel ke-3, serta diencephalon yang di dalamnya terdiri dari optic cup/
nerves, thalamus, hypothalamus, mammilary bodies, dan bagian dari
ventrikel ke-3. Midbrain terdiri dari mesencephalon yang di dalamnya
terdapat tectum, cerebral quedact, red nucleus, subtantia nigra dan crus
cerebelli. Sedangkan Hindbrain dibagi menjadi merenncephalon yang terdiri
dari pons dan cerebellum serta myelencephalon yang terdiri atas medulla
oblongata.
Menurut Van Putte, (2016), pada umumnya otak dibagi menjadi empat
bagian utama, yaitu: cerebrum, diencephalon, brainstem dan cerebellum.
a. Cerebrum (Otak Besar)
Adalah bagian dari otak yang paling besar yang terdiri dari
hemisphere kanan dan kiri dan dipisahkan dengan longitudinal fissure.
Bagian permukaan yang paling mencolok dari hemispere disebut gyrus,
sedangkan lipatan ke dalamnya disebut sulcus yang ditampakkan pada
gambar di bawah ini.
4
Gambar 2. 1 Anatomi Gyrus dan Sulcus (Vanputte, 2016)
Keterangan:
1. Lobus Frontalis 6. Longitudinal Fissure
2. Sulcus Centralis 7. Hemisphere Sinistra
3. Lobus Parietalis 8. Sulcus
4. Lobus Occipitalis 9. Gyrus
5. Hemisphere Dextra
5
Keterangan :
1. Polus Frontalis 6. Lobus Temporalis
2. Fisura longitudinalis cerebri 7. Sulcuparietoocipitalis
3. Lobus Frontalis 8. Lobus Occipitalis
4. Sulcus Centralis 9. Polus Occipitalis
5. Lobus Parietalis
Otak kanan dan kiri dibagi menjadi empat bagian besar yang disebut
lobus frontal, lobus temporal, lobus parietal dan lobus oksipital.
Lobus frontal berperan penting dalam mengendalikan gerakan tubuh,
menilai dan merencanakan sesuatu, memecahkan masalah serta mengatur
emosi dan pengendalian diri. Kerusakan pada lobus ini menyebabkan
perubahan perilaku dan kebiasaan seksual, kesulitan berbahasa dan
mengatur emosi.
Lobus oksipital berguna untuk membantu kita mengenali obyek,
ketidakmampuan untuk mengidentifikasi warna, halusinasi dan kesulitan
memahami kata-kata.
Lobus temporal bertanggung jawab terhadap fungsi pendengaran,
memori dan emosi. Kerusakan pada lobus temporal menyebabkan masalah
pada ingatan, persepsi ucapan dan kemampuan berbahasa.
Lobus parietal berperan penting dalam menafsirkan sentuhan, gerakan
tubuh, sensasi nyeri dan kemampuan berhitung serta menulis atau melukis.
Cedera atau kerusakan pada lobus ini menyebabkan seseorang kehilangan
sensasi (mati rasa kesemutan) di sisi tubuh yang berlawanan.
Contoh gambar dari lobus frontal, oksipital, temporal dan parietal
adalah sebagai berikut:
6
Gambar 2. 3 Anatomi Lobus dari pandangan lateral (Netter, 2014)
Keterangan :
1. Pol Frontalis 7. Lobus Occipitalis
2. Lobus Frontalis 8. Incisura Preoccipitalis
3. Sulcus centralis 9. Lobus temporalis
4. Lobus parietalis 10. Sulcus lateralis
5. Sulcus parietooccipital 11. Polus temporalis
6. Polus occipitalis 12. Fossa lateralis cerebri
b. Diencephalon
Terdiri dari thalamus, epithalamus dan hypothalamus terletak di
antara batang otak dan cerebrum sesuai gambar 2.4 di bawah ini.
Keterangan:
1. Diencephalon
2. Brainsteam
Diencephalon terdiri dari:
1.) Thalamus
7
Thalamus yang ditunjukkan pada gambar (2.5) terletak pada
bagian belakang (posterior) otak depan dan dijadikan sebagai tempat
lalu lintas rangsangan sensorik dari dan menuju korteks otak.
Merupakan bagian terbesar, terdiri dari susunan syaraf dengan bentuk
sepertim yo-yo. Kedua sisi dihubungkan dengan suatu bagian kecil
yang disebut interthalamic adhesion. Bagian ini mengelilingi ventrikel
ketiga dan merupakan produk utama dari embrionik diencephalon.
Fungsi paling utama dari kelenjar thalamus adalah sebagai penyampai
informasi yang berkaitan dengan kesadaran, siklus tidur dan
kewaspadaan. Thalamus merupakan bagian dalam sistem lambik yang
memiliki peran dalam mengontrol dan merespon emosi , motivasi,
mood, sekresi sistem hormon pada manusia dan sensasi rasa sakit dan
senang.
Keterangan:
1. Thalamic Nuclei
2. Interthalamic adhesion
2) Epithalamus
Merupakan bagian kecil yang berada pada superior dan posterior
dari thalamus. Yang berhubungan dengan thalamus terdapat kelenjar
pineal (pineal gland) yaitu kelenjar endokrin yang mempengaruhi
aktifitas pubertas pada usia remaja. Fungsi dari epithalamus adalah
untuk menghubungkan sistim lambik ke bagian lain dari otak.
3) Hypothalamus
Merupakan bagian inferior yang terdiri dari beberapa syaraf yang
berfungsi sangat penting dalam pengaturan homeostasis 13 yaitu
8
berkaitan dengan pengaturan suhu tubuh, rasa lapar dan haus. Sensasi
seperti kesenangan seksual, emosional seperti marah dan rasa takut
serta rileks setelah makan. Selain itu, hypothalamus juga berperan
dalam pengaturan sekresi hormon dari kelenjar pituitari.
c. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak adalah penghubung antara susunan saraf tepi dengan otak
yang letaknya ditunjukkan pada gambar 2.6. Batang otak terdiri dari
medulla oblongata, pons, dan mid brain (otak tengah). Fungsi utama dari
batang otak antara lain untuk mengatur detak jantung, tekanan darah, dan
pernafasan.
Keterangan :
1. Thalamus 5. Medulla Oblongata
2. Infundibulum 6. Diancephalon
3. Pons 7. Midbrain
4. Pyramid 8. Brainstem
1) Medulla Oblongata
Medulla oblongata terletak padaa bagian inferior dari batang otak
dan merupakan kelanjutan dari spinal cord. Medulla oblongata berada
setinggi Foramen magnumm sampai dengan pons. Medulla oblongata
memiliki fungsi yang spesifik seperti untuk mengatur detak jantung,
diameter pembuluh darah, pernafasan, fungsi dalam menelan, muntah,
batuk, bersin, keseimbangan dan koordinasi.
2) Pons
9
Pons tersusun dari saraf-saraf ascenden dan descenden. Fungsi
pernafasan, menelan dan keseimbangan dilakukan oleh bagian inferior
pons. Syaraf di bagian ini juga berfungsi sebagai penghubung antara
cerebellum dan cerebrum. Fungsi lain adalah dalam proses mengunyah
dan pengaturan air liur. Adanya kelainan di daerah pons atau batang
otak dapat menimbulkan efek yang fatal bagi kesadaran.
3) Mid Brain (Otak Tengah)
Fungsi dari otak tengah adalah untuk pengaturan pergerakan mata,
pengaturan diameter pupil dan bentuk lensa. Mid brain terletak pada
bagian superior dari pons dan merupakan bagian terkecil dari batang
otak.
4) Cerebellum (Otak Kecil)
Otak kecil terletak menempel dengan batang otak, dengan
beberapa konektor yang disebut Cerebellar penducles, yang 15
menghubungkan antara cerebellum dengan bagian lain di susunan
syaraf pusat.
Fungsi utama sebagai pengontrol gerak dan keseimbangan,
mlelakukan pengendalian otot untuk pergerakan tubuh, membantu
belajar dan mengingat kemampuan motorik, sebagai pengatur postur
tubuh dan gerak bola mata, membantu fungsi kognitif seperti bahasa,
emosi dan perhatian seseorang, dan sebagai pengatur gerakan dan
informasi dari rangsangan supaya bisa melakukan gerakan yang tepat.
Contoh dari gambar anatomi otak secara keseluruhan adalah sebagai
berikut:
10
Keterangan:
1. Cerebrum 6. Diancephalon
2. Corpus Callosum 7. Midbrain
3. Cerebellum 8. Pons
4. Thalamus 9.Medulla Oblongata
5. Hypothalamus 10. Brainstem
11
Berat, GCS 3-8
c. Berdasarkan morfologi:
Fraktur tengkorak, yaitu fraktur kubah kranii dan fraktur basis
kranii. Fraktur kubah kranii, antara lain bentuknya linear atau
stellata, depresi atau non depresi, fraktur terbuka atau fraktur
tertutup. Fraktur basis kranii, antara lain dengan atau tanpa cairan
serebrospinal dan dengan atau tanpa paralisis saraf kranial.
Lesi intrakranial, yakni fokal dan difus. Fokal, yakni perdarahan
epidural, perdarahan subdural, dan perdarahan intraserebral.
Difus, yakni gegar otak ringan, gegar otak klasik, dan diffuse
axonal injury.
12
tersebut adalah tungsten dengan nomor atom 74, hal ini
dikarenakan pada tungsten dapat menghasilkan sinar-x dengan
intensitas tinggi. Selain itu pada tabung sinar-x dilengkapi dua
ukuran focal spot yang berbeda, dengan ukuran 0,5 mm dan 1
mm. Dengan ukuran focal spot yang kecil dapat meningkatkan
resolusi spasial pada citra, namun konsekuensi lain yang
didapat adalah tabung sinar-x akan menjadi lebih cepat panas.
2. Generator
Pada CT Scan umumnya menggunakan generator frekuensi
tinggi. Kapasistas daya pada generator diatur untuk
memperoleh faktor eksposi (kV dan mA) yang sesuai,
umumnya pada generator menggunakan kV yang tinggi
dengan rentan 120-140 kV untuk meningkatan intensitas x-ray
beam sehingga dapat menurunkan dosis yang diterima oleh
pasien dengan harapan mA dapat diturunkan pula. Dampak
lain dari ditingkatkannya kV adalah menurunkan panas pada
tabung sinar-x dengan catatan mA harus diminimalkan
sehingga dapat memperpanjang usia alat.
3. Slip Ring
Awalnya setiap modalitas CT Scan menggunakan kabel
sistem, sehingga diperlukan pengkodean awal untuk memulai
scanning. Karena keterbatasan tersebut, dibuat pengganti
sistem kabel tersebut dengan chanical device atau dikenal
dengan slip ring sehingga memungkinkan gantry untuk
berputar terus menerus tanpa diperlukan pengkodean ulang
sebelum scanning.
4. Cooling System
Sistem pendingin atau dikenal cooing system merupakan
perangkat yang berada pada gantry yang bertujuan untuk
menstabilkan suhu pada x-ray tube yang diakibatkan
pengaturan (kV dan mA) dari generator. Contoh cooling
system seperti adanya ventilasi untuk pembuangan panas yang
13
dihasilkan, pelindung atau perangkat yang melakukan
perubahan panas dari minyak menjadi udara.
5. Filter
Filter pada CT Scan membantu untuk mengurangi dosis
radiasi yang diterima pasien dan membantu untuk
meminimalkan artefak pada citra. Pancaran berkas radiasi
yang dihasilkan oleh tabung sinar- x bersifat polikromatik.
Dengan penggunaan filter dapat menyaring sinar-x dengan
meniadakan gelombang panjang, selain itu juga bertujuan
untuk menjadikan berkas sinar-x menjadi seragam.
6. Kolimasi
Kolimasi atau collimator pada gantry digunakan untuk
membatasi berkas sinar-x yang dikeluarkan, sehingga terfokus
pada objek yang akan dilakukan scanning dan mencegah radisi
menyebar pada objek lain. Selain itu, ketebalan irisan
dipengaruhi oleh kolimator yang tersedia dengan kisaran 5 mm
hingga 10 mm.
7. Detektor
Pada CT Scan setelah berkas sisnar-x dikeluarkan oleh tabung
sinar-x dan menembus objek, selanjutnya akan diteruskan
menuju detektor untuk diolah menjadi data analog. Detektor
dapat dibuat dengan beberapa bahan seperti xenon gas atau
solid state crystal. Berikut merupakan karakteristik detektor
berdasarkan bahannya:
8. Cooling System
Sistem pendingin atau dikenal cooing system merupakan
perangkat yang berada pada gantry yang bertujuan untuk
menstabilkan suhu pada x-ray tube yang diakibatkan
pengaturan (kV dan mA) dari generator. Contoh cooling
system seperti adanya ventilasi untuk pembuangan panas yang
dihasilkan, pelindung atau perangkat yang melakukan
perubahan panas dari minyak menjadi udara.
14
9. Filter
Filter pada CT Scan membantu untuk mengurangi dosis
radiasi yang diterima pasien dan membantu untuk
meminimalkan artefak pada citra. Pancaran berkas radiasi
yang dihasilkan oleh tabung sinar- x bersifat polikromatik.
Dengan penggunaan filter dapat menyaring sinar-x dengan
meniadakan gelombang panjang, selain itu juga bertujuan
untuk menjadikan berkas sinar-x menjadi seragam.
10. Kolimasi
Kolimasi atau collimator pada gantry digunakan untuk
membatasi berkas sinar-x yang dikeluarkan, sehingga terfokus
pada objek yang akan dilakukan scanning dan mencegah radisi
menyebar pada objek lain. Selain itu, ketebalan irisan
dipengaruhi oleh kolimator yang tersedia dengan kisaran 5 mm
hingga 10 mm.
11. Detektor
Pada CT Scan setelah berkas sisnar-x dikeluarkan oleh tabung
sinar-x dan menembus objek, selanjutnya akan diteruskan
menuju detektor untuk diolah menjadi data analog. Detektor
dapat dibuat dengan beberapa bahan seperti xenon gas atau
solid state crystal. Berikut merupakan karakteristik detektor
berdasarkan bahannya:
15
Meja pasien apabila dilakukan scan akan bergerak dengan
kecepatan tertentu untuk memulai scan saat memasuki gantry.
Dengan adanya hal tersebut diharapkan akan menghasilkan hasil
objek scan secara kontinu berdasarkan gerakan gantry. Dengan
meningkatkan pitch, maka volume coverage dan kecepatan
scanning meningkat pula.
16
b) Fiksasi Kepala
c) CT-Scan
d) Komputer Concole
2.4.5 Pengaturan Posisi Pasien dan Objek Evaluasi
a) Posisikan pasien Supine dengan kepala didahulukan (Head First)
b) Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Agar gambaran
simetris kepala diposisikan sehingga mid sagital plane sejajar
dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar
dengan lampu indikator horizontal.
c) Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh.
d) Gantry disudutkan paralel dengan supra orbita meatal baseline
sebelum pemeriksaan dilakukan.
2.4.6 Parameter scanning
a) Scan Type : Helical full
b) Range : Sympisis menti – Vertex
c) Helical thickness : 1,25 mm (kepala)
d) Detektor Coverage : 20 – 40
e) Scan time : 3 second
f) Gantry tilt : Paralel dengan supraorbita meatal baseline
g) kVp : 120
h) mAs : 250 (Auto)
i) FOV : 22 cm
j) Pitch & Speed : 0,984 : (mm/rot)
k) Scan direction : Craniocaudal
l) Kernel : Standart/Medium average
17
bone). Jika ditemui kelainan, seperti pendarahan maka dilakukan
pengukuran volume pendarahannya.
2.4.8 Kriteria radiograf
a) Gambaran Axial, Sagital, dan Coronal tervisualisasi baik
b) Terlihat Gambaran Rongga Sinus dengan baik
c) Mencakup basis cranii sampai vertex
d) Objek tidak bergerak
e) Menampakan kelainan yang dicurigai
18
b) Asas Limitasi (Dose Limitation)
Limitasi adalah pemanfaatan tenaga nuklir harus tidak melebihi
nilai batas dosis yang ditetapkan oleh peraturan tidak boleh
dilampaui.
19
BAB III
PEMBAHASAN
20
kV : 120
mA : 160
Slice : 10 mm
FOV : 22 cm
Tilt : 0.0
Scan Direction : Caudocranial
WW/WL : 2000/500 (Lung) dan 80/35 (Brain)
b) Handscoon
c) Fiksasi Kepala
3.3.2 Persiapan Pasien
a) Pasien datang ke instalasi radiologi bersama perawat dengan membawa
surat permintaan pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras.
b) Sebelum memulai pemeriksaan, persiapan yang dilakukan untuk pasien
yaitu petugas harus mengetahui klinis dari pasien terlebih dahulu,
kemudian menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan yang akan
diberikan.
c) Selanjutnya, pasien diminta untuk melepaskan seluruh benda berunsur
logam yang terdapat disekitar area pemeriksaan (kepala) dengan
bantuan perawat.
21
umur, no. rekam medis, jenis kelamin, age group dan study
description. Untuk proses scanning dilakukan pemilihan posisi
pemeriksaan (head first jika untuk pemeriksaan kepala), memilih
menu sesuai organ yang diperiksa (head jika pemeriksaan kepala),
memilih menu sesuai jenis pemeriksaan (brain rutin) jika pemeriksaan
kepala tanpa kontras). Proses Scanning dimulai dengan pengambilan
gambar topogram/surview atau proses scanogram dengan cara sebagai
berikut:
22
3.3.5 Hasil Citra
a) Citra CT-Scan Potongan Axial Bone View
23
b) Citra CT-Scan Potongan Brain View
24
contusion cerebri di lobus temporalis dan parietalis kiri
25
Pemeriksaan CT Scan di IGD RSUD dr. Soebandi dengan kasus
curiga concussion dilakukan dengan mempersiapkan pasien terlebih
dahulu sebelum dilakukan tindakan dengan dibersihkannya darah yang
ada di area kepala pasien. Posisikan pasien ke bed CT Scan dengan
kepala menghadap keatas dan pastikan kepala pasien sudah pas agar
mendapatkan gambaran yang terbaik. Jika sudah posisikan pasien
dengan benar dilanjutkan dengan memasukkan data pasien pada
workstation kemudian pemeriksaan dapat mulai dengan pengambilan
scannogram terlebih dahulu. Jika dirasa lapangan scan sudah tepat dan
cukuo maka proses scanning dapat dilakukan.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Netter, Frank H. 2014. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC
Stippler M. Craniocerebral Trauma. In: Darrof RB, Jancovic J, Mazziota JC, Pomeroy SL,
editors. Bradley’s Neurology in Clinical Practices. 7th ed. London: Elsevier; 2015. p.
867–80
VanPutte, Cinamon, Jenifer Regan, Andrew Russo. 2016. Seeley’s Essential of Anatomy &
Physiology. New York: McGrawEducation
28
LAMPIRAN
Lampiran 1
29
Lampiran 2
30
31