Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANESTESI DALAM PENCABUTAN GIGI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II
IRMA FEBRIANTI HAMDAN
PO714261171016
DIV.IIIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yanga berjudul “ANESTESI UMUM
DALAM PENCABUTAN GIGI” tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang informasi dan penjelasan tentang hal-hal yanag berkaitan dengan
anasetesi khususnya tentang anestesi umum dalam pencabutan gigi, seperti jenis anestesi umum,
tahapan anestesi,efek samping anestesi, dan lain sebagainya.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan kita mengeanai anestesi..

Makassar, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 1
C. TUJUAN ................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI ............................................................................................................................... 2
B. ANASTESI UMUM .............................................................................................................. 2
C. TEKNIK ANESTESI UMUM ............................................................................................... 2
D. TAHAP-TAHAP ANESTESI................................................................................................ 5
E. EFEK SAMPING ................................................................................................................. 6
F. WAKTU PULIH SADAR ..................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ...................................................................................................................... 13
B. SARAN .................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika meelakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ada beberapa anestesi
yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan jenis yang lain hanya menghilangkan
nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakaianya tetap sadar. Dan pembiusan lokal adalah
suatu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tampa
menyebabkan manusiakehilangan kesadaran. Obat bius ini bila di gunakan dalam oprasi
tidak membuat lama waktu penyembuhkan oprasi.Anestesi hanya di lakukan oleh dokter
spesialis anestesi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari anestesi ?
2. Apa definisi dari anestesi umum ?
3. Bagaimana teknik anestesi umum ?
4. Apa saja tahap-tahap anestesi?
5. Bagaimana Efek Samping anestesi?
6. Bagaimana waktu memulihkan kesadaran pasien ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari anestesi
2. Untuk mengetahui anestesi umum
3. Untuk mengetahui teknik anestesi umum
4. Untuk mengetahui tahap-tahap anestesi
5. Untuk mengetahui Efek Samping anestesi
6. Untuk mengetahui waktu memulihkan kesadaran pasien

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Anestesia berarti pembiusan, kata ini berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa". Istilah anestesi digunakan pertama kali
oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Anestesi umum adalah tindakan
meniadakan nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih
kembali (reversible).
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum ialah suatu
keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi
obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang.
B. ANASTESI UMUM
Anestesi umum menurut American Association of Anestesiologist merupakan pemberian
obat yang menginduksi hilangnya kesadaran dimana pasien tidak arousable, meskipun
dengan stimulasi yang sangat menyakitkan. Kemampuan untuk mengatur fungsi pernafasan
juga terganggu. Pasien seringkali membutuhkan bantuan untuk menjaga patensi jalan nafas,
dan tekanan ventilasi positif dibutuhkan karena hilangnya ventilasi spontan atau hilangnya
fungsi neuromuskular. Fungsi kardiovaskular juga terganggu (ASA., 2013).
Tujuan dari anestesi umum adalah analgesia, menghilangkan kecemasan, amnesia,
hilangnya kesadaran, penekanan terhadap respon kardiovaskular, motorik serta hormonal
terhadap stimulasi pembedahan.
Anestesi umum dibagi menjadi tiga tehnik yaitu tehnik anestesi total intravena, anestesi
total inhalasi, dan anestesi kombinasi antara intravena dan inhalasi yang sering disebut
balance anestesia. Masing-masing dari tehnik tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan.
Pemilihan tehnik seriingkali ditentukan oleh karakteristik pasien sehingga tepat penggunaan
dan resiko efek samping yang paling minimal. Saat ini penggunaan tehnik ini sudah umum
dan sering dikerjakan.
C. TEKNIK ANESTESI UMUM
1. Anestesi Inhalasi
Anastesi Inhalasi merupakan teknik general anestesi (anestesi umum) yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas
dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara
inspirasi.

2
Obat-obat Anestesi Inhalasi
- Nitrous Oxide
- Halotan
- Enfluren
- Isofluran
- Sevofluran
Tabel 1.2 Anestesi Gas
Obat Waktu Induksi Pertimbangan pemakaian
Nitrous Sangat cepat Pemulihan cepat. Mempunyai efek yang
oksida minimal pada kardiovaskular. Harus diberikan
bersama-sama oksigen. Potensi rendah
Siklopropan Sangat cepat Sangat mudah terbakar dan meledak. Jarang
digunakan
Sumber: Omoigui, S., 2009. Buku Saku Obat-Obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.
2. Anastesi Intravena (Injeksi)
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi
parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena. Anestesi umum intravena adalah
anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik untuk tujuan hipnotik, analgetik
ataupun pelumpuh otot. Pada suatu operasi biasanya digunakan anestesi intravena untuk
induksi cepat melewati stadium II, dilanjutkan stadium III, dan dipertahankan dengan
suatu anestesi umum per inhalasi. Karena anestesi IV ini cepat menginduksi stadium
anestesi, penyuntikan harus dilakukan secara perlahan-lahan (Kee, et al (1996)).
Tabel 1.1 Anestesi Intravena
Obat Waktu induksi Pertimbangan Pemakaian
Natrium Cepat Masa kerja singkat. Dipakai untuk induksi cepat
tiopental pada anestesi umum. Membuat pasien tetap hangat,
karena dapat terjadi tremor. Dapat menekan pusat
pernapasan dan mungkin diperlukan bantuan
ventilasi
Natrium Cepat Dipakai untuk induksi anestesi dan anestesi untuk
Tiamilal terapi elektrosyok

3
Droperidol Sedang sampai Sering digunakan bersama anaestesi umum. Dapat
cepat juga dipaki sebagai obat preanestetik
Ketamin Cepat Dipakai untuk pembedahan jangka singkat atau
Hidroklorida untuk induksi pembedahan. Obat ini meningkatkan
salivasi, tekanan darah, dan denyut jantung

Sumber: Omoigui, S., 2009. Buku Saku Obat-Obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Obat anestesi intravena setelah berada di dalam vena, obat-obat ini akan diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi sistemik. Obat anestesi yang ideal memiliki sifat:
1. hipnotik dengan onset cepat serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera
sesudah pemberian dihentikan;
2. analgetik
3. amnesia
4. memiliki antagonis
5. cepat dieliminasi
6. depresi kardiovaskular dan pernafasan tidak ada atau minimal
7. farmakokinetik tidak dipengaruhi atau minimal terhadap disfungsi organ.(1)
Indikasi anestesi intravena antara lain untuk:
1. induksi anesthesia
2. induksi dan pemeliharaan anestesi pada pembedahan singkat
3. menambahkan efek hipnosis pada anestesi inhalasi dan anestesi regiona
4. menambahkan sedasi pada tindakan medik(1)
Cara pemberian dapat berupa :
1. suntikan intravena tunggal untuk induksi anestesi atau pada operasi-operasi singkat
hanya obat ini saja yang dipakai
2. suntikan berulang untuk prosedur yang tidak memerlukan anestesi inhalasi dengan
dosis ulangan lebih kecil dari dosis permulaan
3. Melalui infus, untuk menambah daya anestesi inhalasi.

4
D. TAHAP-TAHAP ANESTESI
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;
 Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi
sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi
nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi.
 Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai
permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak
menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis,
hipertensi, dan takikardia.
 Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai
dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-
abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan
kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata
ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai
dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut
relaksasi.
 Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot
dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan
karena terhentinya sekresi lakrimal (Munaf, 2008).
Tahap Nama Keterangan
1 Analgesia Dimulai dengan keadaan sadar dan diakhiri dengan hilangnya
kesadaran. Sulit untuk bicara; indra penciuman dan rasa nyeri
hilang. Mimpi serta halusinasi pendengaran dan penglihatan
mungkin terjadi. Tahap ini dikenal juga sebagaitahap induksi
2 Eksitasi atau Terjadi kehilangan kesadaran akibat penekananan korteks
delirium serebri. Kekacauan mental, eksitasi, atau delirium dapat
terjadi. Waktu induksi singkat.
3 Surgical Prosedur pembedahan biasanya dilakukan pada tahap ini
4 Paralisis Tahap toksik dari anestesi. Pernapasan hilang dan terjadi
medular kolaps sirkular. Perlu diberikan bantuan ventilasi.

5
E. EFEK SAMPING
Terdapat beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari anestesi umum antara lain:
 Reaksi alergi terhadap obat anestetik
 Rasa mual dan muntah-muntah
 Kerusakan gigi
 Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia
 Sakit kepala
 Nyeri punggung
 Kegagalan fungsi sistem pernapasan
 Tersadar ditengah-tengah proses operasi
Dampak komplikasi spesifik yang dapat ditimbulkan dari anestesi umum:
 Infeksi saluran pernapasan
Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia sehingga
harus diketahui sedini mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang sering dijumpai
sebagai penyulit pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak sadar kembali) dan sisa
pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna, selain itu lidah jatuh
kebelakang menyebabkan obstruksi hipofaring. Kedua hal ini menyebabkan hipoventilasi,
dan dalam derajat yang lebih berat menyebabkan apnea.
Dapat berupa infeksi pada laring, sakit tenggorokan hingga pneumonia. Hal ini
dikarenakan penurunan kesadaran dapat menyebabkan saluran pernapasan tidak
terlinggu. Terutama jika efek anestesi membuat pasien mual dan muntah dan cairan
muntah tidak sempat untuk dikeluarkan dapat menyebabkan inflamasi dan infeksi di
saluran pernapasan hingga paru. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan berpuasa atau
membatasi asupan beberapa jam sebelum operasi, dokter juga dapat memberikan obat
dengan substansi metoclopramide untuk membantu mengosongkan lambung dan
ranitidine untuk meningkatkan kadar pH lambung.
 Kerusakan saraf tepi
Merupakan jenis dampak yang dapat dialami jenis anestesi lainnya; anestesi
regional dan lokal. Hal tersebut dapat terjadi karena proses operasi atau posisi tubuh yang
menetap dan tidak bergerak dalam waktu yang lama. Bagian tubuh yang paling sering
terkena dampak ini adalah lengan bagian atas dan pada kaki di sekitar lutut. Kerusakan

6
saraf dapat dicegah dan diminimalisir dengan cara menghindari posisi tubuh pasien yang
ekstrim dan menghambat aliran darah selama operasi.
 Emboli
Adalah hambatan aliran darah akibat adanya benda asing di dalam pembuluh darah
termasuk penggumpalan darah dan udara. Emboli yang disebabkan oleh angina lebih
mungkin pada tindakan operasi sistem saraf dan operasi di sekitar tulang pelvis. Risiko
dari hal tersebut dapat diminimalisir dengan pemberian profilaksis thromboembolic
deterrents (TEDS) dan low molecular weight heparin (LMWH).
 Kematian
Merupakan jenis komplikasi yang paling serius meskipun peluang terjadinya sangat kecil.
Kematian akibat bius total merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh banyak faktor,
mulai dari jenis operasi, tingkat kesehatan pasien dan penyakit penyerta atau kondisi
lainnya yang dapat membahayakan proses operasi.
 Sirkulasi
Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal ini disebabkan oleh
kekurangan cairan karena perdarahan yang tidak cukup diganti. Sebab lain adalah sisa
anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika tahapan anastesi masih
dalam akhir pembedahan.
 Regurgitasi dan Muntah
Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia selama anastesi. Pencegahan muntah
penting karena dapat menyebabkan aspirasi.
 Hipotermi
Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain itu juga karena efek
obat-obatan yang dipakai. General anestesi juga memengaruhi ketiga elemen
termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat dan
juga respons eferen, selain itu dapat juga menghilangkan proses adaptasi serta
mengganggu mekanisme fisiologi pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas
ambang untuk respons proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga
berkeringat.
 Gangguan Faal Lain
Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang disebabkan oleh kerja anestesi yang
memanjang karena dosis berlebih relatif karena penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan
malnutrisi sehingga sediaan anestesi lambat dikeluarkan dari dalam darah.

7
F. WAKTU PULIH SADAR

1. Pengertian
Pulih sadar merupakan bangun dari efek obat anestesi setelah proses pembedahan
dilakukan. Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di recovery room tergantung kepada
berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan, teknik anestesi, jenis obat dan
dosis yang diberikan dan kondisi umum pasien.
Menurut Gwinnutt (2012) dalam bukunya mengatakan sekitar 30 menit berada dalam
ruang pemulihan dan itu pun memenuhi kriteria pengeluaran. Pasca operasi, pulih dari
anestesi general secara rutin pasien dikelola di recovery room atau disebut juga Post
Anesthesia Care Unit (PACU), idealnya adalah bangun dari anestesi secara bertahap,
tanpa keluhan dan mulus dengan pengawasan dan pengelolaan secara ketat sampai
dengan keadaan stabil menurut penilaian Score Aldrete.
2. Penilaian Waktu Pulih Sadar
Penilaian dilakukan saat masuk recovery room, selanjutnya dinilai dan dicatat setiap 5
menit sampai tercapai nilai minimal 8. Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan jika
nilai pengkajian pasca anestesi adalah 8-10. Lama tinggal di ruang pemulihan tergantung
dari teknik anestesi yang digunakan (Larson, 2009).
Tingkat pulih sadar seseorang pasca anestesi dilakukan perhitungan menggunakan Score
Aldrete (Nurzallah,2015).
Score Aldrete No Kriteria Nilai
1. Aktivitas Motorik 2
a. Mampu menggerakkan 4 ekstermitas 1
b. Mampu menggerakkan 2 ekstermitas 0
c. Tidak mampu menngerakkan ektermitas
2. Respirasi 2
a. Mampu nafas dalam, batuk dan tangis kuat 1
b. Sesak atau pernafasan terbatas 0
c. Henti nafas
3. Tekanan darah 2
a. Berubah sampai 20 % dari pra bedah 1
b. Berubah 20-50% dari pra bedah 0
c. Berubah > 50 % dari pra bedah

8
4. Kesadaran 2
a. Sadar baik dan orientasi baik 1
b. Sadar setelah dipanggil 0
c. Tak ada tanggapan terhadap rangsangan
5 Warna kulit 2
a. Kemerahan 1
b. Pucat 0
c. Sianosis

3. Faktor-Faktor Pemindahan Pasien


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum memindahkan pasien ke ruangan adalah:
a. Observasi minimal 30 menit setelah pemberian narkotik atau penawarnya (nalokson)
secara intavena.
b. Observasi minimal 60 menit setelah pemberian antibiotik, antiemetik atau narkotik
secara intramuskuler.
c. Observasi minimal 30 menit setelah oksigen dihentikan.
d. Observasi 60 menit setelah esktubasi (pencabutan ETT).
e. Tindakan lain akan ditentukan kemudian oleh dokter spesialis anestesiologi dan
dokter spesialis bedah (Mangku dan Senapathi, 2010).
Kembalinya kesadaran pasien dari general anestesi secara ideal harus mulus dan juga
bertahap dalam keadaan yang terkontrol hingga kembali sadar penuh, waktu pulih sadar
tindakan general anestesi sebagai berikut:
1) General Anestesi Intravenal
Waktu pulih sadar pasien dengan general anestesi dengan TIVA propofol TCI
(Target Controlled Infusion) adalah 10 menit (Simanjuntak, 2013).
2) General Anestesi Inhalasi
Waktu pasien akan kembali sadar penuh dalam waktu 15 menit dan tidak sadar yang
berlangsung diatas 15 menit dianggap prolonged (Mecca, 2013).

9
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waktu Pulih Sadar
a. Efek Obat Anestesi (premedikasi anestesi, induksi anestesi)
Penyebab tersering tertundanya pulih sadar (belum sadar penuh 30-60 menit pasca
general anestesi adalah pengaruh dari sisa-sisa obat anestesi sedasi dan analgesik
(midazolam dan fentanyl) baik absolut maupun relative dan juga potensasi dari obat
atau agen anestesi dengan obat sebelum (alkohol) (Andista, 2014).
Induksi anestesi juga berpengaruh terhadap waktu pulih sadar pasien. Pengguna
obat induksi ketamine jika dibandingkan dengan propofol, waktu pulih sadar akan
lebih cepat dengan penggunaan obat induksi propofol. Propofol memiliki lama aksi
yang singkat (5-10 menit), distribusi yang luas dan eliminasi yang cepat. Sifat obat
atau agen anestesi yang umumnya bisa menyebabkan blok sistem saraf, pernafasan
dan kardiovaskuler maka selama durasi anestesi ini bisa terjadi komlikasi-komplikasi
dari tindakan anestesi yang ringan sampai yang berat. Komplikasi pada saat tindakan
anestesi bisa terjadi selama induksi anestesi dari saat rumatan (pemeliharaan)
anestesi. Peningkatan kelarutan anestesi inhalasi serta pemanjangan durasi kerja
pelemas otot diduga merupakan penyebab lambatnya pasien bangun pada saat akhir
anestesi. Waktu pulih sadar saat di ruang pemulihan menjadi lebih lama pada pasien
hipotermi (Mecca, 2013).
Cara mencegah agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi selama tindakan anestesi
maka diperlukan monitoring secara ketat sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai
petugas anestesi. Monitoring pasien selama tindakan anestesi bisa menggunakan
panca indera kita maupun dengan menggunakan alat monitor pasien yang bisa
digunakan sekarang.
b. Durasi Tindakan Anestesi
Durasi (lama) tindakan anestesi merupan waktu dimana pasien dalam keadaan
teranestesi, dalam hal ini general anestesi. Lama tindakan anestesi dimulai sejak
dilakukan induksi anestesi dengan obat atau agen anestesi yang umumnya
menggunakan obat atau agen anestesi intravena dan inhalasi sampai obat atau
pembedahan yang dilakukan.
Jenis operasi adalah pembagian atau klasifikasi tindakan medis bedah berdasarkan
waktu, jenis anestesi dan resiko yang dialami, meliputi operasi kecil, sedang, besar
dan khusus dilihat dari durasi operasi.

10
Durasi Operasi Jenis Operasi Waktu
Operasi kecil Kurang dari 1 jam
Operasi sedang 1-2 jam
Operasi besar >2 jam
Operasi khusus Memakai alat canggih
Sumber: Baradero, 2008
Pembedahan yang lama secara otomatis menyebabkan durasi anestesi semakin
lama. Hal ini akan menimbulkan efek akumulasi obat dan agen anestesi di dalam
tubuh semakin banyak sebagai hasil pemanjangan penggunaan obat atau agen anestesi
tesebut dimana obat diekskresikan lebih lambat dibandingkan absorbsinya yang
akhirnya dapat menyebabkan pulih sadar berlangsung lama (Latief, 2007).
c. Usia
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Lansia bukan merupakan
kontra indikasi untuk tindakan anestesi. Suatu kenyataan bahwa tindakan anestesi
sering memerlukan ventilasi mekanik, toilet tracheobronchial, sirkulasi yang
memanjang pada orang tua dan pengawasan fungsi faal yang lebih teliti, kurangnya
kemampuan sirkulasi untuk mengkompensasi vasodilatasi karena anestesi
menyebabkna hipotensi dan berpengaruh pada stabilitas keadaan umum pasca bedah
(Andista, 2014).
d. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index)
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan (Depkes RI, 2009). Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah
cara untuk memperkirakan obesitas dan berkolerasi tinggi dengan massa lemak
tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang
mempunyai resiko mendapat komplikasi medis.
e. Jenis Operasi
Beberapa jenis operasi yang dilakukan akan memberikan efek yang berbeda
terhadap kondisi pasien pasca bedah. Operasi dengan perdarahan yang lebih dari 15
sampai 20 persen dari total volume darah normal memberikan pengaruh terhadap
perfusi organ, pengangkutan oksigen dan sirkulasi. Pasien dengan perdarahan yang

11
banyak memerlukan bantuan yang lebih lanjut, pemberian tranfusi pasca bedah
dinilai lebih efektif untuk menggantikan cairan darah hilang. Cairan koloid dapat
membantu bila darah donor belum tersedia.
f. Status Fisik Pra Anestesi
Status ASA, sistem klasifikasi fisik adalah suatu sistem untuk menilai kesehatan
pasien sebelum operasi. American Society of Anesthesiologis (ASA) mengadopsi
sistem klasifikasi status lima kategori fisik yaitu:
1) ASA 1, seorang pasien yang normal dan sehat.
2) ASA 2, seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan.
3) ASA 3, seorang pasien dengan penyakit sistemik berat.
4) ASA 4, seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang merupakan ancaman
bahi kehidupan.
5) ASA 5, seorang pasien yang hamper mati tidak ada harapan hidup dalam 24 jam
untu berthan hidup tanpa operasi.
Jika pembedahan darurat, klasifikasi status fisik diikuti dengan “E” (untuk darurat)
misalnya “3E”. Semakin tinggi status ASA pasien maka gangguan sistemik pasien
tersebut akan semakin berat. Hal ini menyebabkan respon organ-organ tubuh
terhadap obat atau agen anestesi tersebut semakin lambat, sehingga berdampak pada
semakin lama pulih sadar pasien (Setiawan, 2010).
g. Gangguan Asam Basa dan Elektrolit
Pasien yang mengalami gangguan asam basa menyebabkan terganggunya fungsi
pernafasan, fungsi ginjal maupun fungsi tubuh yang lain. Hal ini berdampak pada
terganggunya proses ambilan maupun pengeluaran obat-obatan dan agen anestesi.
Begitu juga dengan gangguan keseimbangan elektrolit di dalam tubuh, baik
hipokalemia, hiperkalemia, hiponatremia, hipokalsemia, ataupun ketidakseimbangan
elektrolit yang lain. Kondisi-kondisi ini bisa menyebabkan gangguan irama jantung,
kelemahan otot, maupun terganggunya perfusi otak. Sehingga ambilan obat-obatan
dan agen inhalasi anestesi menjadi terhalang dan proses eliminasi zat-zat anestesi
menjadi lambat yang berakibat waktu pulih sadar menjadi lebih lama.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum ialah suatu
keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi
obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang
Anastesi Inhalasi merupakan teknik general anestesi (anestesi umum) yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan
yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi
parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena. Tahapan anastesi ada 4, yaitu
Analgesia,Eksitasi atau delirium,Surgical, dan Paralisis medular.
Terdapat beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari anestesi umum antara
lainReaksi alergi terhadap obat anestetik, Rasa mual dan muntah-muntah, Kerusakan gigi,
Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia, Sakit kepala, Nyeri punggung, Kegagalan fungsi
sistem pernapasan,Tersadar ditengah-tengah proses operasi

B. SARAN
Anestesi merupakan salah satu prosedur yang sangat penting sebelum melakukan
tindakan pembedahan ataupun tindakan pencabutan gigi, namun dalam pelaksanaannya
diperlukan kehati-hatian dan ketelitian dengan memperhatikan beberapa aspek agar tidak
terjadi kesalahan seperti kecacatan bahkan kematian.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/200/7/Chapter2-farida.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41148/Chapter%20II.pdf?sequence=4&is
Allowed=y
https://docplayer.info/64788420-Anestesi-umum-intravena.html
http://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/dd0505761a662b2dd0e971fece24270d.pdf

Anda mungkin juga menyukai