Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LENGKAP

“ANESTESI DAN HPNOTIK SEDATIF”

OLEH :
STIFA D III 019
KELOMPOK III GOLONGAN II
1. PUTRI MAULIDINA 19023049
2. RAMLA AMALIA 19023052
3. DINA BOKKO 19023047
4. RISNAWATI 19023051
5. ROSALI BAGENDA 18055
6. CHRISTIEN MOMONGAN 17073
7. YUNITA NTOY 19023048

ASISTEN : LYDIA NADE CLAUDIA TANDAWUYA, S.Farm

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
l.1 Latar Belakang
Anestesi istilah ini diturunkan dari dua kata Yunani yang secara
bersamaan berarti hilangnya rasa atau rasa atau sensasi, istilah ini
digunakan oleh para ahli saraf dengan maksud untuk menyatakan
bahwa terjadi kehilangan rasa secara patologis pada bagian tertentu
dari tubuh. Anestesi juga dilakukan oleh John Elliotson dari Rumah
Sakit London Utara (sekarang Kolose Universitas) yang melakukan
hipnosis untuk mengendalikan nyeri sewaktu pembedahan pada
permulaan abad kesembilan belas, tepat sebelum dilakukannnya
anestesi umum secara farmakologis.
Pemakaian istilah anestesi secara teknis pada masa kini yang
berarti (pengurangan nyeri sewaktu pembedahan) dihubungkan dengan
Penggunaan istilah oleh dokter Amerika Oliver Wendell Holmes (1809-
1894) yang memakainya untuk penemuan ‘eterisasi’ Morton segera
setelah pertunjukannya. Kata ‘anestesi’ jika digunakan tunggal pada
masa kini berarti anestesi ‘umum’.
Anestesi umum menunjukkan bahwa penderita telah dibuat tidak
sadar dengan obat-obatan namun dapat disadarkan kembali pada
pelaksanaan tindakan pembedahan yang menyakitkan.
Anestesi inhalasi, intravena, intramuskular, dan rektum merupakan
subdivisi anestesi umum kata sifat menerangkan jalur yang digunakan
obat untuk dapat masuk ke dalam tubuh sehingga melalui aliran darah
dapat diteruskan ke otak.
Anestesi lokal atau analgesik lokal menunjukkan anestesi pada
sebagian tubuh saja penderita. Penderita yang bebas nyeri dalam
keadaan sadar, kecuali dilakukan suatu teknik gabungan anestesi
umum dengan anestesi lokal atau digunakan sedasi.
Anestesi regional atau analgesi seringkali digunakan secara
sinonim dengan anestesi lokal. Anestesi ini dengan tepat digunakan
hanya jika anestesi lokal dipergunakan untuk saraf atau medula spinalis
yang terletak jauh dari daerah yang dibuat tidak peka.
Hipnosis secara harfiah berarti keadaan menjadi tertidur tetapi bagi
para ahli anestesi mempunyai lebih banyak arti secara teknik.
1. Keadaan penurunan sifat kritis yang ditimbulkan oleh hipnotisme
2. Tidur secara farmakologis dimana penderita tidak dapat
dibangunkan menjadi keadaan sadar melalui rangsangan fisik,
tetapi dalam keadaan tersebut masih dapat bereaksi secara tidak
sadar dengan penarikan diri atau refleksi otonomi jika penderita
diberi tidak cukup analgesi yang baik.
Hipnotik merupakan penjelasan tradisional bagi setiap obat yang
dapat membantu penderita untuk tidur.
Sedasi dipergunakan untuk menyatakan segala sesuatu yang
dapat menghilangkan kecemasan dengan cara menimbulkan tidur yang
hampir alamiah dengan obat-obatan. Walaupun sedatif secara tepat
digunakan hanya untuk agen-agen yang sudah lama seperti
fenobarbital yang menghilangkan kecemasan dengan menekan pusat
kritis, serebri yang paling tinggi di otak juga dipakai secara longgar
untuk agen ansiolitik yang lebih modern (Boulton dan Colin,1994).

l.2 Maksud dan Tujuan


1.2.I Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini ialah, untuk mengetahui dan memahami
efek anestesi, hipnotik dan sedatif pada hewan coba mencit.
1.2.II Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini ialah, untuk mengetahui efek obat
anestesi, hipnotik sedatif yaitu eter, Na CMC, fenobarbital, diazepam
pada hewan coba mencit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Teori Umum
II.1.1 Pengertian
Anestesi adalah hilangnya sebagian atau seluruh bentuk sensasi
yang disebabkan oleh patologi pada system saraf, suatu Teknik
menggunakan obat (inhalasi, intravena, atau lokal) yang menyebabkan
keseluruhan atau bagian dari organisme menjadi mati rasa untuk
beberapa periode waktu. Analgesia adalah hilangnya sensasi nyeri. Zat
hipnetik adalah obat yang menginduksi tidur. Relaksan otot adalah obat
yang mengurangi ketegangan otot dengan berkerja pada saraf yang
menuju otot atau sambungan saraf otot (misalnya kurare, suksinilkelin).
Sedasi adalah usaha yang menciptakan keadaan tenang dan istirahat
dengan pemberian obat (Grace dan Nell, 2006).
Anastesi umum tujuan dan tekniknya, yaitu menginduksi hilangnya
kesadaran dengan menggunakan otot hipnetik yang dapat diberikan
secara intravena atau inhalasi, membangunkan pasien dengan aman
pada akhir prosedur (Grace dan Nell, 2006).
Anastesi inhalasi merupakan bentuk dasar teknikt anastesi umum
yang sering di gunakan,sedangkan teknik intravena dapat di gunakan
sebagai alternatif. Terdapat dua system yang berbeda untuk memberikan
gas dan uap anastesi kepada pasien. Pada system draw over,udara di
gunakan asebagai pembawa gas yang mudah menguap atau gas
kompresi sebagai tambahan.Pada system continuous flow,udara tidak di
gunakan,tetapi di gunakan gas medis yang dikompresi, biasanya nitrogen
oksida dan oksigen, mengalir melalui flow meter (rotameter) dan vaporizer
untuk memberikan anastesi kepada pasien (Michael B, 1994).
Anastesi local ialah obat yang bila di berikan secara local (topical atau
suntikan) dalam kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls
pada saraf yang dikenai oleh obat tersebut. Obat-obat ini menghilangkan
rasa/sensasi nyeri (dan pada konsentrasi tinggi dapat mengurangi
aktivitas motoric) terbatas pada daerah tubuh yang di kenai tanpa
menghilangkan kesadaran (Staf Pengajar Departemen Farmakologi,
2008).
Sedatif-hipnotik adalah obat yang dipakai untuk mengobati kecemasan
(ansietas) dan sebagai obat tidur. Obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan kecemasan tanpa efek menidurkan disebut juga minor
tranquilizer (Satya Joewana, 2004).
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan
saraf saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari
yang ringannya itu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga
yang berat, yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati.
Pada dosis terapi, oabt sedatif mampu menekan aktivitas mental,
merupakan respons terhadap rangsangan emosi sehingga akan berefek
menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur yang menyerupai tidur fisiologi. Sedangkan jika obat-obat sedative
hipnotik terlalu sering digunakan, maka terdapat efek akumulasi selain
efek samping, yaitu kerusakan degenerative hati serta reaksi alergi yang
kerap kali muncul pada pasien (Gunawan, 2007).
Diazepam merupakan obat esensial golongan benzodiazepin yang
tercantum dalam WHO Essential List of Medicine Edisi 19 (WHO, 2015),
Daftar Obat Esensial Nasional (Kemenkes RI, 2015) serta Formularium
Nasional (Kemenkes RI, 2015), ketersediaan harus terpenuhi di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Diazepam di indikasikan untuk
terapi kecemasan (antietas) dalam penggunaan jangka lama, karena
mempunyai massa kerja panjang (Finkel et. al, 2009).
Barbiturat yang biasa digunakan adalah thiopental, methohexital, dan
thiamylal (barash, miller). Ketiga tersedia dalam bentuk garam sodium dan
harus dilarutkan ke dalam larutan isotonik NaCl (0,9%) atau air untuk
mendapatkan larutan thiopental 2,5% methohexital 1-2% dan thiamylal 2%
(Muhammad Iqbal, Sudadi, I Gusti Ngurah. 2014. " TIVA (Total
Intravenous Anestesia)". Komplikasi Anestesi 2(1)).
Ketamin memiliki efek yang beragam pada sistem saraf pusat,
menghambat refleks polisinaptik di medulla spinalis dan neutotrasmiter
eksitasi di area tertentu otak. Ketamin memutus hubungan thalamus
(penghubung impuls sensoris dari sistem aktivasi retikuler ke korteks
serebri) dengan korteks limbus (berperan pada sensasi waspada), secara
klinis disebut anestesi disosiasi, dimana pasien tampak sadar (mata
terbuka, refleks menelan dan kontraksi otot) tetapi tidak mampu mengolah
dan merespon input sensorisnya (Muhammad Iqbal, Sudadi, I Gusti
Ngurah. 2014. " TIVA (Total Intravenous Anestesia)". Komplikasi Anestesi
2(1).
Propofol mengikat reseptor GABA, sehingga meningkatkan afinitas
ikatan GABA dengan reseptor GABA, yang akan menyebabkan
hiperpolarisasi membran saraf. Injeksi propofol IV akan menimbulkan
nyeri yang dapat dikurangi dengan pemberian injeksi lidokain sebelumnya
atau dengan mencampurkan lidokain 2% dengan 18 ml propofol sebelum
penyuntikan. Formulasi propofol Sanga mudah terkontaminasi dengan
pertumbuhan bakteri, sehingga harus dilakukan dengan teknik yang steril
dan tidak boleh dipakai setelah 6 jam pembukaan kapsul (Muhammad
Iqbal, Sudadi, I Gusti Ngurah. 2014. " TIVA (Total Intravenous Anestesia)".
Komplikasi Anestesi 2(1).
Fenobarbital digunakan untuk menanggulangi kejang tonik-klonik,
status epileptikus dan eklamasi. Fenobarbital dianggap sebagai obat
pilihan dalam pengobatan kejang berulang pada anak. Namun
fenobarbital dapat menekan kemampuan kognitif anak dan karena itu
penggunaannya harus hati-hati. Fenobarbital mempunyai aktivitas
antikonvulsi yang spesifik yang berbeda dengan depresi SSP non spesifik
(Richard A. Harvey, 2001).
Eter (F.I.): diethylether, Ether ad narcosin. Cairan dengan bau khas
yang sangat mudah menguap dan menyala, juga eksplosif (1842). Khasiat
analgesia dan anestetisnya kuat dengan relaksasi otot baik. Eter
digunakan pada berbagai jenis pembedahan, terutama jika diperlukan
relaksasi otot. Sebagian besar eter yang diinhalasi, dikeluarkan melalui
paru-paru dan sebagian kecil dimetabolisasikan di hati. Batas
keamanannya (indeks terapi) lebar. Eter mudah melewati plasenta (Tan
dan Kirana, 2007).
Carmellose (karboksimetilselulosa, C.M.C.) adalah derivat-karboksi
yang viskositasnya tergantung dari tipenya. Didalam tubuh carmellose
sama sekali tidak bereaksi (indifferen). Efeknya tampak dalam waktu 24
jam. Kadang kala zat ini digunakan pada penanganan obesitas untuk
menghilangkan perasaan lapar tetapi efektivitasnya diragukan (Tan dan
Kirana, 2007).

II.1.2 Uraian Bahan


1.Diazepam (Dirjen POM,1979 Hal:211)
Nama Resmi : DIAZEPAMUM
Nama Lain : Diazepam
RM/BM : C16H13CIN2O/284,74
Pemberian : Serbuk hablur:putih atau hampir putih;tidak
berbau atau hampir tidak berbau;rasa,mula –
mula tidak mempunyai rasa,kemudian pahit..
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air,tidak larut dalam
etanol(95%)p,;mudah larut dalam kloroform p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sedativum

2.Na CMC (Dirjen POM, 1979 hal : 299)


Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELULOSUM
Nama Lain : Natrium karboksimetilselulosa
RAM/BM : -
Pemberian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning
gading, tidak berau, atau hampir tidak berbau,
higroskopi.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol 95%
P, dalam eter P dan dalam pelarut organic lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Zat tambahan

3.FENOBARBITAL (Dirjen POM,1979 Hal; 481)


Nama Resmi : PHENOBARBITALUM
Nama Lain : Luminal
RM/BM : C12H12N2o3 / 232,24
Pemberian : Hablur atau serbuk hablur,putih tidak
berbau,rasa agak pahit.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air,agak sukar larut
dalam kloroform,larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Hipnotikum

4. ETER (Dirjen POM, 1979 hal : 66)


Nama Resmi : AETHER ANAESTHETICUS
Nama Lain : Eter anestesi
RM/BM : C4H10O
Pemberian : Ciran transparan;tidak berwarna, bau khas,
rasa manis dan membakar. Sangat mudah
menguap, sangat mudah terbakar, campuran
uapnya dengan oksigen, udara atau
dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat
meledak
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat campur
dengan etanol 95% P, dengan kloroform P,
dengan minyak lemak, dan minyak atsiri.
Penyimpanan : Penyimpanan dalam wadah kering tertutup
rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Khasiat : Anestesi umum

II.1.3 Klasifikasi Hewan

Kingdom : Animalia
Filum : Cahordat
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentina
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus Musculus L
BAB III
METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, animal cember,
kapas, kanula, lap kasar/halus, rolling roller apparatus, spoit 1 cc,
stopwach, dan toples.

III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu diazepam, eter, fenobarbital, Na CMC.

III.2. Hewan uji


Hewan uji yang digunakan pada percobaan ini yaitu mencit.

III.3. Cara kerja


III.3.1 Anastesi
1. Hewan coba dikelompokkan menjadi dua kelompok kemudian
ditimbang bobot masing-masing
2. kelompok 1 dimasukkan ke dalam wadah tertutup (toples) yang
telah ditentukan oleh pemberian eter
3. kelompok 2 tidak diberikan apapun (kontrol negatif)

III.3.2 Hipnotik sedatif


3.2.1 Penentuan Onset dan Durasi Obat
1. Hewan coba dikelompokkan menjadi 3 kelompok kemudian
ditimbang bobot masing-masing.
2. Kelompok 1 diberi suspensi Na CMC kemudian dimasukkan
kedalam animal cember dan dicatat mula kerjanya (OAA) Onset of
action yaitu waktu dari permulaan diberinya bahan uji sampai mata
mencit menutup 100% (tertidur) dalam menit.
3. Kelompok 2 diberi diazepam secara oral menggunakan spoit dan
kanula kemudian dimasukkan kedalam animal cember dan dicatat
mula kerjanya (OAA) Onset of action yaitu waktu dari permulaan
diberinya bahan uji sampai mata mencit menutup 100% (tertidur)
dalam menit.
4. Kelompok 3 diberi fenobarbital secara oral menggunakan spoit dan
kanula kemudian dimasukkan kedalam animal cember dan dicatat
mula kerjanya (OAA) Onset of action yaitu waktu dari permulaan
diberinya bahan uji sampai mata mencit menutup 100% (tertidur)
dalam menit.

3.2.2 Metode Rolling Roller Aparatus


1. Lima menit setelah pemberian obat, tiap kelompok hewan uji yang
diberi Na CMC, diazepam dan fenobarbital dimasukkan kedalam
alat rolling roller apparatus dan dicatat waktu jatuhnya mencit dari
roller apparatus menggunakan stopwach, pencatatan waktu dimulai
saat mencit di letakkan diatas alat sampai terjatuh
BAB IV
PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan


IV.1.1 Tabel Pengamatan Anestesi
Kelompok Pengamatan Mencit Rata-rata
1 2
Kontrol Onset - - -
Negatif Durasi - - -
Eter Onset 03.16 02.14 01.02
Durasi 04.24 03.01 01.23

IV.1.2 Tabel Pengamatan Hipnotik Sedatif


IV.2.1 Penentuan Onset dan Durasi Obat
Kelompok Pengamatan Mencit Rata-rata
1 2
NaCMC Onset - - -
Durasi - - -
Diazepam Onset 21.48 30.07 25.04
Durasi 10.58 05.11 10.26
Fenobarbital Onset 13.10 08.25 15.13
Durasi 04.14 07.50 07.37

IV.2.2 Metode rolling roller apparatus


Awal Parameter
Hewan Rata-
Perlakuan 0- 16-
Coba Jan-15 31-45 rata
15 30
Diazepam Mencit 1 11 2 0 0 0,66
Mencit 2 22 60 8 4 24
Mencit 1 12 73 0 4 25,66
Fenobarbital
Mencit 2 33 21 3 0 8
Mencit 1 0 0 6 0 3
Na. CMC
Mencit 2 149 213 19 0 77,33

IV.2.3 Perhitungan Volume Pemberian Onset dan Durasi Obat

V= ×Vmax

1. Eter

Mencit 1 = × 0,5 ml = 0,825 ml

Mencit 2 = × 0,5 ml= 0,875 ml

2. Fenobarbital

Mencit 1 = × 0,5 ml = 0,9 ml

Mencit 2 = × 0,5 ml = 0,9 ml

3. Diazepam

Mencit 1 = × 0,5 ml = 0,9 ml

Mencit 2 = × 0,5 ml = 0,825 ml

4. Na CMC
Mencit 1 = × 0,5 ml = 0,775 ml

Mencit 2 = × 0,5 ml = 0,925 ml

IV.2.4 Perhitungan Volume Pemberian Metode Rolling Roller


Apparatus
1. Diazepam

Mencit 1 =

Mencit 2 =

2. Fenobarbital

Mencit 1 =

Mencit 2 =

3. Na. CMC

Mencit 1 =

Mencit 2 =

Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan tentang anestesi


dan hipnotik sedatif. Dimana anestesi itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu,
anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi umum tergantung pada kerja
obat pada sistem saraf pusat, yang mengakibatkan kesadaran hilang dan
depresi terhadap rangsangan sakit sedangkan obat anestesi lokal dapat
menghambat aliran listrik pada jaringan (oleh karena itu juga digunakan
untuk pengobatan gangguan irama jantung). Secara umum golongan
hipnotik sedatif bekerja dengan mempengaruhi fungsi pengaktifan retikula,
rangsangan pusat tidur dan meghambat fungsi pusar arousal.
Pada percobaan pertama yaitu percobaan anestesi kami
menggunakan eter dimana eter ini digunakan sebagai anestesi karena
eter memiliki analgesik yang kuat. Pada saat dilakukan pemberian
menggunakan eter onset yang dihasilkan setelah pemberian obat yaitu 3
menit 16 detik dan gejala yang ditimbulkan yaitu dari tenang hingga
tertidur, dan durasi yang paling banyak dihasilkan yaitu 4 menit 24 detik
dengan gejala dari tenang sampai tertidur hingga aktif kembali. Adapun
mekanisme kerja dari eter yaitu melakukan kontraksi pada otot jantung
dan meningginya aktivitas simpatis sehingga curah jantung tidak berubah.
Pada percobaan kedua yaitu percobaan hipnotik sedatif dengan
menentukan onset dan durasi, pemberian obat pertama yaitu obat
diazepam yang diberikan secara oral, dapat dilihat bahwa efek onset yang
dihasilkan yaitu dengan hasil 25 menit 04 detik dan gejala yang
ditimbulkan yaitu dari tenang hingga tertidur, dan durasi yang paling
banyak dihasilkan yaitu 10 menit 06 detik dengan gejala dari tenang
sampai tertidur hingga aktif kembali. Obat diazepam termasuk kedalam
golongan benzodiazepin, adapun mekanisme kerjanya yaitu berikatan
dengan reseptor GABA dan menyebabkan saluran klorida terbuka,
keadaan tersebut menyebabkan ion klorida masuk kedalam sel sehingga
akan memacu terjadinya hiperpolarisasi.
Pemberian obat kedua yaitu obat fenobarbital yang diberikan secara
oral, dapat dilihat bahwa efek onset yang dihasilkan setelah pemberian
obat yaitu dengan hasil 15 menit 13 detik dan gejala yang ditimbulkan
yaitu dari tenang hingga tertidur, dan efek durasi yang dihasilkan yaitu 7
menit 37 detik dengan gejala dari tenang sampai tertidur hingga aktif
kembali. Obat fenobarbital termasuk kedalam golongan barbiturat,
adapun mekanisme kerjanya yaitu berikatan dengan reseptor GABA
sehingga kanal klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida lebih
banyak masuk dan menyebabkan hiperpolarisasi.
Pemberian obat ketiga yaitu suspensi Na CMC, dapat dilihat efek
onset dan durasi yang dihasilakan yaitu negatif hal ini dikarenakan Na
CMC merupakan agen pensuspensi atau bahan tambahan dan eksepien
yang berfungsi untuk medispersikan partikel tidak larut dalam pembawa
dan menigkatkan visikositas sehingga kecepatan sedimentasi di
perlambat, dan juga hanya sebagai pengontrol atau pembanding efek
hipnotif dari beberapa obat yang digunakan.
Percobaan hipnotik sedatif dengan metode rolling roller apparatus,
pemberian obat pertama yaitu obat diazepam yang diberikan kepada
mencit 1 dengan bobot 30 g setelah pemberian obat secara oral
perputaran pada roller pada menit 0-15 menit yaitu sebanyak 2 kali pada
menit 16-30 dan 31-45 tidak ada perputaran. Sedangkan pada mencit 2
dengan berat 26 g setelah pemberian obat secara oral perputaran mencit
pada roller pada menit 0-15 yaitu sebanyak 60 kali pada menit ke-16-30
sebanyak 8 kali dan pada menit 31-45 sebanyak 4 kali.
Pemberian obat kedua yaitu obat phenobarbital yang diberikan
kepada mencit satu dengan berat 33 g setelah pemberian obat secara oral
perputaran mencit pada roller pada menit 0-15 sebanyak 73 kali pada
menit 16-30 tidak ada perputaran dan pada menit 31-45 sebanyak 4 kali
putaran sedangkan pada mencit 2 dengan berat 33 g setelah pemberian
obat secara oral perputaran banjir pada roller pada menit 0-15 sebanyak
21 kali pada menit 16-30 sebanyak 3 kali dan pada menit 31-45 tidak ada
perputaran.
Pemberian obat ketiga yaitu obat Na CMC yang diberikan pada
mencit 1 dengan berat 26 g setelah pemberian obat secara oral
perputaran mencit pada roller pada menit 0-15 dan menit 31-45 tidak ada
perputaran dan pada menit ke 16-30 sebanyak 6 kali putaran sedangkan
pada mencit 2 dengan berat 28 g setelah diberikan secara oral perputaran
mencit pada roller pada menit 0-15 sebanyak 213 kali, pada menit 16-30
sebanyak 19 kali dan pada menit 31-45 tidak terjadi perputaran.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu mengetahui efek yang di
hasilkan dari obat yang di gunakan pada peercobaan dan obat-obat yang
diberikan pada hewan coba pada praktikum ini adalah fenobarbital,
diazepam, Na CMC yang diberikan secara oral, dan eter. Efek yang
dihasilkan obat fenobarbital yaitu dapat berupa penurunan kesadaran dan
gangguan keseimbangan, efek yang dihasilkan diazepam yaitu adanya
rasa kantuk, kelelahan dan lemah otot, efek yang dihasilkan Na CMC yaitu
tidak terjadi perubahan atau reaksi karena merupakan agen pensuspensi
dan efek yang dihasilkan eter yaitu kontraksi pada otot jantung dan
meningginya aktifitas simpatis.

V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan dosen dapat memantau praktikan agar praktikan bisa
bertanya secara langsung jika ada yang tidak dimengerti.

V.2.2 Saran Untuk Asisten


Diharapkan asisten selalu mendampingi dan memantau praktikan agar
tidak ada kesalahan dan praktikum bisa berjalan dengan lancar.

V.2.3 Saran Untuk Laboratorium


Diharapkan fasilitas dilaboratorium lebih di perlengkap lagi agar
praktikum bisa berjalan dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. ‘’Farmakope Indonesia Edisi III’’. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.
Dobson michael B. 1994. “Penuntun Praktis Anestesi’’. Jakarta: EGC.
Finkel, dkk. 2009. Pharmacology 4th Edition Walters Kluwer. Jakarta:
Philadelpia.
Grace Pierce A dan Neil R. Borley. 2006. “Ilmu bedah”. Jakarta: Penerbit
Earlangga.
Gunawan SG, dkk. 2007. “Farmakologi dan Terapi Edisi 5”. Jakarta: Gaya
Baru.
Joewana Satya M.D. 2004. “Gangguan Mentalitas dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif”. Jakarta: EGC
Kementrian Kesehatan RI, 2015 B. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
HK.0202/Menkes/523/2015 Tentang Formularium Nasional.
Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI, 2015 A. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
HK.0202/Menkes/320/2015 Tentang Daftar Obat Esensi Nasional.
Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Priyatni Nunung W. 2016. Berapa Kebutuhan Diazepam Untuk Memenuhi
Pelayanan Kesehatan Di Indonesia Studi Kasus Konsumsi
Diazepam Di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2008. Kumpulan Kuliah
Farmakologi edisi 2”. Jakarta : EGC.
World Healt Organisation. 2015. Esential List Of Medicine Worl Health
OrganisationGeneva.http://www.who.int/medicines/publications/ess
entialmedicines/en/. Diakses Tanggal 30 November 2015.
Worl Heart Organisation. 2014. WHO Colaboratting Centre For Drug
Statistics Methodology ATC /DDD Index 2014, Norwegian Institute
Of Publick Healt, http://www.whocc.no/atc_ddd_index/, Diakses
Tanggal 2 Juli 2016.

Anda mungkin juga menyukai