Disusun oleh :
ANDRE LUKITA MR
P1337430221071
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna
memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan 5 Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
NIM : P1337430221071
KUDUS”
Pembimbing Klinik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus Praktek Kerja
Lapangan (PKL) 5 Program studi Teknologi Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan
Bantuan, bimbingan serta do’a dari berbagai pihak telah banyak dilimpahkan pada
penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
Kesehatan Semarang
2. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes, Selaku ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
3. Ibu Dartini, SKM, M.Kes Selaku ketua Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan
4. dr. Pujianto, M.Kes Selaku Direktur Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
5. dr. Michel Ananias L, Sp.RadSelaku Kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus
6. Bapak Harya Abdi P, S.ST Selaku pembimbing klinik Praktek Kerja Lapangan 5 di Rumah
7. Seluruh Radiografer dan staf Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus Praktek Kerja Lapangan 5
iii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala
kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun guna kesempurnaan laporan
kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Hasil ......................................................................................................................... 17
B. Pembahasan .............................................................................................................. 23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 26
B. Saran......................................................................................................................... 26
LAMPIRAN .............................................................................................................. 28
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memanfaatkan computer sebagai pengolah data sinar-X yang telah mengalami atenuasi
membedakan bagian-bagian yang kecil diantara jaringan lunak dan ini lebih baik
enchancement, sehingga berbagai jaringan lunak dan jaringan tubuh cepat dibedakan
(Bontrager 2010).
apalagi pada kasus yang berhubungan dengan fungsi otak. Salah satu parameter yang
digunakan untuk keakuratan data tersebut adalah ukuran Slice Thickness. Semakin kecil
ukuran slice maka resolusi yang dihasilkan akan semakin tinggi (Nesseth, 2000).
Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan diagnosa
yang lebih tepat terutama kelainan-kelainan didalam otak seperti adanya stroke non
konvensional adalah dapat membedakan soft tissue, lemak, udara, dan tulang pada irisan
crossectional dan dapat direformat menjadi 3 dimensi sehingga terlihat jelas tanpa
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan
otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
Kudus, penulis sering menjumpai pasien dengan diagnosa stroke non hemorrhagic.
1
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat laporan kasus
B. Rumusan Masalah
dengan diagnosa stroke non hemorrhagic di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi
rahayu Kudus ?
C. Tujuan Penulisan
stroke non hemorrhagicdi Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi rahayu Kudus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Otak
terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium (tengkorak), yang
secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa. Jaringan
otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala,
tulang tengkorak, selaput otak (meninges), dan cairan cerebrospinalis. Selaput otak
terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid, dan piamater. Di
Otak (encephalon) dapat dibagi dalam tiga komponen utama : hemisfer cerebri (otak
besar), batang otak, dan cerebellum (otak kecil). Serebri adalah bagian otak terbesar
(85%) yang berasal dari pronsecephalon. Ia terdiri dari sepasang hemisfer yaang
berstruktur sama, yang dipisahkan oleh flax cerebri dan dihubungkan oleh sekumpulan
serabut saraf yang disebut corpus callosum, yang berfungsi untuk menyampaikan impuls
di antara keduanya. Cerebri dari luar ke dalam tersusun oleh korteks (massa kelabu atau
subtansia grisea atau grey matter), massa putih (subtansia alba), dan massa kelabu yang
3
Gambar 1. Lima Lobus pada setiap bagian otak (Bontrager’s 2017)
Gambar 2. Menunjukkan lobus Frontal, parietal, dan oksipital dan perbedaan relatif di
Korteks cerebri (subtansi gricea) terdiri dari sel-sel saraf. Subtansia alba cerebri
berisi serabut-serabut saraf (akson) dalam saluran-saluran yang menonjol, contoh korona
otak tengah. Ganglia basalis yang terletak di sebelah dalam cerebri, berbatasan dengan
ventrikel III, terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus. Nukleus
kaudatus berjalan di lateral ventrikel lateralis dan talamus. Talamus dan hipotalamus juga
4
Di dalam parenkim otak bagian dalam terdapat empat buah rongga yang saling
berhubungan dan berisi cairan cerebrospinalis. Rongga-rongga ini dibatasi oleh epitel
apindema, disebut ventrikel otak. Sistem ventrikel otak terdiri atas ventriel lateralis
kanan dan kiri, ventrikel III, dan ventrikel IV. Cairan cerebrospinalis dibentuk setiap hari
Batang otak, dari sefalad ke kaudal, terdiri dari empat komponen utama :
terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus, dan sub talamus. Mesencephalon atau otak
tengah terdiri dari tektum, tegmentum, substansia nigra, dan pedunkulus cerebri. Saraf III
dan IV keluar dari mesensefalon. Akuaduktus silvii yang menghubungkan ventrikel III
dan IV terletak dalam otak tengah bagian dorsal. Pons merupakan penghubung antara
otak tengah dan medulla oblongata, terdiri dari bagian ventral (basis) dan bagian dorsal
(tegmentum). Ia membentuk komponen utama dari batang otak dan berlokasi di bagian
fossa medio-posterior. Saraf V-VII berasal dari pons. Permukaan dorsal pons membentuk
dasar ventrikel IV. Medulla merupakan komponen yang paling kaudad dari batang otak.
Saraf VIII-XII berasal dari medula. Medula akan melanjutkan diri ke kaudal sebagai
medula spinalis. Medula meruncing ke kaudal dan bergabung dengan medula spinalis
Cerebellum terletak dorsal dari pons dan medulla dan menempati terbesar dari fossa
cerebri posterior. Cerebellum terdiri dari vermis di garis tengah dan dua lobus lateral
(hemisfer).Seperti hemisfer cerebri, cerebellum terdiri dari korteks (gray matter) dan
bagian tengah (white matter) dengan inti bagian dalam (gray matter). Cerebellum
bergabung dengan tiga segmen batang otak melalui pasangan pedunkulus : cerebelaris
5
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri, yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Di dalam rongga cranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus willisi. 2/3 aliran darah cerebri dialirkan
kesebagian besar cerebri dan diensefalon melalui sistem karotis dan 1/3 sisanya dialirkan
ke medula oblongata, pons, otak tengah, lobus temporalis bagian medial dan inferior,
B. Anatomi Kepala
6
Gambar 5. Cranium – Superior cuteway view (Bontrager’s 2017)
Seperti dilihat dari depan, tulang kalvarium yang paling mudah terlihat adalah tulang
frontal. Tulang ini berkontribusi pada Pembentukan dahidan bagian superior dari setiap
orbit. Ini terdiri dari dua bagian utama: Squamous atau bagian vertikal, yang membentuk
dahi, dan bagian orbital atau horizontal, yang membentuk bagian superior dari orbit.
7
Sisi lateral kanan dan kiritulang temporal adalah struktur kompleks yang
padagambar 6,tulang temporal kiri terletak di antara sayap yang lebihbesar dari tulang
sphenoid anterior dan tulang oksipital posterior (Gambar6). Pada tampilan Superior
(Gambar 7), tulang oksipital tunggal berada di antara tulang temporal berpasangan.
Bagian utama ketiga dari setiap tulang temporal, porrs-petrous, sekali lagi ditunjukkan
dalam pandangan superior ini. Bagian berbentuk piramida dari tulang temporal ini adalah
tulang paling tebal dan terpadat di tempurung kepala. Piramida petrous memproyeksikan
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan otak
sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu pemenuhan
Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50- 60 ml/100
gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400
gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah
aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah
jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan
otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah
otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit akan terjadi kompensasi berupa
otak, oksidanya akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara
10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui metabolisme
8
anaerob. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob melalui siklus Kreb
menembusmembran.
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait,
yaitu:
D. Dasar-Dasar CT Scan
Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor. Didalam
prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan rekonstruksi algoritma. Setelah
proses pengolahan selesai maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang
selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan kelayar monitor. Gambar
yang ditampilkan dalam layar monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh. Pada CT-
Scan prinsip kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh.
Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah
9
didapatkan dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal, sagital,
1. Gantry
Di dalam CT Scan , pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja tersebut
bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat yang
biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-X yang
menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detektor. Meja ini harus
kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja
3. Sistem konsul
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih menggunakan
dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CTScan sendiri dan untuk perekaman
dan untuk pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memakai sistem satu
konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem
konsul yaitu, sistem kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman
gambar.
F. Parameter CT Scan
Dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output
10
1. Slice Thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa.
Nilainya dapat dipilih antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran
yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya
ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi
maka akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.
2. Range
range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan
pemeriksaan.
3. Faktor Eksposi
tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan
Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil
akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran
pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran
FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis
5. Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry
(tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 sampai +25 derajat.
11
Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus
yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap
6. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel)
satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi
gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512
baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.
7. Rekonstruksi Algorithm
tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi algorithma
yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan
adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jarringan
8. Window Width
maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama
9. Window Level
12
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk
perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas
meliputi :
1. Persiapan Pasien
b) Head holder
c) Selimut
d) Body strap
f) Alat-alat steril seperti : spuit 20cc, kassa, kapas alcohol, anti histamine, dll.
i) Media Kontras. Adapun jenis bahan kontras yang digunakan adalah bahan
kontras positif, serta bersifat water soluble atau larut dalam air.
3. Prosedur Pemeriksaan
13
Prosedur pemeriksaan CT kepala dimulai dengan memposisikan pasien pada
posisi supine dengan kepala berada di head holder. Pastikan pasien tersebut tidak
berotasi atau miring. Atur meja pemeriksaan sehingga coronal alignment light tepat
scan dari basis cranii ke vertex.Sudut gantry disesuaikan dengan basis cranii (tulang
occipital) (foramen magnum) dan tulang frontal (roof of orbit). (Seeram, 2016).
berikut:
Parameter Scanning
Scan mode Helical
Scanogram Base cranium –
vertex (range)
FOV 25-30 cm
Tegangan tabung 120 kV
Arus tabung 200++ mAs
Detektor slice thickness 0,5 - 1,25 mm
Pitch 1.0
Recontruction slice thickness 3 – 5 mm
Gantry tilt 0o
Rotation time 0,5 s
Window Width - 100 Hu (brain)
- 2000 Hu (bone)
Window Level - 50 Hu (brain)
- 350 Hu (bone)
Algorithma Standar
Contrast volume 2 ml/kg
14
Gambar 8. Scanogram Skull
b) Kriteria gambar :
1) Tampak jelas batas tegas antara substansia alba dan substansia gricea
c) Gambar Radiograf :
15
Gambar 10. Pre dan post kontras meningioma post trauma.
16
BAB III
Kepala Kontras Dengan Diagnosa Stroke Non Hemorrhagicdi Instalasi Radiologi Rumah
1. Indentitas Pasien
Nama : Tn M
Umur : 62 tahun
Alamat : Kudus
Nomor RM : 582xxx
2. Riwayat Penyakit
c. Pelo
3. Prosedur pemeriksaan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT Scan kepala dengan
yaitu :
17
1) Pesawat CT Scan Siemens 128 Slice
2) Selimut
3) Head Cleam
4) Pengganjal kepala
5) Film CT Scan
7) Workstation
10) Tourniquet
b. Persiapan Pasien
c. Teknik Pemeriksaan
1 cc sebelum pemeriksaan.
2) Posisi pasien
3) Posisi Objek
18
disamping tubuh dan difiksasi dengan sabuk khusus. Kemudian pasien
7) Scanning kedua untuk gambaran non kontras (polos) dengan tekan “Load
Gambar 11. Parameter kV, mAs, Scan Time, Rotation time, slice, Pitch
danDelay
19
Gambar 12. Parameter Kernel, Window (window orbita), kernel, FoV,
e. Hasil Radiograf
20
Gambaran 14. Gambaran Axial Non Kontras (Window Brain)
Note : Setiap Potongan dicetak 19 slice. Pada pemeriksaan ini potongan yang
Topogram yang berarti 1 film berisi 1 Topogram dan Potongan. Jadi dalam 1
21
f. Hasil Bacaan Dokter
- Tampak lesi hipodens rim isodens, rounded batas tegas, multipel pada
frontal
- temporal kanan, temporal- parietal kiri dengan edema perifokal. Pada post
- Tampak lesi hipodens dike2 hemisfer serebelum. ke2 crus ant-post capsula
- Pons baik.
KESAN:
parietal kiri dengan edema perifokal (Ukuran lesi terkecil +/- 5.1 x 4.9 x 5.1
- Infark pada ke2 hemisfer serebelum. ke2 crus ant post capsula interna,
22
B. Pembahasan
Hemorrhagic di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dilakukan sesuai
dengan teori yaitu, posisi pasien supine pada meja pemeriksaan (headfirst) dengan posisi
MSP tubuh berada pada pertengahan meja. Kemudian dipasang fiksasi pada tubuh dan
kepala pasien, lampu indikator vertikal sejajar dengan MSP kepala, lampu indikator
horisontal berada pada MCP kepala yaitu setinggi lubang telinga pasien atau MAE
superior vertex. Selama pemeriksaan pasien diberi selimut mengingat ruangan ber-AC.
Untuk pemberian kontras dengan pasien di instalasi radiologi RS Mardi Rahayu Kudus
bekerja sama dengan bagian perawat radiologi untuk memasukan media kontras agar
Kudus telah diatur protokol khusus yang sudah ter-setting pula rekonstruksi gambar
secara otomatis. Rekonstruksi yang dilakukan yaitu untuk merekonstruksi slice thickness
Setelah proses scanning selesai maka didapatkan potongan axial, lalu dilakukan
maka akan didapatkan gambar potongan axial, sagital, dan coronal. Selanjutnya memilih
gambar potongan yang informatif atau yang menunjukan patologi dari kepala pasien.
Gambar potongan-potongan yang telah dipilih tadi adalah gambar yang nantinya akan
dicetak melalui printer pada film ukuran 14 x 17 inchi sebanyak 2 lembar dengan
tampilan 5 x 4.
23
Berikut tabel perbedaan penggunaan scan parameter menurut teori (Seeram, 2016)
TEORI
NO. ITEM RS Mardi Rahayu
( Seeram, 2016)
3 RECONSTRUCTION 3-5 mm 5 mm
INCREMENT
4 RECONSTRUCTION 3-5 mm 5 mm
THICKNESS
TECHNIQUE
Penggunaan scan parameter sudah hampir sesuai dengan teori, ada beberapa
perbedaan. Perbedaan pertama yaitu untuk penggunaan mA. Perbedaan kedua yaitu pada
scan range, di teori (Seeram,2016) dijelaskan batas bawah scanning yaitu basis cranii dan
menggunakan scan range dari sinus Maxilaris hingga vertex dengan diagnosa Stroke Non
Hemorragic.
24
Dengan menggunakan parameter yang dimiliki pesawat tersebut, ct scan kepala yang
dilakukan sudah bisa mendapatkan informasi yang diinginkan. Sehingga dengan hasil
dokter radiologi meminta dilakukan pemasukan media kontras karena dicurigai adanya
abses di daerah vermis hemisver serebelum kanan mengarah pada SOL (Space
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
ct scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna mengetahui
Stroke non hemorragic adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan
otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
Protokol yang digunakan pada pemeriksaan CT Scan kepala yaitu kepala kontras
dengan parameter antara lain slice thickness 5 mm, 130 kv. selanjutnya dilakukan
scan kepala non kontras yang dicurigai SOL (Space Occupying Lession)
B. Saran
26
DAFTAR PIUSTAKA
EDITION
Grainger J J., Stevenson. William D, JR., 1994, Power System Analysis, New York,
Merril, Vinita, 2016, “Merril’s Atlas Of Radiographic Positioning & Procedures, Thierteenth
Edition”, Mosby, Missouri Moeller, T.B., & Reif, E. 2000. Normal findings in CT
Nesseth, R., 2000. Procedure and Documentation For CT and MRI, McGraw- Hill Medical
27
LAMPIRAN
28