Dosen Pengampu :
M. PrastawaAssalim Tetra Putra, ST, M.Si
NIP 19771029 200212 1 004
Disusun Oleh :
Muhammad Arifatul triyono
Dyah Khoirunnisa
HUMAM MU'TI AZIZ
Maria H.S. Hala Tokan
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita
selalu dalam keadaan sehat walafiyat. Sesungguhnya hanya kepada Allah kita memohon ampunan dan
pertolongan. Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang benderang ini.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas Teori Peralatan Bedah Dan
Anestesi, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
yaitu M. Prastawa Assalim Tetra Putra, ST, M.Si yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada kami. Mohon maaf apabila dalam pengerjaan tugas ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Dan kami berharap dengan adanya makalah ini, dapat memberi ilmu yang bermanfaat untuk
para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anestesi adalah suatu Tindakan menahan rasa sakit Ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi pertama kali digunakan oleh
Oliver Wen del Holmes Sr pada tahun 1846.
Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan jenis yang lainnya hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainnya tetap sadar. Dan pembiusan lokal
adalah suatu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan Sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan
manusia kehilangan kesadaran. Obat bius ini bila digunakan dalam operasi tidak membuat lama waktu
penyembuhan operasi. Anestesi hanya dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis.
Dokter spesialis anestesiologis selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena
sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori dasar dan klinis alat
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi sakit/nyeri,
rabaan, suhu, posisi/proprioseptif, sedangkan analgesia yaitu hilangnya sensasi sakit/nyeri, tetapi
modalitas yang lain masih tetap ada (Pramono, 2017). M
enurut Majid,A., Juda,M., dan
Istiana,U. (2011). Menyatakan bahwa anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik
serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian anestesi dihentikan.
Secara umum, dikenal dua teknik dalam anestesi yaitu anestesi umum yang menggunakan obat
parenteral ataupun agen inhalasi dan teknik anestesi regional dalam (Sani dan Ardiani,2017).
Anestesi umum atau general anesthesia mempunyai tujuan agar dapat: menghilangkan
nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan dapat
diprediksi. Anestesi umum disebut juga sebagai narkose atau bius. Jika pada anestesi umum
pasien tidak sadar, pada anestesi regional pasien masih sadar, tetapi tidak merasakan nyeri
(Pramono,2017).
Tugas utama seorang penata anestesi adalah memastikan bahwa peralatannya dapat
memberikan suatu kadar oksigen yang adekuat pada pasien. Mesin anestesi digunakan oleh ahli
anestesi untuk mendukung pemberian anestesi. Mesin Anastesi merupakan alat penunjang medis
yang sangat membantu tenaga medis selama proses tindakan operasi berlangsung. Mesin
anastesi memberikan agent anastesi dan juga gas yang dibutuhkan pasien selama proses
pembiusan berlangsung ( Ridho,M. 2018).
Menurut (Latief, 2011) mesin anestesi digunakan oleh penata anestesi untuk mendukung
pemberian anestesi. Mesin modern yang dirancang untuk memberikan secara akurat dan terus
menerus pasokan gas seperti (oksigen dan nitrogen oksida) dicampur dengan uap agen anestesi
sep rti (isoflurane dan sevoflurane) yang dihantarkan dengan aliran dan tekanan yang aman bagi
pasien. Mesin anestesi modern dilengkapi ventilator, suction unit, dan peralatan
monitoring pasien. Kesalahan penggunaan peralatan penghantar gas tiga kali lebih banyak
menyebabkan akibat efek samping dibandingkan dengan kegagalan fungsi mesin itu sendiri.
Kurangnya penguasaan alat dan kelalaian dalam pemeriksaan fungsi mesin merupakan penyebab
tersering. Kecelakaan ini mencatat angka 2% kasus pada American Society of Anesthesiology
(ASA) Close Claim Project Database. Sirkuit nafas merupakan sumber tersering terjadinya
kecelakaan (39%) dan menyebabkan 70% kematian atau kerusakan otak , hampir semua insiden
berhubungan dengan miskoneksi dan diskoneksi alat.
Bagi seorang penata anestesi, pemahaman terhadap fungsi dari sistem penghantaran
anestesi ini sangatlah penting. Berdasarkan fakta dari data American Society of Anesthesiologists
(ASA), Caplan menemukan bahwa meskipun tuntutan dari pasien terhadap kesalahan dari system
penghantaran anestesi jarang terjadi, akan tetapi ketika itu terjadi maka akan menjadi suatu
masalah yang besar, yang sering mengakibatkan kematian atau kerusakan otak yang menetap.
Baik dokter, mahasiwa keperawatan anatesiologi, maupun penata kiranya mampu memahami
tentang persiapan dan penggunaan mesin anastesi agar dapat membantu dan meminimalisir
terjadinya kesalahan persiapan dan penggunaan mesin anastesi didunia kerja yang dapat
berakibat vatal (Jurnal Anastesi Indonesia 2021).
Persiapan mesin anastesi adalah tindakan yang harus di lakukan oleh penata anatesi
setiap sebelum dilakukan pembiusan dan pembedahan, yang bertujuan untuk meminimalisir
setiap masalah yang mungkin timbul demi kepentingan dan keamanan pasien (Gde. M dan
Tjokorda .GA. S 2010).
Komponen 1
a. Sumber gas Oksigen
biasanya disimpan secara terpusat dalam bentuk cairan dan disalurkan melalui pipa ke kamar
operasi dan tempat-tempat lainnya melalui jalur pipa. Masing-masing pipa diberi warna yang
berbeda dan dihubungkan dengan mesin dengan suatu sistem diameter index safety untuk
menghindari kesalahan penyambungan.
c. Penguap/ Vaporizer
Berfungsi untuk menguapkan zat anestesi cair yang mudah menguap (volatile anesthetic agent)
yang biasanya dilengkapi pemutar untuk mengatur besar kecilnya konsentrasi zat anestesi yang
keluar.
Komponen 2
Sirkuit nafas:
Aliran gas dari sumber gas berupa campuran O2 dan gas anestesi akan mengalir
melalui vaporizer. Campuran gas yang lazim disebut aliran gas segar ini selanjutnya
akan masuk ke sirkuit nafas pasien. Sirkuit nafas pasien tersebut adalah:
a. Sistem lingkar: terjadi rebreathing
b. Sistem Magill dan Mapleson dengan variasi: rebreathing tidak ada atau minimal sekali.
Sistem Magill (Mapleson A) merupakan sistem penyediaan gas yang paling sering
digunakan di inggris untuk pasien yang bernafas spontan.
Gambar
1.
Sistem
b. Pipa endotrakea:
digunakan untuk memberikan gas anestesi langsung ke trakea dan memungkinkan
untuk mengontrol ventilasi dan oksigenasi. Pipa endotrakea umumnya dibuat dari
bahan polivinil klorida dengan berbagai ukuran dan dapat dilengkapi dengan balon
atau tidak.
2. Perencanaan dan pengadaan alat
Perencanaan
penentuan kebutuhan dimulai dari permintaan kebutuhan dari masing-masing instalasi atau user
direkap dan dibahas dengan bidang pelayanan, bidang penunjang, perencanaan dan tata usaha
untuk menentukan prioritas berdasarkan pada permenkes nomor 56 tahun 2014, selanjutnya untuk
yang mengunakan dan APBN atau DAK diajukan usulan prosposal ke bidang perencanaan untuk
penyesuaian prioritas dengan menu alat kesehatan yang tersedia pada menu DAK, kalau tidak
tersedia priotas kebutuhan rumah sakit pada menu tersebut akan dialihkan pada kebutuhan yang
bukan prioritas yang tersedia pada menu pilihan alat kesehatan yang ada pada menu
DAK.Pengadaan : karena adanya kebutuhan pembedahan di ruang operasi dan ketersediaan SDM
Anasthesi serta
Pengadaan
Pelaksanan pengadaan alat kesehatan di suatu RS dilaksanakan setelah daftar pelaksanaan
anggaran keluar, maka PPK medaftarkan rencana umum pengadaan ke unit layanan
pengadaan (ULP) selanjutnya pejabat pembuat komitmen atau pejabat pengadaan
melakukan pemilihan penyedia dengan E-Purchasing melalui E-catalogue.
Referensi pengadaan Kementerian RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014.Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit. Jakarta: Kemenkes RI; 2014
Adapun alur pengajuan sebagai berikut:
ULP
PPK
Penunjang DAK,D
HCAT,
BLUD
perencanaan
E-catalog
PT.General
Expensive
RS,Logistik
medis
USER
4. Pemeliharaan alat
Dilakukan setiap hari sebelum alal tersebut dipakai untuk proses pembedahan. Seperti
kabilarasi internal pada alat, cek parameter dan selanjutnya
5. Perbaikan alat
Masalah kelistrikan – Entah mesin tidak menyala atau pengguna mengalami sengatan listrik.
Tidak ada output gas – Pasokan O2 atau N2O rendah atau ada tekanan rendah. Periksa
pengukur tekanan.
Alarm kegagalan O2 tidak berfungsi – perangkat rusak atau baterai alarm perlu diganti.
Ada kebocoran dalam sistem – periksa semua pipa dan titik sambungan untuk kebocoran dan
perbaiki.
Kesalahan flowmeter – Perlu diperiksa oleh teknisi biomedis. untuk masalah needle vale atau
float ball.
6. Kalibrasi alat
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan atau kalibrasi mesin anesthesi
dengan cara melakukan pengamatan fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan
melakukan kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan
elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN,
2016
d. ECRI 461-20010301 Anesthesia Uniit Ventilators
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu : 15 oC – 40 oC
b. Kelembaban : 55 % RH ± 15 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10 %
UUT
Gas Flow
X. WAKTU PENGERJAAN
A. Kesimpulan
1. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
2. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan
ketidaksesuaian dinyatakan dengan TIDAK LAIK PAKAI.
3. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau
melampaui 70 % dan pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir
dibawah 70 %
4. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat
dinyatakan tidak laik pakai.
B. Pengecekan kenormalan operasional alat sebelum dikembalikan ke user
a. Cek kelengkapan aksesori alat
b. Cek fungsi alat yang diuji/kalibrasi
C. Pengembalian alat yang diuji/kalibrasi dan pengemasan alat standar
a. Rapihkan alat yang diuji/kalibrasi
b. Rapihkan alat standar
D. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.05-18
- Form laporan nomor : FL.01.05-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
7. Penghapusan alat