Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

PROSEDUR PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA KONTRAS DENGAN DIAGNOSA

STROKE NON HEMORRHAGIC DI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktek Kerja Lapangan (PKL) 5

Disusun oleh :

ANDRE LUKITA MR
P1337430221071

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna

memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan 5 Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Nama : Andre Lukita MR

NIM : P1337430221071

Judul Laporan Kasus : “PROSEDUR PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA KONTRAS

DENGAN DIAGNOSA STROKE NON HEMORRHAGIC DI

INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU

KUDUS”

Kudus, Desember 2021

Pembimbing Klinik

Harya Abdi P, S.ST

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya

dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus Praktek Kerja

Lapangan (PKL) 5 Program studi Teknologi Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan

dengan judul “PROSEDUR PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA KONTRAS DENGAN

DIAGNOSA STROKE NON HEMORRHAGIC DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH

SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS”

Bantuan, bimbingan serta do’a dari berbagai pihak telah banyak dilimpahkan pada

penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Marsum, BE, Spd,MHP Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Semarang

2. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes, Selaku ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang

3. Ibu Dartini, SKM, M.Kes Selaku ketua Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan

Program Sarjana Terapan

4. dr. Pujianto, M.Kes Selaku Direktur Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

5. dr. Michel Ananias L, Sp.RadSelaku Kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahayu

Kudus

6. Bapak Harya Abdi P, S.ST Selaku pembimbing klinik Praktek Kerja Lapangan 5 di Rumah

Sakit Mardi Rahayu Kudus

7. Seluruh Radiografer dan staf Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus Praktek Kerja Lapangan 5

iii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala

kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun guna kesempurnaan laporan

kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan

bermanfaat bagi kita semua.

Kudus, Desember 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Otak ........................................................................................................... 3


B. Anatomi Kepala ........................................................................................................ 6
C. Patofisiologi Stroke non Hemorrhagic ....................................................................... 8
D. Dasar-Dasar CT Scan ................................................................................................ 9
E. Komponen Dasar CT Scan ........................................................................................ 10
F. Parameter CT Scan.................................................................................................... 10
G. Prosedur pemeriksaan CT Scan Kepala ..................................................................... 13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ......................................................................................................................... 17
B. Pembahasan .............................................................................................................. 23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 26
B. Saran......................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 27

LAMPIRAN .............................................................................................................. 28

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Computed Tomography merupakan suatu metode pencitraan diagnose yang

memanfaatkan computer sebagai pengolah data sinar-X yang telah mengalami atenuasi

dalam tubuh pasien yang diperiksa. CT Scan mempunyai kemampuan untuk

membedakan bagian-bagian yang kecil diantara jaringan lunak dan ini lebih baik

dibandingkan dengan pemeriksaan radiologi konvensional dengan meningkatkan kontras

enchancement, sehingga berbagai jaringan lunak dan jaringan tubuh cepat dibedakan

(Bontrager 2010).

Pada pemeriksaan CT Scan diperlukan ketelitian untuk keakuratan akuisisi data

apalagi pada kasus yang berhubungan dengan fungsi otak. Salah satu parameter yang

digunakan untuk keakuratan data tersebut adalah ukuran Slice Thickness. Semakin kecil

ukuran slice maka resolusi yang dihasilkan akan semakin tinggi (Nesseth, 2000).

Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan diagnosa

yang lebih tepat terutama kelainan-kelainan didalam otak seperti adanya stroke non

hemorragic (Graber, 2002). Kelebihan dari CT-Scan dibandingkan dengan radiografi

konvensional adalah dapat membedakan soft tissue, lemak, udara, dan tulang pada irisan

crossectional dan dapat direformat menjadi 3 dimensi sehingga terlihat jelas tanpa

terhalang oleh jaringan (Grainger, 1992).

Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan

otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu

pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak(Masayu Prakasita,

2015).Dalam pelaksanaanPKL 5 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahayu

Kudus, penulis sering menjumpai pasien dengan diagnosa stroke non hemorrhagic.

1
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat laporan kasus

dengan judul “PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA KONTRAS DENGAN

DIAGNOSA STROKE NON HEMORRHAGICDI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan CT Scan kepala kontras dengan diagnosa stroke

non hemorrhagic di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi rahayu Kudus ?

2. Mengapa diperlukan media kontras pada pemeriksaan CT Scan kepala kontras

dengan diagnosa stroke non hemorrhagic di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi

rahayu Kudus ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan kepala kontras dengan diagnosa

stroke non hemorrhagicdi Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi rahayu Kudus.

2. Untuk mengetahui mengapa diperlukan media kontras pada pemeriksaan CT Scan

kepala kontras dengan diagnosa stroke non hemorrhagic di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Mardi rahayu Kudus

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Otak

Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar-agar dan

terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium (tengkorak), yang

secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa. Jaringan

otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala,

tulang tengkorak, selaput otak (meninges), dan cairan cerebrospinalis. Selaput otak

terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid, dan piamater. Di

dalam tempat tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium dan

membaginya menjadi tiga kompartemen. Tentorium merupakan sekat yang membagi

rongga cranium menjadi kompartemen supratentorial dan infratentorial, memisahkan

bagian-bagian posterior-inferior hemisfer serebri dan cerebelum (Listiono, 1998).

Otak (encephalon) dapat dibagi dalam tiga komponen utama : hemisfer cerebri (otak

besar), batang otak, dan cerebellum (otak kecil). Serebri adalah bagian otak terbesar

(85%) yang berasal dari pronsecephalon. Ia terdiri dari sepasang hemisfer yaang

berstruktur sama, yang dipisahkan oleh flax cerebri dan dihubungkan oleh sekumpulan

serabut saraf yang disebut corpus callosum, yang berfungsi untuk menyampaikan impuls

di antara keduanya. Cerebri dari luar ke dalam tersusun oleh korteks (massa kelabu atau

subtansia grisea atau grey matter), massa putih (subtansia alba), dan massa kelabu yang

dikenal sebagai ganglia basalis (Listiono, 1998).

3
Gambar 1. Lima Lobus pada setiap bagian otak (Bontrager’s 2017)

Gambar 2. Menunjukkan lobus Frontal, parietal, dan oksipital dan perbedaan relatif di

antara gyrus, sulcus, dan fissure.

Korteks cerebri (subtansi gricea) terdiri dari sel-sel saraf. Subtansia alba cerebri

berisi serabut-serabut saraf (akson) dalam saluran-saluran yang menonjol, contoh korona

radiata. Serabut-serabut ini arahnya konvergen, membentuk kapsula interna, di sefalad

otak tengah. Ganglia basalis yang terletak di sebelah dalam cerebri, berbatasan dengan

ventrikel III, terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus. Nukleus

kaudatus berjalan di lateral ventrikel lateralis dan talamus. Talamus dan hipotalamus juga

termasuk dalam substanis gricea (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).

4
Di dalam parenkim otak bagian dalam terdapat empat buah rongga yang saling

berhubungan dan berisi cairan cerebrospinalis. Rongga-rongga ini dibatasi oleh epitel

apindema, disebut ventrikel otak. Sistem ventrikel otak terdiri atas ventriel lateralis

kanan dan kiri, ventrikel III, dan ventrikel IV. Cairan cerebrospinalis dibentuk setiap hari

oleh pleksus khoroideus di dalam ventrikel dan ruang subarakhnoid(Woodruff, 1993).

Batang otak, dari sefalad ke kaudal, terdiri dari empat komponen utama :

disencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla(Woodruff, 1993). Diencephalon

terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus, dan sub talamus. Mesencephalon atau otak

tengah terdiri dari tektum, tegmentum, substansia nigra, dan pedunkulus cerebri. Saraf III

dan IV keluar dari mesensefalon. Akuaduktus silvii yang menghubungkan ventrikel III

dan IV terletak dalam otak tengah bagian dorsal. Pons merupakan penghubung antara

otak tengah dan medulla oblongata, terdiri dari bagian ventral (basis) dan bagian dorsal

(tegmentum). Ia membentuk komponen utama dari batang otak dan berlokasi di bagian

fossa medio-posterior. Saraf V-VII berasal dari pons. Permukaan dorsal pons membentuk

dasar ventrikel IV. Medulla merupakan komponen yang paling kaudad dari batang otak.

Saraf VIII-XII berasal dari medula. Medula akan melanjutkan diri ke kaudal sebagai

medula spinalis. Medula meruncing ke kaudal dan bergabung dengan medula spinalis

servikal pada foramen magnum (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).

Cerebellum terletak dorsal dari pons dan medulla dan menempati terbesar dari fossa

cerebri posterior. Cerebellum terdiri dari vermis di garis tengah dan dua lobus lateral

(hemisfer).Seperti hemisfer cerebri, cerebellum terdiri dari korteks (gray matter) dan

bagian tengah (white matter) dengan inti bagian dalam (gray matter). Cerebellum

bergabung dengan tiga segmen batang otak melalui pasangan pedunkulus : cerebelaris

inferior dengan medulla oblongata (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).

5
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri, yaitu arteri karotis interna dan arteri

vertebralis. Di dalam rongga cranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan

membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus willisi. 2/3 aliran darah cerebri dialirkan

kesebagian besar cerebri dan diensefalon melalui sistem karotis dan 1/3 sisanya dialirkan

ke medula oblongata, pons, otak tengah, lobus temporalis bagian medial dan inferior,

lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan cerebellum melalui sistem vertebralis.

Gambar 3. Midsagital Section of Brain (Bontrager’s 2017)

B. Anatomi Kepala

Gambar 4. Cranium – Frontal View (Bontrager’s 2017)

6
Gambar 5. Cranium – Superior cuteway view (Bontrager’s 2017)

Seperti dilihat dari depan, tulang kalvarium yang paling mudah terlihat adalah tulang

frontal. Tulang ini berkontribusi pada Pembentukan dahidan bagian superior dari setiap

orbit. Ini terdiri dari dua bagian utama: Squamous atau bagian vertikal, yang membentuk

dahi, dan bagian orbital atau horizontal, yang membentuk bagian superior dari orbit.

Gambar 6. Temporal bone – Lateral view (Bontrager’s 2017)

Gambar 7. Temporal bones – superior view (Bontrager’s 2017)

7
Sisi lateral kanan dan kiritulang temporal adalah struktur kompleks yang

menampungorgan-organ halus dari pendengaran dan keseimbangan. Seperti yang terlihat

padagambar 6,tulang temporal kiri terletak di antara sayap yang lebihbesar dari tulang

sphenoid anterior dan tulang oksipital posterior (Gambar6). Pada tampilan Superior

(Gambar 7), tulang oksipital tunggal berada di antara tulang temporal berpasangan.

Bagian utama ketiga dari setiap tulang temporal, porrs-petrous, sekali lagi ditunjukkan

dalam pandangan superior ini. Bagian berbentuk piramida dari tulang temporal ini adalah

tulang paling tebal dan terpadat di tempurung kepala. Piramida petrous memproyeksikan

anterior dan menuju garis tengah dari area eAM.

C. Patofisiologi Stroke Non hemorrhagic (MasayuPrakasita,2015)

Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan otak

sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu pemenuhan

kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.

Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50- 60 ml/100

gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400

gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah

aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah

jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan

otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah

otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit akan terjadi kompensasi berupa

peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf

dapat dipertahankan. Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh

otak, oksidanya akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara

fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara lengkap. Hanya

10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui metabolisme

8
anaerob. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob melalui siklus Kreb

adalah 38 mol Adenoain trifosfat (ATP)/mol glukosa sedangkan pada glikolisis

anaerob hanya dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa.

Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan

patofisiologi permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang mengalami

trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan,

kalsium intraseluler, eksitotositas dan toksisitas radikal bebas), juga menyebabkan

kerusakan neumoral yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang

ekstraseluler, sehingga kadar kalsium intraseluler akan meningkat melalui transpor

glutamat, dan akan menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang

menembusmembran.

Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait,

yaitu:

1. Perubahan fisiologi pada aliran darahotak

2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibatiskemik

D. Dasar-Dasar CT Scan

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan televisi.

Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor. Didalam

komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian gambar dengan menerapkan

prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan rekonstruksi algoritma. Setelah

proses pengolahan selesai maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang

selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan kelayar monitor. Gambar

yang ditampilkan dalam layar monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh. Pada CT-

Scan prinsip kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh.

Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah

9
didapatkan dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal, sagital,

oblik, diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut.

E. Komponen Dasar CT Scan

1. Gantry

Di dalam CT Scan , pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja tersebut

bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat yang

keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran, perangkat

keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.

2. Meja pemeriksaan (couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini

biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-X yang

menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detektor. Meja ini harus

kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja

bergerak ke dalam gantry.

3. Sistem konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih menggunakan

dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CTScan sendiri dan untuk perekaman

dan untuk pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memakai sistem satu

konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem

konsul yaitu, sistem kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman

gambar.

F. Parameter CT Scan

Dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output

gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :

10
1. Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa.

Nilainya dapat dipilih antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran

yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya

ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi

maka akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.

2. Range

Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness. Pemanfaatan

range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan

pemeriksaan.

3. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi meliputi

tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan

tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.

4. Field of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.

Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil

akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran

pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran

FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis

menjadi sulit untuk dideteksi.

5. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry

(tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 sampai +25 derajat.

11
Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus

yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap

organ-organ yang sensitif.

6. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel)

dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah

satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi

gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512

baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.

Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya.

7. Rekonstruksi Algorithm

Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang digunakan dalam

merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT- Scan

tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi algorithma

yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan

adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jarringan

lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

8. Window Width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi

menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer

menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma

maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama

nilai computed Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).

9. Window Level

12
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk

penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik

perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas

gambar yang akan dihasilkan.

G. Prosedur Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala

Adapun prosedur pemeriksaan CT Scan kepala menurut (Nuttawan Jaengsri, 2004),

meliputi :

1. Persiapan Pasien

Pasien sebelum dilakukan pemeriksaan CT Kepala dengan kontras perlu

dilakukan persiapan, sebagai berikut:

a) Pasien puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan

b) Kadar ureum dan kreatinin harus berada dalam keadan normal.

2. Persiapan Alat dan Bahan

a) Pesawat CT Scan siap pakai

b) Head holder

c) Selimut

d) Body strap

e) Printer film radiografi

f) Alat-alat steril seperti : spuit 20cc, kassa, kapas alcohol, anti histamine, dll.

g) Alat-alat non-steril seperti : bengkok, plester.

h) Obat anti alergi (bila diperlukan).

i) Media Kontras. Adapun jenis bahan kontras yang digunakan adalah bahan

kontras positif, serta bersifat water soluble atau larut dalam air.

3. Prosedur Pemeriksaan

13
Prosedur pemeriksaan CT kepala dimulai dengan memposisikan pasien pada

posisi supine dengan kepala berada di head holder. Pastikan pasien tersebut tidak

berotasi atau miring. Atur meja pemeriksaan sehingga coronal alignment light tepat

berada pada pertengahan midcoronalplane. Lakukan topogram. Tentukan lokasi

scan dari basis cranii ke vertex.Sudut gantry disesuaikan dengan basis cranii (tulang

occipital) (foramen magnum) dan tulang frontal (roof of orbit). (Seeram, 2016).

Adapun ringkasan parameter scanning yang harus diperhatikan yaitu sebagai

berikut:

Tabel 1Parameter Scanning Brain

Parameter Scanning
Scan mode Helical
Scanogram Base cranium –
vertex (range)
FOV 25-30 cm
Tegangan tabung 120 kV
Arus tabung 200++ mAs
Detektor slice thickness 0,5 - 1,25 mm
Pitch 1.0
Recontruction slice thickness 3 – 5 mm
Gantry tilt 0o
Rotation time 0,5 s
Window Width - 100 Hu (brain)
- 2000 Hu (bone)
Window Level - 50 Hu (brain)
- 350 Hu (bone)
Algorithma Standar
Contrast volume 2 ml/kg

14
Gambar 8. Scanogram Skull

4. Kriteria kualitas gambar CT kepala

a) Kriteria visualisasi pencitraan : Cerebrum, cerebellum, basis cranii.

b) Kriteria gambar :

1) Tampak jelas batas tegas antara substansia alba dan substansia gricea

2) Tampak jelas daerah basal ganglia

3) Tampak jelas sistem ventrikel

4) Tampak jelas ruang CSF di sekitar mesencephalon dan mengelilingi otak

c) Gambar Radiograf :

Gambar 9. Brain pre dan post kontras. (Evelyn M Teasdale, 2009).

15
Gambar 10. Pre dan post kontras meningioma post trauma.

(Evelyn M Teasdale, 2009).

16
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Berikut merupakan pengamatan yang penulis lakukan dari pemeriksaan CT Scan

Kepala Kontras Dengan Diagnosa Stroke Non Hemorrhagicdi Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Mardi Rahayu Kudus

1. Indentitas Pasien

Nama : Tn M

Umur : 62 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Kudus

Pengirim : dr. Angellica Subianto

Permintaan foto : CT Scan Kepala / Head Rutin (Dengan Kontras)

Nomor RM : 582xxx

Diagnosa : Afasia Susp SNH

2. Riwayat Penyakit

a. Lemas tubuh bagian kanan

b. Tidak bisa di ajak bicara

c. Pelo

3. Prosedur pemeriksaan

a) Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT Scan kepala dengan

menggunakan media kontras di Intstalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahyu,

yaitu :

17
1) Pesawat CT Scan Siemens 128 Slice

2) Selimut

3) Head Cleam

4) Pengganjal kepala

5) Film CT Scan

6) Printer film radiologi

7) Workstation

8) Media Kontras Iohexol 30 cc

9) Spuit 10 cc dan Spuit 20 cc

10) Tourniquet

b. Persiapan Pasien

1) Edukasi pasien/keluarga pasien

2) Mengisi inform consent

3) Melepaskan benda disekitar kepala yang dapat menimbulkan artefak

c. Teknik Pemeriksaan

1) Perawat radiologi melakukan skintest menggunakan media kontras Iohexol

1 cc sebelum pemeriksaan.

2) Posisi pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan orientasi kepala dekat

dengan gantry (Head First).

3) Posisi Objek

Kepala diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga Mid

Sagital Plane kepala sejajar dengan lampu indikator longitudinal diatur 2

cm diatas verteks dan indikator horizontal diatur sejajar dengan MAE.

Selanjutnya kepala difiksasi dengan head clem. Lengan pasien diatur

18
disamping tubuh dan difiksasi dengan sabuk khusus. Kemudian pasien

diberikan selimut agar selama pemeriksaan pasien tidak kedinginan.

4) Radiographer menginput data pasien sesuai permintaan.

5) Setelah menginput data dan memilih jenis pemeriksaan, kemudian

radiographer menekan tombol “Exam” lalu “Load” dan “Start”.

6) Dari gambaran scannogram, dilanjutkan dengan mengatur FOV yaitu batas

atas vertex, dan batas bawah basis cranii.

7) Scanning kedua untuk gambaran non kontras (polos) dengan tekan “Load

lalu “move” kemudan “Start”.

8) Setelah scanning kedua muncul, radiographer menekan tombol rekonstruksi

untuk membuat gambaran menjadi simetris

9) Scanning ketiga, proses dilakukan setelah media kontras dimasukkan

sebanyak 30 cc, menekan tombol “move” kemudian “start”.

10) Tunggu hingga scanning selesai.

11) Setelah pemeriksaan selesai, pasien dikeluarkan darij gantry.

d. Parameter yang digunakan dalam pemeriksaan.

Gambar 11. Parameter kV, mAs, Scan Time, Rotation time, slice, Pitch

danDelay

19
Gambar 12. Parameter Kernel, Window (window orbita), kernel, FoV,

dan jumlah slice.

e. Hasil Radiograf

Gambar 13. Gambaran FOV dari pertengahan Mandibula hingga vertex

20
Gambaran 14. Gambaran Axial Non Kontras (Window Brain)

Gambar 15. Gambaran Axial Post Kontras (Window Brain)

Note : Setiap Potongan dicetak 19 slice. Pada pemeriksaan ini potongan yang

dicetak ada 1, yaitu Axial. Dalam setiap potongan harus menyertakan 1

Topogram yang berarti 1 film berisi 1 Topogram dan Potongan. Jadi dalam 1

film yang dicetak ada 19 potongan dan 1 Topogram.

21
f. Hasil Bacaan Dokter

- Sulci, fisura sylvii dan sisterna obliterasi ringan.

- Tampak lesi hipodens rim isodens, rounded batas tegas, multipel pada

vermis-hemisfer serebelum kanan, nukleus lentiformis kiri, subkortikal

frontal

- temporal kanan, temporal- parietal kiri dengan edema perifokal. Pada post

kontras tampak "rim enhancement" Ukuran lesi terkecil

+/- 5.1 x 4.9 x 5.1 mm, ukuran lesi terbesar +/- 16 x 20 x 10 mm

- Tampak lesi hipodens dike2 hemisfer serebelum. ke2 crus ant-post capsula

interna, nukleuslentiformis kiri

- Tak tampak midline shifting

- Sistem ventrikel lateral, III, IV melebar.

- Pons baik.

KESAN:

- SOL dengan " rim enhancement" pada vermis-hemisfer serebelum kanan,

nukleus lentiformis kiri, subkortikal frontal - temporal kanan, temporal-

parietal kiri dengan edema perifokal (Ukuran lesi terkecil +/- 5.1 x 4.9 x 5.1

mm, ukuran lesi terbesar +/- 16 x 20 x 10 mm)

==> abses serebri, tuberkuloma, metastase.

- Infark pada ke2 hemisfer serebelum. ke2 crus ant post capsula interna,

nukleus lentiformis kiri

22
B. Pembahasan

Prosedur pemeriksaan CT Scan Kepala kontras dengan diagnosa Stroke Non

Hemorrhagic di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dilakukan sesuai

dengan teori yaitu, posisi pasien supine pada meja pemeriksaan (headfirst) dengan posisi

MSP tubuh berada pada pertengahan meja. Kemudian dipasang fiksasi pada tubuh dan

kepala pasien, lampu indikator vertikal sejajar dengan MSP kepala, lampu indikator

horisontal berada pada MCP kepala yaitu setinggi lubang telinga pasien atau MAE

(Meatus Acusticus Externus). Setelah itu lampu indikator longitudinal berada di 2 cm

superior vertex. Selama pemeriksaan pasien diberi selimut mengingat ruangan ber-AC.

Untuk pemberian kontras dengan pasien di instalasi radiologi RS Mardi Rahayu Kudus

bekerja sama dengan bagian perawat radiologi untuk memasukan media kontras agar

pemeriksaan lebih efisien.

Prosedur pemeriksaan CT kepala kontras di instalasi radiologi RS Mardi Rahayu

Kudus telah diatur protokol khusus yang sudah ter-setting pula rekonstruksi gambar

secara otomatis. Rekonstruksi yang dilakukan yaitu untuk merekonstruksi slice thickness

hingga ketebalan 10 mm.

Setelah proses scanning selesai maka didapatkan potongan axial, lalu dilakukan

proses recon sebelum melakukan filming dengan MPR (Multiplanar Reconstruction)

maka akan didapatkan gambar potongan axial, sagital, dan coronal. Selanjutnya memilih

gambar potongan yang informatif atau yang menunjukan patologi dari kepala pasien.

Gambar potongan-potongan yang telah dipilih tadi adalah gambar yang nantinya akan

dicetak melalui printer pada film ukuran 14 x 17 inchi sebanyak 2 lembar dengan

tampilan 5 x 4.

23
Berikut tabel perbedaan penggunaan scan parameter menurut teori (Seeram, 2016)

dengan parameter yang berada di Intalasi Radiologi RS Mardi Rahayu Kudus:

TEORI
NO. ITEM RS Mardi Rahayu
( Seeram, 2016)

1 KVP 120 130

2 mAs 200+ 220

3 RECONSTRUCTION 3-5 mm 5 mm

INCREMENT

4 RECONSTRUCTION 3-5 mm 5 mm

THICKNESS

5 REFORMATION MPR MPR

TECHNIQUE

6 SCAN RANGE Basic crani to vertex Sinus Maxila to vertex

7 SCAN DIRECTION Caudocranial Caudocranial

8 KERNEL Standart Standart

9 SCAN TYPE Helical Helical

Penggunaan scan parameter sudah hampir sesuai dengan teori, ada beberapa

perbedaan. Perbedaan pertama yaitu untuk penggunaan mA. Perbedaan kedua yaitu pada

scan range, di teori (Seeram,2016) dijelaskan batas bawah scanning yaitu basis cranii dan

batas atas vertex, sedangkan di Instalasi Radiologi Rumah SakitMardi Rahayu

menggunakan scan range dari sinus Maxilaris hingga vertex dengan diagnosa Stroke Non

Hemorragic.

24
Dengan menggunakan parameter yang dimiliki pesawat tersebut, ct scan kepala yang

dilakukan sudah bisa mendapatkan informasi yang diinginkan. Sehingga dengan hasil

foto tersebut dokter radiologi sudah mampu menegakan diagnosa pasien.

Setelah dilakukan pemeriksaan ct scan kepala polos. Untuk memperjelas diagnosa

dokter radiologi meminta dilakukan pemasukan media kontras karena dicurigai adanya

abses di daerah vermis hemisver serebelum kanan mengarah pada SOL (Space

Occupying Lesion) atau tidak.

25
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Ct scan kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan pesawat

ct scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna mengetahui

kelainan atau penyakit pada organ yang berada dalam kepala.

Stroke non hemorragic adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan

otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu

pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.

Protokol yang digunakan pada pemeriksaan CT Scan kepala yaitu kepala kontras

dengan parameter antara lain slice thickness 5 mm, 130 kv. selanjutnya dilakukan

rekonstruksi gambar untuk mensimetriskan objek.

2. Pemakaian media kontras bertujuan untuk melihat gambaran abses di gambaran ct

scan kepala non kontras yang dicurigai SOL (Space Occupying Lession)

B. Saran

Setelah melakukan pemeriksaan, sebaiknya meja pemeriksaan langsung dibersihkan

dengan alcohol agar steril kembali.

26
DAFTAR PIUSTAKA

Bontrager, 2017. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. NINTH

EDITION

Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy.

Missouri : Mosby, Inc.

Flohr, Thomas dkk, 2016, Protocols for Multislice CT. Germany :

Grainger J J., Stevenson. William D, JR., 1994, Power System Analysis, New York,

McGraw-Hill Book Company

Merril, Vinita, 2016, “Merril’s Atlas Of Radiographic Positioning & Procedures, Thierteenth

Edition”, Mosby, Missouri Moeller, T.B., & Reif, E. 2000. Normal findings in CT

and MRI. Stuttgart – New York: Thieme.

Nesseth, R., 2000. Procedure and Documentation For CT and MRI, McGraw- Hill Medical

Publishing division. Kansas.

27
LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai