Anda di halaman 1dari 15

i

MAKALAH FARMAKOLOGI
ANASTESI UMUM

Di Susun Oleh :
Agung Ramdan
Dodi
Intan Wulansari
Kendah
M Husni
Rakhmat Azis

UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“anastesi umum dan lokal” ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Farmakologi serta agar menambah
ilmu pengetahuan tentang sistem saraf yang menyusun tubuh.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh
dari buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Anastesi
Umum dan Lokal”.
Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................1
Bab II Pembahasan................................................................................................................2
A. Anastesi Umum..........................................................................................................2
1. Pengertian Anastesi Umum....................................................................................2
2. Jenis obat anestesi umum.......................................................................................2
3. Tanda dan stadium anestesi umum.........................................................................3
4. Farmakokinetik.......................................................................................................4
5. Absorpsi dan distribusi...........................................................................................4
6. Ekskresi..................................................................................................................5
7. Farmakodinamik (Mekanisme Kerja).....................................................................5
8. Obat-Obat Anastesi Inhalasi...................................................................................6
9. Halothane................................................................................................................7
10. Enfluran...............................................................................................................7
11. Isofluran (Forane)...............................................................................................8
12. Desfluran.............................................................................................................8
13. Sevofluran...........................................................................................................8
14. Obat-Obat Anastesi Intarvena.............................................................................8
15. Efek Samping Obat Anastesi Umum................................................................10
Bab III Penutup.................................................................................................................111
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................111
Daftar Pustaka...................................................................................................................112

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit.
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang
meliputi pemeberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien
dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien
gawat, pemeberian terapi inhalasi, dan penanggulangannya nyeri menahun. pada
anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.
Usaha menekan rasa nyeri pada tindakan operasi dengan menggunakan obat Telah
dilakukan sejak zaman dahulu termasuk pemberian alcohol dan opodium secara oral.
Setiap obat anestesi mempunyai variasi tersendiri bergantung pada jenis obat, dosis
yang diberikan, dan keadaan secara klinis. Anestetik yang ideal akan bekerja secara
tepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah
pemberian dihentikan. Selain itu, batas keamanan pemakaian harus cukup lebar
dengan efek samping yang sangat minimal. Tidak satu pun obat anestetik dapat
memberikan efek yang diinginkan tampa disertai efek samping, bila diberikan secara
tunggal.

B. Tujuan
1. Memahami tentang anestesi umum
2. Mampu membedakan penggunaan anestesi umum
3. Memahami perbedaan anestesi umum
4. Dapat mengetahui jenis obat-obat anestesi umum

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anastesi Umum
1. Pengertian Anastesi Umum
Anastesi atau Anestetik umum (obat narkosis) adalah obat yang
menyebabkan keadaan narkosis, yaitu hilangnya rasa sakit disertai hilang
kesadaran. Dalam perkembangannya semua operasi dilakukan hanya dalam
keadaan narkosis. Pada suatu narrkosis, akibat kelumpuhan bagian-bagian dari
sistem saraf pusat, terjadi pemutusan secara bolak-balik dari sensasi nyeri,
kesadaran, refleks kesiagaan, tegangan otot.

2. Jenis obat anestesi umum


Umumnya obat anestesi umum diberikan secara inhalasi atau
suntikan intravena.
a. Anestetik inhalasi
Nitrogen aksida yang stabil pada tekanan dan suhu kamar
merupakan salah satu anestetik gas yang banyak dipakai karena dapat
digunakan dalam bentuk kombinasi dengan anestetik lainnya. Halotan,
enfluran, isofluran, desfluran dan metoksifluran merupakan zat cair yang
mudah menguap. Sevofluran merupakan anestesi in halasi terbaru tetapih
belum diizinkan beredar di USA. Anestesi inhalasi konvensional seperti
eter, siklopropan, dan kloroform pemakaiannya sudah dibatasi karena eter
dan siklopropan mudah terbakar sedangkan kloroform toksik terhadap hati.
b. Anestetik intravena
Beberapa obat anestetik diberikan secara intravena baik tersendiri
maupun dalam bentuk kombinasi dengan anestetik lainnya untuk
mempercepat tercapainya stadium anestesi atau pun sebagai obat penenang
pada penderita gawat darurat yang mendapat pernafasan untuk waktu yang
lama, Yang termasuk :
 Barbiturat (tiopental, metoheksital)
 Benzodiazepine (midazolam, diazepam)
 Opioid analgesik dan neuroleptik

12
 Obat-obat lain (profopol, etomidat)
 Ketamin, arilsikloheksilamin yang sering disebut disosiatif anestetik.

3. Tanda dan stadium anestesi umum


Gambaran tradisional tanda dan stadium anestesi (tanda guedel) berasal
terutama dari penilitian efek diatil eter, yang mempunyai mula kerja sentral yang
lambat karena kelarutannya yang tinggi didalam darah. Stadium dan tanda ini
mungkin tidak mudah terlihat pada pemakaian anestetik modern dan anestetik
intravena yang bekerja cepat. Karenanya, pemakaian anestetik dipergunakan
dalam bentuk kombinasi antara anestetik inhalasi dengan anestetik intravena.
Banyak tanda-tanda anestetik ini menunjukkan pada efek obat anestetik
pernafasan, aktivitas refleks, dan tonus otot. Secara tradisional, efek anestetik
dapat dibagi 4 stadium peningkatan dalamnya depresi susunan saraf pusat, yaitu :
a. Stadium analgesi
Pada stadium awal ini, penderita mengalami analgesi tampa disertai
kehilangan kesadaran. Pada akhir stadium 1, baru didapatkan amnesia dan
analgesi
b. Stadium terangsang
Pada stadium ini, penderita tampak delirium dan gelisah, tetapih kehilangan
kesadaran. Volume dan kecepatan pernafasan tidak teratur, dapat terjadi mual.
Inkontinensia urin dan defekasi sering terjadi. Karena itu, harus diusahakan
untuk membatasi lama dan berat stadium ini, yang ditandai dengan
kembalinya pernafasan secara teratur.
c. Stadium operasi
Stadium ini ditandai dengan pernafasan yang teratur. Dan berlanjut sampai
berhentinya pernafasan secara total. Ada empat tujuan pada stadium III
digambarkan dengan perubahan pergerakkan mata, dan ukuran pupil, yang
dalam keadaan tertentu dapat merupakan tanda peningktan dalamnya anestesi.
d. Stadium depresi medula oblongata
Bila pernafasan spontan berhenti, maka akan masuk kedalam stadium IV.
Pada stadium ini akan terjadi depresi berat pusat pernafasan dimedula
oblongata dan pusat vasomotor. Tampa bantuan respirator dan sirkulasi,
penderita akan cepat meninggal.

13
Pada praktek anestesi modern, perbedaan tanda pada masing-masing
stadium sering tidak jelas. Hal ini karena mula kerja obat anestetik modern
relatife lebih cepat dibandingkan dengan dietil eter disamping peratan
penunjang yang dapat mengontrol ventilasi paru secara mekanis cukup
tersedia. Selain itu, adanya obat yang diberikan sebelum dan selama operasi
dapat juga berpengaruh pada tanda-tanda anestesi. Atropin, digunakan untuk
mengurangi skresi, sekaligus mendilatasi pupil; obat-obatnya seperti
tubokurarin suksinilkolin yang dapat mempengaruhi tonus otot; serta obat
analgetik narkotik yang dapat menyebabkan efek depresan pada
pernafasan.tanda yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium
operasi adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya pernapasan yang
dalam dan teratur.

4. Farmakokinetik
Dalamnya anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestetik didalam susunan
saraf pusat. Kecepatan pada konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi
anestesi) bergantung pada banyaknya farmakokinetika yang mempengaruhi
ambilan dan penyebaran anestetik. Factor tersebut menentukan perbedaan
kecepatan transfer anestetik inhalasi dari paru kedalam darah serta dari darah ke
otak dan jaringan lainnya. Faktor-faktor tersebut juga turut mempengaruhi masa
pemulihan anestesi setelah anestetik dihentikan.

5. Absorpsi dan distribusi


Konsentrasi masing-masing dalam suatu campuran gas anestetik sebanding
dengan tekanan atau tegangan persialnya. Istilah tersebut sering dipergunakan
secara bergantian dalam membicarakan berbnagai proses transfer anestetik gas
dalam tubuh. Tercapainya konsentrasi obat anestetik yang adekuat dalam otak
untuk menimbulkan anestesi memerlukan transfer obat anestetik dari udara
alveolar kedalam darah dan otak. Kecepatan pencapaian konsentrasi ini bergantung
pada sifat kelarutan anestetik, konsentrasinya dalam udara yang dihisap, laju
ventilasi paru, aliran darah paru, dan perbedaan gradian konsentrasi (tekanan
parsial) obat anestesi antara darah arteri dan campuran darah vena.

13
6. Ekskresi
Waktu pemulihan anestesi inhalasi bergantung pada kecepatan
pembuangan obat anestetik dari otak setelah konsentrasi obat anestesi yang diisap
menurun. Banyaknya proses transfer obat anestetik selama waktu pemulihan sama
dengan yang terjadi selama induksi. Factor-factor yang mengontrol kecepatan
pemulihan anestesi meliputi; aliran darah paru, besarnya ventilasi, serta kelarutan
obat anestesi dalam jaringan dan darah serta dalamnya fase gas didalam paru.

7. Farmakodinamik (Mekanisme Kerja)


Kerja neurofisiologik yang penting pada obat anestesi umum adalah dengan
meningkatkan ambang rangsang sel. Dengan meningkatnya ambang rangsang,
akan terjadi penurunan aktivitas neuronal. Obat anestetik inhalasi seperti juga
intravena barbiturate dan benzodiazepine menekan aktivitas neuron otak sehingga
akson dan transmisisinaptik tidak bekerja. Kerja tersebut digunakan pada
transmisi aksonal dan sinaptik, tetapi proses sinaptik lebih sensitive dibandingkan
efeknya. Mekanisme ionik yang diperkirakan terlibat adalah bervariasi. Anestetik
inhalasi gas telah dilaporkan menyebabkan hiperpolarisasi saraf dengan aktivitas
aliran K+, sehingga terjadi penurunan aksi potensial awal, yaitu peningkatan
ambang rangsang.
Mekanisme molecular dengan anestetik gas merubah aliran ion pada
membran neuronal belumlah jelas. Efek ini dapat menghasilkan hubungan
interaksi langsung antara molekul anestetik dan tempat hidrofobik pada saluran
membrane protein yang spesifik. Mekanisme ini telah diperkenalkan pada
penilitian interaksi gas dengan saluran kolineroseptor nikotinik interkais yang
tampaknya untuk menstabilkan saluran pada keadaan tertutup. Interpretasi
alternatif, yang dicoba untuk diambil dalam catatan perbedaan struktur yang
nyata diantara anestetik, memberikan interaksi yang kurang spesifik pada obat ini
dengan dengan membran matriks lipid, dengan prubahan sekunder pada fungsi
saluran.

13
8. Obat-Obat Anastesi Inhalasi
Teknik pemberian obat inhalasi :
a. Sistem Terbuka
Cairan terbang(eter,kloroform,trikloretilen) diteteskan tetes demi tetes
ke atas helai kain kasa dibawah suatu kap dari kawat yang menutupi mulut
dan hidung pasien.
b. Sistem Tertutup
Suatu mesin khusus menyalurkan suatu campuran gas dengan oksigen
ke dalam suatu kap dimana sejumlah CO2 dari ekshalasi dimasukkan
kembali.
c. Insuflasi
Gas atau uap ditiupkan kedalam mulut atau tenggorok dengan
perantaraan suatu mesin.

13
Obat yang tergolong obat Anestesi Inhalasi adalah: Halotan, enfluran, isofluran,
sevofluran, desflurane, dan methoxyflurane merupakan cairan yang mudah
menguap.

a. Halothane
 Bau dan rasa tidak menyengat.
 Khasiat anestetisnya sangat kuat tetapi khasiat analgetisnya dan daya
relaksasi ototnya ringan. Halotan digunakan dalam dosis rendah dan
dikombinasi dengan suatu relaksans oto, seperti galamin atau
suksametonium.
 Kelarutannya dalam darah relative rendah induksi lambat, mudah
digunakan, tidak merangsang mukosa saluran napas.
 Bersifat menekan refleks dari paring dan laring, melebarkan bronkioli dan
mengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi.
 Famakokinetik: sebagian dimetabolisasikan dalam hati bromide, klorida
anorganik, dan trifluoacetik acid.
 Efek samping: menekan pernapasan dan kegiatan jantung, hipotensi, jika
penggunaan berulang, maka dapat menimbulkan kerusakan hati.
 Dosis: tracheal 0,5-3 v%.

b. Enfluran
 Anestesi inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis pembedahan,
juga sebagai analgetikum pada persalinan. Memiliki daya relaksasi otot dan
analgetis yang baik, melemaskan otot uterus, dan tidak begitu menekan
SSP.
 Resorpsinya setelah inhalasi , cepat dengan waktu induksi 2-3 menit.
Sebagian besar diekskresikan melalui paru-paru dalam keadaan utuh, dan
sisanya diubah menjadi ion fluoride bebas.
 Efek samping: hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan merangsang
SSP. Pasca bedah dapat timbul hipotermi (menggigil), serta mual dan
muntah, dapat meningkatkan perdarahan pada saat persalinan, SC, dan
abortus.

13
c. Isofluran (Forane)
 Bau tidak enak
 Termasuk anestesi inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan relaksasi otot
baik.
 Efek samping: hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi bronkhi,
meningkatnya jumlah leukosit. Pasca bedah dapat timbul mual, muntah,
dan keadaan tegang

d. Desfluran
 Dessfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek
klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap.
 Bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi.
 Merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi
anestesi

e. Sevofluran
 Merupakan halogenasi eter
 Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran
 Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas
 Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia.
Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan
toksik terhadap hepar

9. Obat-Obat Anastesi Intarvena


Termasuk golongan ini adalah: barbiturate (thiopental, methothexital);
benzodiazepine (midazolam, diazepam); opioid analgesic (morphine, fentanyl,
sufentanil, alfentanil, remifentanil); propofol; ketamin, suatu senyawa
arylcylohexylamine yang dapat menyebabkan keadaan anestesi disosiatif dan
obat-obat lain (droperianol, etomidate, dexmedetomidine).
a. Barbiturat
 Blokade sistem stimulasi di formasi retikularis
 Mengambat pernapasan di medula oblongata, menghambat kontraksi otot.
jantung, tdk timbulkan sensitisasi jantung thd ketekolamin
 Dosis : induksi = 2 mg/kgBB (i.v) dlm 60 dtk; maintenance = ½ dosis
induksi.

13
1) Na tiopental :
Induksi : dosis tgt BB, keadaan fisik dan penyakit
Dws : 2-4ml lar 2,5% scr intermitten tiap 30-60 dtk ada capaian
2) Ketamin
sifat analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja singkat. Analgesik kuat utk
sistem somatik, lemah utk sistem viseral
Ketamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri
kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur,
dan mimpi buruk. Dosis 0.1 mg/kg intravena dan untuk mengurangi
salivasi diberikan sulfas atropin 0.001 mg/kg.

b. Fentanil dan droperidol


 Analgesik & anestesi neuroleptik
 Kombinasi tetap. Aman diberikan pd px yg alami hiperpireksia ok anestesi
umum lain
 Fentanil :masa kerja pendek, mula keja cepat. Droperidol : masa kerja lama
& mula kerja lambat

c. Propofol
 Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat
isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
 Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik
sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.
 Dosis untuk anestesi intravena total 4- 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk
perawatan intensif 0.2 mg/kg. Pada manula dosis harus dikurangi, pada
anak <3 tahun dan pada wanita hamil tidak dianjurkan.

d. Diazepam
 Suatu benzodiazepine dengan kemampuan menghilangkan kegelisahan,
efek relaksasi otot yang bekerja secara sentral, dan bila diberikan secara
intravena bekerja sebagai antikejang. Respon obat bertahan selama 12-24
jam menjadi nyata dalam 30-90 mnt stlah pemberian scra oral dan 15 mnt
slah injeksi intravena.

13
 Kontraindikasi: hipersensitif terhadap benzodiazepine, pemberian
parenteral dikontraindikasikan pada pasien syok atau koma
 Dosis : induksi = 0,1-0,5 mg/kgBB

e. Opioid
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan
dosis tinggi.
 Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan
untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
 Untuk anestesi opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg,
dilanjutkan dengan dosis rumatan 0.3-1 mg/kg/menit.

10. Efek Samping Obat Anastesi Umum


Hampir semua anestesia mengakibatkan sejumlah efek samping, yang
terpenting diantaranya :
 Menekan pernafasan.
 Mengurangi kontraksi jantung.
 Merusak hati, oleh karena tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
(kloroform).
 Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anastesi Adalah hilangnya rasa sakit seluruh tubuh secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Kerja obat anastesi, yaitu apabila
obat anestesi inhalasi, dihirup bersama-sama udara inspirasi masuk kedalam
saluran pernafasan, didalam alveoli paru akan berdifusi masuk kedalam sirculasi
darah. Demikian pula yang disuntikkan secara intramuskular, obat tersebut akan
diabsorbsi masuk kedalam sirkulasi darah.
Setelah masuk kedalam sirkulasi darah obat tersebut akan menyebar
kedalam jaringan. Dengan sendirinya jaringan yang kaya pembuluh darah seperti
otak atau organ vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan jaringan yang
pembuluh darahnya sedikit seperti tulang atau jaringan lemak .
Kerja obat anastesi juga tergantung jenis obatnya, dimana didalam jaringan
sebagian akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar , ginjal atau
jaringan lain. Eksresi bisa melalui ginjal ,hepar, kulit, atau paru-paru. Eksresi bisa
dalam bentuk asli atau hasil metabolismenya. N2O dieksresi dalam bentuk asli
lewat paru.

B. Saran
Sebaiknya pemilihan obat anestesi local maupun umum menyesuaikan
dengan kondisi pasien (berat badan, penyakit yang diderita), jenis obat anestesi dan
efek sampingnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Boulton, Thomas B. 1994. Anestesiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology).
Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.
Goodman LS and Gillman AG. 1985. The pharmacological Basic of therapeutics, 7th.
MacMillan Publishing Company.
Katzung B.G. 1989. Basic and Clinical pharmachology.4th.ed.(1989). Appleton & Lange,
A publishing Division of Prentice Hall International Inc.Conecut USA.
Kee, Joyce. L. 1996. Farmakologi. Jakarta : EGC.
Michael. B Dobson. 1994. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Obstretri Williams. 2009. Panduan Ringkas Anestesi. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan Kuliah
Farmakologi. Jakarta : EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai