Anda di halaman 1dari 71

DISUSUN OLEH:

MEIVANTI DIVA HAPSARI (2008551017)


I PUTU AGUS SAPUTRA (2008551018)
DEWA JULIO ANGGA PURNAMA (2008551019)
KADEK YUNITA LIYANI (2008551020)
NI KADEK IDA RAJESWARI (2008551021)
NI KADEK SRI WULAN ANDIARI (2008551022)
KOMANG AMELIA SYAHRANI PUTRI (2008551023)
NI KOMANG DIANTARI (2008551024)
NI KADEK HERMIASIH (2008551025)
NI KOMANG ASRI WIDAYANTI (2008551026)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
1. MULUT

Sumber : Netter, Frank H. 2014. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th


EDITION. Jakarta: EGC.

1. Anatomi (topografi)/letak
Cavum oris dikelilingi oleh labium oris dan pipi pada bagian samping dan
anterior, palatum molle dan palatum durum di bagian atas dan dasar mulut bagian
bawah. Di dasar cavum oris terdapat lingua dan gigi geligi. Bagian belakang cavum
oris membuka ke oropharynx melalui fauces atau isthmus oropharyngeus yang
dikelilingi di kedua bagian lateralnya oleh plica palatoglossus yang terletak tepat di
depan tonsila palatina. Arcus palatopharyngeus atau pilar posterior dan fauces,
terletak tepat di belakang tonsila palatina. Di dalam cavum oris terdapat ductus-ductus
glandulae salivaniae submandibulanis, parotidea, sublingualis dan beberapa glandula
mucous. Gigi geligi dan processus alveolaris penopangnya membagi cavum oris
menjadi regio vestibularis yang dikelilingi oleh labium oris dan pipi di bagian luar
gigi geligi gusi, dan cavum otis proprlum di dalam arcus dentalis. Bila gigi geligi
saling beroklusi, regio vestibularis akan berhubungan dengan cavum oris bagian
dalam terletak di belakang arcus dentalis (dibelakang gigi molar tiga pada individu
dewasa), melalui spatium yang terbentuk dari gigi-gigi yang sudah tanggal.
Membrana mucosa pada cavum oris melekat erat terhadap tulang di bawahnya, yang
terletak di atas processus alveolaris dan platum durum, sehingga membentuk
muscoperiosteum. Muscoperiosteum mempunyai ikatan yang erat dengan otot-otot
lingua melalui lamina propria, namun tidak berkaitan terlalu erat terhadap muskulo.
buccinator, otot labium oris dan otot-otot palatum molle. Perlekatan muscoperiosteum
ke dasar mulut dan region vestibularis umumnya lebih longgar, sehingga lingua, pipi
dan labium oris dapat bergerak lebih bebas (Anggrawati.2017).
2. Vaskularisasi (Arteri dan Vena)
Vaskularisasi cavum oris berasal dari cabang-cabang arteri facialis, Lingualis
dan Maxillaris. (Anggrawati.2017).
3. Inervasi
Persarafan sensorik bagi membrana mukosa cavum oris berasal dari cabang-
cabang saraf mandibularis dan maxillaris yang merupakan cabang saraf trigeminus
(saraf. cranialis V) (Anggrawati.2017).
4. Limfonodi (Kelenjar getah bening)
Vasa lymphatica dan membrana mukosa cavum oris berdrainase ke
lymphonodus submentales, submandibulares, dan cervicales superiores profundi.
(Anggrawati.2017).
5. Fungsi
Rongga mulut atau Cavum oris adalah pintu gerbang sistem pencernaan
manusia yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Di dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan
saliva berupa perubahan viskositas, derajat keasaman (pH), susunan ion dan protein
saliva. Saliva merupakan cairan mulut kompleks yang terdiri dari campuran sekresi
kelenjar saliva mayor dan minor yang terdapat dalam rongga mulut dan juga hasil
reaksi atas rangsangan pengecapan dan pengunyahan makanan untuk membantu
pencernaan dan penelanan makanan. Pada saat makan saliva juga berfungsi untuk
mempertahankan intergritas gigi, lidah dan membrana mukosa mulut (Putri, 2014).
6. Jenis dan proses yang terjadi
Tahap Proses Pencernaan yang terjadi pada rongga mulut, antara lain :
a. Ingesti
Ingesti merupakan proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke
dalam tubuh melalui proses menelan baik melalui koordinasi gerakan
mengunyah. Tahap pertama pada proses ingesti adalah koordinasi otot lengan
dan tangan membawa makanan ke mulut terjadi proses mengunyah yaitu,
proses penyederhanaan ukuran makanan yang melibatkan gigi, mulut, gusi dan
lidah. Proses mengunyah dilakukan secara sadar dan diatur oleh sistem saraf
pusat.
b. Mastikasi
Mastikasi merupakan proses pemotongan dan penggilingan makanan oleh
gigi.
c. Peristaltis
Peristaltis merupakan gelombang kontraksi otot polos involunteer yang
menggerakkan makanan sehingga tertelan melaui saluran makanan.
d. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang
dibawa ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti terjadi
penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorpsi oleh intestinal.
Organ pencernaan yang berperan pada proses digesti, di antaranya mulut,
faring, esophagus, usus halus dan kolon (Harlan.2018)
2. PHARYNX

(Sumber : ResearchGate, 2018)

1. Anatomi (topografi)/ letak

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,


yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian
anterior kolum vertebra). Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung
ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui
ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring
dan ke bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada
orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal Faring terbagi atas
nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi
mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot (Rusmarjono dan Bambang Hermani,
2007).

2. Vaskularisasi (arteri dan vena)


a. Arteri palatina asenden

Arteri tonsil cabang dari arteri fasialis melewati otot konstriktor superior dan
memasuki kutub inferior dari tonsil. Amandel juga menerima ranting arteri dari
arteri palatina asenden, lingual, palatina desenden, dan faring menaik arteri
b. Arteri faringeal asenden  Merupakan cabang arteri maksilaris interna
c. Vena Paratonsillar

Vena palatina eksterna yang besar (vena paratonsillar) turun dari palatum molle
dan melewati dekat permukaan lateral tonsil sebelum memasuki pleksus vena
faring (Moore et al, 2015).

3. Inervasi
a. Motorik  N. Assesorius melalui fleksus faringeal

Serat motorik di pleksus berasal dari saraf vagus (CN X) melalui cabang faringnya.
Mereka memasok semua otot faring dan langit-langit lunak, kecuali stylopharyngeus
(disuplai oleh CN IX) dan tensor veli palatini (disuplai oleh CN V3). Konstriktor faring
inferior juga menerima beberapa serat motorik dari cabang laring eksternal dan rekuren
dari vagus.

b. Sensorik  Fleksus faringeal dari N. Glosso faringeal

Serat sensorik di pleksus berasal dari CN IX. Mereka memasok sebagian besar
mukosa dari ketiga bagian faring. Pasokan saraf sensorik dari selaput lendir
anterior dan nasofaring superior terutama dari saraf maksilaris (CN V2).
Saraftonsil  yang berasal dari pleksus tonsil saraf, dibentuk oleh cabang CN IX
dan CN X, dan pleksus faring saraf (Moore et al, 2015).
4. Limfonodi (kelejar getah bening)

Pembuluh limfatik tonsil melewati lateral dan inferior ke kelenjar getah bening
di dekat sudut mandibula dan nodus jugulodigastrik. Nodus jugulodigastrik disebut
sebagai nodus tonsil karena sering terjadi pembesaran saat tonsil meradang (tonsilitis),
palatina, lingual, dan faring. membentuk faring Tonsilcincin tonsil, pita jaringan
limfoid melingkar yang tidak lengkap di sekitar bagian superior faring. Bagian antero-
inferior cincin dibentuk oleh tonsil lingual, kumpulan agregasi jaringan limfoid di
bagian posterior lidah (Moore et al, 2015).

5. Fungsi

Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang kelua
rmasuk dan juga sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga
menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara percakapan (Patwa and Shah,
2015).
6. Jenis dan proses yang terjadi

Faring dibagi menjadi beberapi bagian, antara lain :

a. Nasofaring 

Nasofaring terletak tepat di posterior rongga hidung, lebih rendah dari tulang
sphenoid dan lebih tinggi dari langit-langit lunak. Karena lebih unggul dari
titik di mana makanan masuk ke dalam tubuh, nasofaring hanya berfungsi
sebagai saluran udara. Selama menelan, langit-langit lunak dan uvula
terjumbai memantulkan secara superior, tindakan yang menutup nasofaring
dan mencegah makanan memasuki rongga hidung. Ketika seseorang terkikik
sambil minum, tindakan penyegelan ini gagal, dan cairan dapat keluar dari
hidung. Nasofaring terus menerus dengan rongga hidung melalui lubang
hidung posterior, dan epitel semu bersilia mengambil alih pekerjaan
mendorong lendir di mana mukosa hidung lepas, sehingga lendir yang
berdebu dipindahkan ke bawah melalui nasofaring. Tinggi di dinding
nasofaring posterior adalah garis tengah tonsil faring, atau adenoid, organ
limfoid yang menghancurkan patogen yang masuk ke nasofaring di udara.
Sebuah tabung faringotimpani (pendengaran), yang mengalir dari telinga
tengah, membuka ke setiap dinding lateral nasofaring. Tonil pada mukosa
faring posterior pada setiap pembukaan merupakan tonsil tuba, yang
lokasinya memberikan perlindungan telinga tengah terhadap infeksi yang
mungkin menyebar dari faring. 

b. Orofaring 

Orofaring terletak di posterior rongga mulut (mulut); pintu masuknya yang


seperti lengkungan, tepat di belakang mulut, adalah fauces. Orofaring meluas
ke inferior dari tingkat langit-langit lunak ke tingkat epiglotis (penutup
posterior lidah). Makanan yang ditelan dan udara yang dihirup melewati
orofaring. Saat nasofaring menyatu dengan orofaring, lapisan epitel berubah
dari pseudostratified columnar menjadi tebal, pelindung epitel skuamosa
berlapis. Adaptasi struktural ini mencerminkan peningkatan gesekan dan
trauma kimia yang lebih besar yang menyertai perjalanan makanan yang
tertelan melalui orofaring. Dua jenis tonsil tertanam di mukosa orofaring:
tonsil palatina berpasangan terletak di dinding lateral fauces, dan tonsil lingual
tunggal menutupi permukaan posterior lidah. 

c. Laringofaring 

Seperti orofaring yang lebih tinggi darinya, laringofaring berfungsi sebagai jalur
umum untuk makanan dan udara dan dilapisi dengan epitel skuamosa berlapis.
Laringofaring terletak tepat di posterior laring dan terus berlanjut dengan
esofagus, yang mengalirkan makanan dan cairan ke perut, dan laring, yang
mengalirkan udara ke saluran pernapasan. Laringofaring meluas ke tepi inferior
tulang rawan krikoid (Marieb et al, 2017).

Proses yang terjadi pada faring yakni proses menelan. Deglutition (menelan) adalah
proses yang memindahkan bolus makanan (masticated morsel) dari mulut melalui faring dan
kerongkongan ke dalam perut. Makanan padat dikunyah dan dicampur dengan air liur
sehingga membentuk bolus lunak yang lebih mudah ditelan. Deglutisi terjadi dalam tiga
tahap, antara lain :
1) Tahap 1  Sukarela; bolus ditekan ke langit-langit dan didorong dari mulut ke
orofaring, terutama dengan gerakan terkoordinasi dari otot-otot lidah dan langit-langit
lunak. 
2) Tahap 2  Tidak disengaja dan cepat; langit-langit lunak terangkat, menutup
nasofaring dari orofaring dan laringofaring. Faring melebar dan memendek untuk
menerima bolus makanan saat otot suprahyoid dan otot faring longitudinal
berkontraksi, mengangkat laring. 
3) Tahap 3  Tidak disengaja; kontraksi sekuensial dari ketiga otot konstriktor faring
memaksa bolus makanan ke inferior ke kerongkongan. Amandel palatina adalah
kumpulan jaringan limfoid terkonsentrasi di setiap sisi orofaring yang terletak di sinus
tonsil. Sinus berada di antara lengkung palatoglosus dan palatofaringeal (Moore et al,
2015).
3. ESOPHAGUS

Gambar 1.1 Gambar anatomi dari esophagus (kiri: gambar duplikat; kanan: gambar asli),

Sumber gambar: The Esophagus | Abdominal Key (website)

Gambar 1.2 Gambar anatomi dari esophagus dengan vaskularisasi dari pembuluh arteri (kiri:
gambar duplikat; kanan: gambar asli),
Sumber gambar: Murat Ferhat Ferhatoglu and Taner Kıvılcım. 2017. Intech. Anatomy of Esophagus,
chapter from the book Esophageal Abnormalities. Halaman: 9.

Gambar 1.3 Gambar anatomi dari esophagus dengan vaskularisasi dari pembuluh vena (kiri:
gambar duplikat; kanan: gambar asli),

Sumber gambar: Murat Ferhat Ferhatoglu and Taner Kıvılcım. 2017. Intech. Anatomy of Esophagus,
chapter from the book Esophageal Abnormalities. Halaman: 11.

Esophagus adalah tuba muscular, panjangnya 9 sampai 10 inchi (25 cm) dan
berdiameter 1 inchi (2,54 cm). Terdiri dari 4 lapisan (mucosa, submucosa, muscularis
propria, dan adventitia). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati diafragma dan
hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan membuka kearah
lambung. Berikut adalah penjelasan mengenai anatomi (topografi)/letak, vaskularisasi (arteri
& vena), inervasi, limfonodi (kelenjar getah bening), fungsi, jenis dan proses yang terjadi.

1. Anatomi (topografi)/letak
Esophagus biasannya panjangnya 23-25 cm pada orang dewasa dan dibagi
menjadi 3 segmen (gambar 1.1). Segmen esophagus-cervical (dari krikofaring ke
takik suprasternal), toraks (takik suprasternal ke diafragma), dan abdomen (dari
diafragma ke persimpangan esofagogastrik). Segmen cervical bergabung di bagian
anterior dengan trakea oleh jaringan ikat longgar, dan di posterior tubuh dari C6-
C8 oleh facia prevertebralis. Duktus esophagus terletak di sebelah kiri esophagus
di C6 (Neil Prufer, MD. 2019).
2. Vaskularisasi (arteri dan vena)
Pasokan darah pada esophagus dibagi menjadi 2, dari arteri dan dari vena.
Pasokan darah yang berasal dari arteri berasal dari arteri tiroid inferior di bagian
superior, arteri esophagus aorta pada saat masuk ke toraks, dan left gastric artery
dan left phrenic artery di bagian inferior. Sedangkan pasokan yang berasal dari
vena adalah dari sistem azygous dan sistem vena porta.
Pembuluh arteri yang memvaskularisasi esophagus (gambar 1.2) dari atas ke
bawah (inferior thyroid artery, right common carotid artery, esophagial artery of
Luschika, left common carotid artery, right subclavian artery, left subclavian
artery, ascending tracheoesophageal artery, brochial artery, descending
traceoesophagial artery, esophagial artery of Gossart, accessory esophagial artery,
aorta, abdomino-esophagial artery, anterior esophagogastric artery, right phrenic
artery).
Pembuluh vena yang memvaskularisasi esophagus (gambar 1.3) dari atas ke
bawah (right internal jugular vein, left internal jugular vein, right subclavian vein,
left subclavian vein, right and left brachiocephalic vein, superior caval vein,
azygos vein, hemiazygos vein, inferior caval vein, inferior phrenic vein, left
gastric vein, portal vein) (Ferhatoglu, M. F., and Kıvılcım, Taner. 2017).
3. Inervasi (persarafan)
Inervasi untuk esophagus disuplai oleh saraf Vagus, yang berisi motor
parasimpatis serat dan aferen juga, dan saraf tulang belakang toraks (T1 hingga
T10). Inervasi parasimpatis berasal dari ambiguous nuclei of brain. Persarafan
pada esofagus terutama dilakukan oleh vagus yang berakhir di inti dorsal vagal
otak. Esophagus mengambil serat tipis dari kedua saraf recurrent laryngeal. Saraf
laring recurrent kiri lebih dekat dengan lengkung aorta. Di sisi kanan lebih dekat
dengan arteri subklavia.
Sedangkan untuk inervasi simpatis, bagian atas esofagus dipersarafi oleh
pleksus faring, yang diberi nutrisi oleh cervical ganglion bagian atas, ganglion
cervical tengah, dan batang simpatis dari ganglion vertebralis saat berjalan ke
bawah. Bagian superior dari esofagus toraks dipersarafi oleh stellata ganglion dan
subklavia ansa. Bagian bawah esofagus toraks dipersarafi oleh lebih besar saraf
splanknikus yang berakhir di pleksus celiac. Saraf splanknikus mayor kiri dan
inferior kanan phrenic nerve mensarafi bagian abdominal esophagus.
Titik inervasi untuk esophagus dari atas ke bawah (retroesophagial LN, para
esophagial cervical LN, deep cervical LN, supraclavicular LN, perithraceal LN,
periesophagial LN, thraceobronchial LN, hiller LN, inferior periesophagial LN,
posterior mediastinal LN, subdiafragmatic periesophagial LN, pericardial LN)
(Ferhatoglu, M. F., and Kıvılcım, Taner. 2017).
4. Limfonodi (kelenjar getah bening)
Limfatik terletak di setiap lapisan esofagus, tetapi terutama di lamina propria,
terbentuk sistem jaringan raksasa. Limfatik cervical mengosongkan kelenjar getah
bening jugularis interna dan atas kelenjar getah bening trakea. Sistem limfatik
jugularis internal yang membentuk limfatik cervical yang lebih dalam sistem
menghubungkan dengan saluran limfatik di sisi kanan dan saluran toraks di sisi
kiri. Limfatik esofagus dada kosong parietal posterior, diafragma, trakea,
trakeobronkial, retrocardiac, dan kelenjar getah bening infrakardiak. Bagian perut
dari sistem limfatik mengosongkan lambung kiri, kelenjar getah bening
paracardiac, dan semua nodus ini terhubung ke kelenjar getah bening celiac.
Kelenjar getah bening seliaka mengosongkan cisterna chyli atau duktus toraks.
Kelenjar getah bening parietal posterior termasuk kelenjar getah bening
mediastinum posterior dan kelenjar getah bening interkostal dan terhubung
dengan saluran toraks atau saluran limfatik kanan. Hanya bagian posterior
diafragma kelenjar getah bening terhubung ke sistem limfatik esofagus, dan
kelenjar getah bening ini kosong ke kelenjar getah bening parietal posterior.
Kelenjar getah bening trakea atau paratrakeal terletak di dua sisi trakea, dan
trakeobronkial. kelenjar getah bening terletak di sekitar percabangan trakea.
Tuberkulosis, yang menyebabkan nekrosis dan fibrosis kelenjar getah bening
trakeobronkial, bentuk divertikula traksi esofagus. Kedua sistem limfatik ini
membentuk rantai limfatik mediastinum yang bermuara saluran toraks atau
saluran limfatik kanan (Ferhatoglu, M. F., and Kıvılcım, Taner. 2017).
5. Fungsi
Esofagus mengoordinasikan pengangkutan makanan dan cairan dari mulut ke
perut melalui sebuah proses menelan. Persimpangan esofagogastrik (OGJ) adalah
penghalang fisiologis yang mengurangi refluks isi lambung. Selaras, proses ini
membatasi kontak bolus yang tertelan, asam refluks dan bahan kimia lainnya
dengan mukosa esofagus (Sweis, Rami. 2014).
6. Jenis dan proses yang terjadi
Esophagus merupakan bagian dari sistem pencernaan yang dapat dibagi
menjadi beberapa bagian seperti, cervical esophagus, upper thoracic esophagus,
middle thoracic esophagus, dan lower thoracic esophagus yang berisi epigastric
junction (EGJ).
Pada dasarnya proses yang terjadi pada esophagus adalah proses menelan
makanan (swallowing). Menurut W.G. Paterson, S. Mayrand dan C.D. Mercer
(2005) proses yang terjadi di esophagus dibagi menjadi 4 seperti berikut,
Deglutisi: Peristaltik Primer, Fungsi Sfingter Esofagus Bagian Atas (UES),
Peristaltik Tubuh Esofagus, dan Fungsi Sfingter Esofagus Bawah (LES).
a. Deglutisi (peristaltik primer)
Tindakan deglutisi adalah aktivitas refleks yang kompleks. Fase awal
sudah di bawah voluntary control. Makanan dikunyah, dicampur dengan air
liur dan dibentuk menjadi bolus berukuran tepat sebelum didorong ke faring
posterior oleh lidah. Setelah bolus mencapai faring posterior, reseptor
diaktifkan yang memulai fase deglutisi yang tidak disengaja. Ini melibatkan
kehati-hatian kontraksi berurutan dari segudang otot kepala dan leher. Bolus
makanan adalah dengan cepat ditelan dan didorong ke arah esofagus oleh
faring otot konstriktor. Bersamaan dengan itu terjadi aktivasi otot yang
mengangkat langit-langit dan menutup serta meninggikan laring untuk
mencegah penyesatan bolus. Hampir segera setelah aktivasi refleks ini, UES
terbuka cukup lama untuk memungkinkan bolus makanan lewat; itu kemudian
mati dengan cepat untuk mencegah bagian mundur bolus. Fase oropharyngeal
demikian selesai dan fase esofagus mengambil alih. Ini melibatkan dua
aktivitas: (1) kontraksi berurutan dari otot melingkar tubuh esofagus, yang
menghasilkan gelombang kontraktil yang bermigrasi ke arah perut; dan (2)
relaksasi dan pembukaan LES, yang memungkinkan bolus untuk lulus. Urutan
peristaltik dan relaksasi UES dan LES terkait yang disebabkan oleh menelan
disebut peristaltik primer. Ini bisa jadi dinilai secara manometrik
menggunakan tabung intraluminal untuk mengukur tekanan.
b. Fungsi Sfingter Esofagus Bagian Atas (UES)
UES berfungsi sebagai penghalang tekanan untuk mencegah aliran
retrograde esofagus isi dan masuknya udara ke kerongkongan selama inspirasi.
Zona tekanan tinggi ini dibuat oleh kontraksi tonik otot UES, yaitu diproduksi
oleh pelepasan neuron tonik dari neuron motorik bawah vagal. Dengan
deglutition pelepasan saraf ini berhenti sementara dan memungkinkan
relaksasi dari UES. Pembukaan UES tidak akan terjadi hanya dengan relaksasi
otot; itu membutuhkan elevasi dan perpindahan anterior laring, yang dimediasi
oleh kontraksi otot suprahyoid. Relaksasi hanya berlangsung satu kali kedua
dan diikuti oleh kontraksi postrelaxation
c. Peristaltik Tubuh Esofagus
Ada perbedaan mendasar dalam mekanisme kendali gerak peristaltik
antara esofagus bagian atas (otot lurik) dan bagian bawah (otot polos)
kerongkongan. Pada segmen otot lurik, gerakan peristaltik dihasilkan dengan
menembakkan neuron motorik bawah vagal secara berurutan sehingga segmen
atas berkontraksi terlebih dahulu. dan lebih banyak segmen aboral selanjutnya.
Pada segmen otot polos, serabut eferen preganglionik vagal memiliki beberapa
peran dalam urutan aboral kontraksi, tetapi neuron intrinsik juga mampu
membangkitkan gerak peristaltik secara independen dari sistem saraf
ekstrinsik. Transeksi serabut motorik vagal ke kerongkongan pada hewan
percobaan akan menghapus peristaltik primer di seluruh kerongkongan;
Namun, dalam pengaturan ini, peristaltik yang diinduksi distensi atau
sekunder akan dipertahankan di otot polos tetapi tidak di segmen otot lurik.
Selanjutnya, jika serabut eferen vagal dirangsang elektrik, kontraksi simultan
akan diproduksi di esofagus otot lurik yang dimulai dengan dimulainya
rangsangan listrik, berlangsung selama rangsangan, dan berakhir tiba-tiba saat
rangsangan tersebut diakhiri. Di esofagus otot polos, bagaimanapun, respon
terhadap vagal Stimulasi saraf eferen sangat berbeda, dalam hal permulaan
kontraksi tertunda relatif terhadap permulaan stimulus. Latensi permulaan
kontraksi meningkat di segmen yang lebih distal dari esofagus (yaitu,
kontraksi yang ditimbulkan bersifat peristaltik).
Pengamatan eksperimental ini menunjukkan bahwa mekanisme
neuromuskuler intrinsik ada dan dapat memediasi gerak peristaltik sendiri.
Bukti lebih lanjut untuk mekanisme ini ditemukan dalam penelitian di mana
strip otot polos melingkar esofagus distimulasi secara elektrik in vitro. Latensi
untuk kontraksi setelahnya stimulasi terpendek di strip yang diambil dari otot
polos proksimal segmen dan meningkat secara progresif di strip yang lebih
distal.
Gradien latensi kontraksi ini jelas penting dalam produksi dari
peristaltik esofagus. Meskipun mekanisme pastinya tidak jelas, awalnya atau
penghambatan deglutitif penting. Dengan peristaltik primer atau sekunder, a
gelombang penghambatan yang dimediasi secara saraf awalnya menyebar
dengan cepat ke esofagus. Hal ini disebabkan oleh pelepasan inhibitor
neurotransmitter nitric oxide, yang menghasilkan hiperpolarisasi
(penghambatan) sirkular halus. otot. Hanya setelah pemulihan dari
hiperpolarisasi awal itu kontraksi otot esofagus (yang dimediasi terutama oleh
kolinergik neuron) dapat terjadi. Jadi, durasi penghambatan awal ini penting
sehubungan dengan waktu diferensial dari kontraksi selanjutnya. Kerusakan
mekanisme di balik gradien latensi ini mengarah ke nonperistaltik kontraksi
dan disfagia. Permasalahan seperti itu bisa disebabkan oleh masalah dengan
mekanisme saraf intrinsik (sistem saraf enterik) atau urutan saraf pusat.
d. Fungsi Sfingter Esofagus Bawah (LES)
LES adalah zona tekanan tinggi intraluminal yang disebabkan oleh
kontraksi tonik daerah otot polos melingkar yang berbeda secara fisiologis di
persimpangan kerongkongan dan perut. Hal ini menghasilkan penghalang
tekanan yang memisahkan kerongkongan dari lambung dan berfungsi untuk
mencegah refluks isi lambung naik ke kerongkongan. Pada individu normal,
rata-rata tekanan LES istirahat antara 10 dan 30 mmHg di atas tekanan
intragastrik. Pasien dengan tekanan LES istirahat yang sangat lemah
cenderung mengembangkan penyakit gastroesophageal reflux (GERD).
Berbeda dengan UES, nada istirahat dari LES biasanya disebabkan terhadap
faktor miogenik yang menyebabkan kontraksi tonik sfingter. Ekstrinsik
persarafan serta hormon yang bersirkulasi dapat mengubah nada istirahat;
Namun, serat otot itu sendiri memiliki sifat inheren yang menyebabkannya
dikontrak secara tonik.
Pada saat deglutisi atau saat kerongkongan membengkak, LES segera
rileks. Relaksasi LES yang diinduksi menelan dimediasi oleh vagal serat
eferen yang bersinaps di neuron penghambat pleksus mienterika. Itu
neurotransmitter penghambat yang dilepaskan dari neuron intrinsik ini adalah
nitrat oksida. Relaksasi LES biasanya berlangsung sekitar lima hingga tujuh
detik, dan cukup untuk menghilangkan penghalang tekanan gastroesofagus. Ini
mengizinkan makanan bolus untuk lewat tanpa hambatan dari kerongkongan
ke perut. LES juga rileks untuk memungkinkan sendawa atau muntah.
Relaksasi LES terlihat tidak memadai akalasia dan menyebabkan disfagia.
4. GASTER

Sumber : Henry Gray (1821-`1865) Anatomy Of The Human Body. 1918

1. Anatomi
Lambung (Gaster/Stomach) adalah organ datar berbentuk J terletak di kuadran kiri
atas abdomen. Pada batas atasnya bergabung dengan esofagus beberapa sentimeter di
bawah diafragma. Batas bawahnya menyatu dengan duodenum, tepat di sebelah
kanan dari garis tengah. Lambung dapat sangat mengembang dan ukurannya bervariasi,
tergantung pada volume makanan yang ada.
Untuk tujuan deskripsi makroskopis, lambung dapat dibagi menjadi empat
bagian: kardia, fundus, korpus (atau badan), dan antrum. Batas superomedial disebut
kurvatura minor, dan batas inferolateral disebut kurvatura mayor. Kardia berada distal
dari batas bawah esofagus. Ini adalah daerah yang meluas 1 sampai 3 cm dari
persambungan gastroesofageal. Fundus adalah bagian dari lambung yang terletak di
atas persambungan gastroesofageal, tepat di bawah hemidiafragma kiri. Antrum
mencakup sepertiga distal lambung, proksimal dari sfingter pilorik (pilorus), sisanya
disebut sebagai korpus. Persambungan antara antrum dan korpus kurang berbatas
tegas. Dari pemeriksaan luar, mencakup bagian lambung sebelah distal dari
incisura, pada lekukan kurvatura minor. Secara internal, mukosa lambung terdiri
dari lipatan kasar disebut rugae. Ini terlihat saat lambung masih kosong tapi menjadi
datar ketika mengalami distensi. Rugae paling menonjol pada daerah korpus dan
fundus karena dilatasi utama untuk mengakomodasi makanan terjadi disini. Antrum
ditandai dengan mukosa yang lebih datar dan lebih kuat menempel pada submukosa
dibawahnya.

Dinding lambung memiliki empat lapisan: mukosa, submukosa, muskularis


propria, dan subserosa. Selain mukosa, lapisan-lapisan ini secara struktural mirip
dengan dinding usus pada tempat lain di saluran pencernaan. Bila dilihat dari dekat,
permukaan mukosa dibagi oleh lekukan tipis disebut areae gastricae, yang secara
struktural menetap dan tidak mendatar ketika lambung mengembang. Dapat dilihat
dengan baik ketika mukosa dilihat menghadap kedepan dengan lensa tangan. Areae
gastricae bisa ditunjukkan secara radiologis melalui pemeriksaan barium kontras
ganda tetapi juga dapat dikenali pada pemeriksaan histologi terutama dari spesimen
gastrektomi, yang tampak sebagai sedikit depresi pada permukaan yang halus.
(Kusumawati.2014)& (Williams & Wilkins, 2007)

2. Vaskularisasi
Perdarahan gaster berasal dari arteri gastrica sinistra yang berasal dari truncus
coeliacus, arteri gastric dekstra yang dilepaskan dari arteri hepatica, arteri
gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastroepiploica cabang dari
arteri gastricaduodenalis, arteri gastro- omentalis yang berasal dari arteri splenica, dan
arteri gastrica breves berasal dari distal arteri splenica. (Netter, 2014)..
Vena-vena gaster mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal letak dan
lintasan. Vena gastrica dekstra dan vena-vena gastrica sinistra mencurahkan
isinya ke dalam vena porta hepatis, dan vena gastrica breves dan vena gastroomentalis
membawa isinya ke vena splenica yang bersatu dengan vena mesentrika superior untuk
membentuk vena porta hepatis. Vena gastroomentalis dekstra bermuara dalam vena
mesentrica superior. (Netter, Frank H. 2014).

3. Inervasi
Persarafan simpatis preganglionik gaster melintasi diafragma di kedua sisi
sebagai nervi splanchnici major dan minor, bersinaps ke neuron simpatis postganglionik
pada pangkal truncus coeliacus. Inervasi simpatis mengimbangi efek parasimpatis
dengan mengurangi produksi asam gaster, gerak peristaltik, serta perfusi (Paulsen, F & J.
Waschke. 2013).

4. Suplai Saraf
Suplai saraf simpatis ke lambung berasal dari pleksus celiac melalui saraf yang
mengikuti arteri gastrik dan gastroepiploika. Cabang saraf juga diterima dari saraf
frenikus kiri dan kanan. Pasokan parasimpatisnya merupakan saraf vagus via anterior
utama dan posterior trunks yang terletak berdekatan dengan persambungan
esofagogastrik. Setelah memasuki abdomen, saraf vagus anterior mengeluarkan cabang
hepatika, dan saraf vagus posterior mengeluarkan cabang celiac. Oleh karena itu, truncal
vagotomy di atas cabang tersebut menghasilkan denervasi tidak hanya pada lambung
tetapi seluruh saluran pencernaan. Pemotongan di bawah daerah ini hanya menyebabkan
denervasi gaster. Vagotomy sangat selektif (denervasi korpus gaster) dicapai dengan
pemotongan cabang lateral karena kedua saraf utama gaster tersebut melalui
sepanjang kurvatura minor, dengan menjaga bagian ujung vagus yang mensuplai antrum.
Tidak ada pleksus saraf sejati pada lapisan subserosal lambung tetapi terkonsentrasi
di pleksus Meissner di submukosa dan pleksus Auerbach antara serat sirkular dan
longitudinal dari muskularis propria. (Williams & Wilkins,2007).

5. Limfatik
Pembuluh limfe gaster mengikuti arteri sepanjang curvatura mayor dancurvatura
gastric minor. Pembuluh-pembuluh ini menyalurkan limfe dari permukaan ventral dan
permukaan dorsal lambung kedua curvatura tersebut utuk dicurahkan ke dalam nodi
lymphoidei gastroepiploici yang tersebar ditempat tersebut. Pembuluh eferen dari
kelenjar limfe ini mengikuti arteri besar ke nodi lymphoidei coeliaci. Persarafan gaster
parasimpatis berasal dari truncus vagalis anterior dan truncus vagalis posterior serta
cabangnya. Persarapan simpatis berasal dari segmen medula spinalis T6-T9 melalui
plexus coeliacus dan disebarkan melalui plexus sekeliling arteria gastrica dan arteria
gastroomentalis (Netter, Frank H. 2014)..

6. Fungsi
Gaster memiliki dua fungsi utama yaitu, fungsi pencernaan dan fungsi motorik.
Fungsi pencernaan dan sekresi lambung berkaitan dengan pencernaan protein, sintesis
dan sekresi enzim-enzim pencernaan. Selain mengandung sel-sel yang mensekresi
mukus, mukosa lambung juga mengandung dua tipe kelenjar tubular yang penting yaitu
kelenjar oksintik (gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik terletak pada bagian
corpus dan fundus lambung, meliputi 80% bagian proksimal lambung. Kelenjar pilorik
terletak pada bagian antral lambung. Kelenjar oksintik bertanggung jawab membentuk
asam dengan mensekresikan mukus, asam hidroklorida (HCl), faktor intrinsik dan
pepsinogen. Kelenjar pilorik berfungsi mensekresikan mukus untuk melindungi mukosa
pilorus, juga beberapa pepsinogen, renin, lipase lambung dan hormon gastrin. Fungsi
motorik lambung terdiri atas (1) penyimpanan sejumlah besar makanan sampai
makanan dapat diproses dalam duodenum, (2) pencampuran makanan dengan
sekresi lambung hingga membentuk suatu campuran setengah cair yang disebut kimus
(chyme) dan (3) pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus dengan lambat pada
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi dalam usus halus. Mukosa gaster
merupakan barier antara tubuh dengan berbagai bahan, termasuk makanan, produk-
produk pencernaan, toksin, obat-obatan dan mikroorganisme yang masuk lewat saluran
pencernaan. Bahan-bahan yang berasal dari luar tubuh maupun produk-produk
pencernaan berupa asam dan enzim proteolitik yang dapat merusak jaringan mukosa
gaster. Oleh karena itu, gaster memiliki sistem protektif yang berlapis-lapis dan sangat
efektif untuk mempertahankan keutuhan mukosa lambung. Proteksi (faktor pertahanan)
tersebut dilakukan oleh adanya beberapa faktor:
 Faktor pre-epitelial
Faktor pre-epitelial merupakan faktor proteksi paling depan saluran
pencernaan yang letaknya meliputi secara merata lapisan permukaan sel epitel
mukosa saluran pencernaan. Cairan mukus dan bikarbonat yang disekresikan
oleh kelenjar-kelenjar dalam mukosa gaster berfungsi sebagai faktor preepitelial
untuk proteksi lapisan epitel terhadap enzim-enzim proteolitik dan asam
lambung. Bikarbonat berfungsi menetralisir keasaman di sekitar lapisan sel
epitel. Suasana netral dibutuhkan agar enzim-enzim dan transpor aktif di
sekeliling dan dalam lapisan sel epitel mukosa dapat bekerja dengan baik. Mukus
adalah sekresi kental yang terutama terdiri dari air, elektrolit dan campuran
beberapa glikoprotein, yang terdiri dari sejumlah besar polisakarida yang
berikatan dengan protein dalam jumlah yang lebih sedikit. Menurut teori dua
komponen barier mukus dari Hollander, lapisan mukus lambung yang tebal dan
liat merupakan garis depan pertahanan terhadap autodigesti. Lapisan ini
memberikan perlindungan terhadap trauma mekanis dan kimia. Mukus
menutupi lumen saluran pencernaan yang berfungsi sebagai proteksi mukosa.
Fungsi mukus sebagai proteksi mukosa: (a) pelicin yang menghambat kerusakan
mekanis (cairan dan benda keras), (b) barier terhadap asam, (c) barier terhadap
enzim proteolitik (pepsin) dan (d) pertahanan terhadap organisme patogen

 Faktor epitelial Integritas dan regenerasi lapisan sel epitel berperan penting
dalam fungsi sekresi dan absorbsi dalam saluran pencernaan. Kerusakan sedikit
pada mukosa (gastritis/duodenitis) dapat diperbaiki dengan mempercepat
penggantian sel-sel yang rusak. Sel-sel epitel saluran pencernaan terus menerus
mengalami pergantian dan regenerasi setiap 1-3 hari dipengaruhi oleh banyak
faktor
 Faktor sub-epitelial Integritas mukosa lambung terjadi akibat penyediaan glukosa
dan oksigen secara terus menerus. Aliran darah mukosa mempertahankan mukosa
lambung melalui oksigenasi jaringan yang memadai dan sebagai sumber energi.
Selain itu, fungsi aliran darah mukosa adalah untuk membuang atau sebagai buffer
difusi balik ion H+. 4. Proteksi oleh sistem imun lokal dan sistemik Sistem
pencernaan juga diproteksi oleh sistem imun baik lokal maupun sistemik serta
sistem limfe terhadap berbagai toksin, obat dan bahan lainnya. Sistem imun lokal
terdapat dalam saluran pencernaan, sedangkan sistem imun sistemik terdapat
dalam sistem peredaran darah. Komponen dari sistem imun dalam saluran cerna
adalah sel-sel radang lokal saluran cerna (sel plasma, limfosit, monosit) dan
jaringan limpoid yang bersifat sistemik. Selain beberapa faktor pertahanan di atas,
pada selaput lendir saluran pencernaan juga terdapat komponen protektif mukosa
yaitu prostaglandin (PG). Prostaglandin merupakan kelompok senyawa turunan
asam lemak arakhidonat yang dihasilkan melaui jalur siklooksigenase (COX).
Prostaglandin meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap iritasi mekanis,
osmotis, termis atau kimiawi dengan cara regulasi sekresi asam lambung, sekresi
mukus, bikarbonat dan aliran darah mukosa. Dalam suatu telaah telah ditunjukkan,
bahwa pengurangan prostaglandin pada selaput lendir lambung memicu terjadinya
ulkus. Hal ini membuktikan salah satu peranan penting prostaglandin untuk
memelihara fungsi barier selaput lendir (Williams & Wilkins, 2007).
7. Proses
Setelah makanan masuk ke gaster terjadi pencernaan secara mekanik oleh gerak
otot-otot dinding gaster dan secara kimiawi oleh sekret yang dikeluarkan oleh mukosa
gaster. Mukosa gaster menghasilkan:

 Asam hidroklorik yang berfungsi sebagai anti kuman


 Faktor intrinsik (oleh sel parietal pada fundus gaster) yang berperan dalam
 absorpsi vitamin B12
 Pepsinogen yang berfungsi memecah protein
 Lipase gastrik (oleh sel chief pada fundus gaster) berfungsi memecah lemak,
 meskipun tidak seefektif lipase pancreas.
 Hormon gastrin (oleh sel G) yang berfungsi memacu kerja enzim pencernaan
 Histamin (oleh sel enterokromafin), endorfin, serotonin, cholecystokinin, dan
 somatostatin (yang dihasilkan oleh sel enteroendokrin gaster)
Mukus (oleh sel goblet) bersifat protektif terhadap mukosa lambung Absorbsi juga
terjadi pada lambung walau hanya sedikit, bahan yang diabsorbsi pada lambung bersifat
sangat larut lemak, seperti alkohol dan beberapa jenis obat seperti aspirin dalam jumlah
kecil. Setelah makanan masuk ke dalam lambung, 1-2 jam kemudian campuran
makanan dengan sekret lambung berbentuk cairan tebal semi-liquid yang disebut
dengan chymus dan masuk ke usus halus.( Kusumawati, A., A., T. 2014).
5. DUODENUM,JEJUNUM,ILEUM

Gambar Duodenum (Armin,Hubertus.2017)


Gambar Jejunum dan Ileum (Keith L.Moore,dkk.2014)

1. Anatomi (Topografi)/ Letak


Duodenum merupakan usus halus yang memiliki panjang sekitar 10 inci (25
cm) yang merupakan organ penghubung antara gaster dan jejenum,dimulai dari akhir
pylorus lambung, disebelah kanan tulang belakang pada vertebra lumba 1, kemudian
membentuk C-shaped curve mengelilingi kaput pankreas dan akhirnya berhubungan
dengan jejenum disebelah kiri vertebra lumba 2. Duodenum merupakan bagian paling
proksimal,paling lebar,peling pendek, dan paling sedikit pergerakannya dari bagian
usu halus lainnya. Satu inci (2,5cm) duodenum menyerupai gaster, yang permukaan
anterior posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus, yang
melekat pada pinggir atasnya, dan omentum majus yang melekat pda pinggir
bawahnya. Bursa omentalasi terletak dibelakang segme yang pendek ini, sisa
duodenum yang lainnya teletak di retroperineal dan hanya sebagian saja yang diliputi
oleh peritoneum. Duodenum terletak pada ragio epigastrica dan umbilicalis.
Duodenum mmiliki bentuk melengkung dan pada lengkungan ini terdapat pankreas,
dinding duodenum ini tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis membentuk
mukosa otot (Syaifuddin.2011).
Jejunum merupakan bagian kedua dari usus halus, dimulai dari flexura
duodenojejunalis dimana traktus gastrointestinalis kembali menjadi intraperitoneal.
Sebagian besar jejenum berada di kuadran kiri atas abdomen dan lebih besar
diameternya serta memiliki dinsing yang lebih tebal dibandingan ileum. Lapisan
bagian dalam mukosa jejunum ditandai dengan adanya banyak lipatan tonjolan yang
mengelilingi lumennya atau plika sirkularis. Karakteristik jejunum adalah adanya
arcade arteriae yang kurang jelas dan vasa recta yang lebih panjang dibandingkan
dengan yang ada di ileum. Jejunum memiliki panjang 2-3 meter, berkelok-kelok, dan
terdapat disebelah kiri atas dari intestinum minor dengan perantaranya yaitu lipatan
peritoneum berbentuk kipas (mesentrium)(Syaifuddin.2011).
Ileum merupakan bagian ketiga dari usus halus yang akan berakhir pada
ileocecal junction. Dibandingkan dengan jejenum, ileum memiliki dinding yang lebih
tipis, lipatan-lipatan mukosa atau plika sirkularis yang lebih sedikit dan kurang
menonjol, vasa recta yang lebih pendek, lemak mesenterium lebih banyak, dan lebih
banyak arcade arteriae. Ujung batas jejunum dan ileum tidak jelas,panjang ileum kira-
kira 4-5 meter, Ileum adalah ussu halus yang terletak di sebelah kanan bawah dan
berhubungan dengan sekum (Syaifuddin.2011).

2. Vaskularisasi (Arteri dan vena)


Vaskulrisasi duodenum berasal dari cabang arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior.Anastomosis antara arteri ini akan menghubungkan sirkulasi
antara trunkus seliakus dengan arteri mesentrika superior. Arteri ini membagi aliran
darahnya ke kaput pankreas, sehingga reseksi terhadap pankreas atau duodenum
secara terpisah adalah satu hal yang hamper tidak mungkin dan dapat berakibat fatal.
Arteri pankreatikoduodenal superior adalah cabang dari arteri gastroduodenale, dan
arteri pankreatikoduodenal inferior adalah cabang dari arteri mesentrika superior.
Kedua arteri ini bercabang menjadi dua dan berjalan bersebelahan anterior dan
posterior pda cekungan antara bagian descending dan bagian tranversal duodenum
dengan kaput pankreas, kemudian beranastomosis sehingga bagian anterior dan
posterior masing-masing membentuk cabang sendiri (Keith L.Moore,dkk.2014).
Vena tersusun parallel bersamaan dengan arteri pankreatikoduodenal anterior
dan posterior. Anastomosis cabang posterior berakhir di atas vena porta, dibawahnya
vena mesenterika superior (SMV). Vena posterosuperior pankreatikoduodenal
mungin berjalan dibelakang saluran tadi, vena ini akan berakhir pada tepi kiri sebelah
bawah dari SMV. Pda tempat tersebut, vena tadi akan bergabung dengan vena
pankreatiduodenal inferior anterior. Sebagian besa aliran vena pada cabang anterior
ini berasal dari Trunkus gastrokolika atau Henle’s trunk. Pembuluh arteri yang
memperdarahi separuh bagian atas duodenum adalah arteri pankreatikoduodenalis
superior yang merupakan cabang dari arteri gastroduodenalis.Separuh bagian bawah
duodenum diperdarahi oleh arteri pankreatikoduodenalis inferior yang merupakan
cabang dari arteri mesentrika superior atau SMV. Vena-vena duodenum mengalirkan
darahnya ke sirkulasi portal. Vena superior bemuara langsung pada vena porta dan
vena inferior bermuara pada vena mesentrika superior.
Vaskulrisasi (arteri dan vena) Jejunum di vaskularisasi oleh arteri jejunales
dimama merupakan cabang dari arteri mesenterika inferior. Vena pada jejunum
adalah vena jejunales dimana vena tersebut sama-sama bermuara ke vena mesentrika
superior yang kemudian vena mesentrika superior akan bermuara ke vena porta (Keith
L.Moore,dkk.2014).
Vaskulrisasi (arteri dan vena) Ileum di vaskularisasi oleh arteri ileales dimana
arteri ini merupakan cabang dari arteri mesentrika inferior. Vena pada ileum adalah
vena ileales dimana vena ini bermuara ke vena mesentrika superior yang kemudian
vena mesentrika superior akan bermuara ke vena porta (Keith L.Moore,dkk.2014).
3. Inervasi
Inervasi atau Persarafan Usus Halus adalah GI tract diinervasi oleh sistem
saraf otonom, yang dpat dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf
enterik). Inervasi ekstrinsik dari duodedum adalah parasimpatis yang berasal dari
nevus vagus ( anterior dan cabang celiac,mesentericus superior) dan simpatis berasal
dari nevus splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsic dari plexus myenterikus
aurbach’s dan plexus submucosal meissner. Sel-sel saraf ini menginervasi target sel
seperti sel-sel otot polos, sel-sel sekretorik dan sel-sel absorptive, dan sel-sel tersebut
berhubungan dengan reseptor-resepto sensoris dan interdigiatif yang juga menerima
inervasi dari sel-sel saraf lain yang terletak didalam atau diluar plexus. Sehingga
pathway dari sistem saraf enterik bisa saja multisinaptik dan integrasi aktivitasnya
dapat berlangsung menyeluruh bersamaan dengan(Sanusi.2011).
4. Limfonodi (kelenjar getah bening)`
Aliran limfe pada duodenum umumnya bejalan bersama-sama dengan
vaskularisasinya. Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan
limfe keatas melalui noduli lymphatici pankreatikoduodenalis ke noduli lymhatici
gastroduodenalis dan kemudian ke noduli lympahtici coeliacus dan kebawah melalui
noduli lymphaticipancreatico duodenaliske noduli lymphtici mesentericus superior
sekitar pangkal arteri mesentrika superior (Corwin.2009).
Pada jejunum dan ileum memiliki pembuluh limfatik khusus,yang disebut
laktel, di dalam usus vili tinalis yang menyerap lemak dan mengalir ke pleks
limfatik,digunakan di dinding jejunum dan ileum. Limfatik pleksus mengalir ke
pembuluh limfatik di antara lapisan mesenterium dan kemudian secara berurutan
melalui tiga kelompok kelenjar getah bening yaitu getah bening juxta-intestinal
kelenjar geth bening dekat dengan usus, getah bening mesenterika node tersebar di
antara arkade arteri, dan pusat node superior disepanjang bagian proksimal usus
halus. Pembuluh limfatik eferen dari kelenjar getah bening ini mengalir ke kelenjar
getah bening mesenterika superior. Pembuluh limfatik dari ileum terminal mengikuti
cabang ileum ileokolika arteri ke kelenjar getah bening ileocolic (Keith
L.Moore,dkk.2014).
5. Fungsi
Fungsi dari duodenum adalah menyalurkan makanan yang berasal dari
lambung dan dibawa ke usus halus. Fungsi jejunum adalah melakukan proses
penyerapan nutrisi dari makanan yang dicena, dengan adanya jonjot usus dimana
penyerpan nutrisi terjadi. Fungsi ileum dalam proses pencernaan adalah ileum
mengandung reseptor untuk menyerap vitamin B12 dan garam empedu,ileum juga
dapat menyerap sisa nutrisi dari makanan yang dicerna dan garam empedu
terkonjugasi dari usus melalui vili usus (Syaifuddin.2011). Secara keseluruhan usus
halus berfungsi sebagai:
o Menyekresikan cairan usus untuk menyempurnakan pengolahan zat
makanan di usus halus
o Menerima cairan empedu dan pankreas melalui duktus koledukus dan
duktus pankreatikus
o Mencerna makanan (getah usus dan pankreas mengandung enzim
mengubah protein menjadi asm amino,karbohidrat menjadi
glukosa,lemak menjadi asam lemak dan gliserol, dan mengabsorpsi air
garam dan vitamin, protein dalm bentuk asam amino,karbohidrat
dalam bentuk monosida) (Eni,dkk.2013).
6. Jenis dan proses yang terjadi
a. Duodenum
Duodenum dibagi dalam empat bagian yang tersusun secara berurutan.
Bagian pertama dari deudenum berasal dari pylorus lambung lalu berjalan ke
atas dan belakang hingga setinggi vertebra lumbalis II, bagian kedua yang
berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextrum di sisi kanan
vertebra lumbalis II dan III, bagian ketiga yang berjalan horizontal lalu
melintas di depan columna vertebralis dan berjalanan menyusuri sisi bawah
kaput pankreatis, dan bagian keempat yang berjalan ke atas lalu ke kiri hingga
mencapai flexura duodenojejunalis, yang tetap berada pada posisinya karena
ditahan oleh ligamentum Treitz (Snell.2014).
Proses yang terjadi adalah Duodenum melanjutkan proses pencernaan
makanan yang telah dilakukan oleh organ traktus digestivus sebelumnya.
Proses pencenaan selanjutnya oleh duodenum seperti pencernaan
karbohidrat,lemak, dan protein menjadi zat yang lebih sederhana oleh bantuan
enzim dari pankreas, atau dapat dikatakan bahwa dalam duodenum atau usus
12 jari terjadi pencernaan kimiawi dengan melibatkan enzim-enzim yang di
dapat dari pankreas seperti tripsin untuk protein, lipase untuk lemak, dan
amilum untuk karbohidrat (Pearce.2010).
b. Jejunum
Ketika duodenum melakukan dan menyelesaikan pencernaan secara
kimiawi, fungsi jejunum atau usus kosong melakukan hamper 90% proses
penyerapan nutrisi dari makanan yang dicerna sebelumnya. Dalam
duodenum,jejunum dan ileum terdapat jonjot usus dimana penyerapan nutrisi
terjadi, namun penyerapan yang dilakukan dalam jejunum lebih sempurna
dibandingkan yang lainnya, hal ini dikarenakan didukung oleh sel epitel,
lapian villi dan microvilli yang membuat permukaan usus halus menjadi
sangat luas. Pada jejunum nutrisi yang diserap jaringan epitel akan dialirkan
keseluruh tubuh dengan bantuan transportasi aktif dan pasif. Untuk peptida
kecil seperti asam amino,vitamin dan glukosa akan diangkut secara aktif
sedangkan fruktosa akan diangkut melalui transport pasif (Pearce.2010).
c. Ileum
Ileum atau usus penyerapan merupakan bagian ketiga atau terakhir dari
usus halus. Pada bagian ujung ileum terdapat katup yang berfungsi sebagai
pengendalian isi pengeluaran dari ileum ke usus besar. Pada bagian ini terjadi
proses penyerapan garam empedu, air, elektrolit,vitamin B12, dan nutrisi lain
yang tidak diserap di duodenum dan jejunum. Terdapat jonjot atau villi untuk
memperluas bidang penyerapan makanan. Zat makanan berupa monosakarida
(glukosa,fruktos,galaktosa) dan asam amino akan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh pembuluh darah . Adapun asam lemak dan gliserol yang akan diserap
tubuh dan diedarkan melalui pembuluh limfe (getah bening) (Pearce.2010).

6.COLON,RECTUM,ANUS

Gambar 1.1 Colon, Rectum, Anus


Sumber: Aulsen F. & J. Waschke. 2018. Sobotta Atlas of Anatomy Internal
Organs. Penerjemah: Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.

Sumber
Gambar 1.2 Anus

Sumber: Aulsen F. & J. Waschke. 2018. Sobotta Atlas of Anatomy Internal


Organs. Penerjemah: Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
1. Anatomi (Topografi) / Letak
a. Usus Besar (Kolon)
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5
kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus
besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi
sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks
yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci
pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens, dan
sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam, yaitu pada abdomen
kanan dan kiri atas berturutturut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura
lienalis. Kolon sigmoid dimulai dari krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan
berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid
bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon sigmoid sampai dengan
anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani yang dilindungi oleh
sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai kanalis ani adalah 5,9
inci
Dinding kolon terdiri dari empat lapisan, tunika serosa, muskularis, tunika
submukosa, dan tunika mukosa akan tetapi usus besar mempunyai
gambarangambaran yang khas berupa lapisan otot longitudinal usus besar tidak
sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli yang bersatu
pada sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek daripada usus sehingga usus
tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut haustra.
Pada taenia melekat kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang
disebut apendices epiploika. Lapisan mukosa usus besar lebih tebal dengan kriptus
lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak daripada
usus halus
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
1. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup
ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang
sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.
2. Kolon memiliki tiga divisi.
i. Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati
di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura
hepatika.
ii. Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati
dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar
ke bawah fleksura splenik.
iii. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.

b. Rektum
Rectum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya yang panjangnya 12-
13 cm. rectum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
 Mukosa saluran anal tersusun dan kolumna rektal (anal) yaitulipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena
 Sfingter anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal,
otot rangka (volunteer) mengitari anus
c. Anus

Anus adalah bukan pada bagian akhir dari usus besar. Saluran anal
merupakan pipa kosong yang menghubungkan rectum (bagian bawah akhir
dari usus besar) dengan anus dan luar tubuh. Letaknya di abdomen bawah
bagaian tengah di dasar pelvis setelah rektum-Anus manusia terletak di bagian
tengah pantat, bagian posterior dari periotoneum. Struktur anus saluran anal
memiliki panjang sekitar 2-4,5 cm.

Saluran anal dikelilingi oleh otot yang berbentuk seperti cincin yang
disebut internal anal sphincters dan external anal sphincters Saluran anal
dilapisi oleh membrane mukosa, Bagian atas saluran anal memiliki sel yang
menghasilkan mucus yang membantu memudahkan ekskret keluar tubuh.
Bagian bawah saluran anal terdiri dari sel epitel berbentuk kubus Saluran anal
memiliki bagian berbentuk lipatan yang disebut anal colums (kolumnal anal)
Bagian atas kolumnal anal membentuk garis anorectal yang merupakan
perbatasan antara rectum dengan anus, Bagian bawah kolumnal anal memiliki
garis dentate yang menjadi penanda dari daerah dimana terdapat sel-sel
saluran anal yang bisa berubah dari sel penghasil mucus menjadi
selepitelkubus, Sel-selepitel anus lebih tebal dari yang di saluran anal dan
memiliki rambut Ada area perianal yang merupakankulit di sekeliling anus
sejauh 5 cm. Dinding otot anus diperkuat oleh 3 sfingter yaitu :

1.      Sfingter ani internus (tidak mengikuti keinginan)

2.      Sfingter levator ani (tidak mengikuti keinginan)

3.      Sfingter ani eksternus (mengikuti keinginan) (Lindseth, 2005)

2. Vaskularisasi
 Colon
Vaskularisasi usus besar (colon) diatur oleh arteri mesenterika superior dan
inferior. Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai
dari sekum 5 sampai dua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri
mesenterika superior mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri
kolika dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri mesenterika inferior
memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon transversum
sampai rektum bagian proksimal). Arteri mesenterika inferior mempunyai tiga
cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior, dan arteri
sigmoidea.
 Rectum
Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan
arteria hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik vena dari kolon dan rektum
superior melalui vena mesenterika superior dan inferior serta vena hemorroidalis
superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena
hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan
bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena hemorroidalis
superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat
mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan
hemorroid. Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi
preaorta pada pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik
pembuluh limfe melalui sisterna kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada
sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini menyebabkan metastase
karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher (kelenjar limfe
virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran pembuluh darah
hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi
limfatisiiliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit
perineum mengikuti aliran limfe inguinalis superficialis.
 Anus

a. Pendarahan Arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan.
Cabang yang kanan bercabang lagi. Letak ketiga cabang terakhir ini
mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid dalam yang khas yaitu dua buah
di setiap perempat sebelah kanan dan sebuah diperempat lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka
interna, sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna.
Anastomosis antara arkade pembuluh inferior dan superior merupakan
sirkulasi kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak bedah atau
sumbatan aterosklerotik didaerah percabangan aorta dan a.iliaka.
Anastomosis tersebut ke pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat
menjamin perdarahan di kedua ekstremitas bawah. Perdarahan di pleksus
hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah sehingga
perdarahan dari hemoroid intern menghasilkan darah segar yang berwarna
merah dan bukan darah vena warna kebiruan.

b. Pendarahan Vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
berjalan kearah kranial kedalam v.mesenterika inferior dan seterusnya melalui
v.lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan ronggga perut
menentukan tekanan di dalamnnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai
embolus vena didalam hati, sedangkan embolus septik dapat menyebabkan
pileflebitis, v.hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam v.pudenda
interna dan v. hemoroidalis dapat menimbulkan keluhan hemoroid. (Taylo, 2005)

3. Inervasi
Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter
eksternus yang diatur secara volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf
vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari
daerah sakral mensuplai bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars
torasika dan lumbalis medula spinalis melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis
preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion yang mengikuti aliran arteri
utama dan berakhir pada pleksus mienterikus (Aurbach) dan submukosa
(Meissner).
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi,
serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis mempunyai
efek yang 6 berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah aktivitas refleks
lokal yang diperantarai oleh pleksus nervosus intramural (Meissner dan Aurbach)
dan interkoneksinya. Jadi pasien dengan kerusakan medula spinalis maka fungsi
ususnya tetap normal, sedangkan pasien dengan penyakit hirschsprung akan
mempunyai fungsi usus yang abnormal karena pada penyakit ini terjadi keabsenan
pleksus aurbach dan Meissner. (Taylo, 2005)
4. Limfonodi
 Colon (Usus Besar)
Epikolika, terletak di serosa kolon Perikolika, terletak 1-2 cm di luar
kolon, sepanjang batas a.Drummond Intermediete terletak sepanjang
cabang utama a.Mesenterica Principal, terletak sepanjang a.Mesenterica
superior dan inferior
aliran limfe mengalir menuju ke Lnn. ileocolica, Lnn.colica dextra, Lnn.
colica media, Lnn. colica sinistra dan Lnn. mesenterica inferior. Kemudian
mengikuti pembuluh darah menuju truncus intestinalis
 Rektum
Aliran limfe rektum yaitu : Rektum proximal menuju kelenjar getah
bening mesenterika inferior rektum tengah menuju kelenjar getah bening
iliaka interna
Rektum distal menuju ke kelenjar getah bening iliaka interna dan
inguinalis supericialis
 Anus
Aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran
limfe inguinalis superfficialis (Taylo, 2005)
5. Fungsi
 Colon (Usus Besar)
a. Usus besar mengabsorsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari klimus dan
cairan menjadi semi padat
b. Usus besar hanya memprosukdi mucus. Sekresinya tidak mengandung enzim
hormone pencernaan
c. Sejumlah bakteri dalam kolon mempu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga
memproduksi vitamin (K, riboflavin dan tiamin) dan berbagai gas.
d. Usus besar mengeksi zat sisa dalam bentuk feses
1. Air mencapai 75% sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah
bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa organic
dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta mucus dan lemak
2. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan selulosa
yang tidak tercerna. Warna coklat berasal dari pigmen empedu: bau
berasal dari kerja bakteri
 Rektum
Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material
akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi.
 Anus
1. Untuk Melakukan Proses Defekasi

Defekasi merupakan proses membuang kotoran sisa pencernaan


dalam bentuk feses, defekasi dikarenakan oleh reaksi otot pada dinding
rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf, otot yang bereaksi tersebut
adalah otot sfingter.

2. Mengatur Keluarnya Feses

Pada saat proses buang air besar, kita juga bisa mengatur
pengeluaran feses sesuai apa yang kita inginkan.

3. Menahan BAB Di Saat Tertentu

Rasa ingin BAB juga bisa ditahan ada saat belum sempat pergi ke
toilet, hal ini disebabkan ada kontraksi otot sfingter serta levator setelah
menerima impuls dari otak. Otak mengeluarkan impuls tersebut pada saat
kita ingin menahannya. (Sloane, 2003)

6. Jenis dan Proses yang Terjadi


a. Absorsi
Luas daerah absorpsi kolon diperkirakan sekitar 900cm2 Epitel kolon
menggunakan butirat yang dihasilkan oleh flora normal kolon dengan
memfermentasi karbohidrat sebagai bahan bakar. Butirat yang dihasilkan
bakteri ini dapat membantu penyerapan air dan sodium di kolon, stimulasi
aliran darah di kolon, memperbaiki mukosa kolon, dan meregulasi pH untuk
menjaga homeostasis flora normal kolon.
Sekitar 1000 hingga 1500 ml cairan mengalir dari ileum ke kolon
setiap harinya, sedangkan jumlah air yang berada dalam feses hanya sekitar
100 hingga 150 ml saja. Pengurangan hingga 10 kali lipat ini menunjukkan
kolon merupakan tempat pengabsorpsian paling baik pada saluran pencernaan.
(Fry et al, 2008)
b. Motilitas
Dua pola motilitas terlihat di dalam kolon. Kontraksi mengaduk atau
meremas dan mencampur massa feses terjadi terutama dalam kolon kanan dan
transversum, serta tampak membantu dalam absorpsi air. Jenis kontraksi
kedua “gerakan massa” mendorong isi kolon ke distal. Gerakan massa
membawa isi kolon 7 dari kolon kanan ke kolon sigmoid, kemudian ke
rektum. Gerakan ini bisa dipicu oleh makanan di dalam lambung. (Fry et al,
2008)
c. Defekasi
Kerja defekasi yang menyebabkan pengeluaran feses merupakan
refleks terkontrol yang bisa dihambat hingga saat yang diinginkan. Ketika
feses berada di rektum, refleks inhibisi anorektal akan terangsang,
menyebabkan pasien akan berusaha untuk menahan hasratnya untuk buang air,
dengan adanya kontraksi sfingter eksternal. (Fry et al, 2008)
7. HEPAR

Sumber gambar : Rakhmawati, Fazmial. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI


HEPAR. URL: https://fdokumen.com/document/anatomi-hepar-567869d4381b3.html
diakses tanggal 1 Desember 2020

1. Anatomi Hepar

Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah
(Sloane, 2004). Beratnya 1200-1800 gram, dengan permukaan atas terletak bersentuhan
dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ-organ abdomen.
Batas atas hepar sejajar dengan ruang interkosta V kanan dan batas bawah menyerong ke atas
dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat
celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis (Amirudin, 2009).

Hepar terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum
falciforme, di inferior oleh fissura yang dinamakan dengan ligamentum teres dan di posterior
oleh fissura yang dinamakan ligamentum venosum (Hadi, 2002). Lobus kanan hepar enam
kali lebih besar dari lobus kiri dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus
caudatus dan lobus quadrates. Menurut Sloane (2004), diantara kedua lobus terdapat porta
hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. Hepar dikelilingi oleh
kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan dibungkus peritoneum pada sebagian
besar keseluruhan permukaannnya (Hadi, 2002). Hepar disuplai oleh dua pembuluh darah
yaitu : vena porta hepatika yang berasal dari lambung dan usus yang kaya akan nutrien
seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air dan mineral dan arteri
hepatika, cabang dari arteri koliaka yang kaya akan oksigen. Pembuluh darah tersebut masuk
hati melalui porta hepatis yang kemudian dalam porta tersebut vena porta dan arteri hepatika
bercabang menjadi dua yakni ke lobus kiri dan ke lobus kanan (Hadi, 2002). Darah dari
cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer lobulus ke dalam ruang
kapiler yang melebar yang disebut sinusoid. Sinusoid ini terdapat diantara barisan sel-sel
hepar ke vena sentral. Vena sentral dari semua lobulus hati menyatu untuk membentuk vena
hepatika (Sherwood, 2001). Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang
mengelilingi bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk
kapiler empedu yang dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan diantara lembaran sel hati
(Amirudin, 2009). Plexus (saraf) hepaticus mengandung serabut dari ganglia simpatis T7-
T10, yang bersinaps dalam plexuscoeliacus, nervus vagus dexter dan sinister serta phrenicus
dexter (Sherlock, 1995).

2. Vaskularisasi Hepar

Hepar mendapat vaskularisasi dari beberapa pembuluh darah yaitu v. porta, a.


hepatica, dan v. hepatica. vena porta dan a. hepatica berada di dalam omentum minus dan
alirannya menuju porta hepatis, sedang duktus hepaticus dan vasa limpaticus juga berada di
dalam omentum minus dengan aliran meninggalkan porta hepatis. V. hepatica meninggalkan
hepar melalui pars posterior untuk bermuara ke v. cava inferior.
3. Innervasi Hepar

1. Nn. Splancnici

Bersifat simpatis untuk pembuluh darah didalam hepar. Nervus vagus dextra et sinistra.
Bersifat parasimpatis dan berasal dari chordae anterior dan posterior nn. Vagus. Keduanya
masuk ke dalam ligamentum hepatodoudenale. Menuju portae hepatis.

2. Nn.Phrenicus dextra

Setelah masuk kedalam cavum abdominis akan menuju ke pleksus coeleacus untuk kemudian
mengikuti ligamentum hepatoduodenale sampai ke porta hepatis. Nervus ini bersifat viscera
afferent untuk ligamentum falciforme hepatis, ligamentum coronaria hepatis, ligamentum
triangulare hepatis serta capsula Glissoni.

4. Limfonodi Hepar

limfatik Aliran limfatik hepar menuju nodus yang terletak pada porta hepatis
(nodushepatikus). Jumlahnya sebanyak 3-4 buah. Nodi ini juga menerima aliran limfe dari
vesikafellea. Dari nodus hepatikus, limpe dialirkan (sesuai perjalanan arteri) ke
nodusretropylorikus dan nodus seliakus.

5. Fungsi Hepar

Hepar menghasilkan empedu setiap harinya. Empedu penting dalam proses absorpsi
dari lemak pada usus halus. Setelah digunakan untuk membantu absorpsi lemak, empedu
akan di reabsorpsi di ileum dan kembali lagi ke hepar. Empedu dapat digunakan kembali
setelah mengalami konjugasi dan juga sebagian dari empedu tadi akan diubah menjadi
bilirubin. 10 Metabolisme lemak yang terjadi di hepar adalah metabolisme kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan lipoprotein menjadi asam lemak dan gliserol. Selain itu, hepar
memiliki fungsi untuk mempertahankan kadar glukosa darah selalu dalam kondisi normal.
Hepar juga menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Metabolisme protein di hepar antara
lain adalah albumin dan faktor pembekuan yang terdiri dari faktor I, II, V, VII, VIII, IX, X.
Selain metabolisme protein tadi, juga melakukan degradasi asam amino, yaitu melalui proses
deaminasi atau pembuangan gugus NH2. Hepar memiliki fungsi untuk menskresikan dan
menginaktifkan aldosteron, glukokortikoid, estrogen, testosteron dan progesterone. Bila
terdapat zat toksik, maka akan terjadi trasnformasi zat-zat berbahaya dan akhirnya akan
diekskresi lewat ginjal. Proses yang dialami adalah proses oksidasi, reduksi, hidrolisis dan
konjugasi. Pertama adalah jalur oksidasi yang memerlukan enzim sitokrom P-450.
Selanjutnya akan mengalami proses konjugasi glukoronide, sulfat ataupun glutation yang
semuanya merupakan zat yang hidrofilik. Zat-zat tersebut akan mengalami transport 11
protein lokal di membran sel hepatosit melalui plasma, yang akhirnya akan diekskresi melalui
ginjal atau melalui saluran pencernaan. Fungsi hepar yang lain adalah sebagai tempat
penyimpanan vitamin A, D, E, K, dan vitamin B12. Sedangkan mineral yang disimpan di
hepar antara lain tembaga dan besi.
8. GIGI & GINGIVA

Sumber: 2013 Ecyclopedia Britannica, Inc.

1. Anatomi
Sturkur gigi pada manusia terbagi dalam dua bagian yaitu bagian mahkota dan
bagian akar. Pada bagian mahkota merupakan bagian gigi yang terlihat dalam mulut,
sedangkan pada bagian akar merupakan bagian yang tertanam di dalam tulang rahang.
Gigi menempel pada sockets (alveoli) di dua arkus tulang pada mandibula dibawah
dan maksila diatas (alveolar arches). Gingiva (gusi) adalah bagian mukosa di dalam
rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva
merupakan bagian dari jaringan periodontal yang melekat pada procesus alveolaris
dan gigi. ( Fitriana, 2018 dan Prasetiyo, 2015)

2. Vaskularisasi
1) Arteri
Semua gigi diperdarahi oleh pembuluh darah yang secara langsung
atau tidak langsung merupakan cabang dari arteri maksilaris. Gigi bagian
bawah diperdarahi oleh arteri alveolar inferior, yang berasal dari arteri
maksilaris pada infratemporal fossa. Gigi bagian atas diperdarahi oleh arteri
alveolar superior, anterior, dan posterior. Arteri alveolar superior posterior
berasal dari arteri maksilaris. Arteri superior cabang anterior berasal dari arteri
infra-orbital yang muncul dari arteri maksilaris. Pembuluh darah arteri
mencapai gingiva melalui tiga jalan yang berbeda, yaitu: 1) cabang arteri
alveolar; 2) cabang arteri intraseptal masuk daerah krista procesus alveolar; 3)
pembuluh-pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang keluar kearah
daerah gingiva.
2) Vena
Pembuluh darah vena dari gigi bagian atas dan bawah pada umumnya
mengkuti arteri. Vena alveolar inferior yang berasal dari gigi bagian bawah
dan vena alveolar inferior yang berasal dari gigi bagian atas dialirkan terutama
menuju pleksus vena pterygoid yang berada pada infratemporal fossa. Pleksus
pterygoid mengalir ke vena maksilaris dan menuju ke vena retromandibular
lalu masuk ke vena sistem jugular. Tambahan, terdapat vena komunikasi kecil
lewatke arah superior, dari pleksus, dan melalui foramen emissary kecil pada
dasar tengkorak untuk berhubungan dengan sinus cavernosus di rongga
kranial. Infeksi yang berasal dari gigi dapat menjalar ke rongga cranial vena
emissary kecil tersebut. (Prasetiyo, 2015 dan Irlnda, 2014).
3. Inervasi
Semua saraf yang mepersarafi gigi dan gingiva adalah cabang dari saraf trigeminal
(V). Saraf trigeminal bercabang menjadi saraf alveolar superior (CN V2) yang
mempersarafi gigi bagian atas (maksilaris) dan saraf alveolar inferior (CN V3) yang
mempersarafi gigi bagian bawah (mandibular). (Prasetiyo, 2015).
4. Limfonodi
Pembuluh darah limfatik dari gigi dan gingiva disalurkan terutama menuju ke nodus
submandibular, submental, dan deep cervical. Drainase limfatik dimulai pada papila
jaringan ikat dan terserap ke dalam nodus limpatikus regional. (Prasetiyo, 2015 dan
Irlinda, 2014).
5. Fungsi
Fungsi utama gigi adalah untuk: a) memotong, mengurangi, dan mencampur
materi makanan dengan saliva selama mengunyah; b) membantu mempertahankan
gigi itu sendiri di dalam soket gigi dengan membantu pengembangan dan
perlindungan jaringan yang mendukung mereka; c) berpartisipasi dalam artikulasi; d)
sebagai estetika. Fungsi gingiva adalah untuk melindungi akar gigi, selaput
periodontal dan tulang alveolar terhadap rangsangan dari luar, khususnya dari bakteri-
bakteri dalam mulut. (Prasetiyo, 2015).
6. Jenis dan proses yang terjadi
Gigi manusia terbagi atas dua kelompok, yaitu gigi susu (gigi bayi) dan gigi
permanen (gigi dewasa). Dua kelompok tersebut berkembang secara bertahap dengan
tahapan yang sama, meski berbeda secara waktu antara satu orang dengan yang
lainnya. Gigi memiliki beberapa jenis atau tipe yang berbeda berdasarkan morfologi,
posisi, dan fungsinya antara lain:
a. Gigi seri (incisor) adalah gigi yang terletak didepan, memiliki satu akar dan
mahkotanya berbentuk seperti pahatan. Gigi seri berfungsi untuk memotong.
b. Gigi taring (canine) adalah gigi yang terletak di belakang gigi seri, merupakan
gigi terpanjang, memiliki mahkota dengan satu titik puncak gigi yang runcing,
dan berfungsi untuk mencengkram.
c. Gigi premolar (bicuspids) adalah gigi yang memiliki mahkota dengan dua titik
puncak, satu pada sisi buccal (pipi) gigi dan yang lainnya pada sisi lingual
(lidah) atau palatal (palatum), pada umumnya memiliki satu akar (tapi gigi
pemolar atas pertama memiliki dua), dan berfungsi untuk menggiling.
d. Gigi molar adalah gigi yang berada di belakang gigi pemolar, memiliki tiga
akar untuk molar atas dan dua akar untuk molar bawah dan memiliki mahkota
dengan tiga sampai lima cups, dan berfungsi untuk menggiling.
Makanan pertama kali masuk dalam tubuh melalui mulut. Di dalam mulut terdapat
beberapa proses pencernaan, salah satunya gigi. Pada proses ini dikenal dengan proses
pencernaan secara mekanik. Di sini, gigi membantu memecah makanan menjadi
potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu enzim-enzim pencernaan agar
dapat mencerna lebih efisien dan cepat.
9. LIDAH

Sumber gambar: Samin, C. 2015. Lidah Manusia. URL:


https://www.artikelmateri.com/2015/11/lidah-manusia-pengertian-bagian-fungsi-penyakit-
lengkap.html. Diakses tanggal 27 November 2020.
1. Anatomi Lidah

Lidah adalah suatu organ muskular yang berhubungan dengan pengunyahan, pengecapan
dan pengucapan yang terletak pada sebagian di rongga mulut dan faring. Lidah berfungsi
untuk merasakan rangsangan rasa dari benda- benda yang masuk ke dalam mulut kita.

Lidah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu radiks, korpus, dan apeks. Radiks lidah
melekat pada tulang hioid dan mandibula, di bagian bawah kedua tulang terdapat otot
geniohioid dan otot milohioid. Korpus lidah bentuknya cembung dan bersama apeks
membentuk duapertiga anterior lidah. Radiks dan korpus dipisahkan oleh alur yang berbentuk
”V” yang disebut sulkus terminalis.

2. Vaskularisasi Lidah

A. Arteri Lingualis

Arteri lingualis merupakan cabang dari arteri karotis eksterna. Arteri ini terus berjalan
melewati otot-otot pengunyahan bagian posterior menuju ke tulang hioid, kemudian bersama-
sama dengan nervus hipoglosus dan vena lingualis menuju otot hioglosus. Setelah melewati
otot hioglosus arteri lingualis ini bercabang, yaitu rami dorsalis lingual dan di ujung anterior
terbagi lagi menjadi dua cabang terminalis : Arteri sublingualis berjalan diantara otot
genioglosus dan glandula sublingual. Arteri lingualis profunda terletak di bagian lateral
permukaan bawah lidah.

B. Vena-vena pada Lidah

Vena lingualis profunda terletak pada membran mukosa bagian lateral bawah lidah.
Vena lingualis profunda dan vena sublingualis bergabung dengan dorsal lingualis di daerah
posterior dari otot hioglossus, lalu berjalan menuju vena jugularis.

3. Inervarsi Lidah
Persarafan pada lidah dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Saraf sensoris, utuk mempersarafi :
a. Duapertiga anterior oleh nervus lingualis.
b. Sepertiga posterior oleh nervus lingualis, glosofaring dan vagus.

2. Saraf pengecap, untuk mempersarafi :

a.Duapertiga anterior oleh serabut-serabut nervus fasialis.


b. Satupertiga posterior oleh nervus glosofaring.

3. Saraf motorik

Mempersarafi otot-otot lidah yaitu otot stiloglosus, hioglosus dan genioglosus.

4. Limfonodi Lidah

Pembuluh Limfe

Pembuluh limfe berjalan di belakang papila sirkum valata menuju posterior menembus
dinding faring dan memasuki nodus limfatikus di daerah servikal yang terletak di sebelah
lateral vena jugularis interna:

1. Pembuluh marginal

Pembuluh marginal terdapat pada satupertiga luar dari permukaan atas lidah.
Pembuluh marginal terbagi menjadi dua bagian, bagian anterior berjalan dari ujung
lidah dan berakhir di nodus limfatikus submaksilaris, bagian posterior berjalan di
belakang otot milohioid dan berakhir di nodus jugulo omohioiedeus.
2. Pembuluh sentral
Pembuluh ini berjalan dari ujung lidah ke bawah melalui otot miloihioid dan berakhir
pada nodus submental.
5. Fungsi Lidah
- Menunjukkan kondisi tubuh Selaput lidah manusia dapatdigunakan sebagai indikator
metabolism tubuh,terutama kesehatan tubuh manusia. Warna Lidah contoh Kuning
menandakan adanya infeksi bakteri, Bentuk Lidah contoh bentuk tipis dan
berwarnapucat menandakan defisiensi (kekurangan ) darah.
- Membasahi makanan di dalam mulut Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah
- Mengecap atau merasakan makanan
- Membolak-balik makanan
- Menelan makanan
- Mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata
6. Jenis Dan Proses Yang Terjadi

Proses Pengecapan
• Makanan yang dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap melalui pori-
pori bagian atas.
• Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran mikro
yang sensitif, (mikrovilli).
• Larutan kimia makanan saat berkontak dengan mikrovili merangsang sel-sel
kemudian timbul lah impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII dan syaraf IX otak.
• Impuls diteruskan ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di lobus
parietalis untuk kemudian diinterpretasikan.
• otak akan menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa dari
makanan yang kita makan.
• mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.
10. PANCREAS

Sumber: aifaheallth.com, 2019

1. Anatomi
Pankreas memanjang dalam bentuk dan memanjang horizontal di perut bagian
atas. Ini terdiri dari kepala, badan, dan daerah ekor. Kepala daerah yang lebih luas
terletak di sisi kanan perut, terletak di busur dari bagian atas usus kecil yang dikenal
sebagai duodenum. Wilayah body yang lebih ramping dari pankreas meluas di
belakang perut. Dari tubuh pankreas, organ meluas ke wilayah ekor meruncing
terletak di sisi kiri perut dekat limpa.

Pankreas terdiri dari jaringan kelenjar dan sistem saluran yang berjalan di
seluruh organ. Sebagian besar jaringan kelenjar terdiri dari sel eksokrin yang disebut
sel-sel asinar, Sel-sel asinar dirakit bersama untuk membentuk kelompok yang
disebut asinus . Asinus menghasilkan enzim pencernaan dan mengeluarkan mereka
ke saluran terdekat. Saluran mengumpulkan enzim yang mengandung cairan pankreas
dan tiriskan ke dalam utama saluran pankreas . Saluran pankreas berjalan melalui
pusat pankreas dan menyatu dengan saluran empedu sebelum bermuara ke duodenum.
Hanya persentase yang sangat kecil dari sel-sel pankreas adalah sel-sel endokrin. Ini
kelompok kecil sel yang disebut pulau Langerhansdan yang memproduksi dan
mengeluarkan hormon. Di pulau dikelilingi oleh pembuluh darah, yang dengan
cepat mengangkut hormon ke dalam aliran darah.

2. Vaskularisasi
a. Arteriae
 Pancreaticodenalis superior (cabang A.gastroduodenalis)
 Pancreaticodenalis inferior (cabang A.mesenterica cranialis)
 Pancreatica magna dan a.pancretica caudalis dan inferior cabang arteriae
lienalis
b. Venae
 Vena splenic
 Vena sementeric inferior
 Vena mesenteric superior
3. Inervasi
Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglionseliaca) dan parasimpatis
(vagus). Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteri yang mendarahi kelenjar.
Pembuluh eferen akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci dan
mesenterica superior. Saraf simpatis dari truncus simpaticus segmen thoracal VI-X
dan saraf parasimpatis oleh nervus Vagus (n. X)
4. Fungsi

Pankreas memiliki dua fungsi utama. Sel-sel eksokrin menghasilkan enzim


pencernaan untuk membantu dalam pencernaan dan sel-sel endokrin memproduksi
hormon untuk mengontrol metabolisme. Enzim pankreas yang diproduksi oleh sel
asinar membantu untuk mencerna protein , karbohidrat dan lemak . Beberapa ini
enzim pencernaan meliputi:

 Protease pankreas (tripsin dan kimotripsin) - mencerna protein menjadi lebih


kecil asam amino subunit.
 Amilase pankreas - membantu dalam pencernaan karbohidrat.
 Pankreas lipase - membantu dalam pencernaan lemak.

Sel-sel endokrin dari pankreas memproduksi hormon yang mengontrol fungsi


metabolisme tertentu, termasuk regulasi gula darah dan pencernaan. Beberapa hormon
yang diproduksi oleh pulau sel Langerhans meliputi:

 Insulin - menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah .


 Glukagon - menimbulkan konsentrasi glukosa dalam darah.
 Gastrin - merangsang sekresi asam lambung untuk membantu pencernaan di
perut.
11. OVARIUM

Sumber: Shelbi Asrianti & Winda Destiana Putri, 2017

1. Anatomi
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi
pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang
ligamen dan bagian anterior dan rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus
dalam rongga pelvis. Selama masa reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5 x
1,5 cm. Ovarium yang berbentuk seperti kacang almond biasanya berada di dekat
perlekatan antara broad ligament dengan dinding lateral dari pelvis, dipisahkan dari
kedua organ tersebut oleh peritoneal folds, yaitu memisahkan mesovarium dengan
bagian posterosuperior dari broad ligament, dan memisahkan suspensory ligament
dari ovarium dengan dinding pelvis.
Sumber:
 Female Genitalia, Yuliana, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Vaskularisasi
1) Arteri
Arteri ovarica berasal dari abdominal aorta dan berjalan menuruni
dinding posterior abdomen. Pada pelvic brim, arteri ini melewati pembuluh
darah iliaca external dan memasuki suspensory ligaments. Arteri ovarica
memberikan cabang melalui mesovarium menuju ovarium dan melewati
mesosalpinx untuk memberikan suplai darah pada uterine tube. Cabang
ascending arteri uterine (cabang internal iliac arteries) melewati aspectus
lateral uterus sampai ke aspectus medial ovarium dan tuba. Arteri ovarica dan
ascending uterine arteries berakhir dengan berrcabang dua menjadi cabang
ovarium dan tuba serta beranastomose satu sama lain memberikan sirkulasi
kolateral untuk abdominen dan pelvis.
2) Vena
Ovarian veins membentuk pampiniform plexus of veins dalam broad
ligament di dekat ovarium dan tuba uterine. Right ovarian vein memasuki
inferior vena cava, left ovarian vein bermuara ke left renal vein, tubal veins
bermuara ke ovarian veins dan uterine (uterovaginal) venous plexus.
Sumber:
 Female Genitalia, Yuliana, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
3. Inervasi
Ovarian plexus, uterine (pelvic) plexus, pelvic pain line, serat visceral afferent
berjalan bersama serat simpatis ovarian plexus dan lumbar splanchnic nerves menuju
badan sel dalam T11-L1 spinal sensory ganglia. Visceral afferent reflex mengikuti
serat parasimpatis berjalan retrograde melalui uterine (pelvic) dan inferior
hypogastric plexuses serta pelvic splanchnic nerves menuju cell bodies in the S2-S4
spinal sensory ganglia.
4. Limfonodi
Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih besar
membentuk pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati mesovarium ke
nodus paraaorta, aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka pada
umumnya dan nodus inguinal.
5. Fungsi
Ovarium mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai organ eksokrin yang
menghasilkan oosit (sel telur) dan sebagai organ endokrin yang menghasilkan hormon
steroid (estrogen dan progesteron). (Jalaluddin, 2014).

6. Jenis dan proses yang terjadi


Ovarium terdiri dari dua bagian yaitu bagian medulla dan bagian korteks.
Bagian medulla mengandung banyak pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe serta
banyak tenunan pengikat fibroblast sedangkan bagian korteks terdiri dari sel epitel
germinatif, ova yang masih muda, folikel primer, folikel sekunder yang sedang
tumbuh, folikel Graafian, folikel yang atretis atau yang sedang degenerasi dan
pembuluh darah.
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis terjadi melalui 3 tahapan yaitu proliferasi, pertumbuhan dan pematangan.
Folikulogenesis adalah proses perkembangan folikel mulai dari folikel primordial
(primer) sampai mencapai folikel de Graaf dengan oosit yang siap diovulasikan.
Selain menjadi tempat proses produksi sel telur (ovum), ovarium juga menjadi
tempat produksi hormon estrogen dan progesteron. Pada fase pasca ovulasi korpus
luteum mensekresi estrogen, progesterone, dan inhibin dalam jumlah besar yang
secara bersamaan.
12. THYMUS

Sumber: Aulsen F. & J. Waschke. 2018. Sobotta Atlas of Anatomy Internal Organs.
Penerjemah: Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.

1. ANATOMI (TOPOGRAFI)/LETAK
Timus terletak di sepanjang rongga trakea di rongga dada bagian atas, tepatnya
di dalam mediastinum di belakang tulang sternum. Timus dibedakan menjadi dua
lobus. Dua lobus tersebut saling berhubungan secara erat dan bersatu dalam jaringan
ikat. Masing-masing lobus terdiri atas ribuan lobulus yang masing-masing tersusun
atas lapisan korteks dan medula. Tiap lobulus dilapisi oleh kapsul berupa jaringan
pengikat longgar tipis dan berlanjut masuk ke dalam dan membagi lobus menjadi
lobuli berukuran 0,5–2mm. Jaringan parenkim timus terdiri dari anyaman sel-sel
retikuler dan saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, di antara sel
retikuler terdapat limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti di dalam nodus
lymphatikus dan lien, namun berasal dari endoderm. Hubungan tersebut nampak di
daerah medula hingga membentuk struktur epitel yang dinamakan korpuskulum
hassalli (thymic corpuscle). Setiap lobus terdiri dari cortex dan medulla.

2. VASKULARISASI
Di dalam kelenjar timus tidak dijumpai pembuluh aferen dan sinus limfe.
Pembuluh eferen terutama berjalan ke jaringan ikat interlobular. Sementara itu,
cabang nervus vagus dan nervus simpatis servikalis yang mencapai timus jumlahnya
sedikit. Jaringan saraf di timus terutama tersebar pada dinding pembuluh darah. Arteri
yang ada di timus berasal dari arteri torasika interna dan arteri tiroidea inferior.
Cabang-cabangnya kemudian berjalan sepanjang trabekula dan diselubungi oleh sel
retikulat epitel yang memasuki lobus perbatasan korteks dan medula. Arteriole
kemudian bercabang banyak dan kapiler-kapilernya memberi suplai darah ke korteks
dan sedikit yang memasok ke medula. Darah yang melalui venula pasca kapiler
berploriferasi di korteks memasuki sistem pembuluh darah. Darah venula kembali ke
tuberkula interlobularis dan selanjutnya ke vena brakiosepalika dan vena tiroidea.
3. INERVASI
Meskipun syaraf-syaraf terdapat bebas di parenkim, kebanyakan serabut
syaraf kelenjar yang berasal dari n. vagus dan n. simpatikus menginervasi elemen-
elemen dinding pembuluh darah.

4. FUNGSI
Kelenjar timus merupakan organ yang berperan penting dalam sistem imun
dalam tubuh. Timus berkaitan dengan keberadaan limfosit, salah satu jenis sel darah
putih yang berperan dalam perlawanan tubuh terhadap adanya infeksi. Kelenjar timus
berperan dalam sistem pertahanan tubuh dengan menghasilkan hormone thymosin,
thymic humoral factor, thymic factor dan thymopoietin. Gangguan timus akan
menyebabkan sistem pertahanan tubuh menjadi menurun, lemah bahkan dapat
menimbulkan masalah yang berat dalam melawan penyakit.
5. PROSES YANG TERJADI
Bagian korteks pada kelenjar timus menghasilkan limfosit berbagai ukuran.
Pada bagian korteks juga terjadi proses proliferasi dan degenerasi, banyak dijumpai
makrofag dengan jumlah yang sedikit dan berada tetap di dalam korteks. Bagian
korteks mendapat suplai darah melalui percabangan arteriola yang terdapat pada
perbatasan antara bagian korteks dan medula. Hanya sedikit terjadi perpindahan
makromolekul dari darah ke parenkim yang melintasi dinding kapiler korteks, sedang
di medulla pembuluh darah lebih bersifat permeabel. Oleh karena itu, limfosit yang
ada di bagian korteks dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya
blood-timus barier. Sementara, pembuluh limfe di jaringan pengikat penyekat lobules.
Pada bagian medulla timus mengalami degenerasi dan terkadang terjadi kalsifikasi.
Tidak begitu banyak limfosit dijumpai di bagian medulla timus, ukurannya kecil. Jika
dibandingkan limfosit di bagian kortek, sitoplasmanya banyak namun bentuknya tidak
teratur. Di medulla juga dijumpai sejumlah kecil makrofag dan eosinofil.
13. ADRENAL GLAND

Sumber: Linda, Bauuman, dan Alissya. 2013. Adrenal Glands. URL:


https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007%2F978-1-4419-1005-9_79. Diakses
tanggal 27 November 2020.

1. Anatomi (Topografi)/ Letak

Suprarenal (adrenal) glands ada di sebelah superomedial ginjal dan diaphragmatic crura
dan dikelilingi oleh perinephric fat. Suprarenal glands ditutupi oleh renal fascia tempat
perlekatannya dengan diaphragmatic crura; namun dipisahkan dengan ginjal oleh jaringan
fibrosa. Right suprarenal gland berbentuk pyramid di sebelah anterior diafragma dan
berbatasan dengan vena cava inferior di sebelah anteromedial dan hepar di anterolateral. Left
suprarenal gland berbentuk semiliunar (bulan sabit), berbatasan dengan spleen, stomach,
pancreas, and the left crus of the diaphragm (Moore et al, 2014).
Suprarenal glands memiliki dua bagian yaitu bagian cortex dan medulla. kelenjar ini
berfungsi sebagai bagian sistem endokrin, dan berguna untuk menghasilkan kortikosteroid
(oleh bagian cortex), androgens (dihasilkan cortex), epinephrine (adrenalin), dan
norepinephrine (noradrenalin) (medulla) (Drake et al, 2015).
2. Vaskularisasi (Arteri/Vena)
Arteri suprarenalis berasal dari tiga sumber yaitu: superior suprarenal arteries (enam
sampai dengan delapan) dari inferior phrenic artery, middle suprarenal arteries(satu atau
lebih) dari abdominal aorta di dekat superior mesenteric artery, inferior suprarenal arteries

(satu atau lebih)dari renal artery.

Aliran vena dari suprarenal gland mengalir menuju suprarenal vein. Short right suprarenal
vein mengalir menuju IVC, sementara itu left suprarenal vein yang lebih besar, sering
bergabung dengan inferior phrenic vein, akhirnya menuangkan isinya ke left renal vein
(Moore et al, 2014).
3. Inervasi
Saraf ginjal dan ureter berasal dari renal nerve plexus dan terdiri dari serat saraf simpatis,
parasimpatis, dan visceral aferen. Plexus nervus renalis disuplai oleh serat dari nervus
splanchnic abdominopelvic, renal, abdominal aortic, and superior hypogastric plexuses.
Kelenjar suprarenal memiliki pasokan saraf kaya dari Celiac plexus and abdominopelvic

(greater, lesser, and least) splanchnic nerves.

Saraf kelenjar suprarenal berupa serat saraf simpatis presinaptik yang bermielin, berasal
dari cornu lateral medulla spinalis dan melewati ganglia paravertebral dan prevertebral, tanpa
sinaps, kemudian didistribusikan ke sel kromafin pada medulla suprarenal (Moore et al,
2014).

4. Limfonodi (kelenjar getah bening)


Pembuluh limfe suprarenal berasal dari suatu plexus di bagian profundus kapsul kelenjar
dan satu dari medullanya. Pembuluh limfe mnengalir menuju lumbar lymph nodes (Moore et
al, 2014).
5. Fungsi
Bagian-bagian ini memiliki asal embriologis yang berbeda dan fungsi yang berbeda. Korteks
suprarenal mengeluarkan kortikosteroid dan androgen, dan medula mengeluarkan epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin). Adapun fungsi-fungsi kelenjar adrenal, antara
lain:
a. Mensekresi berbagai hormon yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan
tubuh
b. Mengatur kadar natrium dan keseimbangan cairan tubuh melalui hormon
mineralokortikoid
c. Meningkatkan glukosa dalam darah dan mengurangi inflamasi melalui hormon
glukokortikoid
d. Ikut serta membantu perkembangan organ seksual dan pembentukan ciri seksual
melalui hormon gonadokortikoid
e. Mengatur denyut jantung, lajur pernafasan, ukuran pupil, tekanan darah dan
beberapa hal lain yang berhubungan dengan saraf simpatis melalui hormon
epinefrin dan norepinefrin (Nila dan Deddy, 2017).
6. Jenis dan proses yang terjadi

Kelenjar adrenal terdiri dari korteks dan medula. Keduanya memiliki asal dan fungsi
perkembangan yang berbeda. Korteks berkembang dari mesodrm rongga perut bagian dorsal
(coeloma intra embrionik), namun medula berasal dari sel krista saraf dan setara dengan
ganglion simpatis yang dimodifikasi (Paulsen and Waschke, 2013).

a. Korteks Adrenal

Korteks adrenal pada dasarnya bertanggung jawab untuk sintesis tiga jenis hormon, yakni:

1) Mineralkortikoid  adalah hormon steroid yang bertanggung jawab untuk


melestarikan natrium dan menjaga keseimbangan garam dan air dalam tubuh.
Mineralkortikoid primer dikenal sebagai aldosteron dan disekresikan oleh zona
glomerulosa (lapisan terluar) dari korteks adrenal.
2) Glukokortikoid  adalah kelas lain dari hormon steroid yang memainkan peran
penting dalam mengatur metabolisme glukosa. Glukokortikoid diklasifikasikan ke
dalam dua kategori hidrokortison dan kortikosteron yang diproduksi di fassikulata
zona kosrteks adrenal. Hidrokortison atau kortisol bertanggung jawab untuk mengatur
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
3) Gonadokortikoid atau steroid androgenik disekresikan oleh zona retikularis atau
lapisan terdalam dari korteks adrenal. Androgen adalah hormon seks laki-laki, dan
mereka memfasilitasi pengembangan karakteristik seksual sekunder pada pria.
Mereka memainkan peran penting dalam perkembangan organ seks laki-laki selama
perkembangan embrio.
b. Medula Adrenal

Medula adalah bagian dalam dari kelenjar adrenal, dan itu terutama berkaitan dengan
produksi epinefrin dan norepinefrin yang melakukan fungsi-fungsi berikut. Baik epinefrin
dan norepinefrin yang bersama-sama disebut katekolamin dan mereka dilepaskan oleh
kelenjar adrenal dalam respon terhadap stress fisik atau mental. Epinefrin juga dikenal
sebagai adrenalin, memainkan peran penting konversi glikogen menjadi glukosa, dan dengan
demikian meningkatkan gula darah. Hal ini diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kelancaran
pasokan darah ke otak dan otot.

Medula adrenal berperan dalam mengeluarkan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin) pada saat stress. Kedua hormon ini memiliki fungsi yang serupa yaitu bertugas
meningkatkan aliran darah ke otot, merangsang jantung berdetak lebih cepat, mempersiapkan
tubuh menghadapi keadaan darurat, memicu pelepasan gula darah, meningkatkan
kewaspadaan pikiran dan mengirimkan sinyal antara sel-sel saraf di otak. Sementara itu,
hormon norepinefrin secara klinis biasanya dipakai untuk meningkatkan aliran dan tekanan
darah ketika tekanan darah dalam tubuh berada jauh dibawah normal atau syok (Nila dan
Deddy, 2017).
14. TESTES

Gambar 1. Anatomi dari Testis (kiri: gambar duplikat; kanan: gambar asli)

Sumber gambar: Testes: Anatomy, definition and diagram | Kenhub

1. Anatomi Testes
Dalam bahasa yunani testis disebut orchis, dalam bentuk jamak disebut testes.
Testis secara anatomi merupakan bagian pars genitalies masculina interna. Testis bersama
terletak dalam cavum scroti ditutupi oleh scrotum. Dimana lapisan nya dari luar ke dalam
yakni Cutis - Tunica dartos - Fascia Spermatica Externa (Aponeurosis MOAE) - M.
Cremasterica - Fascia Cremasterica (Aponeurosis MOAI) - Fascia Spermatica Interna
(Aponeurosis MTA) - Tunica Vaginalis Propia (Lamina Parietalis dan Lamina Visceralis) -
Tunica Albuginea. Letak testis normal sebelah kiri lebih rendah jika dibandingkan dengan
sebelah kanan. Tunica vaginalis adalah kantung peritoneum tertutup yang mengelilingi testis
yang merupakan bagian distal yang tertutup dari prosesus emrionik vaginalis..

Pada mulanya testis terletak pada dinding posterior abdomen dan akan Tirifiii
skrotum saat lahir. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat organ menimbulkan testis
bergerak melalui kanalis inguinalis dan pijernakulum akan menuntaskan pergerakan testis ke
dalam skrotum. kihonnon androgen juga mempunytai peran selama penurunan testis

Ukuran testis rata – rata 4 x 3 x 2,5 cm, dengan berat ± 32gram. Morfologi testis
terdapat 2 permukaan datar disebut facies lateralis medialis dan 2 kutub atau polus yaitu
polus superior dan polus inferior.. Stuktur anatomi testes jika dipotong dari margo
anterior ke margo posterior maka akan terlihat tunica albuginea. Tunica albuginea ini
memberi lanjutan lanjutan ke dalam parenchim testis, yang disebut septula testis. Septula
testis ini membagi testis menjadi beberapa lobus testis. Setiap lobus pada testis terdiri dari
tubulus seminiferus dan interstitial testis. Pada daerah dekat margo posterior yang tidak
dicapai oleh septula testis, tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang memadat yang disebut
mediastinum testis. Parenkim testis yang terletak dalam lobulus testis terdiri atas tubulus
seminiferus contortus, ini merupakan daerah yang nampak seperti benang-benang halus yang
berkelok-kelok. Tubulus seminiferus yang mendekati mediastinum testis bergabung
membentuk tubukus seminiferi recti.

Beberapa tubulus seminiferi recti memasuki mediastinum dan berhubungan satu


sama lain, sehingga membentuk anyaman yang disebut rete testis. Dari rete testis dibentuk
saluran-saluran yang memasuki caput epididimis yang disebut ductus efferen testis

2. Vaskularisasi testis
Nutrisi testis utamanya dipasok oleh arteri testicularis yang merupakan cabang dari
aorta abdominalis. Cabang-cabang arteri testikularis ber-anasotomose dengan arteri dari
duktus deferens. Drainase vena dari testis dan epididimis dimulai dari plexus pampiniformis
yang kemudian akan membentuk vena testikularis. Vena testikularis kanan masuk ke vena
cava inferior sedangkan yang kiri akan bergabung dengna vena renalis kiri.

3. Limfonodi
Drainase limfe mengikuti pembuluh darah testikularis berada didalam spermatic cord
menuju ke nodula limfatik daerah lateral aorta atau lumbal dan pre-aortic lumbal dua

4. Inervasi
Testis disarafi oleh plexus testikularis yang berisi parasimpatis n. vagus, serabut
afferent visceral dan serabut simpatis yang berasal dari segment torakal 7

5. Fungsi
Testis merupakan organ reproduksi pria homolog dengan ovarium
5
pada Wanita.

Testis memiliki 2 fungsi yaitu sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Dikatakan sebagai

eksokrin dikarenakan pada tubulus seminiferous dalam testis terjadi spermatogenesis yang

menghasilkan spermatozoa yang belum matang. Sedangkan dikatakan endokrrin karena


pada testis diluar tubulus seminiferous terdapat jaringan interstisial yang menghasilkan

hormone testosteron, yang berguna untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder.

Proses spermatogenesis dan steroidogenesis secara morfologi terpisah pada dua tempat

berbeda,namun kedua kompartemen memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Secara

morfologi testis dibagi mencadi 2 kompartemen yaitu Hprtemen tubulus dan kompartemen

insterstitial. Meski demikian fungsi testis dan kompartemen juga diatur oleh hipotalamus

dan glandula hipofisis.

6. Proses

Pada tubulus seminiferus terjadi proses spermatozoatogenesis dan dapat dibagi menjadi 3

fase :

1. Spermatozoatogenesis, dimana spermatozoatogonia membelah berturut- turut

menghasilkan keturunan sel yang akhirnya menghasilkan spermatozoatosit.

2. Meiosis, dimana spermatozoatosit mengalami 2 pembelahan yang berurutan

dengan pengurangan setengan jumlah kromosom dan jumlah DNA persel mengahasilkan

spermatozoatid.

3. Spermiogenesis, dimana spermatozoatid melalui suatu proses sitodiferensiasi

yang rumit mengahsilkan spermatozoa.

Proses spermatogenesis dimulai dari sel spermatogonium yang terletak dibasal dengan

bentuk sel yang besar dengan inti besar dan sitoplasma pucat. Proses spermatogenesis ini

berlangsung lambat dan terjadi tidak secara sinkron pada semua tubulus seminiferus,

sehingga tiap daerah menunjukkan fase spermatogenesis yang berbeda. Hal tersebut

mengakibatkan spermatozoa ditemukan dalam beberapa tubulus seminiferus dan hanya

spermatid pada tubulus seminiferus lainnya. Sel-sel tersebut mengalami serangkaian mitosis

berurutan dan sel-sel yang baru terbentuk dapat mengikuti salah satu dari dua jalan, yaitu

menjadi spermatogonia A yaitu spermatogonium yang tetap setelah setelah satu pembelahan
mitosis atau lebih dan sebagian sel tersebut juga dapat menjadi spermatogonia B yang

berpotensi meneruskan perkembangannya, yang tumbuh menghasilkan spermatosit primer.

Hasil pembelahan meiosis pertama ini adalah sel-sel yang lebih kecil yang disebut

spermatosit sekunder (masing-masing dengan 23 kromosom ganda) dan diikuti dengan

pengurangan jumlah DNA persel (dari 4n menjadi 2n). Spermatosit sekunder ini secara

histologis sulit ditemukan karena berada dalam interfase yang sangat singkat dan cepat.

Sebagai hasil dari pembelahan meiosis kedua, sel spermatosit sekunder akan menghasilkan

spermatid (masing-masing dengan 23 kromosom tunggal) yang bersifat haploid Sel

spermatid ini memiliki ciri ukuran sel yang kecil, sitoplasma sedikit, berada lebih ditengah

dibanding spermatosit sekunder, berbentuk lonjong. Dengan terbentuknya spermatid maka

proses spermatogenesis berakhir, kemudian sel spermatid tersebut akan mengalami

proses diferensiasi yang komplek yang disebut spermiogenesis, yang akan menghasilkan

perubahan spermatid menjadi spermatozoa.

Setelah sperma dihasilkan ditubulus seminiferus, sperma akan disapu kedalam epididimis

sebagai akibat adanya tekanan – tekanan yang diciptakan oleh sekresi cairan tubulus secara

terus-menerus oleh sel sertoli. Kemudian duktus epididimis dari setiap testis menyatu untuk

membentuk sebuah saluran berdinding tebal dan berotot yang disebut duktus deferen.

Duktus-duktus tersebut melaksanakan beberapa fungsi penting sebagai jalan keluar sperma

dari testis. Sewaktu keluar meninggalkan testis, sperma belum mampu bergerak atau

membuahi. Sperma memperoleh kedua kemampuan tersebut dalam perjalanannya melintasi

epididimis.

Di epididimis proses pematangan sperma ini dirangsang oleh hormon testosteron

yang tertahan didalam cairan tubulus oleh protein pengikat androgen. Kapasitas sperma

semakin ditingkatkan oleh pajanan ke sekresi saluran saluran reproduksi wanita. Selain itu

epididimis juga memekatkan sperma beberapa ratus kali lipat dengan sebagian besar cairan

yang masuk tubulus seminiferus. Sperma matang secara perlahan bergerak melintasi
epididimis kedalam duktus deferen akibat kontraksi ritmik otot polos didinding saluran

tersebut.Duktus deferen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang penting karena

sperma yang terkemas rapat relatif inaktif dan kebutuhan metaboliknya juga rendah, sperma

dapat disimpan dalam duktus deferen selama beberapa hari meskipun tidak terdapat pasokan

nutrien dari darah dan sperma hanya mendapat makanan dari gula-gula sederhana yang dapat

disekresi tubulus.

Selain sel spermatozoa pada testis juga terdapat sel sertoli. Sel sertoli ini memiliki bentuk

piramida, inti polimorf dan pucat, melekat pada lamina basalis, sedangkan bagian ujungnya

menjorok kedalam lumen tubulus seminiferus. Sel-sel sertoli tersebut memiliki funsi sebagai

berikut :

1. Sebagai sawar darah-testis, yaitu untuk mencegah bahan-bahan yang terdapat didalam

darah masuk kedalam lumen tubulus, sehingga hanya molekul-molekul tertentu yang

mampu melewati sel sertoli yang dapat mencapai cairan lumen. Selain itu juga untuk

mencegah sel-sel penghasil antibodi dicairan ekstra sel mencapai lumen tubulus

penghasil spermatozoa, hal ini bertujuan untuk mencegah pembentukan antibodi

terhadap spermatozoa.

2. Sel sertoli sebagai penyokong, pelindung dan pengatur yang sedang berkembang. Sel

sertoli berperan untuk fagositosis. Selama spermatogenesis sitoplasma spermatid yang

belebihan dibuang sebagai badan-badan residu. Fragmen sitoplasma ini difagosit,

dihancurkan, dan selanjutnya direasorpsi oleh lisosom sel sertoli.

3. Sel sertoli mengsekresikan kedalam tubulus seminiferus cairan yang mengalir ke arah

duktus genitalis dan digunakan untuk transport spermatozoa. Selain itu sel sertoli

menghasilkan protein pengikat androgen (androgen binding protein). Protein tersebut

mengikat androgen (yaitu testosteron) sehingga kadar hormon ini didalam tubulus

seminiferus tetap tinggi.


4. Sel sertoli adalah tempat kerja testosteron dan follicle stimulating hormon (FSH)

untuk mengontrol spermatogenesis.

Pada tubulus seminiferous selain terdapat spermatozoa dan sel sertoli juga terdapat sel

leydig. Sel leydig ini terletak dijarinag intersitial pada tubulus seminiferus. Sel ini

menghasilkan hormon tetosteron yang bertanggung jawab terhadap perkembangan kelamin

sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

Adelati, Siera and Juniarto, Achmad Zulfa and Miranti, Ika Pawitra. 2016.
HISTOPATOLOGI SPERMATOGENESIS TESTIS TIKUS WISTAR DIABETES
MELITUS. Undergraduate thesis, Diponegoro University

Amirudin R., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Fisiologi dan Biokimia hati. Edisi V.
Jakarta. Interna Publishing. Hal : 627

Andar, Anindyo Abshar and Winarni, Tri Indah and Miranti, Ika Pawitra. 2015.

PENGARUH PAPARAN OBAT NYAMUK PADA KELAINAN GAMBARAN

HISTOLOGI SEL LEYDING TESTIS TIKUS SPRAGUE DAWLEY. Undergraduate

thesis, Faculty of Medicine.

Anggrawati, H., & Astuti, S. A. 2017. Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta:
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Ardhiansyah, A.O., 2018. Surgery Mapping 5 : Kanker Kolorektal, e-book. Surabaya :


Airlangga University Press.

Aulsen F. & J. Waschke. 2018. Sobotta Atlas of Anatomy Internal Organs. Penerjemah:
Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.

Armin Schneider,Hubertus Feussener.2017.Biomedical Engineering in Gastrointestinal


Surgery.

Berardy R, Lynda S. Peptic Ulcer Disease, dalam Dipiro JT, Talbert RL, Yess GC, Maztke
GR, Wells BG, Posey LM. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach (Sixth
Edition). Ney York: McGraw-Hill, Medical Publishing Division by The McGraw-
Hill Companies; 2005.
Drake RL, Vogl AW, Adam WM. 2015. Gray's Anatomy for Students. Third Edition.
Churchill Livingstone. Elsevier
Elizabeth.J.Corwin.2009.Buku Saku Patofisiologi Corwin.Jakarta:Aditya Media.

Eni Purwati,Nur Hasanah,Ari Setiawan,Dewi Nur.2013.Anatomi dan Fisiologi untuk SMK


Kesehatan.Jilid I.Jakarta:EGC.

Evelyn Pearce.2010.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Cetakan 34.Jakarta:Gramedia


Pustaka Utama.
Fitriana. 2018. Prevalensi Karies Gigi. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

Hadi S., 2002. Gastroenterology. Edisi ketujuh. Bandung: Penerbit P.T. Alumni Bandung.
Hal : 656

Harlan, J. 2018. Biopsikologi. Depok: Universitas Gunadarma.

Histology for Pathologists, third edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2007, PP 589-602

Irlinda. 2014. Hubungan Antara Paparan Asap dengan Kejadian Pembesaran Gingiva.
Skripsi. Universitas Diponegoro.

Jalaluddin. 2014. Morfometri dan Karakteristik Histologi Ovarium Sapi Aceh Selama Siklus
Estrus. Jurnal Medika Veteranaria.

Keith L.Moore,Anne M.R.Agur,Arthur F.Dalley.2014.Clinical Oriented


Anatomy.7thed.Philadelphia:Lippincott Williamy & Wilkins.

Kusumawati, A., A., T. 2014. Lambung. Program Pendidikan Dokter Spesialis S-1 Patologi
Anatomi FK Unud.

Lindseth GN. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 1, (Edisi 6).
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2005.

Marieb, Elaine. N., Wilhelm, P.B., Mallatt, Jon. 2017. Human Anatomy Eight Edition Global
Edition. England : Pearson Education Limited

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. 2014. Moore clinically oriented anatomy. Edisi ke-7.
Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins
Moore Keith L.,Agur Anne, M. R., Dalley, Arthur F. 2015. Essential Clinical Anatomy Fifth
Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer Health.

Murat Ferhat Ferhatoglu and Taner Kıvılcım. 2017. Intech. Anatomy of Esophagus,
chapterfrom the book Esophageal Abnormalities.

Neil Prufer, MD. 2019. Anatomy of Esophagus, Comperhensive Laryngology Curriculum.


American Laryngological Association.

Netter, Frank H. 2014. Atlas Of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta : ECG.

Nila, Aster., Deddy, Frianto. 2017. Farmakologi Program Keahlian Farmasi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nugroho, R. A. 2016. Dasar-Dasar Endokrinologi. Mulawarman University Press.
Samarinda.

Patwa, A. and Shah,A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory system relevant to
anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9), p.533

Paulsen, F & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit : Jakarta : ECG

Paterson. W.G., Mayrand, S. dan Mercer, C.D. 2005. First Principles of Gastroenterology:
The Basis of Disease and an Approach to Management, fifth edition. E-book. Jansen-
Ortho.

Putri, M. R. 2014. Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi Terhadap Ph dan
Volume Saliva serta Angka Leukosit Cairan Sulkus Gingiva . Jurnal Media Medika
Muda. Vol.2(1): 1-18.

Prasetiyo. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Anatomi dan Karies Gigi
dengan Status Karies Gigi. Skripsi. Universitas Islam Bandung.

Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S.,
Nurbaiti I., Jenny B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta, 2007. Edisi ke-6: 212-215; 217-218

Sanusi.2011.Tukak Lambung.In.A.A.Rni,M.S.K,&A.F.Syam(Eds).Buku ajar


Gastroenterologi.Jakata:Interna Publishing:328-345.

Sloane, Ethel, 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2004. Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan oleh: James
Veldman, EGC, Jakarta.

Snell,R.2014.Anatomi Klinik Berdasarkan Regio.Dialihbasahkan oleh Suguhrto L.Edisi ke-


9.Jakarta:EGC.

Sweis, Rami. 2014. Wiley Online Library. Phsysiology and function of the oesophagus.
Vol. 1(2).

Wirentari, W. 2010. Penatalaksanaan Kanker Lidah Dengan Teknik Diseksi Leher Radikal.
Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Yuliana. Female Genitalia. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Rakhmawati, Fazmial. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI HEPAR. URL:


https://fdokumen.com/document/anatomi-hepar-567869d4381b3.html diakses tanggal
1 Desember 2020

Linda, Bauuman, dan Alissya. 2013. Adrenal Glands. URL:


https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007%2F978-1-4419-1005-9_79.
Diakses tanggal 27 November 2020.

SIER Modul Pelatiahan, Pengantar Sistem endokrin. US National Institutes Of Health,


National Cancer Institute. URL: http://training.seer.cancer.gov/anatomy/endocrine/
Diakses 2013/10/21

Suhendrina, R. 2015. Anatomi dan Fisiologi Panca Indra.


URL:https://fdokumen.com/document/anatomi-fisiologi-lidah.html. diakses tanggal
29 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai