Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM

(PERALATAN PENUNJANG BEDAH)

Disusun oleh:

PARALEL 6
Rama Adi Rianto (B04170141)

Dosen Penanggung Jawab:


Drh. Melpa Susanti Purba

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Tahun ke tahun perkembangan teknologi semakin baik dan canggih. Begitu pula
teknologi dalam peralatan yang menunjang bidang kesehatan, terutama bedah. Perkembangan
teknologi telah membawa prosedur bedah pada tahapan-tahapan yang lebih kompleks seperti
alat bedah mikro hingga menggunakan laser. Pada bidang farmasi juga telah menunjukkan
kemajuannya dimana sudah ditemukan anestesi kerja singkat sehingga pemulihan pasien
berjalan lebih cepat (Hartati 2014). Sehingga terjadi keselarasan dalam kemajuan teknologi di
bidang medis dan farmasi yang saling menunjang.

Pembedahan merupakan salah satu tindakan invasif untuk menyembuhkan fraktur,


tindakan ini memberikan efek respon fisiologi dan patofisiologi. Pembedahan dapat
menyebabkan kecemasan, khawatir terhadap efek samping deformitas tulang dan bisa juga
kematian. Tindakan perawat dalam menurunkan nyeri pasca operasi dengan menggunakan
beberapa tindakan non farmakologi seperti manajemen nyeri dengan terapi perilaku kognitif
relaksasi nafas dalam dan distraksi membaca (Syaiful dan Rachmawan 2014).

Secara garis besar pembedahan dibedakan menjadi dua, yaitu pembedahan mayor dan
pembedahan minor. Istilah bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi ringan
yang biasanya dikerjakan dengan anestesi lokal, seperti mengangkat tumor jinak, kista pada
kulit, sirkumsisi, ekstraksi kuku, penanganan luka. Sedangkan bedah mayor adalah tindakan
bedah besar yang menggunakan anestesi umum/general anestesi, yang merupakan salah satu
bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan (Romadoni 2014).

Selain penggunaan alat bedah utama, terdapat alat-alat penunjang bedah untuk
menambah kesuksesan dalam operasi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan peralatan penunjang
bedah dan fungsinya untuk bedah. Perlatan penunjang medis juga perlu diperhatikan
kesterilannya guna menunjang pemulihan pasien post-operasi dan sebagai penunjang terhadap
kemajuan peralatan medis yang ada (Irpawa 2016).

TUJUAN

Tujuan praktikum ini adalah mengetahui berbagai jenis peralatan penunjang bedah
beserta fungsinya dan mengetahui cara penggunaan peralatan penunjang bedah.
ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan merupakan peralatan penunjang bedah yang sudah


dipersiapkan untuk diperkenalkan dan diketahui fungsinya. Selain itu, juga praktikan akan
mengetaui cara kerja alat penunjang melalui demo yang diberikan. Perlatan penunjang bedah
yang disediakan ditempatkan pada meja dan tempat yang berbeda sesuai dengan fungsi dan
waktu kegunaan alat tersebut saat bedah, baik pre-bedah, bedah, dan pasca-bedah.

METODE PRAKTIKUM

Praktikan akan dibagi dalam kelompoknya dan bergiliran mendatangi peralatan


penunjang bedah yang sudah tersedia dan memperhatikan penjelasan dari asisten praktikum
pada setiap peralatan bedah untuk mengenali dan mengetahui alat penunjang bedah, fungsi
serta cara kerjanya.

PEMBAHASAN

Elektrokardiograf

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat


terutama dalam bidang kesehatan. Elektrokardiografi (EKG) merupakan salah satu metode
untuk menentukan kondisi jantung manusia yang direpresentasikan dalam bentuk gelombang
(Hasanah et al. 2016). Elektrokardiograf atau EKG dapat digunakan untuk memonitor sinyal
biopotensial yang ditimbulkan jantung (Hendrata et al. 2016). Jantung dapat diamati kegiatan
fisiologisnya dalam tolak ukur tegangan sebesar 0.1-5 mV dan sebesar 300 Hertz frekuensi
yang dapat diamati. Dalam standar monitoring, pengamatan bandwidth yang digunakan lebih
kecil yaitu 0.03-15.92 Hz (Sigit et al. 2014).

Gambar 1 Elektrokardiografi
Sumber: usamedicalsurgical.com
Bioelektrik jantung dibangkitkan dari SA nodesecara spontan, yangterjadi kontrak pada
atrium menyebabkan depolarisasiatrium (terjadinya perpindahancepat natrium, bersama
dengan melambat kalsium (Ca++) menyebabkanbagian dalam sel berubah dari negatif ke
positif). Depoalrisasi ini menghasilkan kontraksi atrium yang membentuk gelombang P.
Selanjutnya, konduksi arus listrik ini disalurkan melalui septum interventrikulare (AV node)
kecepatan konduksi menjadi sangat pelan agar atrium dapat menyelesaikan kontraksinya dulu
sebelum AV node. Terjadinya depolarisasi miokardium ini menghasilkan kontaksi ventrikel,
yang menyebabkan terbentuknya gelombang QRS komplek. Proses pengukuran detak jantung
ini terjadi dengan menjalarnya aruslistrik melalui sel konduksi yang disebut berkas bagian atau
serat purkinje selanjutnya mengalir ke seluruh bagian jantung sehingga membentuk kompleks
sinyal EKG di permukaan tubuh. Setelah proses depolarisasi, selmiokard kembali seperti
keadaan awal atau dikenal dengan repolarisasi (sel memulihkan elektronegativitas agar dapat
dirangsang kembali) yang membentuk gelombang T. Pola denyutan jantung ini akan terjadi
secara kontinyu dan bergantung pada aktivitas listrik (Permana et al. 2015).

Pulse Oximetry
Pulse Oximeter atau alat ukur saturasi oksigen dalam darah merupakan alat yang
digunakan untuk memonitor keadaan saturasi oksigen dalam darah pasien dan untuk membantu
pengkajian fisik pasien tanpa melalui analisa gas darah. Pulse Oximeter menggunakan
perbedaan panjang gelombang dari cahaya LED merah dan infrared yang ditangkap oleh
photodiode. Pengukuran dari denyut jantung dan denyut oksimetri merupakan faktor yang
sangat penting untuk mengetahui kondisi sistem kardiovaskular dari manusia. Persentasi dari
saturasi darah arteri dengan oksigen membantu untuk menunjukkan keefektifan sistem
pernapasan pasien (Jahan et al. 2014).

Gambar 2 Pulse Oximetry


Sumber: Wikipedia
Vaginoscope

Vaginoscope adalah prosedur diagnostik yang berguna untuk mengevaluasi sifat dan
luas penyakit di ruang depan dan vagina anjing betina. Penggunaan vaginoscope yang fleksibel
meningkatkan kemampuan operator untuk mendeteksi penyakit karena peningkatan
pencahayaan dan pembesaran sambil mengamati ruang vagina. Ukuran vaginoscope harus
sesuai dengan ukuran pasien (Lulich 2006). Vaginoscope salah satu alat yang efektif untuk
membantu diagnosa dan bedah (Johary et al. 2015).

Gambar 3 Vaginoscope
Sumber: pesonasatwa.com

Endoskopi

Endoskopi merupakan alat berupa pipa pipih panjang dengan kamera di ujungnya yang
digunakan untuk melihat keadaan organ tubuh bagian dalam. Dengan kemampuan melihat
organ tubuh bagian dalam tersebut, endoskopi dapat menyederhanakan tindakan terapi operatif

Gambar 4 Endoskopi
Sumber: Wikipedia
dan dapat mendiagnosis penyakit saluran cerna dengan lebih akurat (Schwab dan Singh 2010
dalam Ramadhani 2014). Endoskop rigid diaplikasikan untuk pemeriksaan cavum thorax,
cavum abdominal, persendian dan rongga hidung. Endoskop fleksibel terbentuk dari komponen
yang membentuk suatu system yang efektif dalam pemeriksaan. Komponen tersebut dibagi
menjadi dua yaitu komponen internal dan eksternal. Komponen internal terdiri dari air and
water system, image system, electrical system, dan angulation system. . Komponen eksternal
terdiri dari light guide plug, umbilical cord, control section, dan insertion tube (scope) (Bozzini
2017).

SIMPULAN

Mempersiapkan perlatan bedah sangat penting karena itu merupakan prosedur sebelum
memulai bedah. Ilmu pengetahuan mengenai peralatan medis dan peralatan penunjang bedah
adalah salah satu yang penting dan berguna untuk membantu dan mengefektifkan kerja saat
melakukan bedah. Selain itu, operator dan asisten bedah wajib mengetahui cara kerja dan
fungsi alat penunjang bedah.

DAFTAR PUSTAKA

Bozzini P. 2017. Light conductor, an invention for examining internal parts and diseases,
together with illustrations. Journal der Practischen Arzneykunde und
Wundarzneykunst (in German). 24(2): 107–124.
Hartati S. 2014. Sistem Pencatatan Keperawatan Elektronik Perioperatif.[tesis]. Depok(ID):
Universitas Indonesia.
Hasanah U, Mayangsari LR, Pratama A, Cholissodin I. 2016. Perbandingan metode svm,
fuzzy-knn, dan bdt-svm untuk klasifikasi detak jantung hasil elektrokardiograf. Jurnal
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer(JTIIK). 3(3): 1-8.

Hendrata TW, Arifin A, Hikmah NF. 2016. Sistem monitoring elektrokardiografi berbasis
aplikasi android. Jurnal Teknik ITS. 5(2): 99-105.

Irpawa NB. 2016. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Petugas Penunjang Non Medis di RS PKU Muhammadiyah
Gamping [skripsi]. Yogyakarta(ID): Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Jahan E, Barua T, Salma U. 2014. Overview On Heart Rate Monitoring and Pulse Oximeter
System. International Journal of Latest Research in Science and Technology. 3(5):
148-152.
Johary J, Xue M, Xu B, Xu D, Aili A. Use of hysteroscope for vaginoscopy or hysteroscopy in
adolescents for the diagnosis and therapeutic management of gynecologic disorders:
a systematic review. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. 28(1): 29-37.
Lulich JP. 2006. Endoscopic vaginoscopy in the dog. Theriogenology. 66(3): 588-591.
Permana D, Sanjaya M, Aliah H. 2015. Desain dan implementasi perancangan
elektrokardiograf (ekg) berbasis Bluetooth. ALHAZEN Journal of Physics. 2(1) 38-
46.
Ramadhani A. 2014. Uji Efektivitas Prosedur Disinfeksi Tingkat Tinggi Endoskopi Saluran
Cerna Rsud Dr. Moewardi [skripsi]. Surakarta(ID): Universitas Sebelas Maret.
Romadoni S. 2014. Karakteristik dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre
operasi mayor di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Masker Medika. 4(1):
108-115.

Syaiful Y, Rachmawan SH. 2014. Efektifitas relaksasi nafas dalam dan distraksi baca
menurunkan nyeri pasca operasi pasien fraktur femur. Journal of Ners Community.
5(2): 101-108.

Sigit R, Hadiyoso S, Rizal A, Usman K.(2014). Mini wirelwss ECG for monitoring athletes
ECG signal based on smartphone. IOSR Journal of Enginering. 44(6):13-18.

Anda mungkin juga menyukai