Desrina Gusdaradhanty 1704015041
Kadek Niti Priani 1704015104
Putri Ermawati 1704015256
Shinta Intania Rizki Ramadhan 1704015061
Zella Vesaliana 1704015192
Anastetika
Umum
Katzung,Bertram G. Farmakologi dasar dan Klinik vol.1
Edisi 12. Buku kesokteran EGC
Anestesi umum adalah obat yang
digunakan untuk meniadakan persepsi
terhadap semua rangsang dan dalam
berbagai tindakan pembedahan (operasi).
Mekanisme kebanyakan anestesi umum
belum diketahui, tetapi semua sifatnya
menghilangkan rasa sakit dengan
mendepresi SSP melalui mekanisme yang
belum diketahui sepenuhnya.
Farmakologi Dasar Edisi II
Tanda-tanda dan Tingkat Anestesi
(Farmakologi Dasar Edisi II)
I (Analgesia)
Tahap ini ditandai dengan berkurangnya respon terhadap nyeri, perasaan
enak (euforia) dan hilang kesadaran (tidur)
II (Dilirium)
Terjadi peningkatan tekanan darah,I kecepatan
(Analgesia)
denyut jantung, pernapasan dan tonus
otot. Dalam fase ini dapat terjadi aritmia jantung. Namun karena adanya depresi
hipotalamus menyebabkan masuk pada fase III.
III (Pembedahan)
Terjadi depresi SSP yang dalam, tetapi fungsi jantung dan pernafasan
kembali normal, disertai reflek spinal terhambat dan otot skelet relaksasi.
IV (Paralisis Medulla)
Fase ini terjadi kalau over dosis, yaitu terjadi hambatan pusat
jantung dan pernafasan dimedulla.
Obat Anestesi Umum
Farmakologi Dasar Edisi II
Pemberian Secara
Inhalasi
Pemberian melalui
Injeksi IV
Enfluran Propopol
Halotan Thiofental
Isofluran Etionamin
Nitro Oksida (N₂O) Ketamin
Metoksifluran
Sevofluran
Obat yang Diberikan Bersama Anestesi Umum
Farmakologi Dasar Edisi II
1. Pada SSP
Beberapa obat anestesi merangsang kelenjar pituitari yang dapat
meningkatkan sekresi antidiuretik hormon (ADH). Hal ini menyebabkan
retensi urin setelah pembedahan, efek ini terutama terjadi pada lansia.
2. Pada Jantung
Dapat merangsang timbulnya aritmia.
3. Pada Bronkus
Anestesi yang diberikan secara inhalasi dapat menyebabkan iritasi
pada mukosa saluran pernapasan dan kelenjar liur (salivary). Iritasi
menyebabkan sekresi mukus meningkat, batuk dan kontraksi laring pada
pasien yang tidak sadar.
4. Pada GI
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum selain
konstipasi.
5. Pada Hati
Halotan dan enfluran bersifat hepatotoksik, pemberian berulang
dapat menyebabkan nekrosis hepar.
Anastetika Umum
Keadaan neurofisiologik yang ditimbulkan oleh
anastetika umum ditandai oleh 5 efek primer:
ketidaksadaran, amnesia, analgesia, inhibisi refleks
otonom, dan relaksasi otot rangka.
Anestesia seimbang). Bedah superfisial minor atau
untuk tindakan diagnostik infasif: digunakan sedatif
oral atau parental dikombinasi dengan anastetik lokal
(monitored anesthesia care).
1. Fokus primer: di sinaps
2. Efek pra sinaps: mengubah pelepasan neuron
transmitter
3. Efek pasca sinaps: perubahan frekuensi atau
amplitudo impuls yang keluar dari sinaps
Di tingkat organ:
1. Penguatan inhibisi (saluran klorida dan saluran
kalium) atau berkurangnya eksitasi didalam SSP
(saluran yang diaktifkan oleh asetilkolin: reseptor
nikotinik dan muskarinik; asam amino (reseptor asam
amino-3-hidroksi-5-metil-4-isoksazol-propionat
[AMPA], kainat, dan N-metil-D-aspartat [NMDA];
serotonin (reseptor 5-HT2 dan 5-HT3).
Anastetika Inhalasi
Katzung,Bertram G. Farmakologi dasar dan Klinik vol.1 Edisi 6.
Buku kesokteran EGC
Efek Anastesi Inhalasi Terhadap Sistem Organ
A. Efek Terhadap Kardiovaskular
Anastesi inhalasi mengubah denyut jantung dengan mengubah
depolarisasi nodus sinus secara langsung atau dengan mengubah
keseimbangan aktifitas saraf otonom. Bradikardia mungkin terlihat
pada halotan dan mungkin dihasilkan karena depresi langsung atas
kecepatan atrium. Sbaliknya, metoksifluran dan enfluran
meningkatkan denyut jantung.
2.
monitored anasthesia care
Untuk sedasi ICU serta sedasi sadar dan anastesia umum jangka-pendek
diluar kamar operasi (misalnya kamar radiologi intefensi, ruang gawat
darurat)
Propofol bekerja sebagai sedativ hipnotik tetapi tidak memiliki
efek analgesik. Meskipun obat ini menyebabkan supresi umum
aktifitas SSP namun kadang diamati efek eksikatorik misalnya
kedutan atau gerakan spontan selama induksi anastesia. Propofol
menurunkan aliran darah otak dan laju metabolik otak untuk
oksigen (CMRO2), yang menurunkan tekanan intrakranium (ICP) dan
tekanan intraokulus .
Dosis besar: menyebabkan penekanan letuban di EEG (pemberian
anastetika intravena untuk neuroproteksi selama tindakan bedah
syaraf).
B. Efek Kardiovaskular
Propofol menyebabkan penurunan tekanan
darah sistemik disebabkan vasodilatasi
sirkulasi arteri dan vena, bradikardia berat,
asistol.
Barbiturat menurunkan vasokontriktor otak poten dan
menyebabkan penurunan aliran darah otak, volume darah otak, dan
tekanan intrakranium. Akibatnya golongan ini menurunkan konsumsi
CMRO2. Kecuali metoheksital, golongan barbiturat menurunkan
aktivitas listrik pada EEG dan dapat digunakan sebagai obat anti
kejang.
B. Efek Kardiovaskular
Berkurangnya tekanan darah sistemik
C. Efek Pernapasan
Golongan barbiturat menyebabkan penurunan volume alur nafas
dan kecepatan nafas serta penurunan hiperkapnia dan hipoksia.
Benzodiazepin
Golongan benzodiazepin yang sering digunakan
dalam periode operasi adalah midazolam,
lorazepam, dan yang lebih jarang diazepam .
Benzodiazepin bersifat unik diantara golongan
anastetika intravena yaitu bahwa kerja golongan ini
dapat cepat dihentikan dengan memberikan
antagonis selektif mereka, yaitu flumazenil.
Efek yang paling diinginkan dari obat ini: ansiolitik
dan amnesia retrograd
Efek Pada Sistem Organ
A. Efek pada SSP
Serupa dengan propofol dan barbiturat benzodiazepin
menurunkan CMRO2 dan aliran darah otak, tetapi
dengan derajat lebih ringan.
Benzodiazepin dapat digunakan sebagai antikejang
akibat anestetik lokal
B. Efek Kardiovaskular
jika digunakan untuk induksi anestesia, midazolam
menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik yang
lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh diazepam
dengan dosis setara. Efek midazolam pada tekanan
darah sistemik lebih nyata pada pasien dengan
hipovolemia.
C. Efek Pada Pernapasan
Benzodiazepin menyebabkan depresi pernapasan yang
miinimal. Depresi pernapasan yang lebih parah dapat
terjadi jika benzodiazepin diberikan bersama dengan
opioid.
Etomidat
Etomidat adalah suatu anastetik intravena dengan
efek hipnotik tanpa analgesik dan sering dipilih
karena efeknya yang minimal pada hemodinamika
pasien.
Mekanisme kerja: penguatan arus klorida yang
diperantarai oleh GABAA
Efek Pada Sistem Organ
A. Efek Pada SSP
Vasokonstriktor otak poten dengan berkurangnya
aliran darah otak dan tekanan intrakranium,
menurunkan CMRO2.
B. Efek Kardiovaskular
Penurunan tekanan darah sistemik ringan, efek
lebih nyata jika terdapat hipovolemia.
C. Efek Pernapasan
Efek depresan etomidat pada ventilasi lebih rendah
dibandingkan dengan ditimbulkan oleh barbiturat.
Depresi ventilasi dapat meningkat jika etomidat
dikombinasikan dengan anastetik inhalan atau opoid.
D. Efek Pada Endokrin
Menyebabkan penekanan adrenokorteks
KETAMIN
Ketamin berbeda dari kebanyakan anestetika intravena.
Keadaan khas yang diamati setelah induksi ketamin
adalah “anestesia disosiatif” dimana mata pasien
tetap terbuka dengan tatapan nistagmus lambat.
Meknisme kerja ketamin:
Inhibisi kompleks reseptor NMDA
Efek Pada Sistem Organ
A. Efek Pada SSP
Berbeda dengan anestetika intravena lainnya, ketamin
dianggap sebagai vasodilator otak yang meningkatkan
aliran darah ke otak, serta CMRO2. karena itu ketamin
tidak dianjurkan pada pasien dengan patologi
intrakranium.
Reaksi-reaksi tidak menyenangkan yang dapat timbul
setelah pemberian ketamin merupakan faktor pembatas
utama pemakaian obat ini. Reakdi tersebut misalnya:
mimpi yang terasa nyata, halusinasi , merasa berada di
luar tubuh,
B. Efek Pada Kardiovaskuler
Ketamin dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah sistemik, kecepatan jantung .
C. Efek Pada Pernapasan
Ketamin diperkirakan tidak menyebabkan depresi
pernapasan yang signifikan.
Deksmedetomidin
Deksmedetomidin adalah agonis 2-
adenergik yang sangat selektif.
Efek deksmedetomidin dapat dilawan
oleh obat antagonis 2
Deksmedetomidin larut air dan
tersedia dalam bentuk suntikan.
Efek Pada Organ
A. Efek Pada SSP
Deksmedetomidin menghasilkan efek agonis 2
selektifnya melalui pengaktifan reseptor 2 di SSP.
Hipnosis diperkirakan terjadi karena stimulasi
reseptor 2 di lokus seruleus, dan efek analgesik
berasal dari korda spinalis.
Deksmedetonidin menyebabkan penurunan aliran
darah otak tanpa perubahan signifikan pada tekanan
intrakranium dan CMRO2.
B. Efek Kadiovaskular
Infus deksmedetomidin menyebabkan
penurunan moderat kecepatan jantung dan
resistensi vaskular sitemik sehingga terjadinya
penurunan tekanan darah sistemik.
tidak digunakan secara topikal atau
intravena)
Farmakokinetika : masa kerja 3-6 jam
Toksisitas : eksitasi SSP, kolaps
kardiovaskular (blok volume-besar)
Prilocaine, Mepivacaine
Seperti lidokain (tetapi juga resiko
methemoglobinemia dengan prilocaine)
iskemik di ekstremitas bawah dijadwalkan untuk bedah pintas
femoral-ke poplitea. Ia memiliki riwayat penyakit arteri
koronaria dengan gejala angina stabil. Ia memiliki riwayat
merokok. Obat yang ia gunakan adalah etenolol, atorvastatin,
dan hidroklorotiazid.
Obat anestetik apa yang akan diberikan pada pembedahan
tersebut ?
A. Ketamin
B. Propofol
C. Flumazenil
D. Lidokain
Jawaban :
Pasien ini mengidap resiko jantung signifikan yang melibatkan bedah
besar. Sehingga dilakukan anestesi intravena. Obat yang di
rekomendasikan yaitu Propofol. Hal ini dilihat dari efek
kardiovaskuler pada penggunaan obat anestesi ini yaitu penurunan
tekanan darah sistemik. Jika pasien tersebut diberikan obat
anestesi Ketamin hal ini dapat menyebabkan resiko yang sangat
besar karna penggunaan ketamin sendiri dapat menimbulkan
hipertensi. Untuk obat anetesi lidokain adalah obat untuk anetetik
lokal . Untuk flumazenil adalah obat untuk mengehentikan efek
yang ditimbulkan dari pemakaian obat benzodiazepin
TERIMAKASIH