Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN ANASTESI

A. PENGERTIAN

Anestesi artinya adalah pembiusan, berasal dari bahasa


Yunani an artinya “tidak atau tanpa" danaesthētos, "artinya persepsi atau
kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti anestesi adalah suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat
anestesi adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacam-macam tindakan operasi (Kartika Sari, 2013).

Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang


artinya tidak ada rasa sakit. Anestesidibagi menjadi dua kelompok
yaitu anestesia lokal dan anestesi umum.

a. Definisi Anestesi Umum

Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai


hilang kesadaran. Ada juga mengatakan anestesi umum adalah keadaan
tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran
yang reversibel (Neal, 2006).

Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesi yaitu


suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat
yang bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan sehingga lebih mirip dengan keadaan pinsan. Anestesi
digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan
pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi
refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan
otot (relaksasi).Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat
memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk
pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan
relaksasi otot (Kartika Sari, 2013).
b. Definisi Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel


penerusan impuls saraf ke sistem saraf pusat pada kegunaan lokal
dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas
atau dingin (Kartika Sari, 2013).

Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang


diinginkan (misalnya, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea
mata).Obat anestesi (misalnya, lidokain) menghambat konduksi saraf
sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Klien akan kehilangan rasa
nyeri dan sentuhan, aktivitas motorik, dan otonom (misalnya,
penggosongan kandung kemih). Anestesi lokal umumnya digunakan
dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.Untuk menghilangkan
rasa nyeri pascaoperatif, dokter dapat memberi anestesi lokal pada area
pembedahan.

B. KLASIFIKASI OBAT ANESTESI

Klasifikasi anestesi ada dua kelompok, yaitu :

1. Anestesi Umum

Anastesi umum adalah obat yang menimbulkan keadaan yang bersifat


reversibel dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.Obat anestesi
umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari tiga golongan
yaitu obat anestesi gas (inhalasi), obat anestesi yang menguap dan obat
anestesi yang diberikan secara intravena.

a. Obat Anestesik Gas (Inhalasi)

Pada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya


digunakan untuk induksi dan operasi ringan.Anestetik gas tidak mudah
larut dalam darah sehingga tekanan parsial dalam darah cepat
meningkat.Batas keamanan antara efek anestesi dan efek letal cukup
lebar. Obat anestesi inhalasi ini dihirup bersama udara pernafasan ke
dalam paru-paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak
mengakibatkan narkose.Contoh obat anestesik inhalasi yaitu :

1) Dinitrogen Monoksida (N2O atau gas tertawa)

Dinitrogen Monoksida merupakan gas yang tidak berwarna,


tidak berbau, tidak berasa dan lebih berat daripada udara.N2O
biasanya tersimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi dalam
baja, tekanan penguapan pada suhu kamar ± 50 atmosfir.N2O
mempunyai efek analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O
dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum
untuk mendapatkan efek analgesik maksimum ± 35% .Gas ini
sering digunakan pada partus yaitu diberikan 100% N2O pada
waktu kontraksi uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa
mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu
relaksasi untuk mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal
N2O digunakan secara intermiten untuk mendapatkan analgesik
pada saat proses persalinan dan pencabutan gigi.

2) Siklopropan

Siklopropan merupakan anestetik gas yang kuat, berbau


spesifik, tidak berwarna, lebih berat daripada udara dan disimpan
dalam bentuk cairan bertekanan tinggi.Gas ini mudah terbakar dan
meledak karena itu hanya digunakan dengan close
method.Siklopropan relative tidak larut dalam darah sehingga
menginduksi dengan cepat (2-3 menit). Stadium III tingkat 1
dapat dicapai dengan kadar 7-10% volume, tingkat 2 dicapai
dengan kadar 10-20% volume, tingkat 3 dapat dicapai dengan
kadar 20-35%, tingkat 4 dapat dicapai dengan kadar 35-50%
volume. Sedangkan pemberian dengan 1% volume dapat
menimbulkan analgesia tanpa hilangnya kesadaran.Untuk
mencegah delirium yang kadang-kadang timbul, diberikan
pentotal IV sebelum inhalasi siklopropan.Siklopropan
menyebabkan relaksasi otot cukup baik dan sedikit sekali
mengiritasi saluran nafas.Namun depresi pernafasan ringan dapat
terjadi pada anesthesia dengan siklopropan.

Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas otot jantung,


curah jantung dan tekanan arteri tetap atau sedikit meningkat
sehingga siklopropan merupakan anestetik terpilih pada penderita
syok.Siklopropan dapat menimbulkan aritmia jantung yaitu
fibrilasi atrium, bradikardi sinus, ekstrasistole atrium, ritme
atrioventrikular, ekstrasistole ventrikel dan ritme bigemini.Aliran
darah kulit ditinggikan oleh siklopropan sehingga mudah terjadi
perdarahan waktu operasi.Siklopropan tidak menimbulkan
hambatan terhadap sambungan saraf otot.Setelah waktu
pemulihan sering timbul mual, muntah dan delirium.Absorpsi dan
ekskresi siklopropan melalui paru. Hanya 0,5% dimetabolisme
dalam badan dan diekskresi dalam bentuk CO2 dan air.
Siklopapan dapat digunakan pada setiap macam operasi. Untuk
mendapatkan efek analgesic digunakan 1,2% siklopropan dengan
oksigen. Untuk mencapi induksi siklopropan digunakan 25-50%
dengan oksigen, sedangkan untuk dosis penunjang digunakan 10-
20% oksigen.

b. Obat Anestesi yang Menguap

Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3


sifat dasar yang sama yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar,
mempunyai sfat anestetik kuat pada kadar rendah dan relatif mudah
larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam
darah dan jaringan dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan
terlawatinya induksi, untuk mengatasi hal ini diberikan kadar lebih
tinggi dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang diinginkan
sudah tercapai kadar disesuaikan untuk mempertahankan stadium
tersebut. Untuk mempercepat induksi dapat diberika zat anestetik lain
yang kerjanya cepat kemudian baru diberikan anestetik yang
menguap.

Umumnya anestetik yang menguap dibagi menjadi dua golongan


yaitu golongan eter misalnya eter (dietileter) dan golongan
hidrokarbon halogen misalnya halotan, metoksifluran, etil klorida,
dan trikloretilen.Contoh obat anestesik yang menguap yaitu:

1) Eter

Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap,


berbau mudah terbakar, mengiritasi saluran nafas dan mudah
meledak. Sifat analgesik kuat sekali, dengan kadar dalam darah
arteri 10-15 mg % sudah terjadi analgesik tetapi penderita masih
sadar. Eter pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi
otot karena efek sentral dan hambatan neuromuscular yang
berbeda dengan hambatan oleh kurare, sebab tidak dapat dilawan
oleh neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuromuscular
oleh antibiotik seperti neomisin, streptomisin, polimiksin dan
kanamisin.Eter dapat merangsang sekresi kelenjar bronkus. Eter
diabsorpsi dan disekresi melalui paru dan sebagian kecil
diekskresi juga melalui urin, air susu, keringat dan difusi melalui
kulit utuh.

2) Halotan

Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak


mudah terbakar dan tidak mudah meledak meskipun dicampur
dengan oksigen.Halotan bereaksi dengan perak, tembaga, baja,
magnesium, aluminium, brom, karet dan plastik.Karet larut
dalam halotan, sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak
sehingga pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang
disebut fluotec.Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot
yang ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10
menit untuk induksi sehingga mempercepat digunakan kadar
tinggi (3-4 volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah
0,76% volume.

3) Metoksifluran

Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti


buah, tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar di udara atau
dalam oksigen. Pada kadar anestetik, metoksifluran mudah larut
dalam darah. Anestetik yang kuat dengan kadar minimal 0,16
volume % sudah dapat menyebabkan anestesi dalam tanpa
hipoksia. Metoksifluran tidak menyebabkan iritasi dan stimulasi
kelenjar bronkus, tidak menyebabkan spasme laring dan bronkus
sehingga dapat digunakan pada penderita asma.Metoksifluran
menyebabkan sensitisasi jantung terhadap ketokolamin tetapi
tidak sekuat kloroform, siklopropan, halotan atau
trikloretilan.Metoksifluran bersifat hepatoksik sehingga
sebaiknya tidak diberikan pada penderita kelainan hati.

4) Etilklorida

Merupakan cairan tak berwarna, sangat mudah menguap,


mudah terbakar dan mempunyai titik didih 12-13°C. Bila
disemprotkan pada kulit akan segera menguap dan menimbulkan
pembekuan sehingga rasa sakit hilang. Anesthesia dengan
etilklorida cepat terjadi tetapi cepat pula hilangnya. Induksi
dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit
sesudah pemberian anesthesia dihentikan. Karena itu
etilkloretilen sudah tidak dianjurkan lagi untuk anestetik umum,
tetapi hanya digunakan untuk induksi dengan memberikan 20-30
tetes pada masker selama 30 detik. Etilkloroda digunakan juga
sebagai anestetik lokal dengan cara menyemprotkannya pada
kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit yang beku sukar dipotong
dan mudah kena infeksi karena penurunan resistensi sel dan
melambatnya penyembuhan.

5) Trikloretilen

Merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap,


berbau khas seperti kloroform, tidak mudah terbakardan tidak
mudah meledak.Induksi dan waktu pemulihan terjadi lambat
karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic
trikloretilen cukup kuat tetapi relaksasi otot rangka yang
ditimbulkannya kurang baik , maka sering digunakan pada
operasi ringan dalam kombinasi dengan N2O. untuk anestesi
umum, kadar trikloretilen tidak boleh lebih dari 1% dalam
campuran 2:1 dengan N2O dan oksigen. Trikloretilen
menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin dan
sensitisasi pernafasan pada stretch receptor. Sifat lain
trikloretilen tidak mengiritasi saluran nafas.

c. Obat Anestesi Intravena (Anestetik Parenteral)

Obat ini biasa digunakan sendiri untuk prosedur pembedahan


singkat dan kebanyakan obat anestetik intravena dipergunakan untuk
induksi. Kombinasi beberapa obat mungkin akan saling berpotensi
atau efek salah satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang
lain. Termasuk golongan obat ini adalah:

1) Barbiturat

Barbiturat menghilangkan kesadaran dengan blockade


system sirkulasi (perangsangan) di formasio retikularis.Pada
pemberian barbiturate dosis kecil terjadi penghambatan sistem
penghambat ekstra lemnikus, tetapi bila dosis ditingkatkan sistem
perangsang juga dihambat sehingga respons korteks
menurun.Pada penyuntikan thiopental, Barbiturat menghambat
pusat pernafasan di medulla oblongata.Tidal volume menurun
dan kecepatan nafas meninggi dihambat oleh barbiturate tetapi
tonus vascular meninggi dan kebutuhan oksigen badan
berkurang, curah jantung sedikit menurun.Barbiturat tidak
menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin.Barbiturat
yang digunakan untuk anestesi adalah:

a) Natrium thiopental

Dosis yang dibutuhkan untuk induksi dan


mempertahankan anestesi tergantung dari berat badan,
keadaan fisik dan penyakit yang diderita. Untuk induksi
pada orang dewasa diberikan 2-4 ml larutan 2,5% secara
intermitten setiap 30-60 detik sampai tercapai efek yang
diinginkan. Untuk anak digunakan larutan pentotal 2%
dengan interval 30 detik dengan dosis 1,5 ml untuk berat
badan 15 kg,3 ml untuk berat badan 30 kg, 4 ml untuk berat
badan 40 kg dan 5 ml untuk berat badan 50 kg. Untuk
mempertahankan anesthesia pada orang dewasa diberikan
pentotal 0,5-2 ml larutan 2,5%, sedangkan pada anak 2 ml
larutan 2%. Untuk anesthesia basal pada anak, biasa
digunakan pentotal per rectal sebagai suspensi 40% dengan
dosis 30 mg/kgBB.

b) Natrium tiamilal

Dosis untuk induksi pada orang dewasa adalah 2-4 ml


larutan 2,5%, diberikan intravena secara intermiten setiap
30-60 detik sampai efek yang diinginkan tercapai, dosis
penunjang 0,5-2 ml larutan 2,5% a tau digunakan larutan
0,3% yang diberikan secara terus menerus (drip).

c) Natrium metoheksital

Dosis induksi pada orang dewasa adalah 5-12 ml


larutan 1% diberikan secara intravena dengan kecepatan 1
ml/5 detik, dosis penunjang 2-4 ml larutan 1% atau bila akan
diberikan secara terus menerus dapat digunakan larutan
larutan 0,2%.

2) Ketamin

Merupakan larutan larutan yang tidak berwarna, stabil


pada suhu kamar dan relatif aman.Ketamin mempunyai sifat
analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja singkat.Sifat
analgesiknya sangat kuat untuk system somatik, tetapi lemah
untuk sistem visceral.Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik,
bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Ketamin akan
meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan curah jantung
sampai ± 20%. Ketamin menyebabkan reflek faring dan laring
tetap normal.Ketamin sering menimbulkan halusinasi terutama
pada orang dewasa.Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi
dan dihidrolisis dalam hati, kemudian diekskresi terutama dalam
bentuk utuh. Untuk induksi ketamin secara intravena dengan
dosis 2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium operasi dicapai
dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat
diberikan dosis ulangan setengah dari semula.Ketamin
intramuscular untuk induksi diberikan 10 mg/kgBB, stadium
operasi terjadi dalam 12-25 menit

3) Droperidol dan fentanil


Tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-
kan untuk menimbulkan analgesia neuroleptik.Induksi dengan
dosis 1 mm/9-15 kg BB diberikan perlahan-lahan secara
intravena (1 ml setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O atau O2
bila sudah timbul kantuk. Sebagai dosis penunjang digunakan
N2O atau fentanil saja (0,05-0,1 mg tiap 30-60 menit) bila
anesthesia kurang dalam. Droperidol dan fentanil dapat diberikan
dengan aman pada penderita yang dengan anestesi umum lainnya
mengalami hiperpireksia maligna.

4) Diazepam

Menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang


disertai nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak berefek
analgesik.Juga tidak menimbulkan potensiasi terhadap efek
penghambat neuromuscular dan efek analgesik obat narkotik.
Diazepam digunakan untuk menimbulkan sedasi basal pada
anesthesia regional, endoskopi dan prosedur dental, juga untuk
induksi anestesia terutama pada penderita dengan penyakit
kardiovascular. Dibandingkan dengan ultra short acting
barbiturate, efek anestesi diazepam kurang memuaskan karena
mula kerjanya lambat dan masa pemulihannya lama.Diazepam
juga digunakan untuk medikasi preanestetik dan untuk mengatasi
konvulsi yang disebabkan obat anestesi local.

5) Etomidat

Merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan


untuk induksi anestesi. Obat ini tidak berefek analgesic tetapi
dapat digunakan untuk anestesi dengan teknik infuse terus
menerus bersama fentanil atau secara intermiten. Dosis induksi
eto-midat menurunkan curah jantung , isi sekuncup dan tekanan
arteri serta meningkat-kan frekuensi denyut jantung akibat
kompensasi. Etomidat menurunkn aliran darah otak (35-50%),
kecepatan metabolism otak, dan tekanan intracranial, sehingga
anestetik ini mungkin berguna pada bedah saraf.Etomidat
menyebabkan rasa nyeri ditempat nyeri di tempat suntik yang
dapat diatasi dengan menyuntikkan cepat pada vena besar, atau
diberikan bersama medikasi preanestetik seperti meperidin.

6) Propofol

Secara kimia tak ada hubungannya dengan anestetik


intravena lain. Zat ini berupa minyak pada suhu kamar dan
disediakan sebagai emulsi 1%.Efek pemberian anestesi umum
intravena propofol (2 mg/kg) menginduksi secara cepat seperti
tiopental.Rasa nyeri kadang terjadi ditempat suntikan, tetapi
jarang disertai dengan thrombosis.Propofol menurunkan tekanan
arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan
karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah
jantung.Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi
trakea.Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran
darah ke otak, metabolism otak, dan tekanan intracranial akan
menurun. Biasanya terdapat kejang.

2. Anestesi Lokal

Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat


yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan
impuls saraf ke Sistem Saraf Pusat dan dengan demikian menghilangkan
atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau dingin.

Anestesi lokal adalah teknik untuk menghilangkan atau


mengurangi sensasi di bagian tubuh tertentu.Ada kalangan medis yang
membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil
tubuh seperti gigi atau area kulit. Namun, banyak juga yang menyebut
anestesi lokal untuk anestesi apa pun selain yang menimbulkan
ketidaksadaran umum (anestesi umum). Secara kimia, anestesi lokal
digolongkan sebagai berikut:

1. Senyawa Ester

Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal


sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut
akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil
dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida.
Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain
sebagai prototip.

2. Senyawa Amida

Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan


prilokain.

3. Lainnya

Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.

Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak


digunakan adalah:

a) Anestesi permukaan

Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa


oleh dokter gigi untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga
untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di kulit. Sediaan ini
aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses
penyembuhan luka.

b) Anestesi Infiltrasi

Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui


injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga
mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak
lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan
gigi).

c) Anestesi Blok

Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk


tujuan diagnostik dan terapi.

d) Anestesi Spinal

Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh


pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa
menit.Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian
bawah, perineum atau tungkai bawah.

C. MEKANISME KERJA OBAT ANESTESI

1. Mekanisme Kerja Anestesi Umum

a. Anestesi Inhalasi

Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan


membangkitkan aktivitas neuron berbagai area di dalam
otak.Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang
masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas,
sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit.Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan
harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan
sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian
dan pengeluaran.Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan
anestesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari
gas atau uap yang diinhalasi. Keuntungan anastetika inhalasi
dibandingkan dengan anastesi intravena adalah kemungkinan untuk
dapat lebih cepat mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi.Kebanyakan anastesi umum
tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara
kimiawi dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan
perkiraan bahwa anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP
dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil

b. Anestesi Intravena

Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan


propofol mempunyai mula kerja anestetis yang lebih cepat
dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru, misalnya
desflurane dan sevoflurane.Senyawa intravena ini umumnya
digunakan untuk induksi anestesi.Kecepatan pemulihan pada
sebagian besar senyawa intravena juga sangat cepat.

Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan


bahwa anastesi umum dibawah pengaruh protein SSP dapat
membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil.Hidrat gas ini
mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan
dengan demikian mengakibatkan anastesia.

2. Mekanisme Kerja Anestesi Lokal

Anestesik lokal bekerja bila disuntikkan kedalam akson


saraf.Anestesi lokal melakukan penetrasi kedalam akson dalm bentuk
basa larut lemak. Anestesi lokal bersifat tergantung pemakaian artinya
derajat blok porsional terhadap stimulasi saraf. Hal ini menunjukkan
bahwa makin banyak molekul obat memasuki kanal Na+ ketika kanal-
kanal terbuka menyebabkan lebih banyak inaktivasi. Anestesi lokal
menekan jaringan lain seperti miokard bila konsentrasinya dalam darah
cukup tinggi namun efek sistemik utamanya mencakup sistem saraf pusat.
Adapun mekanisme kerja meliputi :
1. Cegah konduksi dan timbulnya impuls saraf

2. Tempat kerja terutama di membran sel

3. Hambat permeabilitas membran ion Na+ akibat depolarisasi


menjadikan ambang rangsang membran meningkat

4. Eksitabilitas & kelancaran hambatan terhambat

D. AKTIFITAS OBAT ANESTESI

1. Aktifitas Obat Anestesi Lokal

Aktifitas obat anastesi lokal, yaitu:

a) Mula Kerja Anestesi lokal yaitu:

Mula kerja anestetika lokal bergantung beberapa faktor, yaitu:

1) pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak


terionisasi meningkatdan dapat menembus membrann sel saraf
sehingga menghasilkan mula kerja cepat.

2) Alkalinisasi anestetika local membuat mula kerja cepat

3) Konsentrasi obat anestetika lokal

b) Lama kerja Anestesi lokal, yaitu:

Lama kerja anestetika lokal dipengaruhi oleh:

1) Ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestetika local


adalah protein

2) Dipengaruhi oleh kecepatan absorbsi.

3) Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh darah perifer di daerah


pemberian.
E. KONTRA INDIKASI OBAT ANESTESI

1. Kontra Indikasi Anastesi Umum

Kontra indikasi anestesi umum tergantung efek farmakologi pada


organ yang mengalami kelainan dan harus hindarkan pemakaian obat
pada:

a. Hepar yaitu obat hepatotoksik, dosis dikurangi atau obat yang toksis
terhadap hepar atau dosis obat diturunkan

b. Jantung yaitu obat-obat yang mendespresi miokardium atau


menurunkan aliran darah koroner

c. Ginjal yaitu obat yg diekskresi di ginjal

d. Paru-paru yaitu obat yg merangsang sekresi Paru

e. Endokrin yaitu hindari obat yg meningkatkan kadar gula darah/


hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis
pada diabetes karena bisa menyebabkan peninggian gula darah.

2. Kontra Indikasi Anastesi Lokal

Kontra indikasi anestesi lokal yaitu:

1) Alergi atau hipersensitivitas terhadap obat anestesi lokal yang


telah diketahui. Kejadian ini mungkin disebabkan oleh kelebihan
dosis atau suntikan intravaskular.

2) Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau


mendukung teknik tertentu.

3) Kurangnya prasarana resusitasi.

4) Tidak tersedianya alat injeksi yang steril.

5) Infeksi lokal atau iskemik pada tempat suntikan.


6) Pembedahan luas yang membutuhkan dosis toksis anestesi lokal.

7) Distorsi anotomik atau pembentukan sikatriks.

8) Risiko hematoma pada tempat-tempat tertentu.

9) Pasien yang sedang menjalani terapi sistemik dengan antikoagulan.

10) Jika dibutuhkan anestesi segera atau tidak cukup waktu bagi
anestesi lokal untuk bekerja dengan sempurna.

11) Kurangnya kerja sama atau tidak adanya persetujuan dari pihak
penderita.

F. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi anestesi umum di bawah ini termasuk jarang sekali


terjadi. Kemungkinan efek samping dari anestesi umum antara lain:

 Cedera di lokasi penyuntikan


 Infeksi
 Gangguan pernapasan
 Kerusakan saraf jangka pendek
 Reaksi alergi, misalnya serangan asma
 Masih memiliki kesadaran atau rasa sakit selama operasi
 Cedera pada mulut, gigi, bibir atau lidah
 Kerusakan pita suara atau laring
 Kerusakan paru-paru
 Serangan jantung
 Kerusakan otak
 Stroke
 Gagal ginjal
 Gagal hati
 Paraplegia (ekstremitas bawah mengalami kelumpuhan)
 Quadriplegia (kelumpuhan pada 4 anggota tubuh).

G. EFEK SAMPING OBAT ANESTESI

1. Efek Samping Anestesi Umum

Obat-obatan anestesi yang umum dipakai pada pembiusan total


adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan desfluran.Obat
anestesi umum yang ideal haruslah tidak mudah terbakar, tidak meledak,
larut dalam lemak, larut dalam darah, tidak meracuni organ (jantung,
hati, ginjal), efek samping minimal, tidak dimetabolisasi oleh tubuh, dan
tidak mengiritasi pasien.

Obat bius/anestesi umum/total pasti memiliki efek samping di antaranya:

a) Mengiritasi aliran udara, menyebabkan batuk dan spasme laring


(golongan halogen).

b) Menimbulkan stadium kataleptik yang menyebabkan pasien sulit


tidur karena mata terus terbuka (golonganKetamin).

c) Depresi pada susunan saraf pusat.

d) Nyeri tenggorokan.

e) Sakit kepala.

f) Perasaan lelah dan bingung selama beberapa hari.

g) Menekan pernapasan yang pada anestesi dalam terutama


ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling
ringan pada N2O dan eter.

h) Menekan system kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran


dan isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena
eter juga merangsang sistem saraf simpatis, maka efek
keseluruhannya menjadi ringan.

i) Merusak hati dan ginjal, terutama senyawa klor, misalnya


kloroform.

j) Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di


ginjal, sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya.

k) Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan


kedinginan (menggigil) pasca-bedah.

Efek samping tersebut bersifat sementara.Namun, ada pula


komplikasi serius yang dapat terjadi. Untungnya, komplikasi tersebut
sangat jarang, dengan perbandingan 4 komplikasi dalam jutaan pasien
yang diberi obat anestesi.Pencegahan efek samping anestesi yang terbaik
adalah dengan penjelasan selengkap mungkin terhadap pasien mengenai
efek samping dan risiko yang mungkin terjadi, pemeriksaan menyeluruh,
dan pemberian obat anestesi yang tidak melebihi dosis.

2. Efek Samping Anestesi Lokal

Seharusnya obat anestesi lokal diserap dari tempat pemberian obat. Jika
kadar obat dalam darah meningkat terlalu tinggi, maka akan timbul
efek samping pada berbagai sistem organ tubuh, yaitu:

a) Sistem Saraf Pusat

Efek terhadap SSP antara lain ngantuk, kepala terasa


ringan, gangguan visual dan pendengaran, dan kecemasan. Pada
kadar yang lebih tinggi, akan timbul pula nistagmus dan menggigil.
Akhirnya kejang tonik klonik yang terus menerus diikuti oleh
depresi SSP dan kematian yang terjadi untuk semua anestesi local
termasuk kokain.
Reaksi toksik yang paling serius dari obat anestesi local
adalah timbulnya kejang karena kadar obat dalam darah yang
berlebihan. Keadaan ini dapat dicegah dengan hanya memberikan
anestesi local dalam dosis kecil sesuai dengan kebutuhan untuk
anestesi yang adekuat saja. Bila harus diberikan dalam dosis besar,
maka perlu ditambahkan premedikasi dengan benzodiapedin;
seperti diazepam, 0,1-0,2 mg/kg parenteral untuk mencegah
bangkitan kejang.

b) Sistem Saraf Perifer (Neurotoksisitas)

Bila diberikan dalam dosis yang berlebihan, semua anestesi


local akan menjadi toksik terhadap jaringan saraf.

c) Sistem Kardiovaskular

Efek kardiovaskular anestesi local akibat sebagian dari efek


langsung terhadap jantung dan membran otot polos serta dari efek
secara tidak langsung melalui saraf otonom.Anestesi lokal
menghambat saluran natrium jantung sehingga menekan aktivitas
pacu jantung, eksitabilitas, dan konduksi jantung menjadi
abnormal.Walaupun kolaps kardiovaskular dan kematian biasanya
timbul setelah pemberian dosis yang sangat tinggi, kadang-kadang
dapat pula terjadi dalam dosis kecil yang diberikan secara infiltrasi.

d) Darah

Pemberian prilokain dosis besar selama anestesi regional akan


menimbulkan penumpukan metabolit o-toluidin, suatu zat
pengoksidasi yang mampu mengubah hemoglobin menjadi
methemeglobin. Bila kadarnya cukup besar maka warna darah
menjadi coklat.
H. PERSIAPAN ANESTESI

Alat Anestesi Umum yang perlu disiapkan :

 Masker (sesuaikan dengan ukuran wajah pasien)


 Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk
pasien dewasa dengan ukuran sedang… bila lebih besar pakai ukuran 4,
untuk anak gunakan ukuran nomor 2. Jangan lupa untuk mencek lampunya
apakah nyalanya cukup terang)
 Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7)
 Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus
sebagai berikut: (umur +2)/2. misal hasilnya adalah 5 à maka siapkan
ukuran 4.5, 5, dan 5.5
 Jangan lupa mencek ET dengan memompanya
 Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir)
 Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah)
 Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di wajah)
 Stilet (kawat guide saluran nafas)
 Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien anak-anak)
 Jelly
 Precordial
 Kapas alkohol
 Plester
 Xilocain pump
 Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan
tertentu)

Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan:

 Spinocain (ada 3 ukuran. Siapkan nomor 25, 27, 29)


 Spray alcohol
 Betadin
 Kassa steril
 Bantal
 Spuit 5 cc

Obat-Obatan Anestesi Umum: (urutkan di atas meja sesuai urutan di bawah)

 Sulfas Atropin
 Pethidin
 Propofol/ Recofol
 Succinil Cholin
 Tramus
 Sulfas Atropin
 Efedrin

Obat untuk Anestesi Spinal:

 Buvanest atau Bunascan


 Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah
efek buvanest)
 Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency:
 Atropin
 Efedrin
 Ranitidin
 Ketorolac
 Metoklorpamid
 Aminofilin
 Asam Traneksamat
 Adrenalin
 Kalmethason
 furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
 lidocain
 gentamicyn salep mata
 Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
 Methergin (untuk pasien obsgyn)
 Adrenalin

Kelengkapan Kamar Operasi yang jadi tanggung jawab perawat

1. Mesin Anestesi
 cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh à bila tidak,
lakukan pengisian
 pasang kabel mesin dan nyalakan
 pasang pipa oksigen dan N2O
 cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa
 cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di
tempat yang tepat

hal-hal yang penting diketahui:

 aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya.
Ada jalur untuk masker dan ada jalur untuk nasal
 pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi
mengikat CO2. laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat
tua)
 monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita.
Minta ajarkan penata bagaimana membacanya.
 Alat pengatur respira dari spontan ke kontrol
2. Monitor Anestesi
Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi
3. Suction
Cek apakah suction bekerja dengan baik
4. Tangan Meja
5. Bantal
STATICS

Saat seseorang hendak melaksanakan pembedahan, ada hal-hal yang


harus dipersiapkan.Persiapan itu meliputi persiapan pasien, persiapan alat-alat
monitor, persiapan alat-alat anestesi, persiapan obat-obat anestesi, dan
tentunya obat-obat kegawatdaruratan oleh karena tindakan anestesi maupun
tindakan pembedahan.

Salah satu persiapan alat anestesi yang menjadi standar yaitu persiapan
STATICS. STATICS merupakan singkatan untuk mempermudah mengingat
sarana, seperti :

 Scope (stetoscope, laringoscope),


 Tube (pipa endotraceal, LMA),
 Airway device (sarana aliran udara, misal sungkup muka, pipa
oropharing),
 Tape (plaster),
 Inducer (stilet/ forceps Magill),
 Connection ( hubungan antara mesin respirasi/anestesi dengan sungkup
muka, serta penghubung-penghubung yang lain),
 Suction

Berikut akan diperlihatkan gambaran STATICS yang sering terlihat di ruang


operasi :
A. GENERAL ANESTESI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

PRE OPERASI

1. Cemas b/d kurang


Setelah dilakukan -Kaji tingkat
pengetahuan tentang
tindakan keperawatan kecemasan
prosedur operasi
1 x 30 menit cemas
-Bimbing tehnik
( pembiusan ) berkurang/hilang,dg
relaksasi,dan
kriteria hasil:
DS : Pasien mengatakan pendekatan spiritual (

belum tahu tentang - Pasien mengetahui berdoa )


tentang prosedur
-Monitor TTV
pembiusan
prosedur pembiusan
-Orientasikan dengan
-Pasien mengatakan
DO : -Pasien tampak tim anestesi/kamar
siap dilakukan
bingung operasi
-Pasien tidak/ pembiusan -Jelaskan tehnik
pembiusan yang akan
kurang kooperatif -Pasien tampak tenang
dilakukan
-Tanda-tanda vital
dan kooperatif
-Beri motivasi untuk
tidak normal -Tanda-tanda vital
mengungkapkan
normal
perasaan

-Dampingi pasien untuk


mengurangi rasa cemas

-Kolab
INTRA OPERASI
medic:Pemberian obat
1.
penenang
Resiko cidera b/d efek
penggunaan obat-obat
anestesi

DS:-
Setelah dilakukan
DO:-Pasien tampak -Kaji ulang ada
gelisah tindakan keperawatan
tidaknya gigi palsu,
resiko cidera selama
-Pasien tampak perhiasan dan lepaskan
dan setelah pembiusan
bila ada
bergerak tanpa tujuan tidak terjadi,dengan
criteria hasil: -Jaga posisi pasien di
meja operasi dengan
-Selama operasi
sabuk pengaman untuk
pasien tenang/tidak
mencegah injuri terjatuh
bangun
-Bantu saat intubasi
-Pasien aman tidak
dengan memberikan
jatuh
tekanan pada krikoid
-Apgar score 8-10
-Pantau penggunaan
1. POST OPERASI setelah pembiusan obat anestesi dan efek
selesai yang timbul

Pola napas tidak efektif


-Pasien mampu

b/d disfungsi bergerak dengan


neuromuscular efek bertujuan
sekunder penggunaan obat
-Pasien mampu
anestesi umum/pelumpuh
berkomunikasi
otot pernapasan
kembali
DS : -

DO: -Pasien tampak

sesak napas -Jaga jalan napas

-RR meningkat -Monitor frekwensi,

-Sianosis irama
Setelah dilakukan
-Napas pendek dan kedalaman napas
tindakan
-Irama dan keperawatan,selesai -Monitor tanda
frekwensi hipoventilasi
tindakan pembiusan
napas tidak normal pola napas pasien
-Monitor saturasi O2
efektif
kembali,dengan -Kolab
criteria hasil: medis:Pemberian
Oksigen dan antidotum
-Pasien tidak sesak
pelumpuh otot bila
napas
perlu
-Frekwensi dan irama
-Atur posisi tidur dan
napas normal
2. kepala pasien
-Ekspansi dada
-Auskultasi bunyi napas
simetris -Buka jalan napas

Bersihan jalan napas tidak -Tidak ada napas -Bersihkan sekresi pada
efektif b/d penumpukan pendek jalan
secret,oedem jalan
napas,hidung,mulut,dan
napas,obstruksi ( -Tidak sianosis
trachea melalui
muntahan,lidah jatuh )
-TTV normal endotracheal tube
DS : - (ETT)

DO : -Terdapat -Ajarkan batuk efektif


Setelah dilakukan
sekret/lendir
tindakan keperawatan -Kolab medic: terapi O2
di mulut dan
sesudah pasien sadar
hidung
dari efek anestesi
-Pasien kadang umum,bersihan jalan
batuk napas efektif kembali
dengan criteria hasil:
-Frekwensi napas

meningkat/tinggi -Frekwensi dan


kedalaman napas
dan dangkal
normal

-Suara napas bersih

-Tidak sianosis
B. REGIONAL ANESTESI ( RA )

PRE OPERASI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

1. Cemas b/d kurang Setelah dilakukan -Kaji tingkat


pengetahuan tentang tindakan keperawatan 1 x kecemasan
prosedur operasi 30 menit cemas
-Bimbing tehnik
berkurang/hilang,dg
( pembiusan ) relaksasi,dan
kriteria hasil:
pendekatan spiritual
DS:Pasien
- Pasien mengetahui ( berdoa )
mengatakan
tentang prosedur
-Monitor TTV
belum tahu tentang pembiusan
-Orientasikan
prosedur pembiusan -Pasien mengatakan siap
dengan tim
dilakukan pembiusan
DO:-Pasien tampak anestesi/kamar
bingung -Pasien tampak tenang operasi
dan kooperatif
-Pasien kurang/ -Jelaskan tehnik
-Tanda-tanda vital pembiusan yang
tidak kooperatif
normal akan dilakukan
-Beri motivasi untuk
mengungkapkan
perasaan

-Dampingi pasien
untuk mengurangi
rasa cemas

-Kolab
medic:Pemberian
obat penenang

INTRA OPERASI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

1 Resiko gangguan Setelah dilakukan - Kaji tingkat


keseimbangan cairan tindakan keperawatan kekurangan volume
dan elektrolit selama 1x 60 menit cairan
berhubungan dengan gangguan
- Monitor input dan
vasodilatasi pembuluh keseimbangan cairan
output
darah dampak obat dan eletrolit dapat
anestesi teratasi, dengan KH: - Monitor TTV

DS:- - Pasien mengatakan - Kolaborasi


tdk lemas pemberian cairan dan
DO:-Pasien tampak
elektrolit
lemas - Akral kulit hangat
-Akral kulit dingin - Input dan output
berimbang
-TTV tidak normal
- TTV normal

2.

Setelah dilakukan
Gangguan rasa nyaman - Atur posisi pasien
tindakan keperawatan
mual muntah
selama 1x30 menit, -Monitor TTV
berhubungan dengan
mual muntah
sekunder obat regional - Pantau gejala mual
berkurang, dengan KH:
anestesi & muntah
- Pasien tdk muntah
DS:Pasien mengatakan - Pantau jumlah
- Pasien mengatakan muntahan
mual dan mau
mual berkurang
muntah - Observasi input
- Akral kulit hangat output cairan
DO:-Akral kulit dingin
- TTV stabil - Kolaborasi medic
-Pasien tampak
pemberian anti emetic
mual dan muntah

3.

- Beri penghangat
- Mempertahankan
suhu tubuh selama
Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan
anestesi berlangsung
dengan berada atau tindakan keperawatan
terpapar dengan selama 1x30 menit, - Monitor TTV
lingkungan yang dingin hipotermi terkurangi /
- Kolaborasi medik
teratasi, dengan KH:

- Pasien tdk
DS:Pasien mengatakan
menggigil
kedinginan
- Akral kulit hangat
DO:-Pasien tampak
- Perubahan warna
menggigil kulit tidak ada

-Akral kulit dingin

-Ada perubahan
warna

kulit(lebih pucat)

POST OPERASI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

1 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan - Atur posisi pasien


ekstrimitas bawah keperawatan selama 3-4
- Bantu
berhubungan dengan jam pasien mampu
pergerakan ekstrimitas
pengaruh sekunder obat menggerakkan ekstrimitas
bawah
regional anestesi bawah, dengan KH:
- Ajarkan dan
DS:Pasien mengatakan - Pasien mampu
dukung pasien dalam
kaki belum menggerakkan & latihan pergerakan
mengangkat kakinya
bisa digerakkan - Ajarkan teknik
- Tidak ada neuropati pergerakan yang aman
DO:-Kebutuhan mobilitas
- Latihan angkat /
masih tampak dibantu
pergerakan ekstrimitas
bawah

- Lakukan
penilaian dengan
bromage scale
DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan terapi.2007.Jakarta: balai penerbit FKUIJordan, Sue.


2002. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC. 2004Barber, Paul dan Deboran
Robertson. 2009. Intisari Farmakologi untuk Perawat. Jakarta : EGC. 2013

Sunaryo. 1995. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Dalam : ed. Ganiswarna
SG. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru, 1995: 234-47

Nurlianti, Sitti. 2011. Anastesi Lokal. http://lianchingublog.blogspot.com/11


Maret 2018

/anastesi-lokal.html. Diakses pada tanggal 11 Maret 2018 (pukul 15.50 wib)

Novertasari, Blisa. 2011. Anestesi Lokal. http//blisha.wordpress.com

Farmakologi-anestesi-lokal/. Diakses pada tanggal 11 Maret 2018 (pukul


15.54)

Saputra,Arif. 2014. Makalah Anestesi Umum dan


Lokal.http://arifsaputra96.blogspot.

com/2014/01/makalah-farmakologi-tentang-obat.html. Diakses pada tanggal 11


Maret 2018 (pukul 20.19 wib)

Halimah, Nova Nurul. 2013. Makalah Anestesi. http


://peinovenuru.blogspot.com/2013/07/makalan-anestesi.html. Diakses pada
tanggal.11,Maret,2018,(pukul,12.26)Sidauruk,Polobye.2011. ObatAnestesiLok
al.http://polobye.blogspot.com/2011/05/

Anda mungkin juga menyukai