Laporan Kasus
Disusun untuk memenuhi tugas praktik lapangan kerja V
Disusun oleh :
Nama : M. Abdullah Rizal
NIM : P1337430222186
Kelas : AJ KS Banyumas
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) 5 atas mahasiswa Program Studi Teknik
Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang yang
bernama :
Nama : M. Abdullah Rizal
NIM : P1337430222186
Kelas : AJ KS Banyumas
Judul Laporan : “TEKNIK PEMERIKSAAN MRI BRAIN KONTRAS
PADA KASUS TUMOR CEREBELLOPONTINE ANGLE (CPA) DI
INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT KANKER NASIONAL
DHARMAIS”
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus
yang berjudul “Teknik Pemeriksaan MRI Brain Kontras Pada Kasus Tumor
Cerebellopontine Angle (CPA) Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Kanker
Nasional Dharmais ”.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) 5 Program Studi Teknologi
Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang, yang
dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober-25 November 2022 di Instalasi Radiologi
RS Pusat Kanker Nasional Dharmais.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat yang tak terkira
2. Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis
3. Bapak Marsum, B.E., S.Pd., MHP., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang.
4. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.
5. Ibu Dartini, SKM, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Teknologi Radiologi
Pencitraan Program Sarjana Terapan.
6. Dosen pengajar serta staf Program Studi Sarjana Terapan Teknologi
Radiologi Pencitraan Poltekkes Kemenkes Semarang.
7. Bapak dr. R. Soeko W. Nindito D, MARS selaku Direktur RS Kanker
Dharmais .
8. Ibu dr. Sariningsih Hikmawati, Sp. Rad (K) selaku Kepala Instalasi
Radiologi RS Kanker Dharmais .
iii
9. Bapak Heri Wiranto, S.ST selaku Pembimbing Lapangan PKL 5 di Instalasi
Radiologi RS Kanker Dharmais .
10. Seluruh Dokter Spesialis Radiologi, Radiografer dan Staf Instalasi
Radiologi yang telah membimbing penulis dan memberikan ilmu yang
sangat berharga selama di Instalasi Radiologi RS Kanker Dharmais.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus Praktek
Kerja Lapangan 5.
12. Teman-teman yang telah menjadi sahabat bahkan saudara baru selama
penulis menimba ilmu praktik klinik di RS Kanker Dharmais.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan ini. namun penulis tetap berharap laporan ini akan
memberikan manfaat bagi para pembaca. Demi kemajuan penulis, penulis juga
mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran yang berguna. Terima
kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik kerja lapangan atau sering disebut dengan on the job training
mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan
permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan
yang sebenarnya.
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan yang ada pada saat ini memberi
dalam upaya penegakan diagnosa pada suatu penyakit. Salah satu bentuk
radiasi.
1
beserta struktur tubuh manusia. MRI memiliki beberapa keuntungan, salah
satunya adalah MRI tidak menggunakan radiasi pengion. Dan bersifat non-
yang ada di dalam molekul air di seluruh jaringan tubuh. Frekuensi yang
digunakan biasanya 40-130 Mhz. MRI menghasilkan Citra jaringan lunak yang
lebih jelas dan detail dibandingkan dengan modalitas pencitraan lain (Westbrook,
2016).
satu sama lain dan dengan informasi yang tersimpan, membuat keputusan, dan
mengambil tindakan. Otak terdiri dari empat bagian utama yaitu batang otak,
otak kecil, diencephalon, dan otak besar. (Tortora dan Derrickson, 2017).
Cerebellopontine Angle terletak di antara superior dan inferior limb dari fisura
sekitar pons dan batang cerebellar tengah. Antara 5 dan 10% dari semua tumor
Pada pemeriksaan MRI Brain untuk tumor, Moeller dan Reif (2014)
2
lanjut mengenai teknik pemeriksaan Radiologi MRI Brain dalam bentuk Laporan
Kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan MRI Brain Pada Kasus Tumor
Nasional Dharmais”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi rumah sakit yaitu dapat
3
2. Bagi Akademik
3. Bagi Penulis
Brain
E. Sistematika Penulisan.
BAB II : Dasar Teori yang meliputi Anatomi dan Fisiologi Brain, Patofisiologi
MRI Brain.
BAB III : Hasil dan Pembahasan yang berisi Identitas Pasien, Riwayat Penyakit,
Daftar Pustaka
Lampiran - Lampiran
4
BAB II
DASAR TEORI
Otak orang dewasa terdiri dari empat bagian utama : batang otak, otak
kecil, diencephalon, dan otak besar. Batang otak bersambung dengan sumsum
tulang belakang dan terdiri dari medula oblongata, pons, dan otak tengah.
Posterior batang otak adalah otak kecil. Di atas batang otak adalah diencephalon,
batang otak didukung oleh otak besar, yang merupakan bagian terbesar dari otak
Keterangan :
1. Diencephalon
(Thalamus)
2. Hypothalamus
3. Pineal gland
4. Brainstem (Mid
Brain)
5. Pons
6. Medulla Oblongata
Gambar 1. Sagital View, Cerebrum(Tortora dan 7. Cerebellum
1
1. Bagian Bagian Otak
Cairan serebrospinal (CSF) adalah cairan bening dan tidak berwarna terutama
terdiri dari air yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari cedera
kimia dan fisik. CSF membawa sejumlah kecil oksigen, glukosa, dan bahan kimia
lain yang dibutuhkan dari darah ke neuron dan neuroglia. CSF terus bersirkulasi
melalui rongga di otak dan sumsum tulang belakang serta di sekitar otak dan
Batang otak adalah bagian otak antara sumsum tulang belakang dan
diencephalon. Batang otak terdiri dari tiga struktur : medula oblongata, pons, dan
1) Medula oblongata
otak. Medula dimulai dari foramen magnum dan meluas ke batas inferior pons,
2
2) Pons
3) Otak Tengah
sekitar 2,5 cm (1 in.). Saluran air otak tengah (saluran air otak) melewati otak
bawah. Seperti medula dan pons, otak tengah mengandung inti dan saluran
c. Cerebellum
Cerebellum (Otak kecil), yang kedua setelah otak besar, menempati aspek
inferior dan posterior rongga tengkorak. Seperti otak besar, otak kecil memiliki
korteks gray matter, lebih banyak neuron. Otak kecil menyumbang sekitar
sepersepuluh dari massa otak namun mengandung hampir setengah dari neuron
di otak. Otak kecil berada di posterior medula dan pons dan lebih rendah dari
3
d. Dienchepalon
Diencephalon membentuk inti pusat jaringan otak tepat di atas otak tengah.
Hampir sepenuhnya dikelilingi oleh belahan otak dan mengandung banyak inti
yang terlibat dalam berbagai macam pemrosesan sensorik dan motorik antara
pusat otak yang lebih tinggi dan yang lebih rendah. Diencephalon meluas dari
batang otak ke otak besar dan mengelilingi ventrikel ketiga ; yang termasuk
e. Cerebrum
Otak besar terdiri dari korteks serebral luar, wilayah internal materi putih otak,
dan inti materi abu-abu jauh di dalam materi putih (Tortora dan Derrickson,
2017)
2. Lapisan-lapisan otak
Otak dan spinal cord dilindungi oleh tiga membran yang disebut meninges.
Meninges terdiri dari tiga lapisan yaitu (1) dura mater, (2) arachnoid, dan (3)
Keterangan :
1. Subdural space
2. Sub arachnoid
space
3. Dural sinus
4. Arachnoid
Granulation
5. Duramater
Gambar 2. Meninges dan meningeal spaces(Bontrager’s 9th
6. Arachnoidmater
Edition) 7. Piamater
4
a. Duramater
Selaput terluar adalah dura mater. Selaput otak yang kuat ini terdiridari dua lapis
yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Kedua lapisan ini melekat dengan
rapat, kecuali tempat- tempat tertentu yang disebut venous sinuses atau dura
mater sinuses. Lapisan dalam dari dura mater di bawah sinus ini bergabung untuk
membentuk falxserebri.
b. Arachnoid
Lapisan ini merupakan suatu membrane yang impermeable halus, yang menutupi
otak dan terletak diantara piamater dan duramater. Membran ini dipisahkan dari
duramater oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale, dan dari piamater oleh
c. Piamater
Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang belakang,
mengikuti tiap sulcus dan gyrus . Piamater ini merupakan lapisan dengan banyak
pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung yang halus serta dilalui
pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringa saraf. Selaput ini berfungsi
pusat.
5
B. Patofis
Tumor CPA sebagian besar jinak, tumor ini tumbuh lambat dengan potensi
diketahui.
aksesori.
2. Meningioma timbul dari proliferasi sel meningotel arachnoid, paling sering dari
4. Kista arachnoid adalah kista berisi cairan serebrospinal yang muncul dari
1. Pengertian MRI
6
langsung (multiplanar) dengan memanfaatkan pengaruh pemberian pulsa
radiofrekuensi kedalam tubuh pasien di dalam medan magnet luar yang kuat.
hydrogen ke dalam medan magnet. Di dalam medan magnet ini kutub – kutub
menggunakan sinyal radio frekuensi pada bidang tertentu yang dipilih, maka
a. Magnet Utama
b. Magnet Permanen
dan memiliki kuat medan magnet maksimal 0,3 Tesla. Magnet ini di rancang
7
c. Magnet Resistif
Medan magnet dari jenis resistif dibangkitkan dengan memberikan arus listrik
pada kumparan. Kuat medan magnet yang mampu dihasilkan mencapai 0,3 Tesla.
e. Koil Gradien
Terdapat tiga medan yang saling tegak lurus, yaitu bidang x,y, dan z. Peranannya
akan saling bergantian berkaitan dengan potongan yang dipilih yaitu aksial,
sagital atau coronal. Gradien ini digunakan untuk memvariasikan medan pada
pusat magnet yang terdapat tiga medan yang saling tegak lurus antara ketiganya
(x,y,z).
8
f. Koil Radiofrekuensi
Koil radio frekuensi (RF Coil) terdiri dari 2 yaitu koil pemancar dan koil
Koil RF dirancang untuk sedekat mungkin dengan obyek agar sinyal yang
diantaranya :
c. Koil Linier
d. Koil Kuadrat
3. Parameter MRI
Parameter waktu terdiri dari Time Repetition (TR) dan Time Echo (TE). Time
Repetition (TR) adalah interval waktu antara pengulangan dua pulsa yang sama,
sedangkan Time Echo (TE) adalah interval waktu dari saat terakhir eksitasi
teknik gradien ekho, TR dan flip angle (FA) mengontrol sejumlah T1 relaksasi
9
koil. Berbeda dengan T2, T2* adalah peluruhan magnetisasi transversal yang
sangat dipengaruhi oleh medan magnet luar dan disperse magnetik. Nilai T2*
FA adalah sudut yang ditempuh Net Magnetisation Vector (NMV) pada waktu
pula. Steady State merupakan kondisi dimana TR lebih pendek dari waktu T1
Hasil gambar lebih didominasi oleh pembobotan Proton Density (PD) jika TR
panjang dan TE pendek. Oleh karena itu untuk memperoleh pembobotan T2*
Sudut balik besar (75°– 90°, menurut Hashemi dan 70°-110°, menurut
10
pembobotan T1 maka perbedaan T1 jaringan harus maksimal dan perbedaan T2
c. Matriks
Matriks adalah jumlah elemen gambar (piksel) dalam satu FOV (field of view).
Ukuran matriks ditentukan oleh dua sisi gambar, yaitu sisi yang berhubungan
dengan jumlah sampel frekuensi yang diambil, dan sisi yang berhubungan
dengan fase enkoding yang dibentuk. Misalnya matrik 256 x 192, ini berarti
bahwa ada 256 sampel frekuensi yang diambil selama readout dan sebanyak
192 fase enkoding yang dibentuk. Banyaknya sampel frekuensi dan fase
sedikit piksel dalam FOV, sedangkan matriks halus berarti banyak piksel dalam
11
d. Number of Excitation (NEX)
NEX adalah nilai yang menunjukkan jumlah kelipatan data yang dicatat selama
akuisisi dengan amplitudo dan fase enkoding yang sama. NEX mengontrol
sejumlah data yang masing-masing disimpan dalam lajur K space. Data tersebut
terdiri dari sinyal dan derau (noise). Sinonim NEX adalah NSA, Nacq = NA
K space merupakan area frekuensi spasial dimana sinyal berupa frekuensi yang
berasal dari pasien akan disimpan. K space berbentuk segiempat dimana sisi
horisontal adalah sumbu fase sedangkan sisi vertikal adalah sumbu frekuensi.
Dalam K space frekuensi diukur dengan satuan radians per cm. (Westbrook,
2019)
e. Bandwidth
Bandwidth adalah frekuensi audible yang berada pada rentang frekuensi RF.
4. Sistem Komputer
Sistem komputer bertugas sebagai pengendali diri dari sebagian besar peralatan
MRI. Dengan kemampuan piranti lunak yang besar komputer mampu melakukan
slice, kontrol sistem gradien, kontrol sinyal RF dan lain-lain. Komputer juga
12
sinyal hingga menjadi citra MRI yang dapat dilihat pada layar monitor, disimpan
5. Sekuen
a. Spin Echo
Spin echo konvensional adalah sekuen yang paling banyak digunakan pada
menggunakan kekuatan radio frekuensi yang sesuai, akan terjadi transfer NMV
(Westbrook, 2019)
Gambar 2.7. Urutan sequence pada pulse sequence spin echo . (Westbrook,
2019)
Spin Echo
gradient
frequency encode readout
s ignal
FID spin
echo
Time Echo (TE) adalah waktu antara eksitasi pulsa dengan echo yang
terjadi.Time Repetition (TR) adalah waktu antara masing- masing eksitasi pulsa.
13
Waktu relaksasi T1 berkaitan kembalinya NMV ke posisi asal sudut 900.
kontras T1 atau T2 atau hanya untuk melihat spin density. Perpaduan antara TR
dan TE dengan nilai-nilai T1 dan T2 yang dimiliki oleh jaringan inilah yang
maka perbedaan waktu T2 pada jaringan akan menjadi tampak. Jaringan dengan
T2 yang panjang (misalnya air) akan membutuhkan waktu yang lebih panjang
untuk meluruh (mengalami decay) sehingga sinyalnya akan tampak lebih terang
pada citra dibandingkan sinyal dari jaringan dengan T2 yang pendek (lemak).
Dengan cara yang sama, TR mengontrol kontras T1, maka jaringan dengan T1
panjang (air) akan membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk kembali ke
nilai magnetisasi semula. Oleh karena itu dengan T1 panjang akan membuat
14
b. Fast Spin Echo (FSE)
Fast spin echo adalah spin echo tapi dengan waktu scanning yang dipersingkat.
Waktu scanning dipersingkat dengan melakukan lebih dari satu phase enchode
per TR yang dikenal dengan echo Train Length yakni aplikasi beberapa RF pulse
per TR dan pada masing-masing rephasing atau refocusing dihasilkan satu echo
2) Parameter FSE
Echo Train Length (ETL) Yaitu jumlah rephasing pulsa atau multiple pulsa 180
dalam setiap TR. Nilai ETL atau turbo factor yang dapat digunakan saat ini
Echo Train Spacing (ETS) dan effective Time Echo (ETE) Yaitu waktu antara
echo atau antar pulsa 180 atau waktu interval antara aplikasi RF 180 pada FSE.
Biasanya nilai ETS berkisar antara 16 – 20 ms. Effective TE yaitu waktu antara
Inversion recovery (IR) merupakan variasi sekuen dari spin echo sekuen.
15
weighting yang lebih gelap. Basic sekuennya 180 – 90 – 180, waktu yang
diperlukan dari aplikasi 180 ke 90 dikenal dengan Time Inversion (TI) atau
2019)
STIR merupakan pulsa sekuen Inversion Recovery yang menekan lemak dengan
Biasanya pada T1 lemak akan tampak terang, sedangkan pada STIR lemak
Short TE = 10 – 30 ms
Long TR = 2000 ms +
FLAIR menggunakan long TI untuk bisa menjadikan air nol. Cairan biasanya
akan tampak terang pada T2 SE, sedangkan pada FLAIR cairan akan tampak
Parameter FLAIR :
16
Long TI = 1700 – 2200 ms
pembobotannya.
Long TR = 6000 ms +
f. Kelainan bawaan
i. Sakit kepala
j. Perdarahan
k. Trauma
l. Ataxi
17
2. Kontra Indikasi (Mara, 2018)
a. Pasien dengan implant (alat pacu jantung, alat bantu dengar, neurostimulator)
c. Kehamilan
a. Meminta pasien untuk melepas semua benda logam termasuk, kunci, koin,
b. Memosisikan pasien pada coil kepala dan memberikan alat imobilisasi untuk
kenyamanan pasien.
18
5. Protokol, parameter dan planning
sagittal, garis diatur agar sejajar genu dan splenium corpus callosum. Irisan
dimulai dari vertex sampai dengan foramen magnum. Pada irisan coronal, garis
Planning dilakukan pada irisan sagittal dan coronal. Pada irisan sagittal, garis
mengurangi flow artefak pada sinus paranasal. Irisan dimulai dari vertex sampai
foramen magnum. Pada irisan coronal, garis diatur agar tegak lurus ventrikel
19
c. Planning Coronal T1, T2 weighted dan coronal T1 contrast iv
tegak lurus dengan brainstem. Pada irisan axial, garis diatur tegak lurus mid line
Planning dilakukan pada irisan coronal dan transversal. Pada irisan transversal,
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Profil Kasus
Umur : 21 Tahun
MRI diharuskan steril dari benda - benda yang mengandung logam, maka pasien
dipindahkan ke kursi roda khusus MRI serta pasien mengganti baju pemeriksaan
21
benda logam lagi pada tubuh pasien seperti anting, kalung dan lain-lain, kemudian
3. Persiapan Pasien
front liner. Kemudian dilakukan identifikasi meliputi nama pasien, tanggal lahir,
diminta untuk mengisi form screening, buang air kecil, dan berganti baju.
4. Persiapan Alat
22
c. Computer Workstation dan Operator console
d. Head Coil
a. Radiographer menerima form permintaan dari front liner atau admin kemudian
pasien dan memilih pemeriksaan yang akan dilakukan serta scan barcode
operator. Dengan demikian tidak perlu dilakukan isi data secara manual pada
operator console karena pasien sudah terdaftar melalui worklist PACS. Apabila
23
b. Petugas memanggil nama pasien dan mencocokkan data pasien dengan
c. Pasien masuk kedalam ruang pemeriksaan dan diposisikan head first kemudian
d. Pasien diposisikan batas atas pada glabella. Pasien diinstruksikan untuk tidak
e. Untuk membuka data schedule pada operator console pilih tab Patient –>
Browser –> Schedule –> double klik pada nama pasien. Kemudian akan muncul
data primer yang telah diinput dari worklist PACS dan ada beberapa data yang
harus dilengkapi seperti berat badan, jenis pemeriksaan, orientasi pasien, dokter
pengirim, dan nama operator. Setelah itu klik Exam –> Continue. Pilih protocol
f. Akan muncul tiga localizer, untuk mendapatkan gambaran umum dari potongan
24
Gambar 13. Localizer MRI Brain Sagital
coronal berdasarkan localizer axial sagittal. Pastikan objek tidak terpotong dan
contrast IV coronal. .
j. CetakfilmdankirimdatakePACS
25
6. Hasil Citra
26
7. Hasil Expertise Radiolog Status :
MRI BRAIN :
Telah dilakukan pemeriksaan MRI Brain, T1, T2 , FLAIR, DWI dan ADC
Tampak lesi inhomogen post kontras, berlobulasi disertai perifokal edema pada
CPA kanan ukuran 4 x 3.88 cm, berhubungan dengan canalis acusticus internus
kanan, mendesak ventrikel IV dan pons. Ventrikel lateral, III dilatasi tidak
deviasi midline. Tidak tampak intensitas patologis pada hemisfer cerebri. Bulbus
okuli dan N.Optikus simetris. Tampak hiperintensitas T2 pada mastoid air cell
Kesan : Massa CPA kanan yang berhubungan dengan canalis acusticus internus
kanan dan mendesak ventrikel IV dan pons, suspek schwanoma. Tidak tampak
27
B. Pembahasan
kondisi alat, variasi parameter, dan kondisi pasien. Namun hal tersebut bertujuan
agar mendapatkan kualitas citra yang baik dan memiliki informasi diagnostic.
pasiennya, yaitu dilakukan screening logam pada pasien serta mengganti baju
dengan baju yang sudah disediakan oleh rumah sakit. Kemudian petugas
Telinga pasien ditutup dengan ear plug atau ear protector. Setelah memposisikan
pasien, petugas kembali ke operator console untuk membuka data schedule pada
operator console dengan memilih tab Patient –> Browser –> Schedule –>
double klik pada nama pasien. Kemudian akan muncul data primer yang telah
diinput dari worklist PACS dan ada beberapa data yang harus dilengkapi seperti
berat badan, jenis pemeriksaan, orientasi pasien, dokter pengirim, dan nama
operator. Setelah itu klik Exam –> Continue. Pilih protocol Brain NC kemudian
muncul tiga localizer, untuk mendapatkan gambaran umum dari potongan axial,
sagital dan koronal dari daerah kepala. Terdapat beberapa sekuen yang
pada localizer yang sudah ada. Variasi parameter yang dilakukan yaitu,
menambah FOV phase dan dist factor agar objek tidak terpotong. Selanjutnya
28
dapat dilakukan Copy Parameter untuk sekuen berbeda pada masing-masing
potongan yang sama. Hasil citra diperiksa sebelum lanjut ke sekuen berikutnya,
apabila terjadi motion artefact atau artefact yang lain, dapat dilakukan
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Brain NC dengan posisi pasien head first dan batas atas pada glabela. Sekuen
parameter dilakukan dengan menambah FOV phase dan dist factor agar citra
tidak terpotong dan tidak terjadi aliansing.. Pada filming, topogram dibuat
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
9–72.doi:10.1007/978-3-642-35422-9_2
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559116/
31