Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEORI

PERALATAN BEDAH DAN ANESTESI


MESIN ANESTESI

Dosen Pengampu :
M. PrastawaAssalim Tetra Putra, ST, M.Si
NIP 19771029 200212 1 004

Disusun Oleh :
Muhammad Arifatul triyono
Dyah Khoirunnisa
HUMAM MU'TI AZIZ
Maria H.S. Hala Tokan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita
selalu dalam keadaan sehat walafiyat. Sesungguhnya hanya kepada Allah kita memohon ampunan dan
pertolongan. Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang benderang ini.

Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas Teori Peralatan Bedah Dan
Anestesi, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
yaitu M. Prastawa Assalim Tetra Putra, ST, M.Si yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada kami. Mohon maaf apabila dalam pengerjaan tugas ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Dan kami berharap dengan adanya makalah ini, dapat memberi ilmu yang bermanfaat untuk
para pembaca.

Surabaya, 08 Agustus 2023

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anestesi adalah suatu Tindakan menahan rasa sakit Ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi pertama kali digunakan oleh
Oliver Wen del Holmes Sr pada tahun 1846.
Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan jenis yang lainnya hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainnya tetap sadar. Dan pembiusan lokal
adalah suatu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan Sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan
manusia kehilangan kesadaran. Obat bius ini bila digunakan dalam operasi tidak membuat lama waktu
penyembuhan operasi. Anestesi hanya dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis.
Dokter spesialis anestesiologis selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena
sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa teori dasar dan klinis alat?
2. Bagaimana perencanaan dan pengadaan alat tersebut?
3. Bagaimana perencanaan pemeliharaan dan habis pakai alat?
4. Bagaimana pemeliharaan alat tersebut?
5. Bagaimana perbaikan alat tersebut?
6. Bagaimana kalibrasi alat tersebut?
7. Bagaimana penghapusan alat tersebut?
8. Bagaimana perkembangan teknologi dan penelitian dasar alat tersebut?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui teori dasar dan klinis alat.
2. Agar dapat mengetahui perencanaan dan pengadaan alat tersebut.
3. Agar dapat mengetahui perencanaan pemeliharaan dan habis pakai alat.
4. Agar dapat mengetahui pemeliharaan alat tersebut.
5. Agar dapat mengetahui perbaikan alat tersebut.
6. Agar dapat mengetahui kalibrasi alat tersebut.
7. Agar dapat mengetahui penghapusan alat tersebut.
8. Agar dapat mengetahui perkembangan teknologi dan penelitian dasar alat tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori dasar dan klinis alat
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi sakit/nyeri,
rabaan, suhu, posisi/proprioseptif, sedangkan analgesia yaitu hilangnya sensasi sakit/nyeri, tetapi
modalitas yang lain masih tetap ada (Pramono, 2017). M
enurut Majid,A., Juda,M., dan
Istiana,U. (2011). Menyatakan bahwa anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik
serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian anestesi dihentikan.
Secara umum, dikenal dua teknik dalam anestesi yaitu anestesi umum yang menggunakan obat
parenteral ataupun agen inhalasi dan teknik anestesi regional dalam (Sani dan Ardiani,2017).

Anestesi umum atau general anesthesia mempunyai tujuan agar dapat: menghilangkan
nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan dapat
diprediksi. Anestesi umum disebut juga sebagai narkose atau bius. Jika pada anestesi umum
pasien tidak sadar, pada anestesi regional pasien masih sadar, tetapi tidak merasakan nyeri
(Pramono,2017).
Tugas utama seorang penata anestesi adalah memastikan bahwa peralatannya dapat
memberikan suatu kadar oksigen yang adekuat pada pasien. Mesin anestesi digunakan oleh ahli
anestesi untuk mendukung pemberian anestesi. Mesin Anastesi merupakan alat penunjang medis
yang sangat membantu tenaga medis selama proses tindakan operasi berlangsung. Mesin
anastesi memberikan agent anastesi dan juga gas yang dibutuhkan pasien selama proses
pembiusan berlangsung ( Ridho,M. 2018).
Menurut (Latief, 2011) mesin anestesi digunakan oleh penata anestesi untuk mendukung
pemberian anestesi. Mesin modern yang dirancang untuk memberikan secara akurat dan terus
menerus pasokan gas seperti (oksigen dan nitrogen oksida) dicampur dengan uap agen anestesi
sep rti (isoflurane dan sevoflurane) yang dihantarkan dengan aliran dan tekanan yang aman bagi
pasien. Mesin anestesi modern dilengkapi ventilator, suction unit, dan peralatan
monitoring pasien. Kesalahan penggunaan peralatan penghantar gas tiga kali lebih banyak
menyebabkan akibat efek samping dibandingkan dengan kegagalan fungsi mesin itu sendiri.
Kurangnya penguasaan alat dan kelalaian dalam pemeriksaan fungsi mesin merupakan penyebab
tersering. Kecelakaan ini mencatat angka 2% kasus pada American Society of Anesthesiology
(ASA) Close Claim Project Database. Sirkuit nafas merupakan sumber tersering terjadinya
kecelakaan (39%) dan menyebabkan 70% kematian atau kerusakan otak , hampir semua insiden
berhubungan dengan miskoneksi dan diskoneksi alat.

Bagi seorang penata anestesi, pemahaman terhadap fungsi dari sistem penghantaran
anestesi ini sangatlah penting. Berdasarkan fakta dari data American Society of Anesthesiologists
(ASA), Caplan menemukan bahwa meskipun tuntutan dari pasien terhadap kesalahan dari system
penghantaran anestesi jarang terjadi, akan tetapi ketika itu terjadi maka akan menjadi suatu
masalah yang besar, yang sering mengakibatkan kematian atau kerusakan otak yang menetap.
Baik dokter, mahasiwa keperawatan anatesiologi, maupun penata kiranya mampu memahami
tentang persiapan dan penggunaan mesin anastesi agar dapat membantu dan meminimalisir
terjadinya kesalahan persiapan dan penggunaan mesin anastesi didunia kerja yang dapat
berakibat vatal (Jurnal Anastesi Indonesia 2021).
Persiapan mesin anastesi adalah tindakan yang harus di lakukan oleh penata anatesi
setiap sebelum dilakukan pembiusan dan pembedahan, yang bertujuan untuk meminimalisir
setiap masalah yang mungkin timbul demi kepentingan dan keamanan pasien (Gde. M dan
Tjokorda .GA. S 2010).

Penggunaan mesin anastesi adalah pengoprasian mesin anastesi yang


bertujuan untuk menyalurkan gas atau campuran gas anastetik yang aman
ke rangkaian anestesi yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang
sisa gas dari pasien ( Latief , 2011).

KOMPONEN MESIN ANESTESI


Secara umum mesin anestesi yang kita kenal sekarang terdiri dari 3 komponen yang saling berhubungan,
yaitu:
Komponen 1 : sumber gas, penunjuk aliran gas/ flow meter dan penguap/ vaporizer
Komponen 2 : sirkuit nafas: sistem lingkar dan sistem magill
Komponen 3 : alat yang menghubungkan sirkuit nafas dan pasien; sungkup muka, pipa endotrakea.

Komponen 1
a. Sumber gas Oksigen

biasanya disimpan secara terpusat dalam bentuk cairan dan disalurkan melalui pipa ke kamar
operasi dan tempat-tempat lainnya melalui jalur pipa. Masing-masing pipa diberi warna yang
berbeda dan dihubungkan dengan mesin dengan suatu sistem diameter index safety untuk
menghindari kesalahan penyambungan.

b. Penunjuk aliran gas


Berbentuk tabung gelas yang didalamnya terdapat indikator pengukur yang umumnya berbentuk
bola atau rotameter. Skala yang tertera umumnya 2 5/6/2018 Sejarah an Mesin Anestesi -
slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-an-mesin-anestesi 3/26 dalam L/menit atau
mL/menit. Flowmeter dapat dibuka dengan cara memutar tombol pemutar kearah berlawanan
dengan putaran jarum jam. Bila indikator berbentuk bola maka angka laju aliran dibaca setinggi
bagian tengah bola dan bila memakai rotameter dibaca setinggi bagian atas rotameter. Terdapat
pula flow meter dengan sistem digital.

c. Penguap/ Vaporizer

Berfungsi untuk menguapkan zat anestesi cair yang mudah menguap (volatile anesthetic agent)
yang biasanya dilengkapi pemutar untuk mengatur besar kecilnya konsentrasi zat anestesi yang
keluar.

Komponen 2
Sirkuit nafas:
Aliran gas dari sumber gas berupa campuran O2 dan gas anestesi akan mengalir
melalui vaporizer. Campuran gas yang lazim disebut aliran gas segar ini selanjutnya
akan masuk ke sirkuit nafas pasien. Sirkuit nafas pasien tersebut adalah:
a. Sistem lingkar: terjadi rebreathing
b. Sistem Magill dan Mapleson dengan variasi: rebreathing tidak ada atau minimal sekali.
Sistem Magill (Mapleson A) merupakan sistem penyediaan gas yang paling sering
digunakan di inggris untuk pasien yang bernafas spontan.

Gambar
1.
Sistem

pernafasan Magill atau Mapleson A. F = peralatan ruang rugi V = katup ekspirasi FG =


gas segar B = kantong cadangan dan lubang kantung AV = penderita membuang nafas
gas ruang rugi.
5/6/2018 Sejarah an Mesin Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-an-mesin-anestesi 4/26
Komponen 3
Sungkup muka atau pipa endotrakea terdapat dalam berbagai ukuran dan dapat terbuat dari
bahan plastik maupun karet.
a. Sungkup muka:
Terdapat beberapa rancangan sungkup muka.
 Sungkup muka dengan bahan transparan memungkinkan memantau uap gas
ekspirasi dan dapat mengenali terjadinya muntah dengan segera.
 Sungkup muka dari bahan karet hitam dapat menyesuaikan dengan bentuk wajah
yang tidak biasa.

b. Pipa endotrakea:
digunakan untuk memberikan gas anestesi langsung ke trakea dan memungkinkan
untuk mengontrol ventilasi dan oksigenasi. Pipa endotrakea umumnya dibuat dari
bahan polivinil klorida dengan berbagai ukuran dan dapat dilengkapi dengan balon
atau tidak.
2. Perencanaan dan pengadaan alat
 Perencanaan
penentuan kebutuhan dimulai dari permintaan kebutuhan dari masing-masing instalasi atau user
direkap dan dibahas dengan bidang pelayanan, bidang penunjang, perencanaan dan tata usaha
untuk menentukan prioritas berdasarkan pada permenkes nomor 56 tahun 2014, selanjutnya untuk
yang mengunakan dan APBN atau DAK diajukan usulan prosposal ke bidang perencanaan untuk
penyesuaian prioritas dengan menu alat kesehatan yang tersedia pada menu DAK, kalau tidak
tersedia priotas kebutuhan rumah sakit pada menu tersebut akan dialihkan pada kebutuhan yang
bukan prioritas yang tersedia pada menu pilihan alat kesehatan yang ada pada menu
DAK.Pengadaan : karena adanya kebutuhan pembedahan di ruang operasi dan ketersediaan SDM
Anasthesi serta
 Pengadaan
Pelaksanan pengadaan alat kesehatan di suatu RS dilaksanakan setelah daftar pelaksanaan
anggaran keluar, maka PPK medaftarkan rencana umum pengadaan ke unit layanan
pengadaan (ULP) selanjutnya pejabat pembuat komitmen atau pejabat pengadaan
melakukan pemilihan penyedia dengan E-Purchasing melalui E-catalogue.
Referensi pengadaan Kementerian RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014.Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit. Jakarta: Kemenkes RI; 2014
Adapun alur pengajuan sebagai berikut:

ULP
PPK

Penunjang DAK,D
HCAT,
BLUD

perencanaan

E-catalog

PT.General
Expensive
RS,Logistik
medis

USER

3. Perencanaan pemeliharaan dan habis pakai alat


Perncanaa dibagi 2 :
1. Perancaan pemeliharaan preventif :
Perencanaan pemeloharan yang dilakukan secara countiu dalam waktu tertentu
misalkan dalam perencanaan penggantian O2 cell, flow sensor dan sebagainya yang
memiliki tgl expired.
2. Perencanaan perencaan harian :
Dilakukan setiap hari sebelum alal tersebut dipakai untuk proses pembedahan.
Seperti kabilarasi internal pada alat, cek parameter dan selanjutnya

4. Pemeliharaan alat
Dilakukan setiap hari sebelum alal tersebut dipakai untuk proses pembedahan. Seperti
kabilarasi internal pada alat, cek parameter dan selanjutnya

5. Perbaikan alat
 Masalah kelistrikan – Entah mesin tidak menyala atau pengguna mengalami sengatan listrik.
 Tidak ada output gas – Pasokan O2 atau N2O rendah atau ada tekanan rendah. Periksa
pengukur tekanan.
 Alarm kegagalan O2 tidak berfungsi – perangkat rusak atau baterai alarm perlu diganti.
 Ada kebocoran dalam sistem – periksa semua pipa dan titik sambungan untuk kebocoran dan
perbaiki.
 Kesalahan flowmeter – Perlu diperiksa oleh teknisi biomedis. untuk masalah needle vale atau
float ball.
6. Kalibrasi alat
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan atau kalibrasi mesin anesthesi
dengan cara melakukan pengamatan fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan
melakukan kinerja (kalibrasi).

II. RUANG LINGKUP


Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian mesin anesthesi dengan rentang
ukur sebagai berikut :
a. Pengujian
1. Pemeriksaan fisik
2. Pengujian fungsi
3. Pengujian keselamatan listrik
4. Pengujian oxygen flush valve
b. Kalibrasi
1. Tidal Volume : 0 – 600 ml
2. Minute Volume : 0 – 20 L
3. Breath Rate : 10 – 60 BPM
4. I : E Ratio : 1:1 – 1:10 to 10:1
5. Peak Inspiratory Pressure (PIP) : + 40 cmH2O
6. Mean Airway Pressure (MAP) : + 40 cmH2O
7. Positive End Expiratory Pressure : -5 to 40 cmH2O
8. Inspiratory Time (Ti) : 0 – 60 sec
9. Expiratory Time (Te) : 0 – 60 sec
10. Peak Expiratory Flow (PEF) : 0 – 100 LPM

11. Laju aliran gas oksigen : 0 s.d 300 L/min


11. Peak Inspiratory Flow (PIF) : 0 – 100 LPM

III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan
elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN,
2016
d. ECRI 461-20010301 Anesthesia Uniit Ventilators

IV. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN


a. Gas Flow Analyzer
b. Electrical Safety Analyzer
c. Thermohygrometer

V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu : 15 oC – 40 oC
b. Kelembaban : 55 % RH ± 15 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10 %

VI. PROSEDUR PENGUJIAN DAN/ATAU KALIBRASI


a. Persiapan dokumen
1. Metode kerja
2. Instruksi kerja
3. Lembar Kerja
4. Label
b. Persiapan alat yang akan diuji/kalibrasi
1. Siapkan alat yang akan diuji/kalibrasi
2. Periksa kelengkapan aksesoris
c. Persiapan alat uji/kalibrasi
1. Siapkan alat ukur keselamatan listrik
2. Siapkan alat ukur gas flow analyzer
3. Siapkan thermohygrometer
d. Pendataan administrasi alat yang diuji/kalibrasi di lembar kerja yang minimal terdiri dari :
1. Catat identitas penguji
2. Catat nama alat
3. Catat merek
4. Catat model
5. Catat nomor seri
6. Catat ruangan
7. Catat tanggal pelaksanaan
8. Catat identitas fasyankes/pelanggan
e. Pengukuran kondisi lingkungan
1. Siapkan & hidupkan thermohygrometer
2. Catat suhu & kelembaban awal kerja
3. Catat suhu & kelembaban akhir kerja
4. Catat tegangan Jala-jala

VII. PEMERIKSAAN FISIK DAN FUNGSI ALAT YANG DIUJI/KALIBRASI


Lakukan pemeriksaan pengamatan fisik dan fungsi UUT
a. Badan dan permukaan : Periksa bagian luar dan kondisi kebersihan fisik secara
menyeluruh. Pastikan selungkup utuh, terpasang ketat satu dan lainnya dan tidak ada
bekas tertimpa cairan ataupun gangguan.
b. Kotak kontak alat : Periksa apakah ada gangguan pada kotak kontak (AC-Power).
Gerak-gerakkan kotak kontak untuk memastikan keamanannya. Goyang-goyangkan
kotak kontak untuk memastikan tidak ada baut atau mur yang longgar. Jika ada, buka
mur dan ganti dan perbaiki bila perluotak kontak alat, periksa apakah ada gangguan
pada kotak kontak (AC-Power).
c. Kabel catu utama (Line cord) : Periksa kabel, apakah terlihat ada kerusakan. Jika ada
pindahkan atau tukar kabel yang rusak. Jika kerusakan disekitar ujung kabel
singkirkan bagian yang rusak dan ganti dengan yang baru. Pastikan kabel power yang
baru ataupun kotak kontak yang baru mempunyai polaritas yang sama dengan yang
lama. Periksa juga fungsi kabel chargernya waktu dipergunakan untuk mengisi ulang.
d. Sekering (Fuse): Apabila terdapat sekering atau pengaman rangkaian, periksa apakah
masih berfungsi dengan baik. Periksa sekering yang terdapat pada bagian luar
rangkaian, apakah nilai tahanan dan tipenya sesuai dengan spesifikasi yang tertulis
pada alat.
e. Tombol, saklar dan kontrol : Sebelum mempergunakan/ mengubah-ubah tombol
kontrol, periksa posisinya, jika terlihat tidak berada pada posisinya (periksa dengan
menggunakan mode pemeriksaan standar). Bandingkan dengan posisi control. Ingat
pengaturan tersebut dan jangan lupa untuk mengembalikan pada setting awal jika
sudah selesai menggunakan.
f. Baterai/ Charger : Periksa kondisi fisik dan konektor baterai apakah siap untuk
dipergunakan. Periksa apakah alarm baterai menunjukkan baterai lemah. Jika
demikian recharge baterai. Kemudian periksa kondisi Charger apakah masih baik dan
dapat bekerja dengan baik, lalu charge baterai. Untuk beberapa jenis baterai
mempunyai batas waktu (periode) penggunaan dan pengisian ulang, hal ini perlu
diperhatikan unutk menjaga ketahanan baterai tersebut. Jika ada rekomendasi dari
pabrikan, pastikan hal tersebut dilakukan sesuai dengan rekomendasi tersebut.
g. Selang pernafasan : Periksa semua kondisi kebersihan dan sambungannya, pastikan telah
melalui proses sterilisasi.
h. Konektor gas : Periksa kesesuaian konektor gas yang terpasang dengan pipa
sambungan instalasi gas medik dan dicocokkan dengan persyaratan yang diharuskan.
i. Keberlangsungan catu daya : Untuk meyakinkan Unit under test tetap bekerja, lakukan
pemutusan catu daya utama. Periksa apakah fungsi catu daya internal (baterai) atau
UPS langsung dapat memback-up operasional unit under test.
j. Alarm : Periksa semua konfigurasi alarm yang disajikan alat, tetap konsis pada semua
keadaan ventilator. Alarm turn off, silence alarm atau pengoperasian yang keliru atau
kesalahan pengoperasian, dalam hal setting parameter dan batasan alarm. Periksa juga
kemampuan kontrol volume alarm, harus terdengar dengan jelas bagi operator.
k. Pelabelan dan aksesori : Periksa bahwa semua keberadaan plakat, label dan petunjuk
masih sesuai dan terbaca. Pastikan cadangan baterai dan sekring ada. Untuk alat
tersebut berada pada lokasinya.

VIII. PENGUJIAN KESELAMATAN LISTRIK


Mengacu pada metode kerja Pengujian Keselamatan Listrik Nomor MK 001-18

IX. PENGUJIAN KINERJA


a. Hubungkan UUT dengan sumber listrik
b. Hubungkan UUT dengan oksigen dan udara tekan
c. Tekan tombol power untuk menghidupkan UUT. Dengan bantuan operator pastikan
unit under test telah melewati proses kalibrasi internal yang disarankan pabrik
pembuat (mengacu pada petunjuk pengoperasian UUT) dan komponen-komponennya
telah melalui proses desinfektan rutin.
d. Lakukan instalasi UUT dengan analyzer seperti gambar 1 dibawah ini. Gunakan test lung
dengan ukuran Complaince
= 20 ml/hPa dan Resistance = 20
hPa/l/s atau Complaince = 50 ml/hPa
dan Resistance = 5 hPa/l/s

UUT

Gas Flow

Gambar 1. Instalasi kalibrasi anesthesi Ventilator

e. Lakukan penyetelan unit untuk penggunaan menggunakan automatic ventilator. Untuk


setting pertama kali, atur UUT pada nilai setting Tidal Volume 400 ml, Breath rate 15,
Minute Volume 6.0 dan I : E Ratio 1: 3 dan FiO2 = 30% Pada beberapa unit tidak
dilengkapi dengan pengaturan I : E, tapi pengaturan I : E dilakukan dengan mengatur
Time Inspiration atau Flow Inspiration. Bila dilengkapi dengan dengan pengaturan
flow dan pressure, atur pada nilai 25 lpm dan pressure 20 cmH2O.
f. Hidupkan alat standard, lakukan warming up selama 15 menit.
g. Penuhi langkah-langkah kalibrasi internal alat standard, mengacu kepada petunjuk
pengoperasian alat standard untuk memastikan semua menunjukan pada standard
adalah Nol.
h. Lakukan koneksi antara UUT dengan alat Standard.
i. Perhatikan indikator alarm, jika alarm UUT berbunyi lakukan tindakan standard
untuk mematikan alarm mengacu pada petunjuk pengoperasian UUT. Lihat indikator
alarm dan lakukan penyetelan parameter dan batas-batas alarm masing-masing
parameter (mengacu pada petunjuk pengoperasian UUT) sampai alarm tidak berbunyi.
Penyetelan parameter didasarkan pada informasi tampilan alarm.
j. Pengukuran Output UUT dapat menggunakan port inlet high atau low range pada
Standard atau analyzer. Untuk pemakaian dewasa/ adult gunakan port inlet High Flow.
k. Bila menu pada Standard atau analyzermenawarkan beberapa pola pendeteksian (Uni
directional, directional atau bi- directional flow) maka pilih flow/ volume atau
pressure-nya maka pilih pada Standard referensi tampilan mode ATPS
(Ambien Temperature Pressure Standard). Beberapa produk langsung menyebutkan
referensi tampilannnya, yaitu : BTPS.
l. Lakukan pengukuran output UUT pada setting Tidal Volume 400 ml, Breath rate 15,
Minute Volume 6.0 dan I : E Ratio 1: 3. Pada beberapa unit tidak dilengkapi dengan
pengaturan I : E, tapi pengaturan I : E dilakukan dengan mengatur Time Inspiration.
m. Biarkan test lung melakukan pendeteksian untuk empat kali pernafasan, pilih tampilan
pada Standard untuk melihat hasil pengukuran parameter pada UUT.
n. Jika UUT terdapat fasilitas untuk memonitor output maka pilih fasilitas tersebut,
kemudian tampilkan pada display parameter-parameter yang ada pada ruang lingkup
yang akan kita bandingkan dengan Standard.
o. Catat pada lembar kerja hasil ukur alat Standard. Lakukan pengulangan pendataan
sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran.
p. Lakukan pengukuran juga untuk nilai-nilai :
TV = 500, BR = 14, MV = 7.0
dan I : E = 1 : 2.5 TV = 600, BR =
13, MV = 7.8 dan I : E = 1 : 2.0
q. Catat nilai pengukuran yang ditampilkan analyzer sesuai parameter pada ruang lingkup
r. Lakukan pengukuran FiO2 untuk setting 60 % dan 90 % pada kondisi TV = 300, BR =
20, MV = 6.0 dan I : E = 1 : 2.0. Pastikan pilihan jenis gas analyzer adalah oksigen.
s. Catat nilai fraksi oksigen yang terukur pada analyzer.
t. Selesai pendataan kembalikan setting UUT pada kondisi default pertama kali.
Tekan tombol OFF dan lepaskan koeksi ke medical gas.

X. WAKTU PENGERJAAN

Waktu pengujian relatif ± 90 menit

A. Kesimpulan
1. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
2. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan
ketidaksesuaian dinyatakan dengan TIDAK LAIK PAKAI.
3. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau
melampaui 70 % dan pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir
dibawah 70 %
4. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat
dinyatakan tidak laik pakai.
B. Pengecekan kenormalan operasional alat sebelum dikembalikan ke user
a. Cek kelengkapan aksesori alat
b. Cek fungsi alat yang diuji/kalibrasi
C. Pengembalian alat yang diuji/kalibrasi dan pengemasan alat standar
a. Rapihkan alat yang diuji/kalibrasi
b. Rapihkan alat standar
D. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.05-18
- Form laporan nomor : FL.01.05-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
7. Penghapusan alat

8. Perkembangan teknologi dan penelitian dasar alat


Mesin anestesi biasa digunakan oleh seorang spesialis anestesi ataupun
perawat anestesi untuk melakukan berbagai tindakan anestesi. Varian
mesin anestesi yang umum digunakan di negara maju adalah mesin
anestesi continuous flow (lebih dikenal sebagai mesin Boyle), yang
dibentuk untuk menyediakan pasokan yang akurat dan terus menerus dari
gas medis, kemudian dicampur dengan konsentrasi yang akurat dari
anestesi uap.
a) Mesin Anestesi Boyle (1917)
Pada tahun 1917, seorang ahli anestesi kelahiran Barbados, Henry
Edmund Gaskin Boyle (1875 - 1941), merancang sebuah mesin
anestesi yang dapat memberikan anestesi dengan oksigen atau
nitrogen oksida dan eter. Sedikit demi sedikit, seiring berjalannya
waktu, mesin anestesi asli ini mengalami perbaikan dan modifikasi
selama lebih dari lima dekade berikutnya. Sampai saat ini mesin
anestesi yang berasal dari pengembangan mesin Boyle merupakan
jenis mesin anestesi yang paling dipakai di negara inggris.
b) Alat Anestesi Endotrakea Magill (1930)
Sir Ivan Whiteside Magill (1888 – 1986), seorang ahli bedah di
Rumah Sakit Stanley, Liverpool bergabung dengan angkatan perang
Irlandia pada perang Loos (1914- 1918). Magill merupakan orang
pertama yang melakukan intubasi trakea dengan menggunakan dua
pipa karet sempit untuk memberikan anestesi eter dengan
menggunakan sedikit tekanan positif.
Magill merupakan tokoh yang selama beberapa tahun selalu
merancang dan mengembangkan berbagai peralatan baru guna
menemukan alat yang aman bagi pasien dan nyaman bagi ahli bedah.
Diantara alat-alat yang diciptakannya adalah laringoskop, forsep
laring, dan” Magill Attachment” suatu kombinasi sederhana dari
breathing tube, reservoir bag dan katup ekspirasi.
Nitrous Oxide-Oxygen-Chloroform-Ether-Carbon Diokside
Apparatus Magill’s terdiri dari peralatan tempat eter, ditambah botol
pencampur transparan untuk nitrogen oksida dan oksigen, botol
terpisah untuk karbon dioksida, botol kloroform yang semuanya
dilekatkan pada suatu lempengan nikel yang dilengkapi pegangan agar
dapat dibawa.
• Blasé Pulmoflator Seri 5050 (1960)

Dibuat oleh Blease Anesthetic Equipment Ltd, Ryefield crescent,


Middlesex. Mesin ini benar-benar merupakan salah satu keajaiban
yang dicapai dibidang anestesi. Ventilator dirancang pada tahun 1960-
70an untuk digunakan terutama jika dipakai obat pelumpuh otot.
Teknik anestesi balans kemudian menjadi sangat terkenal di
Liverpool. Ventilator pada mesin ini dirancang untuk siklus pressure
dan volume.
Mesin ini dilengkapi alat pengukur tekanan darah, alat penghisap,
dan tempat pemasangan unit bronkoskopi dengan sumber cahaya yang
berasal dari transformer disamping alat. Alat ini dapat memberikan
sirkuit tertutup atau semi-tertutup dengan kontrol manual.

• Mesin Anestesi Konvensional (1970 - Sekarang)

Mesin anestesi konvensional mencakup mesin-mesin seperti seri


Ohmeda Modulus dan Excel, serta North american Dräger. Seri
Narkomed dan Narkomed GS.
Keterbatasan mesin anestesi konvensional.
1. Mesin anestesi konvensional memiliki bayak hubungan/ koneksi
eksternal. Meskipun telah dilakukan standarisasi ukuran pipa/
tabung, banyaknya koneksi eksternal ini merupakan sumber
terjadinya diskoneksi atau mis koneksi, kinking, kelalaian, atau
sumbatan. Morbiditas yang timbul akibat kesalahan peralatan ini
bergantung pada lokasi dan fungsi komponen yang terganggu.
Koneksi yang dimaksud mencakup pipa-pipa pada sirkuit nafas,
sistem pengeluaran gas, bellow, pipa aliran gas segar, sistem
pembuangan dan sebagainya.
2. Perlindungan akan baro trauma. Mesin konvensional dilengkapi
dengan pembatas tekanan dalam sirkuit nafas, akan tetapi sebagian
perlu diset secara manual untuk mempertahankan tekanan tetap
berada dibawah nilai ekstrim. Sebagian mesin lainnya hanya akan
membunyikan alarm bila nilai yang telah di set tersebut
terlampaui. Pasien beresiko mendapat hembusan oksigen
tambahan sebesar 500-800 ml/detik dari volume tidal.
3. Resiko vaporizer. Vaporizer dapat bersifat fixed atau dapat
dipindah-pindah. Jika dalam posisi miring, agen cair dapat
memasuki ruang bypass, teruapkan, dan kemudian dialirkan ke
sirkuit dalam dosis yang berlebihan. Dosis yang kurang dapat
terjadi bila ada kebocoran pada tempat-tempat persambungan.
4. Penghantaran volume tidal yang tidak adekuat. Sejumlah besar
volume bellow dapat saja hilang dalam sirkuit nafas akibat
komplians dan kompresi. Ventilator konvensional biasanya
memerlukan sistem” dua-langkah”, perubahan mekanik atau
elektrik dari ventilasi manual dan kesalahan manusia dapat
menyebabkan kondisi apnoe pada pasien.
5. Automated Checkout. Mesin anestesi konvensional harus di
periksa secara manual sehingga sering tidak akurat. Klinisi
biasanya tidak memeriksa alat secara keseluruhan sehingga tidak
dapat menemukan kerusakan/ malfungsi atau bahkan tidak
melakukan pemeriksaan sama sekali. Meskipun telah diberikan
instruksi secara jelas, residen anestesi paling baik hanya dapat
melakukan 81% prosedur pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai