“ANASTESI”
DOSEN PEMBIMBING :
Rinda Dwi Sartika, M.Farm, Apt
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah Farmakologi yang mengkaji tentang Anastesi dapat terselesaikan dengan baik
sebagai salah satu acuan untuk mahasiswa dalam proses perkuliahan.
Dalam makalah ini penulis tidak menutup mata akan segala kekurangannya baik
bahasanya maupun susunannya, hal ini tidak lain karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki. Sekalipun demikian mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya.
Untuk selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mohon saran-saran yang
sifatnya konstruktif bagi siapapun yang membacanya. Semoga makalah ini benar-benar
bermanfaat dan dapat bernilai Ibadah di sisi Allah SWT. Amin.
Bengkulu, 17 Februari 2020
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika meelakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ada beberapa anestesi
yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan jenis yang lain hanya menghilangkan
nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakaianya tetap sadar. Dan pembiusan lokal adalah
suatu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tampa
menyebabkan manusiakehilangan kesadaran. Obat bius ini bila di gunakan dalam oprasi tidak
membuat lama waktu penyembuhkan oprasi.Anestesi hanya di lakukan oleh dokter spesialis
anestesi.
Istilah anastesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Asal kata Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani An- “tidak, tanpa” dan aesthetos,
“persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh. Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia disebut sebagai
anestetik dan kelompok ini dibedakan dalam anestetik umum dan anestetik lokal. Bergantung
pada dalamnya pembiusan, anestetik umum dapat memberikan efek analgesia yaitu
hilangnya kesadaran, sedangkan anastetik lokal hanya menimbulkan efek analgesia. Anestesi
umum bekerja disusunan saraf pusat, sedangkan anastetik lokal bekerja langsung pada
serabut saraf di perifer.
Anestesi umum (General Anestesia) disebut pula dengan nama Narkose Umum (NU).
Anastesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran
dan bersifat reversibel. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran,
analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak di inginkan dari pasien.
Hipnosis didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran, sevofluran).
Analgesia di dapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID tertentu. Obat-obat tertentu
misalnya thiopental hanya menyebabkan tidur tanpa relaksasi atau analgesia, sehingga hanya
baik untuk induksi. Hanya eter yang memiliki trias anastesia.Karena anastesi modern saat ini
menggunakan obat-obat selain eter, maka trias anastesi di peroleh dengan menggabungkan
berbagai macam obat. Eter menyebabkan tidur, analgesia dan relaksasi, tetapi karena baunya
tajam dan kelarutannya dalam darah tinggi sehingga agak mengganggu dan lambat
(meskipun aman) untuk induksi. Sedangkan relaksasi otot didapatkan dari obat pelemas otot
(muscle relaxant). Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot
sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan. Obat-obat opium seperti morfin dan
petidin akan menyebabkan analdesia dengan sedikit perubahan pada tonus otot atau tingkat
kesadaran. Kombinasi beberapa teknik dan obat dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan
ini kombinasi ini harus dipilih yang paling sesuai untuk pasien. Tujuan anastesi umum adalah
menjamin hidup pasien, yang memungkinkan operator melakukan tindakan bedah dengan
leluasa dan meghilangkan rasa nyeri.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anastetik umum?
2. Apa saja penggolongan, jenis dan mekanisme kerja anastetik umum?
3. Apa saja sifat, manfaat dan efek samping obat anastetik umum?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang anastetik umum.
2. Untuk mengenal dan mengetahui penggolongan anatetik umum.
3. Untuk menegathui efek samping obat anastetik umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anatasi
Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an- "tidak, tanpa"
dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi
umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran.
Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan
kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan
lancar (Ibrahim, 2000).
Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anesthesia yang ideal terdiri:
1. Hipnotik
2. Analgesia
3. Relaksasi otot
Keadaan anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai tidak
adanya nyeri. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh agen narkotika yang dapat menghilangkan
nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar. Sebaliknya, barbiturate dan penenang tidak
menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar.
Tanda-tanda dan tingkat anestesi. Anastesik mendepresi SSP secara perlahan, yang
dapat dibagi menjadi 4 tahap:
1. Tahap I atau analgesia
Tahap ini ditandai dengan berkurangya respon terhadap nyeri
perasaan enak atau euforia dan hilangnya kesadaran (tidur).
2. Tahap II atau delirium
Fase ini juga disebut excitement karena terjadi perangsangan
simpatik. Yaitu terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan denyut
jantung, pernafasan dan tonus otot. Dalam fase ini dapat terjadi
aritmia jantung namun karena adanya depresi hipotalamus
menyebabkan masuk pada fase III.
3. Fase III
Dalam fase ini tindakan pembedahan dilangsungkan. Dalam tahap ini
terjadi depresi SSP yang dalam terapi fungsi jantung dan pernafasan
kembali normal disertai reflek spinal terhambat oleh otot skelet
relaksasi.
4. Fase IV
Fase IV atau paralisis medula, ini terjadi kalau over dosis, yaitu terjadi
hambatan pusat jantung dan pernafasan di medula.
B. Penggolongan Anastesi
Anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya yaitu anastetik inhalasi
dan intravena.
1. Anastesik inhalasi
Obat anastesik yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk
membantu. pembedahan ialah N2O. Dalam dunia modern anastesik
inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik adalah N 2O,
halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofoluran. Agen ini dapat
diberikan dan diserap secara terkontrol dan cepat karena diserap
serta dikeluarkan melalui paru-paru. Sebagian besar gas anestetik
dikeluarkan lagi oleh paru-paru sebagian lagi dimetabolisme oleh
hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Sisa metabolisme yang
larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal. Dalam dunia modern
anastesik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik adalah
sebagai berikut:
a. N2O (gas gelak, nitrous oxide, dinitrogen monoxida)
N2O dikemas dalam bentuk cair, dalam silinder warna biru 9000
liter atau 1800 liter dengan tekanan 750 psi atau 50 atm.
Pemberian anastesik dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.
Gas ini bersifat anastesik lemah, tetapi analgesiknya kuat sehingga
sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan.
Jarang digunakan sendiri tetapi dikombinasikan dengan salah satu
cairan anestesik lain.
b. Halotan
Merupakan anestetik golongan hidrokarbon yang berhalogen.
Halotan menjadi standar bagi anastesik lain yang kini banyak
dipakai karena zat inilah semua itu dikembangkan. Halotan
merupakan anastesik yang kuat dengan efek analgesik yang
lemah. Induksi dan tahapan anastesia dilalui dengan mulus, dan
pasien segera bangun setelah anestetik dihentikan. Halotan secara
langsung menghambat otot jantung dan otot polos pembuluh
darah serta menurunkan aktifitas saraf simpatik. Penurunan
tekanan darah terjadi akibat 2 hal, yaitu (1) depresi langsung pada
miokard dan (2) dihambatnya refleks baroresptor terhadap
hipotensi. Eksresi halotan umumnya melalui paru, hanya 20% yang
dimetabolisme dalam tubuh untuk kemudian dibuang melalui urin
dalam bentuk asam trifluoro asetat, trifluoroetanol, dan bromida.
c. Enfluran
Enfluran adalah anestetik eter berhalogen yang tidak mudah
terbakar. Enfluran menyebabkan fase induksi anestesia yang relatif
lambat. Kadar yang tinggi menyebabkan depresi kardiovaskuler
dan perangsangan SSP, untuk menghindari hal ini enfluran
diberikan dalam kadar rendah bersama N2O. Enfluran
menyebabkan relaksasi otot rangka lebih baik dari pada halotan,
sehingga dosis obat pelumpuh otot nondepolarisasi harus
diturunkan. Sebagian besar enfluran dieksresi dalam bentuk utuh
melalui paru-paru, 2-10% dimetabolisme di hati menghasilkan ion
fluor. Ion F- hasil metablosme enfluran ternyata tidak
membahayakan ginjal sehingga masih dipandang aman untuk
pasien yang fungsi ginjalnya menurun, kecuali pada pasien yang
juga mendapat isoniazid. Eksresi F- meningkat pada urin basah.
Enfluran bisa menyebabkan efek samping paska pemulihan berupa
menggigil karena hipotermia, gelisah, delerium, mual, atau
muntah.
d. Isofluran
Merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestesik atau sub
anestesik dapat menurunkan laju metabolisme otak terhadap
oksigen, tetapi meniggikan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial, namun hal ini dapat dikurangi dengan teknik anestesia
hiperventilasi, sehingga banyak digunakan untuk bedah otak.
e. Sevofluran
Merupakan anastesik inhalasi baru yang membrikan induksi dan
pemulihan lebih cepat dari pendahulunya. Sayangnya, zat tidak
stabil secara kimiawi bila terpajan absroben CO2, sevofluran akan
terurai menghasilkan zat bersifat nefrotoksik. Metabolismenya di
hatipun menghasilkan ion fluor yang juga merusak ginjal. Oleh
karena itu kedudukan sebagai zat anestetik inhalasi belum jelas.
2. Anestesik intravena
Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan untuk : induksi
anestesia, induksi dan pemeliharaan anestesia bedah singkat,
suplementasi hypnosis pada anesthesia atau tambahan pada
anelgesia regional dan sedasi pada beberapa tindakan medik atau
untuk membentu prosedur diagnostik misalnya tiopental, ketamin dan
propofol. Untuk anestesia intravena total biasanya menggunakan
propofol. Anestesia intravena ideal membutuhkan kriteria yang sulit
dicapai oleh hanya satu macam obat yaitu larut dalam air dan tidak
iritasi terhadap jaringan, mula kerja cepat, lama kerja pendek, cepat
menghasilkan efek hypnosis, mempunyai efek analgesia, disertai oleh
amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah dihilangkan
oleh obat antagonisnya, cepat dieliminasi oleh tubuh, tidak atau
sedikit mendepresi fungsi respirasi dan kardiovaskuler, pengaruh
farmakokinetik tidak tergantung pada disfungsi organ, tanpa efek
samping (mual-muntah), menghasilkan pemulihan yang cepat. Untuk
mencapai tujuan diatas, kita dapat menggunakan kombinasi beberapa
obat atau cara anestesi lain. Kombinasi beberapa obat mungkin akan
saling berpotensi atau efek salah satu obat dapat menutupi pengaruh
obat yang lain.
Keuntungan anestesi intravena lebih dapat diterima pasien, tahap
yang tidak sadar lebih cepat dan lebih menyenangkan bagi ahli
anestesi. Oleh karena itu, agen intravena dapat digunakan sendiri
untuk menimbulkan anestesi.
Kekurangan anestesi intravena paling menonjol yaitu terjadi induksi
cepat dan depresi cerebrum yang jelas, seperti terlihat pada
gangguan pernapasan yang mengharuskan digunakannya ventilasi
dan ketidakstabilan hemodinamik. Agen induksi intravena biasanya
digunakan bersama dengan anestesi inhalasi lain untuk mendapatkan
analgesia yang memadai dan dengan relaksan otot untuk
mendapatkan operasi yang optimum.
a. Barbiturat
Barbiturat bekerja menghambat pusat pernafasan di medula
oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi
dan kebutuhan oksigen badan berkurang, curah jantung sedikit
menurun. Barbiturat berefek menghambat pusat pernafasan
dimedula oblongata. Barbiturat tidak menimbulkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin. Contoh disini ialah penthotal atau
sodium thiopenton ialah obat anestesi intravena yang bekerja
cepat (short acting).
b. Propofol
Propofol menyebabkan penurunan resistensi vaskuler sistemik dan
juga tekanan darah. Relaksasi otot polos disebabkan oleh inhibisi
simpatik. Efek negatif inotropik disebabkan inhibisi uptake kalsium
intraseluler. Tergantung dosis, propofol dapat menyebabkan
depresi nafas dan apnoe sementara pada beberapa pasien setelah
induksi IV. Metabolisme propofol tejadi di hati (lebih cepat dari
pada eliminasi thiopental) tetapi klirens totalnya lebih besar dari
aliran darah hati yang menunjukkan bahwa ada eliminasi ekstra
hepatik. Sifat ini menguntungkan untuk pasien dengan gangguan
metabolisme hati. Kelebihan propofol ialah bekerja lebih cepat dari
pada thepental dan kurang menyebabkan mual-muntah
pascabedah.
c. Benzodiazepin
Benzodiazepin yang digunakan sebagai anastetik ialah diazepam,
lorazepam dan midazolam. Dengan dosis untuk induksi anastesia,
kelompok obat ini menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan
menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek analgesik.
Benzodiazepin juga digunakan untuk medikasi praanastetik
(sebagai neurolepanalgesia) dan untuk mengatasi konvulsi yang
disebabkan oleh anastetik lokal.
d. Opioid
Opioid (morfin, petidin, fentanil dan sufentanil) untuk induksi
diberikan dosis tinggi. Opioid tidak menggangu kardiovaskular,
sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan
jantung. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis induksi
20-50 mg/kg dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.
Pentanil, sulfentanil, alventanil dan remiventanil adalah opioid
yang lebih banyak digunakan dibanding morfin karena
menimbulkan analgesia anastesia yang lebih kuat dengan depresi
nafas yang lebih ringan. Bila opioid diberikan dengan dosis lebih
besar atau berulang selama pembedahan, sedasi dan depresi nafas
dapat berlangsung lebih lama, ini dapat diatasi dengan nalokson.
1. Stadium analgesi
Pada stadium awal ini, penderita mengalami analgesi tampa disertaikehilangan
kesadaran. Pada akhir stadium 1, baru didapatkan amnesia dananalgesi
2. Stadium terangsang
Pada stadium ini, penderita tampak delirium dan gelisah, tetapih
kehilangan kesadaran. Volume dan kecepatan pernafasan tidak teratur, dapat terjadi
mual. Inkontinensia urin dan defekasi sering terjadi. Karena itu, harus
diusahakanuntuk membatasi lama dan berat stadium ini, yang ditandai
dengankembalinya pernafasan secara teratur.
3. Stadium operasi
Stadium ini ditandai dengan pernafasan yang teratur. Dan berlanjut
sampai berhentinya pernafasan secara total. Ada empat tujuan pada stadium III
digambarkan dengan perubahan pergerakkan mata, dan ukuran pupil, yangdalam
keadaan tertentu dapat merupakan tanda peningktan dalamnya anestesi.
4. Stadium depresi medula oblongatan
Bila pernafasan spontan berhenti, maka akan masuk kedalam stadium IV. Pada
stadium ini akan terjadi depresi berat pusat pernafasan dimedula oblongata dan pusat
vasomotor. Tampa bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan cepat meninggal.
Pada praktek anestesi modern, perbedaan tanda pada masing-masingstadium sering tidak
jelas. Hal ini karena mula kerja obat anestetik modern relatife lebih cepat dibandingkan
dengan dietil eter disamping peratan penunjang yangdapat mengontrol ventilasi paru
secara mekanis cukup tersedia. Selain itu, adanya obat yang diberikan sebelum dan
selama operasi dapat juga berpengaruh pada tanda-tanda anestesi. Atropin, digunakan
untuk mengurangi skresi, sekaligus mendilatasi pupil; obat-obatnya seperti tubokurarin
suksinilkolin yang dapat mempengaruhi tonus otot; serta obat analgetik narkotik yang
dapat menyebabkan efek depresan pada pernafasan.Tanda yang paling dapat diandalkan
untuk mencapai stadium operasi adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya
pernapasan yang dalam dan teratur.
F. Sifat Anastesi
1. Tidak mengiritasi / merusak jaringan saraf secara permanen
2. Batas keamanan harus lebar
3. Larut dalam air
4. Stabil dalam larutan
5. Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan
6. Indikasi & Keuntungan anastesi lokal
7. Penderita dalam keadaan sadar serta kooperatif.
8. Tekniknya relatif sederhana dan prosentase kegagalan dalam penggunaanya relatif kecil.
9. Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan.
10. Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakan relatif
murah.
11. Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi tertentu. Mula
kerja harus sesingkat mungkin, Durasi kerja harus cukup lama.
G. Tipe Anastesi
Beberapa tipe anestesi adalah :
1. Pembiusan total
Hilangnya kesadaran total
2. Pembiusan lokal
Hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah
tubuh).
3. Pembiusan regional
Hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif
pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
H. Manfaat Anastesi
1. Digunakan sebagai diagnostic
Untuk menentukan sumber nyeri
2. Digunakan sebagai terapi,
Local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi operasi yang sangat nyeri,
kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski bersifat
sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi
3. Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi.
Proses operasi yang bebas nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai
metode yang aman dan efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.
4. Digunakan untuk kepentingan postoperasi.
Setelah operasi dengan menggunakan anestesi umum atau lokal, efek anestesi yang
berlanjut sangat penting untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.
A. KESIMPULAN
Jadi “Anastesi” adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit. Memblokir
impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengakibatkan penurunan
sensasi di bagian bawah tubuh.Obat epidural jatuh ke dalam kelas obat yang disebut bius
lokal seperti bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain.. Mereka sering
disampaikan dalam kombinasi dengan opioid atau narkotika,
seperti fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi dosis yang diperlukan bius lokal.
Anestesi juga mempunyai beberapa cara penggunaannya yaitu :
1. Melalui pernapasan
2. Injeksi Intravena
3. Injeksi pada spinal/epidural
4. Injeksi Lokal
B. SARAN
Dengan makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami tentang Anestesi agar
lebih mengetahui tujuan dan manfaat Anestesi.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, S., G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih Bahasa:
Bagian Farmaakologi FKUI. Jakarta.
Latief, S.,A. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi II. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI. Jakarta.
Morgan, GE. dan Mikhal MS. 1995. Clinical Anesthesiology Edisi IV. Appletion and Lange.
Stanford.