Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

ANESTESI DAN REANIMASI

SISTEM ANESTESI INHALASI

Pembimbing :
dr. Bambang Widjianto, Sp.An

Penyusun :
M. Alfi Maulidi 2017.04.200284
M. Prima Sakti 2017.04.200285
Made Edgard S. E. R 2017.04.200286

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
RSAL DR. RAMELAN SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Referat Anestesi Dan Reanimasi

Sistem Anestesi Inhalasi

Oleh
M. Alfi Maulidi 2017.04.200284
M. Prima Sakti 2017.04.200285
Made Edgard S. E. R 2017.04.200286

Referat “Sistem Anestesi Inhalasi” ini telah diperiksa, disetujui, dan

diterima sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi

kepaniteraan klinik di bagian Anestesi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya,

Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 1 Oktober 2019


Mengesahkan,
Dokter Pembimbing

dr. Bambang Widjianto, Sp. An


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
topik “Sistem Anestesi Inhalasi”. Referat ini disusun sebagai salah satu
tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Anestesi
RSAL Dr. Ramelan Surabaya, dengan harapan dapat dijadikan sebagai
tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun
pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:
a. dr. Bambang Widjianto, Sp.An, selaku Pembimbing Referat.
b. Para dokter di bagian Anestesi RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
c. Para perawat dan pegawai di bagian Anestesi RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.

Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, 1 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB 2 SISTEM ANESTESI INHALASI ............................................... 3
2.1 Definisi ......................................................................................... 3

2.2 Sirkuit Anestesi ............................................................................ 4

2.2.1 Sistem Open .......................................................................... 5

2.2.1.1. Sistem Tetes Terbuka ...................................................... 6

2.2.1.2. Sistem Insuflasi................................................................ 7

2.2.1.3. Sistem Mapelson ............................................................. 7

2.2.1.3.1 Sistem Mapleson A..................................................... 8

2.2.1.3.2 Sistem Mapleson B dan C .......................................... 8

2.2.1.3.3 Sistem Mapleson D .................................................... 9

2.2.1.3.4 Sistem Mapleson E dan F .......................................... 9

2.2.2 Sistem Semi Open ................................................................... 10

2.2.3 Sistem Close ........................................................................... 11

2.2.4 Sistem Semi Close .................................................................. 11

2.2.5 Sistem Lingkar ......................................................................... 12

2.3 Mesin Anestesi .......................................................................... 16

BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................ 20


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Seperti diketahui oleh masyarakat bahwa setiap pasien yang akan


menjalani tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani
prosedur anestesi. Kata “anestesi” sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani yaitu “an-“ yang berarti tidak atau tanpa, dan “aesthētos” yang
berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Jadi secara umum
anestesi berarti suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi sendiri digunakan
pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes pada tahun 1846 untuk
menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara karena
pemberian obat yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri akibat
pembedahan. Sedangkan anestesiologi merupakan cabang ilmu
kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemberian
anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien yang
dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan
intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan
nyeri menahun.
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok,
yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa
disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi
analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu
menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan
jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu
dan pemakainya tetap sadar.
Untuk anestesi terdiri dari beberapa tipe, yaitu anestesi general
(umum), anestesi regional, dan anestesi lokal. Anestesi general
menyebabkan hilangnya kesadaran secara total, anestesi regional
menyebabkan hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh
blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan

1
dengannya, dan anestesi lokal menyebabkan hilangnya rasa pada daerah
2 tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh). Anestesi
regional terbagi atas blok sentral dan blok perifer. Blok sentral, seperti blok
spinal & blok epidural telah secara luas digunakan di ortopedi, obstetri dan
anggota tubuh bagian bawah pada operasi abdomen bagian bawah.
Pada anestesi general terjadi kehilangan kesadaran total dan dapat
diberikan secara inhalasi, intravena, intramuskuler, subkutan, per–oral,
per–rektal. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
bersifat heterogen, yang mendepresi sistem saraf pusat (SSP) secara
reversibel dengan spektrum yang hampir sama dan dapat dikontrol. Salah
satu teknik anestesi general yaitu sistem anestesi inhalasi. Anestesi
inhalasi modern yang pertama adalah karbon dioksida dan asam nitrat.
Karbon dioksida tidak digunakan secara teratur sebagai anestesi inhalasi,
sedangkan asam nitrat lebih sering digunakan dan masih digunakan
sampai sekarang.
Saat ini sistem anestesi inhalasi banyak digunakan karena
tatalaksananya yang mudah dan juga mudah untuk memonitor efek yang
ditimbulkan secara langsung oleh pemberian obat–obatan anestesi.
Sistem anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum
dengan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas
dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi
langsung keudara inspirasi. Obat anestesi inhalasi yang pertama kali
dikenal dan digunakan untuk pembedahan adalah N2O, kemudian eter,
kloroform, etilklorida, etilen, siklo-propan, trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-
eter, propenilmetil-eter, fluoroksan, etil-vinil-eter, halotan, metoksi-fluran,
enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofluran.

2
BAB 2
SISTEM ANESTESI INHALASI

2.1 Definisi
Anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi
yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau
mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Anestesi inhalasi masuk dengan inhalasi atau inspirasi melalui
peredaran darah sampai ke jaringan otak. Anestesi inhalasi bentuk gas
diantaranya N2O dan etilen siklopropan sedangkan anestesi yang
menguap yaitu eter, halotan, fluotan, metoksifluran, etilklorida, trikloretilen
dan fluroksen.
Istilah faal pernapasan pada sistem anestesi inhalasi:
a. Volume Tidal (VT): volume udara yang dihisap/dikeluarkan
dalam 1x napas biasa. Besarnya 8-10ml/kgBB
b. Minute Volume (MV): VT dalam 1 menit
c. Dead Space (VD): bagian saluran napas atau VT yang tidak
ikut dalam pertukaran udara. Normal 1/3 VT
d. Ventilasi Alveoli (VA): udara di alveoli yang terlibat dalam
pertukaran udara, selama 1 menit. VA = (VT – VD) x F
(frekuensi selama 1menit)
e. Rebreathing: udara ekshalasi yang terhirup kembali
f. CO2 absorber: bahan pengikat CO2 yang terjadi terdiri dari
Ca(OH2) dengan Na(OH)2 atau sodalime.
g. MAC (Minimal Alveolar Concentration) atau Kadar Alveolus
Minimal (KAM): konsentrasi minimal zat tersebut di alveolar
pada tekanan satu atmosfer yang dapat menidurkan 50%
penderita atau kadar minimal di alveolar yang dapat
menghilangkan stimulus nyeri.
 MAC meningkat : hyperthermia, hypernatremia, chronic
alcohol abuse, obat-obatan yang meningkatkan
katekolamin

3
 MAC menurun : hypothermia, hyponatremia, premedikasi,
umur
Ambilan alveolus terhadap gas atau uap anestesi inhalasi
ditentukan oleh sifat fisiknya, yaitu :
1. Ambilan oleh paru
2. Difusi gas dari paru ke darah
3. Distribusi dari darah ke otak dan organ lainnya
Hiperventilasi meningkatkan ambilan alveolus, sedangkan
hipoventilasi sebaliknya. Dalam prakteknya, kelarutan zat inhalasi dalam
darah adalah faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan
induksi dan pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat
pada zat yang tidak larut, dan lambat pada zat yang larut.
Eliminasi obat – obat inhalasi sebagian besar dikeluarkan oleh
tubuh melalui paru. Sebagian lagi dimetabolisme oleh hepar dengan
sistem oksidasi sitokrom P450. Kemudian, sisa metabolisme yang larut
dalam air dikeluarkan melalui ginjal.

2.2 Sirkuit Anestesi


Sistem penghantar gas atau sistem anestesi atau sirkuit anestesi
ialah alat yang mengirim gas atau uap anestetik dan oksigen dari mesin
ke jalan nafas pasien dan membuang CO2 dengan mendorongnya dengan
aliran gas segar atau dengan menghisapnya dengan kapur soda.
Sirkuit anestesi umumnya terdiri dari :
1. Sungkup muka, sungkup laring, atau pipa trakea
2. Katup ekspirasi dengan pegas (expiratory loaded spring valve,
pop-off valve, APL, adjustable pressure limiting valve)
3. Pipa ombak, pipa cadang (corrugated tube, reservoir tube)
4. Kantong cadang (reservoir bag)
5. Tempat masuk campuran gas anestesi dan O2 (Fresh gas inlet).
Sirkuit anestesi diklasifikasikan sebagai rebreathing dan non-
rebreathing berdasarkan ada tidaknya udara ekspirasi yang dihirup
kembali. Sirkuit ini juga diklasifikasikan sebagai open, semi open, semi
closed, dan closed berdasarkan :

4
1. Ada tidaknya reservoir bag
2. Udara ekspirasi yang dihirup kembali (rebreathing exhale gas)
3. Komponen untuk menyerap CO2 ekspirasi (CO2 absorber)
4. Katup satu arah
Tabel 1. Pembagian sirkuit anestesi
SISTEM CO2 ABSORBER REBREATHING

Open - Tidak ada

Semi Open - Sebagian

Close + Total

Semi Close + Sebagian

2.2.1 Sistem Open


1) Tidak terjadi nafas ulang (rebreathing)
2) Tidak ada penyerapan CO2 (CO2 Absorber)
3) Terutama untuk anestesi anak-anak < 20 Kg
4) Contoh :
- Sistem open dengan sungkup tanpa plastik
Kelebihan: Pertukaran udara menjadi bebas
Tidak ada rebreathing, tidak terjadi akumulasi CO2
Biasanya menggunakan eter tetes
- Sistem open dengan Jackson Reese
Syaratnya : Aliran udara harus 2 kali volume semenit
Mempunyai katup ekshalasi

5
- Sistem open dengan Ayre’s T-Tube
Sistem ini akan menjadi sistem terbuka bila aliran O 2 sama
dengan 2 kali volume semenit.
5) Kerugian :
- Boros
- Mudah terjadi kebakaran/ ledakan
- Dapat mengiritasi kulit muka
- Butuh waktu lebih lama untuk mecapai level anestesi

Gambar 1. Jackson Reese

Gambar 2. Ayre’s T-Tube

2.2.1.1. Sistem Tetes Terbuka


Sistem tetes terbuka (open drop system) ialah system anastesia yang
sederhana yaitu dengan meneteskan cairan anastetik (eter, koloform) dari
botol khusus ke wajah dengan bantuan sungkup muka (face mask)
Schimmelbusch.

6
Sistem ini tahanan nafasnya minimal dapat ditambahkan O2
melalui pipa kecil ke dalam sungkup. Keburukan system ini ialah selain
boros, udara ekspirasi mencemari lingkungan sekitar.

Gambar 3. Open drop system

2.2.1.2. Sistem Insuflasi


Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anastetik dengan
sungkup muka melalui salah satu ke wajah pasien tanpa menyentuhnya.
Biasanya dikerjakan pada bayi anak yang takut disuntik pada mereka
yang sedang tidur supaya tidak terbangun (induksi mencuri, steal
induction). Untuk menghindari pertumpukan gas CO2 aliran gas harus
cukup tinggi sekitar 8 - 10 liter / menit. Seperti system tetes terbuka cara
ini mencemari udara sekitar.
Ada yang mengartikan, bahwa sistem ini adalah penghembusan
campuran gas anstetik melalui lubang-lubang dengan menggunakan pipa
nasofaring. Seperti melalui sungkup, aliran campuran gas juga harus
tinggi sekitar 8 – 10 liter / menit.

2.2.1.3. Sistem Mapelson


Sistem Mapleson asli tak dilengkapi dengan penyerap CO2
sehingga aliran gas harus sanggup membuang CO2. Sistem ini
disebut juga sistem aliran nafas terkendali (flow controlled breathing
system). Sistem ini terdiri dari beberapa kelas yaitu ABCDE. Willis
menambah dengan sistem F dan sistem ini dikelompokkan menjadi
tiga yaitu kelas A, BC, dan kelas DEF. Sistem Mapleson disebut juga
sebagai system semi-tertutup yang terdiri dari sungkup muka (face

7
mask), pipa ombak (carrugated tubing), kantong cadang ( reservoir
bag) dan lubang aliran gas segar (fresh gas flow inlet).

Gambar 4. Sistem Mapleson

2.2.1.3.1 Sistem Mapleson A


Sistem Mapleson A disebut sebagai sistem Magiil atau Magiil
attachment. System ini cocok digunakan pada anastesia dengan
pernapasan spontan. Katub Ekspirasi (KE) diletakkan sungkup muka
(SM=P), menggunakan pipa ombak, sedangkan tempat masuk aliran
gas segar (AGS=FG) di dekat atau pada kantong cabang (KC=T).
Pada pasien pernapasan spontan, aliran gas segar minimal harus
sama dengan besarnya ventilasi pasien semenit (80 – 100 ml/kg) yang
ada pada pasien dewasa sekitar 5 – 6 liter / menit dan katub ekspirasi
dibuka maksimal. Pada pernapasan sebagian. System ini sekarang
jarang digunakan.
2.2.1.3.2 Sistem Mapleson B dan C
Seperti pada Sistem Mapleson A, pada sistem Mapleson B katup
ekspirasi tetap didekat sungkup, tetapi lubang masuk aliran gas segar
juga dekat sungkup atau katup. Pipa ombak dan kantong cadang
berfungsi sebagai ruang tertutup (blind limb), tempat berkumpulnya
gas segar, gas ruang mati (dead space gas) dan gas alveolar.
Kadang-kadang system ini digunakan di ruang pulih (recovery room)

8
pada pasien dengan nafas spontan dan pada system ini diperlukan
aliran gas segar sekitar dua kali ventilasi semenit. Mapleson C seperti
mapleson C ini disebut juga sebagai system Water to and from.

2.2.1.3.3 Sistem Mapleson D


Pada Sistem Mapleson D, katup ekspirasi diletakkan didekat
masing-masing cadang dan lubang aliran gas segar di dekat sungkup
muka. Untuk mencegah penghisapan kembali CO2 perlu aliran gas
segar 2,5x ventilasi semenit. Modifikasi system ini disebut system
Bain. Pada sistem Bain pipa kecil yang mengalirkan gas segar di
dekat sungkup masih di dalam pipa ombak. Pipa ombak biasanya dari
plastic transparan, tembus pandang, sehingga kalau ada kerusakan
pipa dalam segera diketahui.
Keuntungan system Bain ialah:
 Lebih ringkas, lebih ringan, dengan pipa tunggal
 Dapat digunakan kembali dan untuk semua usia
 Dapat digunakan untuk napas spontan atau kendali
 Dapat digunakan dengan ventilator
 Mudah disterilkan
Untuk napas spontan perlu aliran gas segar 100 – 150 ml/kg, napas
kendali 70 l/kg.

2.2.1.3.4 Sistem Mapleson E dan F


Sistem Mapleson E ini hanya terdiri dari sungkup muka, lubang
masuk untuk aliran gas segar dan pipa ombak sebagai pipa cadang.
System ini dikenal juga dengan nama Ayre’s T-Piece atau y-piece in
Rees atau Mapelson F. Tambahan kantong cadang ini memudahkan
memonitor napas spontan dan melakukan naps kendali. System ini
cocok untuk bayi dan anak kecil. Untuk mencegah dilusi oleh gas
inspirasi dengan udara atau inspirasi dengan CO2 maka diperlukan
aliran gas segar 2x ventilasi semenit.
Keuntungan sistem ini ialah tak ada resistensi ekspirasi.
Sedangkan aliran gas tang diperlukan ialah untuk:

9
Berat badan 10 – 30 kg 100 ml/kg + 1000 ml
Berat badan > 30 kg 50 ml/kg + 2000 ml
Untuk efisiensi napas spontan A > DFE > C> B
Untuk efisiensi napas kendali DFE > B > C< A
Sistem ABC sekarang jarang digunakan, sistem DEF umumnya
digunakan dan di Amerika banyak digunakan sistem Bain.

2.2.2 Sistem Semi Open


1) Udara ekspirasi tidak bebas keluar sehingga sebagian dari
ekspirasi akan kembali pada waktu inspirasi.
2) Ada rebreathing sebagian
3) Tidak ada CO2 Absorber
4) Alat biasa menggunakan eter-air buatan LOOSCO atau EMO
Contoh: open drop dengan sungkup yang dilapisi plastik, alat
untuk ether (E.M.O atau Losco).
5) Keuntungan:
- Sama dengan open method,
- Konsentrasi obat lebih tinggi dibanding open method,
- Induksi lebih cepat dibanding open method.
6) Kerugian:
- Sama dengan open method
- Bisa terjadi akumulasi CO2 dalam sungkup (mudah terjadi
hipoksia).

Gambar 5. Sistem semi open E.M.O

10
2.2.3 Sistem Close
1) Circle sirkuit katup ekshalasi tertutup
2) Udara ekspirasi dihisap lagi dan diikat dengan atmosfer
3) Tidak ada udara yang berhubungan dengan atmosfer
4) Hemat O2 dan obat anestesi
5) Berbahaya bila CO2 Absorber tidak berfungsi dengan baik

2.2.4 Sistem Semi Close


1) Gas ekspirasi sebagian keluar ke atmosfir dan sebagian masuk ke
dalam saluran inspirasi
2) Terdapat tabung penyerapan CO2.
3) Keuntungan: lebih irit, tidak terjadi akumulasi CO2, bahaya
kebakaran/ledakan berkurang
4) Kerugian : Kalau soda lime sdh tua bisa terjadi akumulasi CO2 =>
CO2 narcosis
5) Debu dari soda lime dapat mengiritasi paru penderita
Prinsip: Pasien diinhalasikan melalui suatu masker tertutup yang
dihubungkan dengan suatu reservoir (breathing bag) dimana gas
atau obat inhalasi bercampur dengan O2 sebelum obat inhalasi
terdahulu diuapkan melalui vaporizer. Udara ekshalasi akan
terbuang keluar melalui suatu sistem klep yang dihubungkan
dengan masker. Dari sistem closed bisa menjadi sistem semi-
closed dengan cara membiarkan sebagian gas yang berlebihan
keluar melalui valve yang dibuka.

11
Gambar 6. Sistem semi close dan sistem close

2.2.5 Sistem Lingkar


Sistem ini populer di Amerika, menggunakan dua katup ekspirasi,
satu di dekat pasien yang lainnya di dekat kantong cadang. Aliran gas
cukup 2 – 3 menit asalkan kadar O2 > 25%. Sistem ini variasinya cukup
banyak dan umumnya terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1) Tempat masuk campuran gas segar (fresh gas islet)
2) Katup ombak inspirasi dan ekspirasi
3) Pipa ombak inspirasi dan ekspirasi
4) Konektor Y
5) Katup pop-off
6) Kantong cadang
7) Kanister berisi kapur soda
Untuk mencegah hirupan kembali CO2, perhatikan hal-hal dibawah ini:
- Dua katup searah harus diletakkan antara pasien dan kantong cadang
pada ujung distal pipa ombak

12
- Gas segar jangan dimasukkan ke sirkuit antara pasien dan katup
ekspirasi.
- Katup pop-off tidak dapat ditempatkan antara pasien dan katup
inspirasi.

Gambar 7. Sistem lingkar


Komponen-komponen sistem lingkar:
1. Carbon dioksida absorbent (Pengisap CO2)
Rebreathing gas alveolar memelihara panes dan kelembaban. CO2
pada gas yang dihembuskan harus dihilangkan untuk mencegah
hiperkapni. Secara kimiawi CO2 bergabung dengan air untuk
membentuk asam karbonat. CO2 absorbent (seperti sodalime atau
baralime) mengandung garam hidroksida yang mampu menetralkan
asam karbonat. Produk akhir reaksi meliputi panes (termasuk
panes netralisasi), air dan kalsium karbonat. Sodalime adalah CO 2
absorbent yang umum dan mampu menyerap untuk 23 L CO 2 per
100 g absorbent.
Perubahan warna dari sebuah indikator pH oleh peningkatan
konsentrasi ion hidrogen memberi tanda terpakainya alat penyerap.
Absorbent harus diganti bila 50-70 % telah berubah warna.

13
Meningkatkan kekerasan sodalime dengan menambahkan silika
meminimalkan resiko menghirup debu natrium hidrokida. Karena
kapur barium hidroksida memasukkan air ke dalam struktur
tersebut (air kristal), sehingga cukup keras tanpa silika. Tambahan
air ditambahkan untuk kedua absorbent selama pembungkusan
untuk memberi kondisi yang optimal untuk pembentukan asam
karbonat. Sodalime komersial memiliki kandungan air 14 – 19 %.
Butiran penyerap dapat menyerap dan kemudian melepaskan
sejumlah volatile anestesi (anestesi yang mudah menguap) secara
signifikan. Sodalime yang lebih kering besar kemungkinan akan
menyerap dan mengurangi anestesi inhalasi.
Butiran-butiran penyerap yang terkandung dalam satu atau dua
tabung yang melekat antara kepala dan alas lapisan. Bersama-
sama, unit ini disebut absorbers (gambar 7). Meskipun besar,
tabung ganda memungkinkan penyerapan CO2 yang lebih lengkap,
frekuensi perubahan absorbent lebih sedikit/tidak banyak, dan
resistensi aliran gas lebih rendah. Untuk memastikan penyerapan
lengkap, tidal volume pasien tidak boleh melebihi volume udara
ruang antara butiran penyerap, yang kurang lebih sama dengan
50% dari kapasitas penyerap. Indikator pewarna dapat dipantau
melalui dinding transparan penyerap. Terpakainya penyerap
biasanya pertama terjadi pada lokasi dimana gas dihembuskan
memasuki penyerap dan sepanjang dinding tabung yang halus.
Absorbers generasi yang lebih baru dapat digunakan hingga CO2
ditemukan dalam gas yang dihirup yang dapat diamati pada monitor
gas anestesi, yang menunjukkan saatnya tabung untuk diganti.

14
Gambar 8. CO2 absorbent
Tanda-tanda kapur soda tidak bekerja:
- Warna berubah
- Kapnograf CO2 meningkat
- Tekanan darah mula-mula meningkat lalu menurun.
- Nadi menurun
- Napas menurun
- Napas spontan dalam
- Luka operasi darahnya merembes (oozing)
2. Undirectional Valves (Katup searah)
Katup searah, yang berfungsi sebagai katup pengecek,
mengandung sebuah keramik atau piringan (disk) mika yang
diletakkan horizontal di atas sebuah tempat katup berbentuk cincin.
Selanjutnya aliran gas mendorong piringan ke atas, memungkinkan
gas untuk mengalir melalui sirkuit. Aliran balik mendorong piringan
melawan tahanan, mencegah refluks. Kerusakan katup biasanya
disebabkan oleh piringan yang bengkok atau wadah yang tidak
sesuai. Katup ekspirasi menerima gas alveolar yang lembab.

15
Gambar 9. Sebuah katup searah
Inhalasi membuka katup inspirasi, memungkinkan pasien
untuk bernafas campuran dari gas segar dan gas yang
dihembuskan yang sudah melalui penyerap CO2. Secara
bersamaan, katup ekspirasi menutup untuk mencegah rebreathing
dari hembusan gas yang masih mengandung CO2. Selanjutnya
aliran gas dari pasien selama penghembusan (exhalation)
membuka katup ekspirasi. Gas ini keluar masuk (dikeluarkan)
melalui katup APL atau rebreathing oleh pasien setelah melalui
penyerap. Penutupan katup inspirasi selama ekspirasi mencegah
pengeluaran gas dari percampuran dengan gas segar pada cabang
inspirasi. Kerusakan katup searah memungkinkan terjadinya
rebreathing CO2, sehingga menyebabkan hiperkapni.

2.3 Mesin Anestesi


Alat anestesi yang lazim digunakan disebut mesin anestesi. Fungsi
mesin anestesi ialah menyalurkan gas atau campuran gas anesthetic
yang aman ke rangkaian sirkuit anesthetic yang kemudian dihisap oleh
pasien dan membuang sisa campuran gas dari pasien.
Mesin yang aman dan ideal ialah yang memenuhi syarat berikut:
1. Dapat menyalurkan gas anesthetic dengan dosis tepat.
2. Ruang rugi minimal
3. Mengeluarkan CO2 dengan efisien.
4. Bertekanan rendah

16
5. Kelembaban terjaga dengan baik
6. Penggunaannya sangat mudah dan aman
Mesin anestesia sebelum digunakan harus diperiksa apakah
berfungsi dengan baik atau tidak. Beberapa petunjuk dibawah ini perlu
diperhatikan.
1. Periksa mesin dan peralatan kaitannya secara visual apakah ada
kerusakan atau tidak, apakah rangkaian sambungannya benar.
2. Periksa alat penguap apakah sudah terisi obat dan penutupnya
tidak longgar atau bocor.
3. Periksa apakah sambungan silinder gas atau pipa gas ke mesin
sudah benar.
4. Periksa meter aliran gas apakah berfungsi baik.
5. Periksa aliran gas O2 dan N2O
Mesin anestesi modern biasanya memiliki komponen sebagai berikut:
1. Sumber O2, N2O dan udara tekan
2. Alat pantau tekanan gas (pressure gauge)
3. Katup penurun tekanan gas (pressure reducing valve)
4. Meter aliran gas (flowmeter)
5. Satu atau lebih penguap carian anastetik (vaporizers)
6. Lubang keluar campuran gas (common gas outlet)
7. Kendali O2 darurat (oxygen flush control)
8. Ventilator
9. Monitor fisiologi untuk memonitor laju jantung, EKG, tekanan darah,
dan saturasi oksigen.
10. Perlengkapan suction

17
Gambar 10. Mesin Anestesi 1

18
Gambar 11. Mesin anestesi 2

19
BAB 3
KESIMPULAN
Salah satu teknik yang paling sering digunakan dari anestesi umum
adalah anestesi inhalasi, yakni dengan jalan memberikan kombinasi obat
anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi. Kemudian
diteruskan memalui pembuluh darah dan terus sampai ke jaringan. Suatu
sistem digunakan dalam anestesi inhalasi, yang mana berdasarkan ada
tidaknya CO2 absorber dan rebreathing, diklasifikasikan atas beberapa
macam, antara lain sistem open, semi-open, close, dan semi-close. Alat
anestesi yang lazim digunakan disebut mesin anestesi, yang berfungsi
menyalurkan gas atau campuran gas anestetik ke rangkaian sirkuit
anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang sisa
campuran gas dari pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. John F. B, David C. M, John D. W, 2013. Morga & Mikhail’s: Clinical


Anestesiology, 5th edition. Mc Graw Hill.
2. Karjadi Wirdjoatmpdjo, Prof, dr,. SpAn-KIC, 2000. Anestesiologi dan
reaminasi modul dasar untuk pendidikan S1 Kedokteran. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
3. Kaye A D, Urman R D, Vadivelu N, 2012. Essentials of Regional
Anesthesia. Springer.
4. Latief A S, Suryandu KA, et al. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi
Kedua. Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif FK UI.
5. Latifa U A, 2016. Pemberian Obat melalui Epidural. Program Studi
Diploma Kebidanan Universitas Repati Yogyakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai