Disusun Oleh :
2. Azlia Priharsi(1701096)
Dosen Pengampu :
Dra.Sylfia Hasti,M.Farm,Apt
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk membantu
mahasiswa/i dalam memahami materi mata kuliah Farmakologi. Makalah ini secara umum
berisi tentang anestesi umum.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat di perlukan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca
khususnya mahasiswa/i,serta menjadi pintu gerbang ilmu pengetahuan khususnya mata
kuliah Farmakologi.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Anestesi umum mendepresi SSP secara perlahan ,yang dapat dibagi menjadi 4 tahap.
Tahap ini ditandai dengan berkurangnya respon nyeri ,perasaan enak(euforia) dan
hilangnya kesadaran(tidur).
c.Fase III
Dalam fase ini tindakan pembedahan dilangsungkan .Dalam tahap ini terjadi depresi
SSP yang dalam,tetapi fungsi jantung dan pernapasan kembali normal,disertai reflek spinal
terhambat dan otot skelet relaksasi.
d.Fase IV
Fase IV atau paralisis medulla,ini terjadi kalau overdosis,yaitu terjadi hambatan pusat
jantung dan pernapasan di medulla.
a.Pada SSP
Beberapa obat anestesi merangsang kelenjar pituari yang dapat meningkatkan sekresi
anridiuretik hormon(ADH).Hal ini menyebabkan retensi urin setelah pembedahan ,efek ini
terutama terjadi pada lansia.
b.Pada Jantung
Dapat merangsang timbulnya aritmia.
c.Pada Bronkus
Anestesi yang diberikan inhalasi dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran
pernapasan dan kelenjar liur(salivary).Iritasi menyebabkan sekresi mukus meningkat,batuk
dan kontraksi laring pada pasien yang tidak sadar.
d.Pada GI
Muak dan muntah adalah efek samping yang paling umum selain konstipasi setelah
tindakan pembedahan.
e.Pada Hati
Enfluran Propopol
Halotan Thiofental
Isofluran Etionamin
Mtoksifluran
Sevofluran
Sebelum anestesi
Saat operasi
Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari 3 golongan
Anestetik gas
Pada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya digunakan untuk induksi dan
operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut dalam darah sehingga tekanan parsial dalam
darah cepat meningkat. Batas keamanan antara efek anesthesia dan efek letal cukup lebar.
Contoh :
Nitrous oksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa dan mempunyai berat yang lebih besar dari udara. Disimpan dalam bentuk cair dalam
suhu kamar dan tekanan 5,0. N2O sukar larut dalam darah dan diekskresi sebagian besar
melalui kulit dalam bentuk yang utuh. Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi bila dicampur
dengan obat anestesi yang mudah terbakar akan memudahkan terjadi ledakan. Mudah
melewati stadium induksi, efek relaksasinya sangat kurang sehingga bila menginginkan
relaksasi diperlukan obat pelumpuh otot.
Efek terhadap otot jantung tidak ada, pada sistem pernapasan dikatakan dapat
mengurangi respon terhadap CO2. Anestesi dengan N2O yang lama dapat menyebabkan
mual, muntah, atau bangunnya lebih lama. Gejala sisa hanya akan timbul bila ada hipoksia
atau alkalosis karena hiperventilasi. Untuk induksi dipakai perbandingan 80% dan 20%,
untuk efek analgesi dipakai konsentrasi yang sama. Pada anestesi pemeliharaan dipakai
konsentrasi 70% N2O dan 30% O2. Penggunaan : Umumnya kombinasi dgn oksigen N2O :
O2 = 60% : 40%; 70% : 30%; 50% : 50% (umum)
Umumnya anestetik yang menguap dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan
eter misalnya eter (dietileter) dan golongan hidrokarbon halogen misalnya halotan, isofluran,
etil klorida, trikloretilen dan fluroksen.
Golongan Eter
Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau mudah terbakar,
mengiritasi saluran nafas dan mudah meledak. Eter merupakan anestetik yang sangat kuat
sehingga penderita dapat memasuki setiap tingkat anesthesia. Sifat analgesic kuat sekali,
dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg % sudah terjadi analgesia tetapi penderita masih
sadar.
Eter pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot karena efek sentral dan
hambatan neuromuscular yang berbeda dengan hambatan oleh kurare, sebab tidak dapat
dilawan oleh neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotic
seperti neomisin, streptomisin, polimiksin dan kanamisin. Eter dapt merangsang sekresi
kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan eter menimbulkan salvias, tetapi pada
stadium yang lebih dalam, salvias akan dihambat dan terjadi depresi nafas.Eter diabsorpsi dan
disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu, keringat dan
difusi melalui kulit utuh.
Golongan Hidrokarbon
Isofluran
Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi mirip dengan
efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar
obat dalam udara yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan nafas dan batuk.
Setelah pemberian medikasi preanestetik stadium induksi dapat dilalui dengan lancer dan
sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O dan O2. isofluran merelaksasi otot sehingga baik
untuk intubasi. Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab isofluran tidak menyebabkan
sensiitisasi jantung terhadap ketokolamin. Peningkatan frekuensi nadi dan
takikardi adihilangkan dengan pemberian propanolol 0,2-2 mg atau dosis kecil narkotik (8-10
mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah hipoksia atau hipertemia diatasi terlebih dulu.
Penurunan volume semenit dapat diatasi dengan mengatur dosis. Pada anestesi yang dalam
dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pemberian enfluran. Isofluran
meningkatkan aliran darah otak pada kadar labih dari 1,1 MAC (minimal Alveolar
Concentration) dan meningkatkan tekanan intracranial.
Halotan
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak
mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak,
tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic. Karet larut dalam halotan,
sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat
khusus yang disebut fluotec. Efek analgesic halotanlemah tetapi relaksasi otot yang
ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi
sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4 volume %). Kadar minimal untuk
anestesi adalah 0,76% volume.
Trikloretilen
Merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas seperti
kloroform, tidak mudah terbakardan tidak mudah meledak. Induksi dan waktu pemulihan
terjadi lambat karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic trikloretilen cukup
kuat tetapi relaksasi otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik , maka sering digunakan
pada operasi ringan dalam kombinasi dengan N2O. untuk anestesi umum, kadar trikloretilen
tidak boleh lebih dari 1% dalam campuran 2:1 dengan N2O dan oksigen. Trikloretilen
menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin dan sensitisasi pernafasan pada stretch
receptor. Sifat lain trikloretilen tidak mengiritasi saluran nafas.
a.Propofol
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan
lebih dikenal dengan nama dagang Dipivan.Propofol digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan dalam anastesi umum,pada pasien dewasa dan pasien anak-anak usia lebih dari
3 tahun.Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik
dengan kepekatan 1%.
Mekanisme kerja :
Sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek primernya berlangsung di
reseptor GABA-A .
b.Ketamin
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak
dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik,sedangkan interaksi terhadap reseptor
metilaspartat dapat menyebabkan anestesi umum dan juga efek analgesik.
c.Thiopental
a. Anestesi Inhalasi
b. Anestesi Intravena
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran