Anda di halaman 1dari 13

Anestesi Umum

Disusun Oleh :

1. Azkia Wanudya R.(1701095)

2. Azlia Priharsi(1701096)

3. Cyndia Hadhinati (1701097)

4. Dian Juwita (1701098)

Dosen Pengampu :

Dra.Sylfia Hasti,M.Farm,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk membantu
mahasiswa/i dalam memahami materi mata kuliah Farmakologi. Makalah ini secara umum
berisi tentang anestesi umum.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat di perlukan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca
khususnya mahasiswa/i,serta menjadi pintu gerbang ilmu pengetahuan khususnya mata
kuliah Farmakologi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan ....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................

2.1 Pengertian Anestesi Umum

2.2 Tanda-tanda dan Tingkat Anestesi

2.3 Efek samping Obat Anestesi Umum

2.4 Obat Anestesi Umum

2.4.1 Macam-Macam Obat Anestesi Umum

2.5 Mekanisme Kerja Anestesi Umum

2.6 Contoh sediaan Anestesi umum

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Anestesi Umum

Menurut Priyanto (2008)Anestesi umum adalah obat yang digunakan untuk


meniadakan persepsi terhadap semua rangsangan.Anestesi umum digunakan dalam berbagai
tindakan pembedahan (operasi).Untuk menimbulkan efek anastesi yang idea,sering
diperlukan kombinasi dari beberapa obat.Obat anestesi yang ideal,sering diperlukan
kombinasi dari beberapa obat.Obat anestesi umumnya diberikan secara inhalasi atau injeksi
IV.Mekanisme kebanyakan anestesi umum belum diketahuoo.Tetapi,semua sifatnya
menghilangkan rasa sakit dengan mendepresi SSP melalui mekanisme yang belum diketahui
sepenuhnya.

1.2 Tanda-tanda dan Tingkat Anestesi

Anestesi umum mendepresi SSP secara perlahan ,yang dapat dibagi menjadi 4 tahap.

a.Tahap 1 atau Analgesika

Tahap ini ditandai dengan berkurangnya respon nyeri ,perasaan enak(euforia) dan
hilangnya kesadaran(tidur).

b.Tahap II atau Dilirium

Fase ini juga disebut”excitement” karena terjadi perangsangan simpatik.Yaitu terjadi


peningkatan tekanan darah,kecepatan denyut jantung,pernapasan dan tonus otot.Dalam fase
ini dapat terjadi artimia jantung.Namun karena adanya depresi hipotalamus menyebabkan
masuk pada fase III.

c.Fase III

Dalam fase ini tindakan pembedahan dilangsungkan .Dalam tahap ini terjadi depresi
SSP yang dalam,tetapi fungsi jantung dan pernapasan kembali normal,disertai reflek spinal
terhambat dan otot skelet relaksasi.

d.Fase IV

Fase IV atau paralisis medulla,ini terjadi kalau overdosis,yaitu terjadi hambatan pusat
jantung dan pernapasan di medulla.

1.3 Efek samping Obat Anestesi Umum

a.Pada SSP

Beberapa obat anestesi merangsang kelenjar pituari yang dapat meningkatkan sekresi
anridiuretik hormon(ADH).Hal ini menyebabkan retensi urin setelah pembedahan ,efek ini
terutama terjadi pada lansia.

b.Pada Jantung
Dapat merangsang timbulnya aritmia.

c.Pada Bronkus

Anestesi yang diberikan inhalasi dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran
pernapasan dan kelenjar liur(salivary).Iritasi menyebabkan sekresi mukus meningkat,batuk
dan kontraksi laring pada pasien yang tidak sadar.

d.Pada GI

Muak dan muntah adalah efek samping yang paling umum selain konstipasi setelah
tindakan pembedahan.

e.Pada Hati

Halotan dan enfluran bersifat hepatotoksik,pemberian berulang dapat menyebabkan


nekrosis hepar.

1.4 Obat Anestesi Umum

Pemberian secara inhalasi Pemberian melalui Injeksi IV

Enfluran Propopol

Halotan Thiofental

Isofluran Etionamin

Nitro oksida(N20) Ketamin

Mtoksifluran

Sevofluran

Untuk mendapatkan 4 tahap anestesi,obat sering dikombinasikan untuk mencapai kondisi


anestesi yang ideal.Obat lain yang ditambahkan dapat berfungsi untuk mengurangi efek
samping obat anestesi itu sendiri atau tindakan pembedahan.Berikut adalah obat yang sering
diberikan bersamaan dengan anestesi umum.

Golongan Obat Pemberian Alasan pemberian

Analgetik(narkotik) Sebelum atau sesudah Analgetik dan induksi


anestesi sedasi
Ansiolitik
Sebelum anestesi Mengurangi kecemasan
Antiaritmia kontrol aritmia
Saat operasi
Antikolinergik Mengurangi sekresi dan
mencegah brandikardi
Kolinergik Sebelum dan saat anestesi Mengurangi retensi urin

Sedatif-hipnotik Mengurangi kecemasan

Relaksan otot skelet Setelah operasi Supaya tetap relaksasi

Sebelum anestesi

Saat operasi

1.4.1 Macam-Macam Obat Anestesi Umum

Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari 3 golongan

1. Obat Anestetika gas

2. Obat Anestetika yang menguap

3. Obat Anestetika yang diberikan secara intravena

Anestetik gas

Pada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya digunakan untuk induksi dan
operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut dalam darah sehingga tekanan parsial dalam
darah cepat meningkat. Batas keamanan antara efek anesthesia dan efek letal cukup lebar.

Contoh :

N2O (NITROUS OKSIDA)

Nitrous oksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa dan mempunyai berat yang lebih besar dari udara. Disimpan dalam bentuk cair dalam
suhu kamar dan tekanan 5,0. N2O sukar larut dalam darah dan diekskresi sebagian besar
melalui kulit dalam bentuk yang utuh. Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi bila dicampur
dengan obat anestesi yang mudah terbakar akan memudahkan terjadi ledakan. Mudah
melewati stadium induksi, efek relaksasinya sangat kurang sehingga bila menginginkan
relaksasi diperlukan obat pelumpuh otot.

Efek terhadap otot jantung tidak ada, pada sistem pernapasan dikatakan dapat
mengurangi respon terhadap CO2. Anestesi dengan N2O yang lama dapat menyebabkan
mual, muntah, atau bangunnya lebih lama. Gejala sisa hanya akan timbul bila ada hipoksia
atau alkalosis karena hiperventilasi. Untuk induksi dipakai perbandingan 80% dan 20%,
untuk efek analgesi dipakai konsentrasi yang sama. Pada anestesi pemeliharaan dipakai
konsentrasi 70% N2O dan 30% O2. Penggunaan : Umumnya kombinasi dgn oksigen N2O :
O2 = 60% : 40%; 70% : 30%; 50% : 50% (umum)

Anestetik yang menguap


Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar yang sama
yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sfat anestetik kuat pada kadar rendah
dan relative mudah larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah
dan jaringan dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlawatinya induksi, untuk
mengatasi hal ini diberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang
diinginkan sudah tercapai kadar disesuaikan untuk mempertahankan stadium tersebut. Untuk
mempercepat induksi dapat diberika zat anestetik lain yang kerjanya cepat kemudian baru
diberikan anestetik yang menguap.

Umumnya anestetik yang menguap dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan
eter misalnya eter (dietileter) dan golongan hidrokarbon halogen misalnya halotan, isofluran,
etil klorida, trikloretilen dan fluroksen.

Golongan Eter

Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau mudah terbakar,
mengiritasi saluran nafas dan mudah meledak. Eter merupakan anestetik yang sangat kuat
sehingga penderita dapat memasuki setiap tingkat anesthesia. Sifat analgesic kuat sekali,
dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg % sudah terjadi analgesia tetapi penderita masih
sadar.

Eter pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot karena efek sentral dan
hambatan neuromuscular yang berbeda dengan hambatan oleh kurare, sebab tidak dapat
dilawan oleh neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotic
seperti neomisin, streptomisin, polimiksin dan kanamisin. Eter dapt merangsang sekresi
kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan eter menimbulkan salvias, tetapi pada
stadium yang lebih dalam, salvias akan dihambat dan terjadi depresi nafas.Eter diabsorpsi dan
disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu, keringat dan
difusi melalui kulit utuh.

Golongan Hidrokarbon

Isofluran

Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi mirip dengan
efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar
obat dalam udara yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan nafas dan batuk.
Setelah pemberian medikasi preanestetik stadium induksi dapat dilalui dengan lancer dan
sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O dan O2. isofluran merelaksasi otot sehingga baik
untuk intubasi. Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab isofluran tidak menyebabkan
sensiitisasi jantung terhadap ketokolamin. Peningkatan frekuensi nadi dan
takikardi adihilangkan dengan pemberian propanolol 0,2-2 mg atau dosis kecil narkotik (8-10
mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah hipoksia atau hipertemia diatasi terlebih dulu.
Penurunan volume semenit dapat diatasi dengan mengatur dosis. Pada anestesi yang dalam
dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pemberian enfluran. Isofluran
meningkatkan aliran darah otak pada kadar labih dari 1,1 MAC (minimal Alveolar
Concentration) dan meningkatkan tekanan intracranial.

Halotan

Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak
mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak,
tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic. Karet larut dalam halotan,
sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat
khusus yang disebut fluotec. Efek analgesic halotanlemah tetapi relaksasi otot yang
ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi
sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4 volume %). Kadar minimal untuk
anestesi adalah 0,76% volume.

Trikloretilen

Merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas seperti
kloroform, tidak mudah terbakardan tidak mudah meledak. Induksi dan waktu pemulihan
terjadi lambat karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic trikloretilen cukup
kuat tetapi relaksasi otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik , maka sering digunakan
pada operasi ringan dalam kombinasi dengan N2O. untuk anestesi umum, kadar trikloretilen
tidak boleh lebih dari 1% dalam campuran 2:1 dengan N2O dan oksigen. Trikloretilen
menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin dan sensitisasi pernafasan pada stretch
receptor. Sifat lain trikloretilen tidak mengiritasi saluran nafas.

Anestetik yang diberikan secara intravena (anestetik perenteral)

Anestesia intravena adalah teknik anestesia dimana obat-obat anestesia


diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun
pelumpuh otot.

Jenis obat anestesi Intravena

a.Propofol

Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan
lebih dikenal dengan nama dagang Dipivan.Propofol digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan dalam anastesi umum,pada pasien dewasa dan pasien anak-anak usia lebih dari
3 tahun.Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik
dengan kepekatan 1%.

Mekanisme kerja :

Sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek primernya berlangsung di
reseptor GABA-A .

b.Ketamin

Ketamin merupakan arcylclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan


phencylidine.Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia,karena sering menimbulkan
takikardi,hipertensi dll.
Mekanisme kerja :

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak
dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik,sedangkan interaksi terhadap reseptor
metilaspartat dapat menyebabkan anestesi umum dan juga efek analgesik.

c.Thiopental

Beberapa bubuk berwarna putih kekuningan,bersifat higroskopis ,asanya pahit,berbau


seperti bawang putih.Thiopental dikemas dalam ampul 500 mg atau 1000 mg.

1.5 Mekanisme Kerja Anestesi Umum

a. Anestesi Inhalasi

Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas


neuron berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan
terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat
melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang
secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang
kemudian diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran. Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena adalah
kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas atau uap yang diinhalasi. Keuntungan anastetika inhalasi dibandingkan
dengan anastesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman
anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi
umum tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-
zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di bawah
pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil

b. Anestesi Intravena

Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai mula


kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru,
misalnya desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini umumnya digunakan untuk
induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intravena juga sangat
cepat.
Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastesi umum
dibawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil.
Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian
mengakibatkan anastesia.

1.6 Contoh sediaan Anestesi umum

GENERIK DAGANG PABRIK

Diaethyl Aether Aether Anasestheticus Kimia Farma

Ketamin Hidroklorida Ketalar Parke Davis

Tiopental Natrium Penthothal Sodium Abbot

Enflurane Altharane Abbot

Halothanum Fluothane Zeneca

Berikut adalah gambar dari sediaan anestesi umum


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai