Anda di halaman 1dari 4

A.

PENGERTIAN RETROGRESIF

Kelainan Regresif = Retrogresif = Proses kemunduran


termasuk di dalamnya :
1. Atropi
2. Degenerasi dan Infiltrasi
3. Gangguan Metabolisme
4. Kematian sel ; Nekrosis
5. Apoptropi
6. Postmortal
7. Penimbunan pigment
8. Melanin
9. Mineral
10. Defisiensi
Setiap sel melaksanakan kebutuhan fisiologik yang normal yang disebut
Homeostasis normal. Sel memiliki fungsi dan struktur yang terbatas, dalam
metabolisme, difrensiasi, dan fungsi lainnya karena pengaruh dari sel-sel sekitarnya dan
tersedianya bahan-bahan dasar metabolisme.
Sel mendapatkan stimulus yang patologik , fisiologik dan morphologic. Bila
stimulus patologik diperbesar hingga melampaui adaptasi sel maka timbul jejas sel atau
sel yang sakit (cell injury) yang biasanya bersifat sementara (reversible). Namun jika
stimulus tetap atau bertambah besar , sel akan mengalami jejas yang menetap
(irreversible) yaitu sel yang mati atau nekrosis. Perubahan-perubahan tersebut hanya
mencerminkan adanya “cedera-cedera biomolekuler”, yang telah berjalan lama dan baru
kemudian dapat dilihat. Adaptasi, jejas dan nekrosis dianggap sebagai suatu tahap
gangguan progresif dari fungsi dan struktur normal suatu sel.

B. KELAINAN RETROGESIF

Kelainan retrogesif
(regresif) adalah merupakan suatu proses kemunduran.
Yang termasuk kelainan retrogesif (regresif) :
1. Atropi
Atropi adalah perubahan ukuran sel dari normal menjadi lebih kecil akibat
berkurangnya substansi sel sehingga jaringan yang disusun oleh sel tersebut menjadi
lebih kecil. Mengecilnya alat tubuh tersebut karena sel-sel yang menjalankan fungsi alat
tubuh tersebut mengecil. Jadi bukan mengenai sei-sel jaringan ikat atau stroma alat
tubuh tersebut. Stroma tampaknya bertambah yang sebenarnya relative karena stroma
tetap.
Atropi dibedakan menjadi :
a. Atropi fisiologik
Atropi fisiologik adalah atropi yang merupakan proses normal pada manusia.
Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa
perkembangan kehidupan, dan jika alat tubuh tersebut tidak menghilang pada usia
tertentu malah dianggap patologik. Contoh : kelenjar thymus, ductus thyroglosus.
Misalnya pada atropi senilis, organ tubuh pada usia lanjut akan mengalami
pengecilan.
Atropi senilis juga dapat disebut atropi menyeluruh(general) karena terjadi pada
seluruh
organ tubuh. Atropi menyeluruh juga terjadi pada keadaan kelaparan (Starvation).
Penyebab atropi senilis adalah :
1. Involusi akibat menghilangnya rangsang tumbuh (growth stimuli),
2. berkurangnya perbekalan darah akibat arteriosclerosis.
3. berkurangnya rangsang endokrin.
Vaskularisasi berkurang karena arteriosklerosis akan menyebabkan kemunduran
pada otak sehingga menimbulkan kemunduran kejiwaan yang disebut demensia
senilis.
Begitu pula rangsang endokrin yang berkurang pada masa menopause menyebabkan
payudara menjadi kecil, ovarium dan uterus menjadi tipis dan keriput.
Starvation atropi terjadi bila tubuh tidak mendapat makanan untuk waktu yang
lama misainya pada yang tidak mendapatkan asupan makanan seperti orang terdampar
dilaut, padang pasir, atau pada orang yang mengalami gangguan saluran pencernaan
seperti pada striktura oesofagus. Karena itu alat-alat tubuh tidak mendapat makanan
cukup dan mengecil.
b. Atropi patologik
Atropi patologik dapat dibagi beberapa kelompok :
1. Atropi disuse adalah atropi yang terjadi pada organ yang tidak beraktifitas dalam
jangka waktu lama.
2. Atropi desakan terjadi pada suatu organ tubuh yang terdesak dalam waktu lama.
3. Atropi endokrin terjadi pada organ tubuh yang aktivitasnya tergantung pada
rangsang hormon tertentu.
4. Atropi vaskuler terjadi pada organ yang mengalami penurunan aliran darah hingga
dibawah nilai krisis.
5. Atropi payah (exhaustion atrophy) terjadi karena kelenjar endokrin yang terus
menghasilkan hormone yang berlebihan akan mengalami atropi payah.
6. Atropi serosa dari lemak terjadi pada malnutrisi berat atau pada kakheksia. Jaringan
lemak yang mengalami atropi akan menjadi encer seperti air atau lender.
7. Atropi coklat juga memiliki hubungan dengan malnutrisi berat atau kakheksia dan
organ yang mengalami atropi adalah jantung dan hati.
]
2. Degenerasi dan Infiltrasi
Degenerasi Ialah perubahan-perubahan morfologik akibat jejas-jejas yang
nonfatal. Perubahan perubahan tersebut masih dapat pulih (reversible). Meskipun sebab
yang menimbulkan perubahan tersebut sama, tetapi apabila berjalan lama dan
derajatnya berlebih akhirnya mengakibatkan kematian sel atau yang disebut nekrosis.
Jadi sebenarnya jejas sel (cellular injury) dan kematian sel merupakan kerusakan sel
yang berbeda dalam derajat kerusakannya.Pada jejas sel yang berbentu degenerasi
masih dapat pulih, sedangkan pada nekrosis tidak dapat pulih (irreversible).
Infiltrasi terjadi akibat gangguan yang sifatnya sitemik dan kemudian mengenai
sel-sel yang semula sehat akibat adanya metabolit –metabolit yang menumpuk dalam
jumlah berlebihan. Karena itu perubahan yang awal adalah ditemukannya metabolit-
metabolit didalam sel. Benda-benda ini kemudian merusak struktur sel.
Jadi degenerasi terjadi akibat jejas sel, kemudian baru timbul perubahan
metabolisme, sedangkan infiltrasi mencerminkan adanya perubahan metabolisme yang
diikuti oleh jejas seluler. Degenerasi dan infiltrasi dapat terjadi akibat gangguan yang
bersifat biokomiawi atau biomolekuler. Sebagai contoh degenerasi dapat terjadi akibat
anoxia. Infiltrasi dapat terjadi akibat penumpuka glikogen didalam sel, karena itu
disebut infiltrasi glikogen
3.Displasi
Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami ganguan
polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia.
Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
• Jika jejas atau iritan dpt diatasi seluruh bentuk adaptasi dan displasia dapat noemal
kembali.
• Tetapi jika keadaan displasia berat keganasan intra epithelial/insitudan tidak
Ditanggulang

4.Metaplasia
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel

matur jenis lain :

 Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel skuamosa, sel

epitel bronchus perokok.


DAFTAR PUSTAKA
Robbin dan Kumar.1995.Buku Ajar Patologi 1.Surabaya:Penerbit EGC
http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/ diakses pada tanggal
18 Maret 2014
http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/ diakses pada
tanggal 18 Maret 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/sel(biologi)#regenerasidandeferensiasisel diakses pada
tanggal 19 Maret 2014
Kimball, John W. 1998. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai