Anda di halaman 1dari 7

2.

5 TANDA DAN GEJALA KECUKUPAN OKSIGEN

A. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 di tingkat jaringan atau defisiensi oksigen karena
berkurangnya kadar O2 dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan
Organ.
Tanda dan gejala hipoksia :
 Rasa cemas, takut, ansieas, tidak mampu berkonsentrasi.
 Penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan perilaku.
 Disorientasi, peningkatan keletihan, peningkatan frekuensi nadi.
 Peningkatan frekuensi serta kedalaman pernapasan, peningkatan tekanan darah.
 Disritmia jantung (gangguan irama jantung), pucat.
 Sianosis (suatu perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat
adanya hemoglobin yang ersaturasi di kapiler)
 Clubbing dan Dispnea.
Secara umum hipoksia dibagi dalam empat jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Hipoksia hiposik
yaitu bila PO2 darah dari arteri berkurang.
2. Hipoksi anemic
yaitu bila PO2 darah arteri normal namun jumlah hemoglobin yang tersedia untuk
mengangkut O2 berkurang. Saat istirahat, hipoksia akibat anemia tidaklah berat, meskipun
begitu penderita anemia mengalami kesulitan cukup besar waktu melakukan aktivitas fisik
karena adanya keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan pengangkutan O2 ke jaringan
yang aktif.
3. Hipoksia stagnan atau istemik
yaitu bila aliran darah ke jaringan sangat rendah sehingga O2 yang dihantarkan ke jaringan
tidak cukup, meskipun PO2 dan kkonsentrasi hemoglobin normal. Hipoksia akibat sirkulas
yang lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati
dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hiposia stagnan pada gagal jantung
kongestif. Pada keadaan normal, aliran daran ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan
hipotensi jangka panjang untuk menimbulkan kerusakan yang berarti.
4. Hipoksia Histotoksik
yaitu bila jumlah O2 yang dihantarkan ke jaringan memadai, namun oleh karena kerja suatu
agen toksik, sel jaringan tak mampu menggunakan O2 yang diberikan. Hipoksia yang
diberikan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering disebabkan keracunan
sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidase dan mungkin beberapa enzim lainnya. Biru
metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja
dengan membentuk methemoglobin, yang akan bereaksi dengan sianida, menghasilkan
sianmethemoglobin, yakni suatu senyawa non-toksik. Kemampuan pengobatan dengan
menggunakan senyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat
terbentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik juga dapat bermanfaat.

Penyebab Hipoksia
1) Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa O2.
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil O2 dari darah, seperti yang terjadi pada
kasus keracunan sianida.
4) Penurunan difusi O2 dari alveoli ke darah, seperti pada kasus pneumonia.
5) Perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang terjadi pada
syok.
6) Kerusakan ventilasi, seperti yang terjadi pada fraktura iga multiple atau trauma dada.

Tanda dan Gejala Hipoksia


a. Gejala-gejala hipoksia umum tergantung pada tingkat keparahan dan percepatan onset.
Dalam kasus penyakit ketinggian, dimana hipoksia mengembangkan secara bertahap,
gejala-gejala termasuk sakit kepala, kelelahan, sesak napas, perasaan euforia dan mual.
b. Pada hipoksia berat, atau hipoksia onset yang sangat cepat, perubahan tingkat kesadaran,
kejang, koma, priapisme, dan kematian terjadi. Parah hipoksia menginduksi perubahan
warna biru pada kulit, yang disebut sianosis. Karena hemoglobin merah gelap bila tidak
terikat untuk oksigen (deoxyhemoglobin), yang bertentangan dengan warna merah kaya
yang telah ketika terikat oksigen (oksihemoglobin), jika dilihat melalui kulit ini memiliki
kecenderungan meningkat untuk memantulkan cahaya biru kembali ke mata. Dalam
kasus di mana oksigen dipindahkan oleh molekul lain, seperti karbon monoksida, kulit
mungkin muncul 'ceri merah' bukan cyanotic.

B. Hipokapnia
Hipokapnia adalah CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. Hipokapnia juga merupakan
penurunan jumlah karbon dioksida dalam darah yang disebabkan oleh hiperventilasi (pernafasan
cepat). Saat melakukan hiperventilasi volunteer, PCO2 darah arteri akan turun dari 40mmHg
sampai serendah 15 mmHg, sementara PO2 alveolus meningkat sampai 120-140 mmHg. Tanda
dan
Gejala Hipokapnia :
1. Sering mendesah, menguap.
2. Pusing.
3. Palpitasi.
4. Tangan dan kaki kesemutan.
5. Kedutan otot, kejang.

C. Hiperkapnia
Hiperkapnia adalah peningkatam kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan
hipoksia.
Penyebab Hiperkapnia :
1. Penyakit obstruktif saluran napas.
2. Obat-obat yang menekan fungsi pernapasan.
3. Trauma dada atau pembedahan abdominal yang mengakibatkan pernapasan menjadi
dangkal.
4. Kehilangan jaringan paru.
Tanda hiperkapnia :
1. Kekacauan mental yang berkembang menjadi koma.
2. Sakit kepala (vasodilatasi serebral),.
3. Asteriksis atau tremor kasar pada tangan (flaping tremor), disertai tangan dan kaki yang
terasa panas dan berkeringat (akibat vasodilatasi perifer karena hiperkapnia).
Pada penderita dengan gejala tersebut didapatkan peningkatan PCO2 yang tinggi,
asidosis respiratorik berat, dan kadar HCO3 plasma yang dapat melebihi 40 meq/L. Sejumlah
besar HCO3 akan diekskresikan, namun HCO3 yang direabsorpsi lebih banyak lagi sehingga
HCO3 plasma meningkat dan mengkompensasi sebagaian asidosis.
Hiperkapnia kronik akibat penyakit paru kronik dapat mengakibatkan pasien sangat
toleran terhadap PaCO2 yang tinggi, sehingga pernapasan terutama dikendalikan oleh hipoksia.
Dalam keadaan ini, bila diberikan oksigen, pernapasan akan dihambat sehingga hiperkapnia
bertambah berat. Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan hiperkapnia adalah Drive
respiratori yang insufisien, defek ventilatori pump, beban kerja yang sedemikian besar sehingga
terjadi kecapaian pada otot pernafasan dan penyakit intrinsik paru.

D. Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya
PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yang sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan
ginjal.
Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan. Pada
klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan dapat
mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi
dan kemoreseptor yang peka pada karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada
hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila
jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk
bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%
,1 sampai 3 Liter/menit) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk
bernafas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan nafas
terhenti.

Tanda dan gejala hipoventilasi alveolar


1) Pusing.
2) Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksiptal).
3) Disorientasi.
4) Penurunan kemampuan mengikuti instruksi.
5) Disritmia jantung.
6) Ketidakseimbangan elektrolit, Konvulsi, Koma

E. Hiperventilasi
Adalah upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih
cepat dan dalam. Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbon dioksida normal di vena,yang diproduksi melalui metabolisme seluler.
Penyebab Hiperventilasi
a. Tekanan psikis / stres psikis misalnya histeria, takut yang berlebihan, sedih yang
berlebihan atau marah.
b. Napas yang berlebihan menyebabkan perubahan kimiawi darah yaitu meningkatkan level
pH menjadi alkalis.
c. Pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Jika cemas berkurang dan napas
kembali normal, maka hiperventilasi akan mereda.
d. Kecemasan.
e. Alkalosis respiratorik : rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah rendah, demam, over
doosis aspirin. Gejala alkalosis respiratorik dapar membuat penderita cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal pada sekitar bibir dan wajah. Jika keadaan makin memburuk bisa
terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
f. Penyebab kimiawi
Seperti : keracunan salsilat (aspirin) memyebabkan kelebihan stimulus pada pusat
pernapasan karena tubuh berusaha mengompensasi kelebihan karbon dioksida.
Amfetamin juga meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan produksi karbon dioksida.
Hiperventilasi juga dapat terjadi ketika tubuh berusaha mengompensasi asidosis
metabolic dengan memproduksi alkalosis respiratorik. Ventilasi meningkat untuk
menurunkan jumlah karbon dioksida yang tersedia untuk membentuk asam karbonat.

Pengobatan yang Dibutuhkan :


Adalah perlambatan pernafasan jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat
pernafaan dapat meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, berikan obat
pereda rasa nyeri. Atau menghembuskan nafas dalam kantong kertas, dapat membantu
meningkatkan karbondioksida, setelah penderita menghirup karbondioksida yang telah
dihembuskan sebelumnya. Pilihan ini adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafas
selama mungkin. Kemudian menarik nafas dangkal dan menahan nafas kembali hal ini dilakukan
berulang kali dalam satu rangkaian sebanyak 6 kali sampai 10 kali. Apabila kadar
karbondioksida mulai meningkat itu berarti gejala hiperventilasi mulai membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Tujuan ventilasi ialah menghasilkan tegangan karbon dioksida di arteri yang normal dan
mempertahankan tegangan oksigen di arteri yang normal. Hiperventilasi dan hipoventilasi
berkaitan dengan ventilasi alveolar dan bukan berkaitan dengan frekuensi pernapasan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Kusnanto.2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya : Universitas


Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai