DISUSUN OLEH:
1. ANISA MAHARANI
2. RAHMI
3. RIZKY ADINUL
4. SINTYA
5. TRI PUJI ASTUTI
6. VIKA NUR VIONITA
7. WENNY DAMAYANTI
8. WIDIA ASTUTI
SEMESTER III
KELAS A
TA. 2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan
sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau
kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral
atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf pusat ini dibagi menjadi dua yaitu otak
(ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).
Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang
tidak spesifik misalnya hipnotik sedativ. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat
terbagi menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anastetik umum, hipnotik sedativ,
psikotropik, antikonvulsi, analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf
pusat.
TINJAUAN PUSTAKA
Anastetik umum digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan memblok reaksi
serta menimbulkan relaksasi pada pembedahan. Tahap-tahap anastesi antara lain
(Sloane, 2003) :
1. Analgesia
Kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, dan terjadi euphoria (rasa nyaman) yang
disertai impian-impian yang menyerupai halusinasi. Ester dan nitrogen monoksida
memberikan analgesia yang baik pada tahap ini sedangkan halotan dan thiopental
tahap berikutnya.
2. Eksitasi
Kesadarn hilang dan terjadi kegelisahan (tahap edukasi).
3. Anestesi
Pernapasan menjadi dangkal dan cepat, teratur seperti tidur (pernapasan perut),
gerakan bola mata dan reflex bola mata hilang, otot lemas.
4. Pelumpuhan sumsum tulang
Kerja jantung dan pernapasan berhenti. Tahap ini harus dihindari.
Efek anastetik ini pada mencit/tikus antara lain dapat dideteksi dengan Touch
respon, yaitu dengan menyentuh leher mencit atau tikus dengan suatu benda misalnya
pensil. Jika mencit tidak bereaksi maka mencit/tikus terpengaruh oleh anastetik. Selain
itu pasivitas juga dapat mengindikasikan pengaruh anastesi. Pasivitas yaitu mengukur
respon mencit bila diletakkan pada posisi yang tidak normal, misalnya mencit yang
normal akan menggerakkan kepala dan anggota badan lainnya dalam usaha melarikan
diri, kemudian hal yang sama tetapi dalam posisi berdiri, mencit normal akan meronta-
ronta. Mencit yang diam kemungkinan karena terpengaruh oleh senyawa anastetik. Uji
neurologik yang lain berkaitan dengan anastetik ialah uji ringhting refles (Ganiswarna,
1995).
Hipnotik atau obat tidur (hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila
diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan fisiologis
normal untuk tidur, mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa ini diberikan
untuk dosis yang lebih rendah pada siang hari dengan tujuan menenangkan, maka
disebut sedativa (obat pereda). Perbedaannya dengan psikotropika ialah hipnotik-
sedativ pada dosis yang benar akan menyebabkan pembiusan total sedangkan
psikotropika tidak. Persamaannya yaitu menyebabkan ketagihan (Mutscler, 1991).
Dalam mempengaruhi kemampuan mengatur suatu pembiusan perlu dipertimbangkan
bahwa dalam pembiusan yang ditimbulkan oleh suatu obat pembius tertentu ditentukan
oleh konsentrasinya dalam sistem saraf pusat dan bahwa ini bergantung pada
(Mutscler, 1991) :
1. Tidur tenang : (Slow wafe, NREM = Non Rapid Eye Movement), (ortodoks) yang berciri
irama jantung, tekanan darah, pernapasan teratur, otot kendor tanpa gerakan otot muka
atau mata.
2. Tidur REM (Rapid Eye Movement) atau paradoksal, cirinya otak memperlihatkan
aktivitas listrik (EEG=Electro encephalogram), seperti pada orang dalam keadaan
bangun dan aktif, gerakan mata cepat. Jantung, tekanan darah dan pernapasan naik
turun naik, aliran darah ke otak bertambah, ereksi, mimpi.
Istilah anesthesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada
rasa sakit. Anesthesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (Sulistia, 2007):
1. Anesthesia lokal, yaitu hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran;
2 Anesthesia umum, yaitu hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran. Anesthesia
yang dilakukan dahulu oleh orang Mesir menggunakan narkotik, orang Cina
menggunakan Canabis indica, dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk
menghilangkan kesadaran.
Anastetik umum diperlukan untuk pembedahan karena dapat menyebabkan penderita
mengalami analgesia, amnesia dan tidak sadar sedangkan otot-otot mengalami
relaksasi dan penekanan refleks yang tak dikehendaki. Sehingga untuk mengurangi
bahaya narkose dan untuk menghemat anastetika dalam rangka persiapan untuk
narkose, diberikan pramedikasi. Dalam hal ini digunakan terutama (Ebel, 1992) :
1. Benzodiazepine
contohnya:
Klordiazepin
Klorozepat
Diazepam
Flurazepam
Lorazepam
Oksazepam
Temazepam
2. Barbiturat
contohya:
Amobarbital
Aprobarbital
Barbital
Heksobarbital
Kemital
Mefobarbital
. Bupabarbital
3. Hipnotik lainnya
contohnya:
. kloral hidrat
. etklorvinol
. glutetimid
. metiprilo
Hipnotika atau obat tidur (hypnos = tidur) adalah zat-zat yang dalam dosis terapi
diperuntukkan meningkatkan kenginginan faali untuk tidur dan mempermudah atau
menyebabkan tidur. Lazimnya obat ini diberikan pada malam hari. Bila mana zat-zat ini
diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan,
maka dinamakan sedativa (obat-obat pereda) (Gunawan. 2007).
Kebutuhan akan tidur dapat dianggap sebagai suatu perlindungan dari organisme untuk
menghindari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur. Tidur yang baik,
cukup dalam dan lama, adalah mutlak untuk regenerasi sel-sel tubuh dan
memungkinkan pelaksnanaan aktivitas pada siang hari dengan baik. Pada umumnya
selama satu malam dapat dibedakan 4 sampai 5 siklus tidur dari kira-kira 1,5 jam.
Setiap siklus terdiri dari dua stadia, yakni (Tan Hoan Tjay, dkk 2002):
1. Tidur-non-REM juga disebut Slow Wave Sleep (SWS), berdasarkan registrasi aktivitas
otak. Non-REM bercirikan denyutan jantung, tekanan darah dan pernapasan yang
teratur serta relaksasi otot tanpa gerakan otot muka atau mata.
2. Tidur-REM (Rapid Eye Movementi) atau tidur-paradoksal, dengan aktivitas EEG yang
mirip keadaan sadar dan aktif, bercirikan gerakan mata cepat ke satu arah. Di samping
itu, jantung, tekanan darah dan pernapasan turun-naik, aliran darah ke otak bertambah
dan otot-otot sangat relaks. Selama tidur-REM yang pada kedua siklus pertama
berlangsung 5-15 menit lamanya, timbul banyak impian, sehingga disebut juga tidur
mimpi.
Hipnotika dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni (Gunawan, 2007):
Dalam banyak hal, fungsi dasar neuron dalam sistem saraf pusat sama dengan
sistem saraf otonom. Misalnya transmisi informasi dalam sistem saraf pusat dan perifer
keduanya menyangkut lepasnya neurotransmitter yang melintas pada celah sinaptik
untuk kemudian terikat pada reseptor spesifik neuron postsinaptik. Dalam pengenalan
neurotransmitter oleh membran reseptor neuron postsinaptik memberikan perubahan
intraseluler (Mycek, 2001).
Pada sebagian besar sinaps sistem saraf pusat, reseptor tergabung dalam
saluran ion, mengikat neurotransmitter ke reseptor membran postsinaptik sehingga
dapat membuka saluran ion secara cepat dan sesaat. Saluran yang terbuka ini
kemungkinan ion didalam dan luar membran sel mengalir kearah konsentrasi yang lebih
kecil. Perubahan komposisi dibalik membran neuron akan mengubah potensial
postsinaptik, menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi membran postsinaptik,
yang tergantung pada ion tertentu yang bergerak dan arah dari gerakan itu
(Departemen farmakologi dan teraupetik).
Gangguan neurotransmisi yang dapat diobati dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
yang disebabkan oleh terlalu banyaknya neurotransmisi dan oleh terlalu sedikitnya
neurotransmisi. Neurotransmisi yang terlalu banyak disebabkan oleh (Departemen
farmakologi dan teraupetik):
1. Sekelompok neuron yang terlalu mudah dirangsang yang bekerja tanpa adanya
stimulus yang sesuai, misalnya gangguan kejang, terapi diarahkan pada pengurangan
otomatisitas sel – sel ini.
2. Terlalu banyak molekul neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor pascasinaptik.
Terapi meliputi pemberian antagonis yang memblokir reseptor – reseptor pascasinaptik.
3. Terlalu sedikit molekul neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor pascasinaptik,
misalnya parkinson. Beberapa strategi pengobatan yang meningkatkan neurotransmisi,
meliputi obat – obatan yang menyebabkan pelepasan neurotransmitter dari terminal
prasinaptik, dan prekursor neurotransmitter yang diambil kedalam neuron prasinaptik
dan dimetabolisme menjadi molekul neurotransmitter aktif.
1. Fenobarbital
Termasuk zat antikonvulsi, hipnotik & sedativ
Tidak larut dalam air suspensi per oral
Sediaan dalam air terurai rp
Dosis hipnotik 100 mg malam hari; antikonvulsi 200 mg IM diulang sesudah 6
jam prn dosis percobaan oral 800 mg konversi ke mencit = 0,0026x800 mg
= 2.08 mg/20 g mencit
(Martindale ed 28, 814)
2. Kloralhydras
• Kelarutan : smlda & alkohol, higroskopis
• Sol 10% pH 3,5-4,4
• Indikasi : hipnotik & sedativ
• Dosis hipnotik : 0,5-2 g/60 kg manusia (Martindale ed 28,796-797)
BAB III
METODE PERCOBAAN
bahan
Alat
2,706
= x 8 ml = 0,36 ml
60
10,7675
= x 6 ml = 0,31 ml
250
12
10
0
f 0,6 (1) f 0,6 (2) f 0,6 (3) k 2,5 (4) k 2,5 (5) k 2,5 (6)
Series 1
Series 1
160
140
120
100
80
60
40
20
0
F 0,6 (1) F 0,6 (2) F 0,6 (3) K 2,5 (4) K 2,5 (5) K 2,5 (6)
Series 1
4.3. PEMBAHASAN
Dosis peroral mencit ditentukan dengan konversi dosis manusia per 60 kg
BB dengan mengalikan luas permukaan badan mencit yaitu 12,3.
Dari data hasil praktikum menunjukan bahwa perlakuan dengan
kloralhidras lebih kuat dan menunjukan hasil yang signifikan hal ini
menunjukan bahwa dosis yang dinyatakan di literature benar adanya.
Sedangkan pada perlakuan fenobarbital mencit tidak ada yang tidur, hal ini
dikarenakan dosis yang digunakan pada praktikum kurang dari batas yang
dinyatakan literature. Sehingga mencit dengan perlakuan fenobarbital tidak
mengalami efek anestesi.
Selain itu durasi tidur yang dialami mencit dengan perlakuan klorahydras
mengalami perbandingan sejajar dengan berat badan mencit, efek anestesi
lebih lama pada mencit dengan berat badan lebih kecil begitupun sebaliknya.
Hal ini berkaitan dengan daya sebar obat dengan luas permukaan badan
mencit.
BAB V
5.1. KESIMPULAN
5.1.1. perhitungan dosis peroral untuk mencit menggunakan perbandingan dosis pada
manusia 60 kg/BB dengan mengalikan pada luas permukaan badan mencit yaitu 12,3
5.1.2. perbandingan onset antara perlakuan F 0,6 dengan K 2,5 sangat terlihat tak
seimbang, karena pada perlakuan F 0,6 tidak mengalami tidur sedangkan pada
perlakuan K 2,5 mengalami tidur dengan onset yang cepat. Hal ini berpengaruh
terhadap dosis yang diberikan, dilihat dari literature martindale edisi 28 dosis
Fenobarbital yang diberikan kurang dari dosis untuk mencit sedangkan dosis
kloralhydras termasuk dalam range dosis untuk mencit.
5.1.3. perbandngan durasi tidur mengalami perbandingan sejajar dengan berat badan,
tampak mencit dengan berat badan lebih kecil mengalami durasi tidur lebih lama.
5.1.4. kloralhyras memberikan efek anestesi yang lebih baik dibandingkan fenobarbital
5.2. SARAN
5.2.1 sebaiknya untuk percobaan berikutnya dosis yang digunakan sesuai dengan
literature.
5.2.2.. untuk hasil pengamatan yang lebih baik keseragaman bobot mungkin diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA