Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

OBAT ANESTESI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


( Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Farmakologi )

Disusun oleh :

Siti Nurwinda Dewi NIM : P2.06.24.2.19.033

JURUSAN DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Obat
Anestesi dalam Praktik Kebidanan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
  Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai Obat Anestesi dalam Praktik
Kebidanan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Cirebon, 17 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
1. Obat Anestesi dalam Praktik Kebidanan........................................................................................3
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara maju, pasien sudah terbiasa mendapatkan analgetika untuk mengurangi rasa
sakit pada saat persalinan, yaitu dengan penggunaan anestesia lokal dan umum. Di Indonesia,
rasa sakit waktu persalinan masih dapat ditolerir ibu sampai saat persalinan bayi berlangsung,
tetapi (pada umumnya) parturien tidak dapat menahan rasa sakit pada waktu dilakukan
penjahitan terhadap luka episiotomi, dan parturien minta dipati-rasa. Di samping itu,
anestesia lokal atau umum memang diperlukan oleh operator (penjahit luka), sehingga ia
dapat melakukan tugasnya dengan baik, tenang dan aman.

Sebaiknya, tindakan anestesia lokal maupun umum ini dapat dilakukan sendiri oleh
dokter yang menolong persalinan. Hal ini mengingat bahwa tindakan-tindakan ringan (yang
dilakukan oleh seorang ahli penyakit kandungan) sering kali hanya memerlukan waktu
anestesia yang sangat singkat. Terlebih lagi, bila tempat dimana ia bekerja belum ada seorang
teman sejawat yang ahli anstesia.

Ahli obstetri dan ginekologi seringnya semata-mata bertanggung jawab terhadap


anelgesia/sedasi dan blok regional sepanjang prosedur rawat jalan dan berbasis jasa.
Petunjuk The American Society of Anesthesiologists untuk ketetapan analgesia/sedasi bagi
kalangan non-ahli anestesi memberikan rekomendasi yang bermanfaat untuk memaksimalkan
keamanan pasien selama prosedur rawat jalan dan berbasis jasa.

Tehnik analgesia untuk pasien-pasien obstetri dan ginekologi termasuk infiltrasi lokal
dan blok regional dengan atau tanpa sedasi, agen parenteral dan blokade neuraksial sepanjang
persalinan, dan anestesi umum untuk pembedahan yang lebih ekstensif dan, adakalanya,
untuk persalinan sesar. Meskipun the American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) dan the American Society of Anesthesiologists (ASA) telah
menetapkan tujuan untuk memastikan ketetapan yang tepat pada layanan anestesi di seluruh
rumah sakit yang menyediakan perawatan obstetri memastikan layanan seperti itu
menyisakan tantangan, khususnya pada rumah sakit yang lebih kecil atau di daerah pedesaan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan obat anestesi dalam praktik kebidanan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami obat anestesi dalam praktik kebidanan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Obat Anestesi dalam Praktik Kebidanan

1. Pengertian

Istilah anastesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun
1846. Asal kata Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani An- “tidak, tanpa”
dan aesthetos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.  Obat yang digunakan dalam menimbulkan
anesthesia disebut sebagai anestetik dan kelompok ini dibedakan dalam anestetik umum
dan anestetik lokal. Bergantung pada dalamnya pembiusan, anestetik umum dapat
memberikan efek analgesia yaitu hilangnya kesadaran, sedangkan anastetik lokal hanya
menimbulkan efek analgesia. Anestesi umum bekerja disusunan saraf pusat, sedangkan
anastetik lokal bekerja langsung pada serabut saraf di perifer.

Hipnosis didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran,


sevofluran). Analgesia di dapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID tertentu. Obat-
obat tertentu misalnya thiopental hanya menyebabkan tidur tanpa relaksasi atau
analgesia, sehingga hanya baik untuk induksi. Hanya eter yang memiliki trias
anastesia.Karena anastesi modern saat ini menggunakan obat-obat selain eter, maka
trias anastesi di peroleh dengan menggabungkan berbagai macam obat. Eter
menyebabkan tidur, analgesia dan relaksasi, tetapi karena baunya tajam dan
kelarutannya dalam darah tinggi sehingga agak mengganggu dan lambat (meskipun
aman) untuk induksi. Sedangkan relaksasi otot didapatkan dari obat pelemas otot
(muscle relaxant). Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot
sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan. Obat-obat opium seperti morfin
dan petidin akan menyebabkan analdesia dengan sedikit perubahan pada tonus otot atau
tingkat kesadaran. Kombinasi beberapa teknik dan obat dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuan ini kombinasi ini harus dipilih yang paling sesuai untuk pasien. Tujuan
anastesi umum adalah menjamin hidup pasien, yang memungkinkan operator
melakukan tindakan bedah dengan leluasa dan meghilangkan rasa nyeri.

3
2. Tujuan Anestesi

Tujuannya untuk menghalau rasa sakit di bagian tubuh tertentu, daripada harus
melakukan pembiusan total. Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah
untuk memberikan sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi dari stress
mental atau factor-faktor lain yang berkaitan dengan tindakan anestesi yang spesifik.
Hasil akhir yang diharapkan dari pemberian premedikasi adalah terjadinya sedasi dari
pasien tanpa disertai depresi dari pernapasan dan sirkulasi. Kebutuhan premedikasi bagi
masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut dan nyeri harus diperhatikan betul
pada pra bedah.

Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa


sakit.Memblokir impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang
mengakibatkan penurunan sensasi di bagian bawah tubuh. Obat epidural jatuh ke dalam
kelas obat yang disebut bius lokal seperti bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain..
Mereka sering disampaikan dalam kombinasi dengan opioid atau narkotika, seperti
fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi dosis yang diperlukan bius lokal.

Efek somatic ini timbul didalam kecerdasan dan menumbuhkan dorongan untuk
bertahan atau menghindari kejadian tersebut. Kebanyakan pasien akan melakukan
modifikasi terhadap manifestasi efek somatic tersebut dan menerima keadaan yaitu
dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau nyeri tidak dapat
disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan syaraf simpatis untuk
menimbulkan perubahan system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian karena naiknya
katekolamin dalam sirkulasi.

3. Prosedur Anestesi saat Persalinan

Ada 3 prosedur anestesi yang biasanya dilakukan dalam proses persalinan, baik
normal maupun operasi Caesar. Jenis-jenis tersebut adalah:

1. Anestesi Lokal
Anestesi jenis ini menyebabkan kehilangan sensasi rasa (baal) pada lokasi
yang dituju saja. Anestesi lokal tidak ditujukan untuk mengurangi nyeri kontraksi,

4
dan biasanya digunakan untuk prosedur episiotomi. Episiotomi adalah
pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus, yang bertujuan untuk
melebarkan jalan lahir. Episiotomi biasanya dilakukan jika daerah otot-otot
perineum sangat kaku, sehingga kemungkinan ibu akan mengalami luka yang lebih
luas.

2. Anestesi Regional

Anestesi regional sering dipilih untuk meredakan nyeri saat persalinan.


Pembiusan jenis ini menyebabkan kehilangan sensasi rasa pada daerah bawah tubuh,
namun tidak membuat hilangnya kesadaran. Pada persalinan normal, anestesi
regional biasanya diberikan setelah kontraksi mulai intens dan kuat. Bius regional
dilakukan dengan cara menyuntikkan obat melalui tulang punggung (spine). Jenis
anestesi ini pun paling sering digunakan pada operasi Caesar. Anestesi regional
umumnya dilakukan melalui dua teknik, yaitu spinal atau intratechal labor
analgesia (ILA) dan epidural.

3. Anestesi Umum

Anestesi umum biasanya dipilih jika anestesi regional tidak dapat dilakukan,
terutama saat terjadi keadaan darurat, seperti perdarahan hebat, dan lain sebagainya.

4. Perubahan Fisiologis

Sejak awal kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang dapat


mempengaruhi tindangan anestesi

1. Sistem kardiovaskuler dan komposisi darah curah jantung meningkat


Pada sebagian penderita terjadi “supine hipotension sindrome” karena penekanan
pada vena cava inferior dan aorta oleh uterus. Volume plasma meningkat 45% dan
jumlah eritrosit meningkat 20% sehingga terjadi anemia gravidarum.
2. Sistem pernafasan
Vital capacity dan pulmonary resistance menurun, terjadi hyperventilasi alveolar,
konsumsi oksigen meningkat.
3. Liver dan ginjal

5
Fungsi kedua organ ini menurun, filtasi glomerulus dan aliran plasma ke ginjal
menurun, aktivitas cholinesterase menurun.
4. Saluran pencernaan
Pengosongan isi lambung sering terlambat karena adanya perubahan anatomis dan
juga akibat stres

5. Transfer Anestesi dari Ibu ke Janin

Transfer anestesi dari ibu ke janin tergantung kepada :

1. Sifat kelarutanya dalam lemak, obat yang larut dalam lemak dengan mudah
melewati membran plasenta karena mengandung lipoprotein.
2. Derajat ionisasi, obat yang mudah terurai mudah melewati barier plasenta.
3. pH darah maternal akan mempengaruhi penguraian obat.
4. Ikatan dengan protein, obat yang terikat dengan protein sulit melewati plasenta.
5. Berat molekul, obat yang BM 600 sulit melewati barier plasenta.
6. Perbedaan konsentrasi obat yang ada dalam darah ibu dan janin.

6. Pengaruh Obat terhadap Janin

1. Obat anestesi inhalasi


Umumnya dapat melewati barier plasenta dan akan ditemukan dalam darah
janin rata-rata setelah 2-3 menit dihisap ibu. Ether dalam waktu 8 menit kadar
dalam janin sama dengan kadar dalam darah ibu.
Derajat depresi pada janin tergantung lamanya pemberian obat inhalasi pada
ibu, obat inhalasi dapat menimbulkan gangguan kontraksi pada rahim, kecuali
N2O/O2. Oleh karena itu pemberian gas anestesi dengan konsentasi kecil. Obat
inhalasi antara lain : N2O/O2, Halothane, Ethrane, Isoflurane, Sevorane, dll.
2. Obat Anestesi Lokal
Golongan bupivacaine, chloroprocaine, dan etidocaine yang diberikan pada
ibu tidak akan mempengaruhi bayi yang dilahirkan.

7. Anestesi pada Bedah Cesar

Banyak masalah yang akan dihadapi oleh ahli anestesi pada saat melakukan tindakan
anestesi pada ibu hamil yang akan dioperasi cesar.

6
1. Prinsrip teknik anestesi harus memenuhi kriteria :
 Analgesia cukup kuat
 Tidak menimbulkan trauma psikis pada ibu
 Toksisitas rendah, aman bagi ibu dan bayi
 Tidak mendeprasi janin
 Relaksasi tercapai tanpa menggangu kontraksi rahim
2. Resiko yang mungkin timbul poada saat anestesi
 Adanya gangguan pengosongan lambung
 Kadang-kadang intubasi sulit
 Kebutuhan oksigen meningkat
 Pada posisi terlentang dapat melimbulkan hipotensi
3. Perubahan fisiologis pada kehamilan akn mempengaryhi teknik dan alat anestesi yang
digunakan
4. Ahli anestesi berhadapan dengan tiga individu yang berbeda kepentingannya
 Ibu sebagai penderita menginginkan analgesia, amnesia dan tidur yang
cukup/sempurna
 Bayi yang dilahirkan tidak boleh banyak dipengaruhi oleh obat anestesi/ analgetika
 Ahli bedah menginginkan pelayanan yang sempurna (relaksasi otot)

Berdasarkan pada kepentingan pembedahan cesar dapat dilakukan :

1. Emergensi pada kasus


 Pendarahan ante partum
 Kegawatan janin
 Distocia cervikalis
 Inertia uteri
 Prolapsus funiculi (tali pusat menumbung)
 Pre eklamsia
2. Semi emergensi
 Kelainan letak yang menyebabkan persalinan pervagina tidak mungkin
 Ketuban pecah sebelum waktunya
 Persalinan yang tidak ada kemajuan
3. Elektif

7
 Anak besar/ anak mahal
 Bekas sectio
 Kehamilan serotinus
 Atas permintaan pasien
 Ltak sungsang, letak lintang

8. Teknik Anestesia

Persiapan prabedah :

 Mempelajari data klinis pasien


 Mulai dari anamnesa
 Laboratorium
 Thorak foto
 EKG dan jika ada hasil konsul dari penyakit dalam
 Premedikasi diberikan sesuai kondisi ibu dan teknik yang akan dipakai

9. Perbedaan Spinal dan Epidural

Dr. Hasanul Arifin, SpAn, KIC, KAP, dari Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan, menjelaskan bahwa teknik spinal
maupun epidural memiliki perbedaan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. “Pada prinsipnya kedua teknik ini sama-sama mengurangi nyeri, namun pasien
tetap dapat mobilisasi. Ibu tetap dalam keadaan sadar sehingga persalinan akan terasa
lebih nyaman,” ujar Dr. Hasanul. Lebih lanjut, Dr. Hasanul menguraikan perbedaan di
antara keduanya:

1. Pada epidural, durasi pembiusan yang diberikan lebih lama dibandingkan spinal.
Dosisnya pun dapat diatur sesuai kebutuhan melalui kateter epidural. Bila proses
persalinan mengalami kesulitan dan operasi Caesar harus dilakukan, ahli anestesi
cukup menambahkan obat bius ke dalam kateter epidural tersebut. Kateter ini juga
masih dapat digunakan setelah persalinan untuk menangani nyeri pasca operasi.
2. Pada bius spinal tidak terdapat kateter. Obat hanya diinjeksikan sekali, sehingga bila
pembiusan masih dibutuhkan, sedangkan durasi obat biusnya telah habis, diperlukan
penyuntikan kembali.
3. Bius epidural tidak menyebabkan nyeri kepala pasca pembiusan atau disebut juga
PDPH (post dural puncture headache) seperti yang dapat terjadi pada bius spinal.

8
4. Bius epidural bekerja lebih lama (antara 15-30 menit), sedangkan bius spinal hanya
perlu 5 menit untuk menghilangkan sensasi rasa tubuh bagian bawah.
5. Secara ekonomi, bius epidural membutuhkan biaya lebih mahal dibandingkan bius
spinal.
6. Secara teknik, bius epidural relatif lebih sulit dilakukan daripada bius spinal dan
sangat tergantung keterampilan ahli anestesi.
7. Kedua teknik ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah.

10. Anestesi Regional

Persiapan :

1. Penderita
 Tidak ada kontra indikasi untuk tibdakan regional
 Memberikan penjelasan pada ibu tentang tindakan regional
 Pasang infus dan berikan cairan minimal 500 ml sebelum tindakan agar tidak terjadi
hipotensi
 Tindakan anestesi dilakukan setelah operator siap dan posisi ibu tergantung ahli
anestesi
 Berikan oksigen setlah tindakan regional
 Sebaiknya kepala agak tinggi untuk spinal anestesi
2. Sarana/alat
 Obat dan jarum untuk spinal anestesi
 Peralatan intubasi jika regional blok gagal
 Asisten untuk membantu
 Obat untuk resusitasi

11. Anestesi Umum

 Persiapan untuk anestesi umum sama untuk semua pasien. Dilakukan pemasangan
infus, berikan premesikasi sesuai protap
 Sebaiknya penderita dianjurkan untuk menghadap kiri untuk menghindari penekanan
cava inferior, berikan oksigen sebelum induksi

9
 Induksi dapat dilakukan dengan petothal atau profol atau ketamin dan dosis sesuai
yang dianjurkan
 Intubasi sebaiknya dilakukan dengan succinycholin, dan rumantan dengan tracurium,
NO2/O2 dan halothane dosis kecil atau sevo
 Setelah intubasi berhasil, dipersilahkan untuk melakukan operasi
 Setelah bayi lahir umumnya diberikan ergometri intra vena dan oxitocin secara drip
dan anestesi membuat gangguan dari kontaksi rahim
 Resisusitasi bayi akan dilakukan oleh dokter spesalis anak

12. Anestesi Wanita Hamil untuk pembedahan non obstetri

Pada wanita hamil terjadi perubahan fisiologis akibat perubahan hormonal dan
anatomis karena uterus gravidus akan mempengaruhi teknik dan pemilihan obat anestesi.
Disamping itu diperlukan juga perhatian terhadap obat anestesi yang akan dipergunakan
dan manipulasi operasi janin yang dikandung.

Prinsip penatalaksanaan anestesi :

1. Perlunya menyelamatkan ibu


2. Hindari efek teratogenik dari obat yang dipergunakan
3. Hindari asfiksia janin dalam rahim
4. Jangan sampai terjadi abortus atau kelahiran prematur

Perlu diingat bahwa tidak ada teknik yang baik untuk wanita hamil, sebaiknya operasi
dilakukan setelah bayi lahir untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

13. Persyaratan Pembiusan

Setiap pembiusan memerlukan prosedur tertentu, misalnya, puasa kurang lebih 6 jam
sebelum tindakan. Tujuannya adalah untuk mencegah aliran balik dari lambung masuk ke
jalan nafas. Sedangkan pada anestesi regional, pasien harus bebas luka infeksi di
punggung, tidak sedang menggunakan obat pengencer darah atau punya kelainan darah
encer.

14. Resiko Anestesi

10
Respons tubuh terhadap obat anestesi sangat bervariasi dan tergantung dari jenis obat
yang diberikan. Respons tersebut dapat berupa respons fisiologis, seperti hipotensi, mati
rasa pada setengah badan, dan relaksnya otot-otot gerak tubuh, maupun berupa efek
samping, seperti gatal-gatal pada tubuh (pruritus), mual, muntah, dan gangguan
pernafasan. Pada bius umum, respons fisiologis yang dapat terjadi yaitu mengantuk hingga
hilang kesadaran dan amnesia (hilang ingatan tentang apa yang terjadi selama operasi).
Sedangkan efek samping obat-obat pada bius umum adalah mual, muntah, dan halusinasi
(terjadi pada beberapa pasien yang menggunakan obat ketamin selama pembiusan).
Banyak wanita ragu untuk mendapatkan anestesi karena merasa tidak alami dan takut akan
efek sampingnya nanti. Faktanya adalah tidak ada dua individu dan persalinan yang sama
persis, beberapa kasus mungkin memerlukan pereda nyeri, sedangkan kasus lainnya tidak.
Diskusikan dengan dokter Anda mengenai hal ini. Akan lebih baik jika Anda berbicara
dengan dokter kandungan dan dokter anestesi sebelum memilih prosedur yang cocok
dengan kondisi kesehatan Anda. Yang terpenting adalah jangan takut untuk bertanya.

15. Efek Obat Anestesi pada Bayi

Dr. Hasanul menyebutkan bahwa obat-obat anestesi dapat memengaruhi bayi bila
melewati plasenta dan biasa terjadi pada anestesi umum. “Sebagai contoh, obat penenang,
seperti midazolam, diazepam akan dihindari oleh ahli anestesi, karena dapat menyebabkan
depresi nafas pada bayi. Selain itu, obat analgetik opioid yang rutin diberikan pada bius
umum juga dosisnya dikurangi, karena mememiliki efek samping yang sama pada bayi,”
tutur Dr. Hasanul. Sedangkan pada bius regional, obat- obat bius yang diberikan memiliki
efek samping yang lebih kecil terhadap bayi bila dibandingkan bius umum.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada makalah ini kami membahas sedikitnya tentang obat Anestesi dan analgesic
sebagai oabat penghilang rasa sakit kadang diperlukan selama persalinan dan dibutuhkan
juga selama dan setelah tindakan operasi. Anestesi adalah keadaan tanpa rasa
(withoutsensation) tetapi bersifat sementara dan dapat kembali kepada keadaan semula.

B. Saran

Di harapkan dengan adanya makalah ini yang berkaitan dengan Anestesi dan
analgesic, lebih kurangnya dapat membantu kita dalam mengenali beberapa nama obat –
obatan yang berkaitan dengan kebidanan dan sehingga dapat mempermudah kita untuk
memberikannya kepada pasien dengan indikasi tertentu dengan tepat.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/10/24/anestesi-pada-obstetri-dan-ginekologi/

https://www.halodoc.com/jenis-jenis-anestesi-yang-perlu-diketahui

http://kedokteranebook.blogspot.com/2013/10/obstetri-anestesi-anestesi-dalam_6255.html

http://asmanfarmasi.blogspot.com/2017/04/makalah-farmakologi-dasar-anastetik-umum.html

https://ayuseptianingsihariyani.blogspot.com/2018/03/anastesi-analgesia-kebidanan.html

13

Anda mungkin juga menyukai