Anda di halaman 1dari 60

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Sistem Pencernaan

1. Pengertian

Sistem pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar


dan mempersiapkannya untuk dapat diserap/absorpsi oleh tubuh. Sistem
pencernaan mulai dari mulut, faring, tenggorokan, oesophagus, lambung,
duodenum, usus halus, usus besar, rectum, dan anus (Setiadi, 2012).

Gambar 1.1 Gambar Sistem Pencernaan.

a. Rongga Mulut

Rongga mulut adalah adalah rongga lonjong pada permukaan saluran


pencernaan. Terdiri atas dua bagian luar yang sempit, yaitu rongga
mulut yang dibatasi disisi-sisinya dengan tulang maksilaris dan semua
gigi dan disebelah belakang bersambung dengan awal tekak atau faring.
Atap mulut dibentuk oleh palatum dan lidah terletak dilantainya dan
terkait pada tulang hioid (Irianto, 2014).
Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa menyambung lidah
dengan lantai mulut. Dikedua sisi terletak papila sublingualis yang
memuat lubang kelenjar ludah submandibularis, tempat lubang-lubang
halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Selaput lendir mulut di
tutupi oleh epitelium yang berlapis-lapis. Dibawah nya terdapat kelenjar
halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh
darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris (Irianto,
2014).

1) Bagian–Bagian Mulut

a) Vestibulum Oris

Vestibulum oris terletak diantara bibir dan pipi bagian luar.


Gusi dan gigi dibagian dalam, bagian atas dan bawah di batasi
lipatan membran mukosa bibir pipi dan gusi. Pipi membentuk
lateral vestibulum yang disusun oleh muskulus buksinator dan
dilapisi oleh membran mukosa. Sebelah luar muskulus
buksinator ditutupi oleh fasia bukofaringealis yang berhadapan
dengan gigi molar kedua dan bagian atas terdapat papila kecil
tempat bermuaranya duktus gladula parotis (Irianto, 2014).

b) Kavitas Oris Propia

Bagian ini ada di antara arkus aloviolaris, gusi, dan gigi yang
memiliki atap dengan di bentuk oleh palatum durum (palatum
keras) pada bagian depan palatum molle (palatum lunak) pada
bagian belakang. Sebagian besar dasar mulut di bentuk oleh
anterior lidah dan lipatan membran mukosa. Pada garis tengah
lipatan balik membran mukosa terdapat frenolum lingua yang
menghubungkan permukaan bawah lidah dengan dasar mulut.
Di kiri dan kanan frenolum lingua terdapat papila kecil yang
bagian puncaknya bermuara pada duktus glandula
submandibularis (Irianto, 2014).

a. Faring
Faring merupakan saluran panjang sekitar 5 inci (12.7 cm). Yang
digunakan untuk makanan dan udara. Area faring diberi nama
berdasarkan letak. Nasofaring, yang terletak dibagian rongga hidung, di
lapisi oleh epitel silindris bertingkat semu bersila. Orofaring terletak di
belakang rongga mulut, dilapisi oleh epitel sekuamosa bertingkat.
Laringofaring memiliki lapisan yang sama dan terletak tepat di bawah
epiglotis. Pada area ini, saluran napas dan saluran cerna terbagi. Laring
terletak langsung di depan faring dan merupakan struktur jalan masuk
udara ke paru-paru. Karena laring dan faring saling berdekatan,
mekanisme khusus epiglotis, mencegah aspiransi makanan dan cairan
ke dalam paru ketika seseorang menelan. Katup jaringan ini turun untuk
menutup laring dan trakea selama menelan (Evelyn, 2014).

1) Bagian-Bagian Faring

a) Naso faring, di belakang hidung. Di dinding pada bagian daerah


ini terdapat lubang saluran Eustakhius. Kelenjar-kelenjar
adenoit terdapat nasofaring.

b) Faring oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tongsil ada di


dinding lateral daerah faring ini.

c) Faring laringeal, ialah bagian terendah yang terletak di bagian


laring. Di bagian faring terdapat tujuh lobang, dua dari saluran
Eustakhius, dua bagian posterior lubang hidung yang ada di
belakang rongga hidung, mulut, laring, dan esofagus (Evelyn,
2014).

1) Fungsi Faring

Fungsi faring dalam sistem pencernaan. Hal ini dalam faring bahwa
fase kedua menelan langsung. Lalu di basahi bulus makanan di
pindahkan kebagian belakang mulut dengan lidah dan di dorong ke
faring. Berikut kontraksi otot (kontriksi otot melingkar) terjadi dan
refleks menelan dipicu bagian dari aksi menelan terjadi sebagian
tindakan refleks, sedangkan bagian itu berada di bawah kontrol
sukarela. Bolus makanan kemudian didorong ke arah kerokongan
yang merupakan tabung otot memanjang dari kerongkongan. Ini
refleks menelan mencegah makanan masuk dalam pipa angin atau
trakea. Selain itu, epiglotis flap-seperti meliputi laring, sehingga
tidak ada makanan masuk trakea. Kontraksi otot-otot memanjang di
dinding faring mengangkat dinding faring saat menelan. Ketika kita
menelan makanan, makanan masuk hanya pipa makanan dan bukan
pipa angin. Namun, jika kita berbicara sambil makan, kadang-
kadang beberapa partikel makanan dapat memasukkan pipa angin
dan menyebabkan kita terdesak(Evelyn, 2014).

a. Esofagus

Esofagus atau kerongkongan, memiliki panjang sekitar 10 inci (25,4 cm)


memanjang dari faring ke leher dan toraks dan melalui lubang di
diafragma, menuju lambung. Peran esofagus dalam pencernaah adalah
sebagai saluran. Otot sirkulat yang kuat terletak anata esofagus dan
lambung, ini adalah sfingter kardiak atau sfingter esofagus bawah (lower
esophageal sphincter, LES) yang terkadang disebut sfingter
gastroesofagus. Sfingter ini menjaga lubang lambung dengan mencegah
makanan agar tidak mengalir kembali ke esofagus gelombang peristalsis
mendorong makana melalui sesofagus bawah. LES membuka
(memungkinan makanan masuk) dan menutup (menyimpan makanan di
dalam lambung) (Irianto, 2014).

1) Bagian-Bagian Esofagus

a) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).

b) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).

c) Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)(Irianto, 2014).

1) Fungai Esofagus

Espfagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari


faring kelambung(Irianto, 2014).

a. Lambung

Lambung memiliki volume sekitar 1/5 cangkir ketika kosong, tetapi dapat
mengembang untuk menahan lebih dari 8 cangkir setelah makan.
Lambung adalah bagaian dari saluran pencernaan yang berbentuk kantung,
terletak terutama di daerah epigastrik dan sebagian di selah kiri daerah
hipokondriak dan ubilikal. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu pundus
batang utama, dan bagian bawah yang horizontal yaitu atrium pilorik.
Lambung terletak di bawah diafragma, didepan pankreas dan limpa
menenpel pada sebelah kiri pundus lambung terdiri atas 4 lapisan. Lapisan
peritonial luar yang merupakan lapisan serosa, lapisan berotot yang terdiri
atas 3 lapis, serabut longitudinal yang tidak dalam dan bersambung dengan
otot esofagus, serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus
serta membentuk otot springter dan berada di bawah lapisan pertama,
serabut oblig yang terutama di jumpai pada fundus lambung dan bejalan
dari orifisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kirvatura
minor (lengkung kecil). Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan
areoral berisi pembuluh darah dan saluran limpe. Lapisan mukosa yang
terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas banyak kerutan dan lugae
yang hilang bila organik mengembang karna makanan(Irianto, 2014).

1) Bagian-Bagian Lambung

a) Fundus

Fundus merupakan bagian yang membesar kekiri dan diatas pintu


masuk esofagus ke dalam lambung.

b) Korpus

Korpus merupakan bagian di tengah.

c) Pilorus

Antrum pilorus merupakan bagian yang paling rendah. Lambung


berakhir dengan sfingter pilorus. Terdapat dua kurvatura minor
yang berbentuk konkaf dan batas kiri bawah adalah kurvatura
major(Irianto, 2014).

1) Fungsi Lambung

Menerima makanan dari esofagus melalui orifisium kardiak dan


bekerja sebagai penimbunan sementara, sedangkan kontraksi otot
mencampur makanan dengan getah lambung, pepsin yang dihasilkan
dari pepsinogen dalam lingkungan asam hidroklorida dari bekerja atas
protein mengubahnya menjadi bahan yang lebihmudah larut yang
disebut pepton. Renin adalah bagi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari kafinogen yang dapat larut. Kasein adalah
protein susu dan setelah dipisahkan dapat di pengaruhi fermon pepsin
sebuah enzim yang dapat memecahkan lemak disebut lipase(Irianto,
2014).

a. Usus Halus

Usus halus (intestinum tenue) adalah tabung yang berukuran kira-kira 2,5
meter panjang dalam keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan 6 meter
adalah penemuan setelah meninggal bila otot telah kehilangan tonus nya.
Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileo-kolika, tempat
bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah umbilikus
dan di kelilingi oleh usus besar (Evelyn, 2014).

Didalam usus halus inilah proses pencernaan dan absorbsi atau penyerapan
zat makanan sebagian besar berlangsung. Proses pencernaan karbohidrat
dilanjutkan kembali disini. Pokok dari pencernaan karbohidrat adalah
memecah molekul karbohidrat menjadi monosakarida (glukosa, galaktosa,
fruktosa) yang bisa diserap usus masuk ke peredaran darah. Tugas ini
dilaksanakan oleh enzim yang dihasilkan oleh pankreas yaitu alfa amilase,
maltase, laktase, sukraase, glukosidase, dan alfa dekstrinase (Evelyn,
2014).

1) Bagian-Bagian Usus Halus

a) Usus Duabelas Jari (Duodenum)

Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25


cm, berbentuk sepatu kuda. Pada usus ini bermuara dua saluran,
yaitu: saluran getah pankreas dan saluran empedu. Saluran empedu
dan saluran pankreas masuk kedalam usus duabelas jari pada suatu
lubang yang di sebut ampula hepatopankreatika atau ampulavatori.
Saluran empedu menghasilkan getah empedu (bilus) yang di
hasilkan oleh hati. Getah empedu berfungsi untuk mengmulsikan
lemak. Pankreas yang terdapat di bawah lambung menghasilkan
getah pankreas. Getah pankreas menghasilkan enzim pencernaan
seperti: A milase (untuk mengubah zat tepung menjadi gula,
Tripsin ( untuk mengubah protein atau pepton menjadi asam
amino, Lipase (untuk mengubah lemak menjadi gliserol dan asam
lemak) (Evelyn, 2014).

b) Usus Kosong (Yeyuneum)

Usus kosong atau yeyuneum adalah bagian kedua dari usus halus,
di antara usus duabelas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan di gantungkan dalam tubuh dengan mensetenrium
(Evelyn, 2014).

c) Usus Penyerapan (Ileum)

Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus pada


sistem pencernaan manusia, memiliki panjang sekitar 2-4m dan
terletak setelah duodenum dan yeyunum dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 ( netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin b12 dan garam empedu. Pada
bagian ini sari-sari makanan hasil proses pencernaan diserap.
Makanan akan diserap oleh jonjot usus. Asam amino dan glukosa,
vitamin , garam mineral akan diangkut oleh kapiler darah, sedang
asam lemak dan gliserol akan diangkut oleh pembuluh kil atau
pembuluh getah bening usus. Menuju kepembuluh balik besar
bawah selangka (Evelyn, 2014).

1) Fungsi Usus Halus

Fungsi usus halus adalah mencerna dan menyerap ”khime” dari


lambung isinya yang cair digerakan oleh serangkaian gerakan yang
memisahkan beberapa segmen usus satu dari yang lain karena diikat
oleh gerakan kontraksi serabut sirkuler dan gerakan ayunan,
menyebabkan isi usus bercampur.

Dua cairan pencerna masuk ke usus duabelas jari (duodenum) melalui


saluran-saluran, empedu ( melalui hati) dan getah pankreas (dari
pankreas) empedu digunakan untuk pencernaan lemak yang di
pecahkan dalam bagian bagian kecil, dengan demikian membantu kerja
limfase. Empedu ini sifatnya alkalis dan membantu membuat makanan
yang keluar dari lambung yang asam menjadi netral. Garam empedu
mengurangi ketegangan permukaan isi usus dan membantu
membentuk emulsi dari lemak yang di makan (Evelyn, 2014).

a. Usus Besar

Pencernaan untuk kebutuhan absorbsi sudah tidak ada lagi dalam usus
besar. Yang ada hanya ada penyerapan air dan elektrolit untuk
memadaktkan kimus yang masih dalam bentuk cair. Kimus dalam usus
besar berupa bahan-bahan yang tidak dapat di serap di usus halus misalnya
selulosa dari tumbuhan yang nantinya akan memberikan bentuk feses dan
dibuang melalui anus (Irianto, 2014).

Dalam usus besar terdapat bakteri yang dapat mencernakan sebagian kecil
selulosa untuk bakteri itu sendiri. Aktifitas bakteri ini membentuk
beberapa vitamin K, vitamin B12, tiamin, riboflavin dan gas
karbondiosida, hidrogen dan metana. Vitamin K sangat penting dalam
proses pembekuan darah dan hanya ada dalam jumlah yang sedikit dalam
makanan kita. Kimus makin ke arah anus makin padat dan dikeluarkan
sebagai feses melalui proses defekasi (buang air besar) (Irianto, 2014).

1) Bagian-Bagian Usus Besar

a) Usus Tebal atau Kolon

Panjangnya kira-kira 0,5 meter, ialah sambungan dari usus halus


dan mula dikatip ileokolok, yaitu tempat sisa makanan lewat.
Refleks gastrokolik terjadi ketika makanan masuk kelambung dan
menimbulkan peristaltik di dalam usus tebal. Usus tebal mulai
sebagai kantong yang mekar dan padanya terdapat umbai cacing
(apendiks). Umbai cacig juga terdiri atas empat lapisan yang sama
seperti usus lainnya hanya lapisan submukosa erisa sejumlah besar
jaringan limfa (Irianto, 2014).

Usus tebal tidak ikut serta dalam penceraan atau penyerapan


makanan. Bila usus tebal mencapai sekum, maka semua zat
makanan telah diserap dan isinya cair. Selama terjalanan di dalam
kolon isinya menjadi semakin padat karena air diserap dan ketika
poros usus dicapai, maka feses (tinja) bersifat padat lunak. Gerak
peristaltik atau gerak meremas-remas di dalam usus tebal sangat
lamban. Dibutuhkan wakt kira-kira 16 jam bagi isinya untuk
mencapai fleksura sigmoid (Irianto, 2014).

Fungsi kolon adalah melakukan penyerapan air berupa garam dan


glukosa, sekresi musin di dalam lapisan dalam, dan penyiapan
selulosa yang berupa karbohidrat di dalam tumbuh-tumbuhan dan
sayuran hijau. Di dalam kolon juga banyak bakteri pembusukan
yang ridak mengganggu kesehatan manusia, bahkan bakteri iyu
menguntungkan sebab membantu membusukkan sisa makanan.
Bahkan ada bakteri yang dapat membantu menyusun vitamin dan
asam amino tertentu, misalnya bakteri Escherichia coli.
Penyerapan sisa protein yang belum dicerna oleh kerja bakteri
guna bakteri. Karena sesuat hal umbai cacing dapt meradang
disebut radang umbai cacing (apendisitis) (Irianto, 2014).

b) Poros Usus atau Rektum

Poros usus ialah saluran yang panjangnya 10 cm terbawah dari


usus tebal, dimulai pada kolom sigmoideus dan berakhir pada
saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Rektum (bahasa latin:
regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses.
Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rectum, maka timbul keingin untu buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material didalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,
dimana penyerapan air akan kembali dilakukakan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi (Irianto, 2014).

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus
merupakan lunang di ujung saluran pencernaan, dinama bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbetuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usis. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sfingter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar-BAB), yang merupakan
fungsi utama anus (Irianto, 2014).

A. Fisiologi Sistem Pencernaan

Agar sel individual, pertama-tama makanan harus diurai menjadi senyawa


kecil. Setelah makanan diurai, absorpsi dapat terjadi. Tubuh melakukan dua
jenis pencernaan mekanis dan kimia. Perencanaan mekanis adalah pengurain
makanan secara fisik dengan mengunyah dan pergerakan makanan dalam
saluran cerna. Penguraian makanan menjadi potongan yang lebih kecil
menunjukan lebih banyak area permukaan makanan terhadap efek enzim,
asam, dan zat kimia lain. Pencernaan kimia merupakan penguraian ikatan
kimia salam makanan dengan tambahan enzim, asam, dan air. Dengan
demikian, beberapa proses pencernaan dimulai di mulut, faring, dan lambung.
Tetapi sebagian besar pencernaan terjadi di duodenum (Evelyn, 2014).

1. Enzim
Enzim merupakan kekuatan pendorong dibalik pencernaan kimia. Enzim
disekresi oleh kelenjsaluran Gar ludah, lambung, usus halus dan usus
besar, hati, dan pankreas. Enzim sering mendapatkan nama dari zat yang
mereka pengaruhi. Setiap enzim banyak efektif pada sebuah zat gizi
tertentu. (Irianto, 2014).

a. Mukus dan Air

Saluran G! menggunakan cairan lain untuk melubrikasikan, mencairkkan,


dan mencerna makanan. Mukus, yang dibentuk oleh membran mukosa
yang . melubrikasi makanan dan melindungi lapisan saluran GI dari cedera
mekanis atau kimia (akibat asam lambung). Ari mencairkan makanan,
membuat makanan lebih mudah dicerna dan diabsorpsi. Air berpartisipasi
dalam reaksi kimia dan juga pelarut yang memungkinkan elektrolit
(Osmosis) melintasi dinding usus dalam kedua arah (Irianto, 2014).

b. Pencernaan di Lambung

Fundus dan badan lambung sebagian besar berfungsi sebagai area


penyimpanan : pilorus merupakan area yang berperan terutama untuk
pencernaan lambung. Pencernaan mekanis dan kimia terjadi di lambung.
Saliva dari rongga mulut melanjutkan pencernaan zat tepung di lambung.
Tetapi karbohidrat tidak sepenuhnya dicerna disini. Pencernaan lemak
berlanjut di lambung akibat lipase lingual, tetapi tid hanya sehikit yang
diurai di lambung. Pepsin memulai pencernaan protein di lambung. Tetapi
tidak sepenuhnya selesai di lambung (Irianto, 2014).

Lambung dilapisi membran mukosa, mukusnya melapisi dan melindungi


lapisan lambung. Lapisan lambung juga mengandung sel sekretori yang
disebut sel utama dan sel parietal (Irianto, 2014).

Sel utama menyekresi pepsinogen dan lipase lambung. Pepsinogen


merupakan prekusor pepsin. Enzi yang diperlukan untuk mengurai protein.
Lipase lambung mengurai trigliseridsa dalam lemak mentega (yang
ditemukan disusu dan beberapa produk susu lainnya) (Irianto, 2014).
Sel pariental menyekresi asam plorida, fungsinya adalah mengaktivasi
pepsinigen dalam membunuh sebagian besar mikroorganisme di lambung.
Ketika diaktivasi oleh asam plorida. Pepsinogen berubah menjadi enzim
pepsin, yang mulai mengurangi protein. Sekresi sel parietal lainnya adalah
faktor intrinsik, yang penting bagi kehidupan. Zat ini diperlukan untuk
absorpsi vitamin B12 yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
di sumsum tulang. Lambung juga menghasilkan hormon pengatur, seperti
gastrin. Gastrin menstimulasi sekresi asam plorida dan pepsinigen. Gastrin
juga secara lemak menstimulasi pankreas untuk menyekresi enzim dan
kandung empedu untuk melepaskan beberapa empedu (Irianto, 2014).

c. Pencernaan di Usus Halus

Sebagian besar pencernaan berlangsung di usus halus. Disini


kolesistokinin atau (CCK), suatu hormon, disekresi oleh duodenum dan
yeyenum sebagai respon terhadap adanya lemak di di duodenum. CCK
mengaktivasi kandung empedu untuk melepaskan empedu. Empedu
mengalir mengalir melalui duktus sistikus kedalam duktus biliaris komunis
dan disimpan di duodenum. Di deodenum, kerja empedu memecah droplet
lemak menjadi partikel yang lebih kecil. Empedu juga membantu
menetralkan kimus asam dan memfasilitasi ekskresi produk sampah,
termasuk bilin dan asam empedu (Evelyn, 2014).

Kolesistokinin juga menstimulasi pankreas untuk menyekresi getah


pankreas, yang kemudian diubah menjadi bentuk aktif di usus halus, enzim
khusus (amilase, tripsin, dan lipase) di getah pankreas mencerna zat
tepung, protein, dan trigliserida (lemak) secara berturut-turut. CCK juga
membantu dalam inhibilasi (menghambat) proses pencernaan di lambung
(Evelyn, 2014).

Sukrase, maltase, dan laktase-enzim yang disekresi oleh mukosa usus-


membantu pencernaan karbohidrat (CHO). Beberapa enzim protein yang
disebut peptidase juga membantu pencernaan protein. Ketika pencernaan
lengkap, bentuk paling sederhana dari zat gizi ini tetap ada. Bentuk
tersebut adalah asam amino (protein) asam lemak (lipid), dan
monosakarida-gula sederhana (glukosa, galaktosa, dan floktosa). Zat ini
saat ini dapat dipindahkan dalam aliran darah untuk digunakan dalam
tubuh (Evelyn, 2014).

d. Absorpsi di Usus Halus

Absorpsi kedalam tubuh terjadi melintasi vili. Tonjolan kecil seperti jari
pada usus halus, kejejaring kapiler. Untuk meningkatkan area permukaan.
Vili juga mengandung mikrovili, lipatan mikroskopik membran sel.
Apabila vili dan mikrovili seseorang tidak melipat dan diluruskan.
Ukurannya dapat secara penuh menutupi lebih dari 2000 kaki kuadrat.
Seukuran setengah lapangan basket. Vili bergelombang untuk menjaga
molekul makanan tercampur sepenuhnya dengan getah pencernaan.
Sekitar 85% nutrisi yang digunakan tubuh diabsorpsi melalui vili usus
halus ke aliran darah untuk dikirim ke sel. Asam amino diabsorpsi di
duodenum dan yeyenum : sebagian besat lemak diabsorpsi di yeyenum
(Evelyn, 2014).

e. Absorpsi Lemak

Garam empedu penting dalam misel, yang merupakan partikel koloid yang
paling sering tersusun dalam rantai paralel. Misel mentransfer lemak yang
dicerna ke vili usus untuk diabsorpsi. Kebanyakan asam lemak transpot
dengan cara ini, kemudian diabsorpsi ke dalam lakteal, dan dibawa oleh
limfe untuk digunakan untuk tubuh (Evelyn, 2014).

f. Absorpsi di Usus Besar

Setelah berada di usus halus selama 4 sampai 6 jam, “makanan” masuk ke


usus besar yang tersisa hanya air, elektrolit dan produk sampah, ini
menghasilkan sekitar 1500 ml kimus per hari karena sampah mengalir
melalui usus besar. Dinding kolon proksimal mengabsorpsi sebagian besar
air yang tersisa untuk kembali ke sirkulasi. Mekanisme ini membantu
mencegah dehidrasi. Air bergerak melalui osmosis , setelah mengabsorpsi
garam mineral, terutama setelah reabsorpsi ini, hanya produk sampah yang
tersisa (Irianto, 2014).

g. Metabolieme

Metabolisme didefinisikan sebagai; biotransformasi, dau kategori urama


metabolisme adalah katabolisme anabobisme. Katabolisme merupakan
penguraian molekul besar menjadi molekul besar menjadi yang lebih kecil
sekama katabolisme energi sering kali dilepaskan. Akhir produk
katabolisme yang tampak selama pernafasan sel adalah karbondioksida,
air, dan energi. Anabolisme melibatkan sintesis zat yang lebih sederhana
untuk membetuk zat baru dan lebih teratur dan dapt digunakan oleh sel
tubuh (Irianto, 2014).

h. Sintesis dan pelepasan energi

Selama katabolisme, energi dilepaskan. Energi ini disintesis menjadi


komponen yang sangat penting, adenosin trifosfat (ATP). ATP penting
untuk proses anabolisme yang tidak dapt terjadi tanpa adanya ATP. Istilah
metabolisme basal merujuk pada jumlah energi minimal yang diperlukan
tubuh untuk mempertahankan kondisi tanda-tanda vital vegetatif dasar,
seperti bernafas suhu tubuh dan sirkulasi (Irianto, 2014).

i. Eliminasi

Tidak ada enzim yang terdapat di kolon : oleh sebab itu, hanya sedikit
pebcernaan yang terjadi di sini. Semua zat gizi yang tidak direabsorpsi dan
dikirim ke sirkulasi porta, dieliminasi. Proses eliminasi sampah khusus
padat dari kolon disebut defekasi, bab, atau egesti. Saat masuk ke rektum,
feses menstimulasi ujung saraf kesensorik sehingga menimbulkan sensasi
penuh massa. Gelombang peristaltik mendorong isi tersebut terhadap otot
anus sebagai tanda untuk mengosongkan rekrum. Refleks defekasi ini
berlanjut sebab aktifitas saraf yang dikendalikan oleh sistem pasasimpatis
menyebabkan kontraksi kuat. Untuk mengeluarkan feses sfingter anal
eksternal, otot skeletal, relaksasi secara volumter. Jika refleks defekasi
diabaikan secara teratur, impuls cenderung mati konstipasi sering terjadi
(Irianto, 2014).

j. Proses Pencernaan

Saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut, kerongkongan


(esophagus), lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Serta
organ tambahan yang terdiri dari gigi, lidah, kelenjar ludah, kandung
empedu, hati, dan pankreas (Evelyn, 2014).

Pencernaan dibagi menjadi:

1) Pencernaan Mekanis Proses mengunyah dan gerak peristaltik.

2) Pencernaan Kimiawi dihancurkan oleh enzim-enzim pencernaan yang


dikeluarkan di mulut, lambung, usus halus, kantung empedu dll.

a. Proses Pencernaan Karbohidrat (KH)(Irianto, 2014).

1) Pencernaan KH di mulut: kelenjar air liur mengeluarkan saliva yang


mengandung enzim ptyalin (amilase). Perannya untuk mengubah
amilum menjadi sakarida sederhana.

2) Pencernaan KH di lambung: Karbohidrat dalam makanan ditampung,


disimpan, dan dicampur dengan asam lambung, lendir dan pepsin.

3) Pencernaan KH di Usus halus: di dalam duodenum terdapat amylase


untuk memecah amilum menjadi monosakarida.

Maltosa maltase → glukosa + glukosa

Sukrosa sukrase → fruktosa + glukosa

Laktosa laktase → galaktosa + glukosa


4) Proses penyerapan (absorpsi) KH melalui mekanisme difusi fasilitasi
oleh hormon insulin, terutama di duodenum dan jejunum(Evelyn,
2014).

A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah jumlah semua interaksi antara suatu organisme dan


makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah sesuatu
yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. Zat gizi
adalah zat organik dan anorganik yang dijumpai dalam makanan dan
dibutuhkan untuk fungsi tubuh. Manusia memerlukan zat gizi esensial
dalam makanan untuk pertumbuhan dan untuk memelihara semua jaringan
tubuh dan fungsi normal semua proses tubuh (Irianto, 2014).

Asupan makanan yang memadai terdiri atas zat gizi esensial yang
seimbang: Air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Makanan memiliki nilai gizi (kandungan zat gizi dalam suatu jumlah
makanan) yang sangat berbeda, dan tidak ada satupun makanan yang
dapat memberikan semua zat gizi esensial. Zat gizi memiliki tiga fungsi
utama: menyediakan energu untuk proses dan pergerakan tubuh,
menyediakan materi struktural untuk jaringan tubuh, dan mengatur proses
tubuh (Kozier, 2010).

Nutrisi adalah adalah satu komponen pening yang menunjang


kelangsungan tumbuh kembang. Nutrien merupakan elemen penting untuk
proses dan fungsi tubuh. Enam kategori zat makanan adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air(Hidayat, 2009).

2. Jenis-Jenis Nutrien

a. Karbohidrat
Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom
C, 2 atom H, 1 atom O. Terdiri atas dua jenis dasar: karbohidrat
sederhana (gula) dan karbohidrat kompleks (tepung dan
serat).karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang
berperan struktural & metabolik. sedangkan pada tumbuhan untuk
sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum/selulosa,
melalui proses fotosintesis, sedangkan Binatang tidak dapat
menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung tumbuhan. karbohidrat
merupakan sumber energi dan cadangan energi, yang melalui proses
metabolisme (Murray, 2009).

Banyak sekali makanan yang kita makan sehari hari adalah suber
karbohidrat seperti : nasi/beras, singkong, umbi-umbian, gandum,
sagu, jagung, kentang, dan beberapa buahbuahan lainnya, dll (Murray,
2009).

Tipe Karbohidrat

a) Gula, bentuk paling sederhana dari semua karbohidrat, dapat


larut dalam air dan diproduksi secara alami oleh tumbuhan dan
hewan. Gula dapat berupa monosakarida (molekul tunggal)
atau disakarida (molekul ganda). Dari ketiga monosakarida
(glukosa, fruktosa, dan galaktosa), glukosa adalah yang paling
melimpah sampai saat ini. Sebagian besar gula dihasilkan secat
alami oleh tumbuhan terutama buah-buahan, gula tebu, dan
gula bit. Namun, laktosa, perpaduan laktosa dan galaktosa,
dijumpai dalam susu. Gula yang diproses atau diolah
(misalnya, gula dapur, sirup kental, sirup jagung) adalah gula
yng disuling dan diperkatakan dari sumber-sumber alaminya.
Gula olahan ditambahkan kemakanan seperti minuman ringan,
kue, permen, es krim, dan beberapa sereal (Kozier, 2010).

b) Tepung, tepung adalah bentuk karbohidrat yang tidak manis


dan tidak dapat dilarutkan. Tepung adalah polisakarida: yaitu,
terdiri dari berlusin, kadangkala beratus-ratus, rantai bercabang
molekul glukosa. Seperti gula, hampir semua tepung tedapat
secara alami dalam tanaman, seperti butir padi, kacang-
kacangan, dan kentang. Tepung diproses dengan beragam cara,
misalnya dalam membuat makanan seprti sereal, roti, tepung,
dan puding (Kozier, 2010).

c) Serat, serat sebuah karbohidrat komplek ang didapat dari


tanaman, tidak dapat dicerna oleh manusia tetapi memasok
bagian kasar, atau serat, ke makanan. Serat ini memuaskan
nafsu makan dan membantu saluran cerna untuk berfungsi
secara efektif dan mengeleminasi produk sisa. Serat tedapat
dalam lapisan luar biji padi, kulit padi, dan dikulit, bibit, dan
daging buah dari banyak sayuran dan buah (Kozier, 2010).

Serat dalam makanan (dietary fiber) merupakan bahan


makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran
pencernaan manusia (Gong, 2008).

1) Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme karbohidrat menupakan sumber utama energi tubuh.


Setelah tubuh memecah karbohidrat menjadi glukosa, beberapa
glukosa terus beredar di dalam darah untu mempertahankan kadar
glukosa darah dan untuk menyediakan sumber energi yang siap
pakai sisanya digunakan sebagai energi atau disimpan (Kozier,
2010).

2) Jenis Karbohidrat Berdasarkan Susunan Kimianya

a) Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling


sederhana dam merupakan moleku yang paling kecil. Dalam
bentuk molekul dapat diserap oleh pembuluh darah. Jenis
monosakarida adalah glukosa dektrosa yang banyak terdapat
pada buah, sayuran, madu, dan galaktosa yang berasal dari
pecahan disakarida (Kozier, 2010).
Terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis
oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana. berikut macam-macam monosakarida : dengan ciri
utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda : triosa (C3),
tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7). Triosa :
Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton Tetrosa : threosa,
Eritrosa, xylulosa Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa,
Ribulosa Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa
Heptosa : Sedoheptulosa (Murray, 2009).

b) Disakarida, jenis disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan


laktosa. Sukrosa maltosa banyak pada makanan nabati,
sedangkan laktosa jenis gula dalam air susu baik susu ibu
maupun susu hewan (Kozier, 2010).

senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis


atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam
dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida.
hidrolisis : terdiri dari 2 monosakarida al sukrosa : glukosa +
fruktosa (C 1-2) maltosa : 2 glukosa (C 1-4) trehalosa 2
glukosa (C1-1) Laktosa : glukosa + galaktosa (C1-4) (Murray,
2009).

c) Polisakarida, merupakan gabungan dari beberapa molekul


monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan
selulosa (Kozier, 2010).

Senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul


monosakarida. Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang
terdiri dari lebih 6 monosakarida dengan rantai lurus/cabang
(Murray, 2009).

1) Fungsi karbohidrat
a) Sumber energi yang murah

b) Sumber energi bagi otak dan saraf

c) Membuat cadangan tenaga dalam tubuh

d) Pengaturan metabolisme lemak

e) Untuk efisiensi penggunaan protein

f) Memberikan rasa kenyang (Kozier, 2010).

a. Protein

Protein merupakan zat orgnik yang terdiri atas asam amino. Seperti
karbohidrat, protein mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen,
tetapi protein juga mengandung nitrogen. Setiap sel di dalam tubuh
mengandung protein dan sekitar ¾ zat padatdalam tubuh adalah
protein (Irianto, 2014).

Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, yang bearti yang
utama atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia
Belanda, Geraldus Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein
adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme (Ellya, 2010).

Asam amino dikatagorikan sebagai esensial dan nonesensial. Asam


amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat diproduksi di
dalam tubuh dan harus disuplai sebagai bagian dari protein yang
dikonsumsi dalam diet. Asam amino non esensial adalah asam amino
yang dapat diproduksi di dalam tubuh. Tubuh mengambil sebagian
dari asam amino yang didapatkan dari diet membuat asam amino baru
dari unsur dasarnya (karbohidrat dan nitrogen). Asam amino
nonesensial terdiri dari glisin, alanin, asam asparat, asam glutamat,
prolin, hidroksiprolin, sistin, tirosin, dan serin. (Irianto, 2014).
1) Jenis protein Berdasarkan susunan kimianya:

a) Protein sederhana

Jenis protein ini berkaitan dengan zat lain misalnya albumin


dan globulin.

b) Protein bersenyawa

Protein ini dapat membernuk ikatan dengan zat lain seperti


dengan glikogen membentuk glikoprotein dengan gemoglobin
membentuk kromoprotein.

c) Turunan atau defirat dari protein

Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton,


dan gelatin.

1) Fungsi Protein

a) Sebagai zat pembangun tubuh, menyusun sel-sel baru untuk


pertumbuhan dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak

b) Sebagai bahan baku enzim, antibodi dan hormon:

c) Menjaga kesetabilan tekanan osmotik cairan di dalam rongga


tubuh.

d) Sebagai penghasi energi apabila penghasi energi utama


(karbohidrat dan lemak) tidak mencukupi.

1) Metabolisme Protein

Metabolisme protein terdiri dari tiga aktivitas: anabolisme


(pembentukan jaringan) katabolisme (pemecahan jaringan) dan
keseimbangan nitrogen (Kozier, 2010).

a. Lipid

Lipid merupakan zat organik yang berminyak dan tidak dapat larut di
dalam air tetapi dapat larut didalam alkohol eter. Lemak adalah lipid
yang padat pada suhu kamar; minyak adalah lipi yang cair pada suhu
kamar dalam penggunaan umum istilah lemak dan lipid sering kali
digunakan setelah bergantian. Lipid memiliki unsur yang sama
(karbon, hidrogen, dan oksigen) seperti karbohidrat, tetapi lipid
mengandung proporsi hidrogen yang lebih tinggi (Kozier, 2010).

Asam lemak, terbuat dari rantai karbon dan hidrogen, merupakan unit
struktural dasar dari sebagian besar lipid. Asam lemak digambarkan
sebagai jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak
yang semua atom karbonnya berkaitan secara maksimal dengan
hidrogen (yaitu, tersaturasi); contohnya adalah asam butirat yang
ditemukan dalam mentega. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak
yang dapat mengakomodasi lebih banyak atom hidrogen dibandingkan
yang diakomodasi baru-baru ini (Kozier, 2010).

1) Jenis Lemak Berdasankan Ikatan Kimianya

a) Lemak murni yaitu yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.

b) Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yang


ikatan lemak dengan garam fosfor. Glikolipid yaitu ikatan
lemak dengan glikogen.

1) Fungis Lemak

a) Sebagai pelindung tubuh dari pengaruh suhu rendah

b) Sebagai pelarut vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin


K

c) Sebagai pelindung alat-alat tubuh yang vital

d) Sebagai penghasil energi yang tinggi, karena setipa gram


lemak menghasilkan 9.3 kkal

e) Sebagai salah satu bahan penyusun membran sel

f) Sebagai salah satu bahan penyusun hormon dan vitammin


khusus untuk sterol
g) Sebagai salah satu bahan penyusun garam empedu, asam folat,
(di dalam hati) dan hormon seks (khusus untuk kolesterol)

1) Metabolisme Lemak

Pencernaan lemak dimulai dari lambung dengan batuan enzim


lipase yang berasal dari pankreas. Di dalam duodenum trigliserida
dipecah menjadi diglyserida, monoglysakarida, dan asam lemak
bebas dengan bantuan lipase. Asam lemak bebas rantai panjang
tidak larut dalam air tetapi berkaitan dengan garam-garam empedu
dan dapat larut. Lemak kemudian diserap ke darah menuju ke hati.
Di dalam hati sebagaian digunakan untuk energi, sebagaian
ddiubah menjadi zat keton, dan sebagaian lagi disimpan dalam
bentuk lemak badan.

a. Vitamin

Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada


makanan dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan
dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator
(Irianto, 2014).

1) Klasifikasi vitamin

a) Dalam air : vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, folic acid,
serta vitamin C.

b) Vitamin yang larut dalam lemak:vitamin A, D, E, K

1) Fungsi Vitamin

a) Untuk pertumbuhan

b) Perkembangan

c) Dan pemeliharaan kesehatan.

d) Memperlancar metabolisme tubuh.

e) Sebagai biokatalisator reaksi dalam tubuh.

a. Mineral
Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena
perannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat di
klasifikasikan menjadi makro mineral yaitu juga kebutuhan tubuh 100
mg atau lebih termaksud kalsium, magnesium, fosfat. Mikro mineral
jik krbutuhan tubuh kurang dari 100 mg termaksud klorida, yodium
ironZinc (Kozier, 2010).

1) Fungsi mineral

a) Membangun jaringan tulang

b) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh

c) Memberikan eklektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf

d) Membuat berbagai enzim

1. Nutrisi Selama Pertumbuhan Dan Perkembangan Manusia

Kebutuhan nutrisi bervariasi selama siklus kehidupan. Panduan dibuat


sesuai dengan perkembangan utama(Kozier, 2010).

a. Neonatus sampai 1 Tahun

Kebutuhan cairan dan nutrisi neonatus dipenuhi oleh ASI atau susu
formula proporsi kebutuhan cairan bayi lebih besar dibandingkan
orang dewasa karena laju metabolisme lebih tinggi, ginjalnya belom
matur, dan kehilangan airnya lebih besar melalui kulit dan paru.
Kehilangan air yang lebih besar terjadi karena cepatnya pernapasan.
Oleh karena itu, keseimbangan cairan adalah faktor yang sangat
penditng. Dalam kondisi lingkungan yang normal, bayi tidak
memerlukan air tambahan; namun, neonatus dalam lingkungan yang
sangat hangat mungkin memerlukan cairan tambahan (Kozier, 2010).

Kebutuhan nutrisi harian total pada bayi baru lahir adalah 80 sampai
100 mL ASI atau susu formula perkilogram berat badan. Kapasitas
lambung bayi baru lahir adalah sekitar 90 mL, dan makanan di
butuhkan setiap 2 ½ sampai 4 jam(Kozier, 2010).
Bayi baru lahir biasnya diberi makan” sesuai permintaan “. Makan
sesuai permintaanbiasanya berarti bahwa anak diberi makan jika lapar.
Metode ini cenderung menurunkan masalah makan berlebih atau
kurang pada bayi. Bayi baru lahir yang lapar biasanya menangis dan
menunjukan ketegangan diseluruh tubuh. Selama makan, bayi
mengisap dengan cepat dan perlu di sendawakan setelah setiap ons
formula atau setelah 5 menit pemberian ASI. Orang tua harus
diperingatkan bahwa botol bayi jangan pernah di tegangkan pada saat
memberikan susu. Terdapat bahaya nyata bahwa terdapat terjadi
aspirasi atau tersedak. Tambahkan makanan padat ke diet biasanya
diberikan pada usia 4 dan 6 bulan. Bayi berusia 6 bulan dapat
mengkonsumsi makanan padat lebih muda karena dapat duduk. Makan
padat ( yang di saring atu yang kental) biasanya di perkenalkan dengan
urutan berikut: sereal(nasi), buah,sayuran( kuning sebelum hijau),dan
daging yang telah disaring. Makan diperkenalkan satu persatu,
biasanya hanya satu makan baru setiap lima hari untuk memastikan
bahwa bayi mentoleransi makanan dan tidak menunjukan alergi
terhadap makan tersebut. Dengan tumbuhnya gigi pada usia sekitar 7
sampai 9 bulan , bayi telah siap mengunyah dan dapat mulai
merasasakan tekstur berbeda pada makanan(Kozier, 2010).

Pada sekitar 6 bulan, bayi memerlukan suplemen zat besi untuk


mencegah anemia defisiensi zat besi. Pada usia 1 tahun, sebagian besar
bayi dapat memakan makan sajian secara komplet dan asupan susu
adalah sekitar 20 ons perhari. (Kozier, 2010).

b. Batita atau Todler

Kecepatan perkembangan turun ketika usia todler(1 sampai 3 tahun).


(Irianto, 2014). Karena saluran gastrointestinal telah matang,
batita(todler) dapat makan sebagian makanan dan menyesuaikan diri
untuk makan tiga kali sehari. Sebelum usia 20 bulan, sebagian besar
batita memerlukan bantuan untuk minum dari gelas dan cangkir
karena kontrol pergelangan mereka terbatas. Pada usia 3 tahun saat
sebagian besar gigi susu telah muncul, batita telah mampu menggigit
dan mengunyah makanan orang dewasa (Irianto, 2014).

Batita cendrung mengalami ketidak seimbangan cairan dibandingkan


bayi. Fungsi gastrointestinal batita lebih matang dan persentase cairan
dalam berat badannya lebih rendah. Berat badan batita sehat adalah 15
kilogram yang memerlukan sekitar 1.250 mL cairan per 24 jam.
Selama tahap batita, kebutuhan kalori menurun 900-1800 Kkal per
hari karena penurunan laju pertumbuhan. Dari usia 1 sampai 2 tahun,
batita dapat memakan makanan kombinasi dari makanan batita yang
telah dikemas dan beberapa makanan olahan (Irianto, 2014).

c. Prasekolah

Anak prasekolah memakan makanan orang dewasa. Anak berusia 4


tahun tetap memerlukan bantuan orang tua untuk memotong daging.
Anak pra sekolah jarag sekali mengalami ketidakseimbangan cairan
dibandungkan batita. Rata-rata anak usia 5 tahun denagn berat 20 kg
memerlukan sekitar 75 mL cairan perkilogram berat badan per hari,
atau 1.500 mL setiap 24 jam.

Anak usia pra sekolah memerlukan kira-kira 480 g susu setiap hari, 30
hingga 90 g dari kelompok daging, 4 hingga 5 porsi dari kelompok
buah dan sayuran, 3 porsi seluruh padi-padian atau makanan yang di
perkaya gizimya dari kelompok roti dan sereal,dan 3 hingga 4 sendok
teh margarin atau mentega(Kozier, 2010).

d. Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah, 6 hingga 12 tahun, berkembang pada rata-rata yang


rendah dan terus menerus denag penurunan bertahap hingga kebutuhan
energi per unit berat badan. Anak usia sekolah mencapai 3 sampai 5
kg dalam berat badan dan 6 cm dalam tinggi badan pertahun hingga
pubertas. Nutrisi tetap menjadi prioritas yang tinggi untuk anak yang
sedang tumbuh. Anak usia sekolah membutuhkan diet seimbang yang
terdiri atas 2.400Kkal per hsri. Merekan dan 1 atau 2 kali kudapan.
Rata-rata anak sehat berusia 8 tahun yang memiliki berat badan 30 kg
memerlukan sekitar 1.700 mL cairanper hari(Kozier, 2010).

e. Remaja

Kebutuhan zat gizi dan kalori pada remaja meninkat terutama selama
lonjakan pertumbuhan. Khususnya, keutuhan protein, vitamin d, zat
besi, dan vitamin B meningkat selama renmaja. Diet yah memadai
untuk seoran remja orang adalah 1 litur susu per hari serta
memerlukan sejumlah daging, sayuran, buah, roti,dan sereal yang
memadai(Kozier, 2010).

Selama remaja, usia fisiologi merupakan panduan yang lebih baik


untuk kebutuhan nutrisi dari pada usia kronologis. Masa remaja
dimulai dengan dorongan pertumbuhan pubertas pada akhir masa
anak-anak dan berakhir dengan kelengkapan pertumbuhan fisik.
Kebutuhan kalori meningkat besar untuk memenuhi permintaan
metabolisme yang meningat. Wanita memerlukan kira-kira 2200 Kkl
per hari;pria 2500 hingga 3000 Kkal per hari’ .kebutan prtein menigkat
untuk kebutuhan sehari-hari dsro 45 hinggs 59g. Kalsium penting
untuk pertumbuhan tulang yang cepat bagi remaja, anak wanita
memerlukan sumber zat besi yang terus menerus untuk
menggantikannya pada pengeluarannya menstrual. Anak pria juga
memerlukan zat besi yang cukp unuk perkembangan otot. Iodium
mendukung peningkatan aktivitas tiroid, dan vitamin B kompleks
mendukung aktivitas metabolis yang menjadi tinggi.(Kozier, 2010).

f. Dewasa Muda

Kebiasaan nutrisi yang dibentuk selama masa remaja sering menjadi


landasan untuk mempertahankan pola tersebut disepanjang kehidupan
seseorang. Banyak dewasa muda mengetahui beberapa kelompok
makanan tetapi mungkin mereka tidak mengetahui mengenai seberapa
banyak penyajian setiap kelompok makanan yang mereka butuhkan
atau seberapa banyak kelompok makanan tersebut dalam pengajian.
Perawat harus memberikan sumber-sumber informasi kepada klien
dewasa muda seperti sebuah diagram atau daftar yang berisi makanan
dari jumlah yang dibutuhkan dalam setiap kategori(Kozier, 2010).

Wanita dewasa muda perlu mempertahankan asupan zat besi yang


memadai. Banyak wanita yang tidak mengkonsumsi diet zat besi zat
secara cukup setiap hari. Anemia didefinisikan penurunan sel darah
merah yang bersirkulasi. Untuk mencegah anemia, wanita yang sedang
menstuasi harus mengkonsumsi 18 mg zat besi setiap hari. Perawat
karus mengintruksikan klien wanita untuk mengonsumsi makanan
yang kaya zat besi, seperti daging organ (hati dan ginjal), telr, ikan,
unggas, sayuran hijau, dan daun-daunan kering dalam diet hariannya
(Kozier, 2010).

Kalisum dibutuhkan dimasa dewasa muda untuk mempertahankan


tulang dan membantu menurunkan peluang terbentuknya osteoporosis
di usia lanjut. Bersama dengan kalsium, seseorang harus mendapatkan
asupan vitamin D yang memadai (Kozier, 2010).

g. Dewasa Usia Perengahan

Dewasa usia pertengahan harus terus memakan diet sehat dengan


mengikuti lima kelompok makanan dengan porsi yang yang
dianjurkan dengan perhatian khusus dengan asupan protein, kalsium,
dan pembatasan asupan kolesterol dan kalori. Dua atau tiga liter cairan
harus dimasukkan dalam diet harian. Wanita paska menopause perlu
mengonsumsi cukup kalsium dan vitamin D untuk mencapai
osteoporosis, dan antioksidan seperi vitamin A, C, dan E mungkin
bermanfaat dalam mengurangi reiko penyakit jantung pada
wanita(Kozier, 2010).
Selama usia pertengahan, sekresi asam lambung dan asam bebas
menurun secara bertahap. Akibatnya, beberapa individu mungin
mengeluh “nyeri ulu hati” (gangguan pencernaan asam) atau
peningkatan bersendawa. Mereka mungkin mengetahui bahwa
makanan tertentu tidak cocok dengan mereka. Klien dianjurkan untuk
mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan menghindari
makanan yang berlemak atau yang goreng(Kozier, 2010).

h. Lansia

Lansia berusia 65 tahun mengalami penurunan kebutuhan kalori pada


saat tingkat metabolis menurun dengan bertambahnya usia. Kebutuhan
rata-rata yang diperoleh untuk pria adalah 2300 Kkal per hari dan
untuk wanita 1900 Kkal. Kebutuhan nutrisi dan mineral yang
diperbolehkan tetap tidak berubah dari tingkat dewasa tengah. Lansia
memerlukan nutrisi dasar yang sama seperzti orang dewasa muda.
Namun, mereka membutuhkan lebih sedikit kalori karena laju
metaboliknya lebih rendah dan karena penurunan aktivitas fisik
manual(Kozier, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi status nutrisi lansia. Pedapat


kemungkinan adalah faktor yang penting karen pendapatan yang tetap
dapat mengurangi jumlah uang yang digunakan untuk membeli
makanan. Kesehatan merupakan pengaru penting lainnya. Lansia
mengikuti diet terapetik atau memiliki kesulitan makanan karena
gejala fisik, kehilangan gigi, atau gigi palsu, atau beresiko interaksi
nutrien-obat. Berbelanja dan penyiapan makanan makanan menjadi
sulit karena ketidakmampuan fisik ataau kekurangan trasfortasi. Hidup
sendiri menurunkan minat dan kesukaan menyiapkan dan makan-
makanan. Nutritional screening ini tiative merupakan suatu usaha
multi-disiplin untuk mengidentifikasi tanda peringatan malnutrisi pada
lansia. Tujuan daerah risiko dasar diidentifikasi dan alat skrining
dirancang untu pengkajian nutris lansia(Kozier, 2010).

1. Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi

Walaupun kandungan nutrisi dalam makanan adalah pertimbangan penting


dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan kebiasaan individu sering
kali menjadi faktor utama yang memengaruhi asupan makanan yang
aktual. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh pertimbangan perkembangan,
jenis kelamin, etnis dan budaya, keyakinan mengenai makanan, pilihan
pribadi, praktik keagamaan, gaya hidup, medikasi dan terapi, kesehatan,
konsumsi alkohol, iklan, dan faktor fisiolohi (Kozier, 2010).

a. Perkembangan

Individu yang sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat (yaitu,


masa bayi dan remaja) memiliki kebutuhan zat gizi yang
meningkatkan. Disisi lain, lansia memerlukan lebih sedikit kalori dan
perubahan diet mengingat resiko penyakit jantung koroner,
osteoporosis, dan hipertensi.

b. Jenis Kelamin

Kebutuhan zat gizi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi
tubuh dan fyngsi reproduksi. Masa otot yang lebih besar pada pria
menjelaskan besarnya kebutukhan kalori dan protein. Karena
menstuasi, wanita memerlukan lebih banyak zat besi dibandingkan
pria sebelum menopause. Wanita hamil dan meyusui memiliki
peningkatan kebutuhan kalori dan cairan (Kozier, 2010).

c. Etnis dan Budaya

Etnis sering kali menentukan pilihan makanan. Makanan tradisional


(misalnya nasi untuk asia, pasta untuk italia, kari untuk india) telah
dimakan dalam waktu lama setelah budaya lain ditinggalkan(Kozier,
2010).
Perawat tidak boleh menggunakan pendekatan “makanan baik,
makanan buruk”, tetapi harus menyadari bahwa variasi asupan dapat
diterima dalam rualng lingkup yang berbeda. Satu-satunya panduan
yang dapat diterima “secara universal” adalah(a) makan beragam jenis
makanan untuk melengkapi kecukupan zat gizi dan (b) makanan
secara moderat untuk mempertahankan berat tubuh yang tepat. Pilihan
makanan sangat berbeda diantara individu dari latar belakang budaya
yang sama seperti halnya pada individu yang berasal dari budaya yang
secara umum berbeda. Misalnya, tidak semua orang italia menyukai
pizza dan banyak dari mereka tanpa diragukan lagi menyukai makanan
meksiko(Kozier, 2010).

d. Keyakinan Mengenai Makanan

Keyakinan mengenai efek makanan pada kesehatan dan kesejahteraan


dapat mempengaruhi pilihan makanan. Banyak orang mendapatkan
keyakinan mengenai makanan dari televisi, majalah, dan media lain.
Misalnya, beberapa orang mengurangi asupan lemak hewani sebagai
respons terhadap bukti yang di publikasikan bahwa konsumsi lemak
hewani yang berlebihan adalah faktor risiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskular (Kozier, 2010).

e. Pilihan Pribadi

Manusia mengembangkan kesukaannya dan ketidaksukaannya


berdasarkan asosiasinya dengan makanan tertentu. Kesukaan dan
ketidaksukaan individu dapat juga dikaitkan dengan pengetahuannya.
Anak-anak sering kali mengatakan bahwa mereka tidak menyukai
sebuah makanan sebelum mereka menyobanya. Beberapa orang
dewasa sangat tertangtan dan sangat berkeinginan untuk mencoba
makanan baru. Orang lain memilih untuk memakan-makanan yang
sama secara berulang kali. Pilihan rasa, aroma, cita rasa (campuran
rasa dan aroma), suhu, warna, bentuk, dan ukuran makanan
mempengaruhi pilihan makanan seseorang. Misalnya, beberapa orang
mungkin menyukai rasa yang manis dan asam dari pada rasa yang
pahit atau asin. Tekstur makanan amat berperan dalam pilihan
makanan. Beberapa orang memilih makanan yang renyah dari pada
makanan yang lembek, keras dari pada lunak, lembut dari pada liat,
halus dari pada kasar, atau kering dari pada basah (Kozier, 2010).

f. Praktik Keagamaan

Praktik keagamaan juga mempengaruhi diet. Beberapa orang Katolik


Roma menghindari daging pada hari-hari tertentu, dan beberapa
kepercayaan protestan melarang daging, teh, kopi, atau alkohol.
Yahudi ortodoks mematuhi budaya kosher, memakan-makanan
tertentu hanya jika di insfeksi oleh rabbi dan di persiapkan sesuai
dengan hukum makanan. Perawat harus peka terhadap praktik diet
keagamaan seperti itu(Kozier, 2010).

g. Gaya Hidup

Gaya hidup tertentu dikaitkan dengan perilaku terkait makanan.


Aktivitas otot lebih memengaruhi laju metabolik dibandingkan faktor
lain ; makin berat aktivitas, maka makin besar situmulasi metabolisme.
Aktivitas mental yang hanya memerlukan 4 Kkal / per jam,
memberikan sitimulasi metabolik yang sangat kecil (Kozier, 2010).

h. Medikasi dan Terapi

Efek obat-obatan pada nutrisi sangat bervariasi. Obat mungkin


mengangu napsu makan, mengangu presepsi rasa, atau mengangu
absorpsi atau ekresi zat gizi. Perawat perlu mewaspadai efek nutrisi
akibat obat-obatan tertentu saat mengevaluasi klien yang mengalami
masalah nutrisi(Kozier, 2010).

i. Kesehatan

Status kesehatan individu sangat mempengaruhi kebiasaan makan dan


status nutrisi. Gigi tanggal, gigi goyang, atau sariawan mempersulit
menguyah makanan. Kesulitan menelan (disfagia) akibat inflamasi
tenggorakan yang menyakitkan atau karena struktur esofagus dapat
menghambat seseorang untuk mendapatkan nutrisi yang
memadai(Kozier, 2010).

j. Komsumsi Alkohol

Kalori yang dikandung dalam minuman beralkhol berasa dari alkhol


itu sendiri dan jus atau minuman lain yang ditambahkan ke alkohol.
Totalnya, alkohol dapat mengandung kalori dalam jumlah besar,
misalnya, 150 kalori untuk setiap 12 ons bir, 160 kalori untuk “ Screw
driver “. Meminum alkohol dapat menyebabkan pertambahan berat
badan melalui pertambahan kalori ini ke diet reguler ditambah efek
alkohol pada metabolisme lemak. Sejumlah kecil alkohol di konfersi
secara langsung menjadi lemak. Namun, efek yang lebih besar adalah
bahwa sebagian besar alkohol di konfersi menjadi asetat oleh hati.
Asetat yang dilepaskan ke aliran darah digunakan untuk energi sebagai
pengganti lemak dan kemudian lemak disimpan. Dalam sebuah studi,
kecepatan metabolisme lemak menurun 73% setelah meminum 2
cangkir alkohol(Kozier, 2010).

k. Iklan

Produsen makanan berupaya membujuk masyarakat untuk berpindah


dari produk yang mereka gunakan saat ini ke merek produsen tersebut.
Beberapa produk memiliki nutrisi yang aman sementara produk lain
tidak dan dapat menyebabkan interaksi dengan medikasi yang
mungkin mereka konsumsi atau dapat menyebabkan efek samping
yang tidak diharapkan(Kozier, 2010).

l. Faktor Psikologis

Walaupun beberapa orang mengonsumsi banyak makanan secara


berlebihan saat sedang stress, depresi, atau kesepian, orang lain
memakan sangat sedikit makanan dalam kondisi yang sama. Anoreksia
dan penurunan berat badan dapat mengindikasikan stress atau depresi
berat. Anoreksia nervosa dan bulinia merupakan kondisi psikofisiologi
yang berat yang paling sering dijumpai pada remaja putri(Kozier,
2010).
1. Gangguan pada kebutuhan nutrisi

a. Malnutrisi

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengankekurangan


zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan tubuh. Gejala umum adalah berat
badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang
dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi,
pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain (Irianto,
2014).

b. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai


dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan (Irianto, 2014).

c. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam


keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berkuasa (normal)
atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme.

Tanda klinis:

1) Berat badan 10-20 % dibawah normal

2) Lingkar lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar (laki-laki:


29,3 cm dan perempuan 28,5 cm)

3) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot

4) Adanya penurunan albumin serum

5) Adanya penurunan transferin (Irianto, 2014).

a. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan
kebutuhan metabolisme secara berlebihan.

Tanda klinis :

1) Berat badan dari 10 % berat ideal

2) Obesistas ( lebih dari 20% berat ideal)

3) Lipatan kulit tripsep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada


wanita

4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan

5) Aktivitas menurun (Evelyn, 2014).

a. Anoreksia Nervosa

Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak


dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.

Tanda dan gejala :

1) Penampilan umum : lemah, tampak sakit kronis atau akut

2) Rambut : kusam dan kering, pigmen berkurang, mudah dicabut,


tipis dan kasar

3) Wajah : kulit gelap di atas pipi dan di bawah mata, muka bengkak
atau pipi kempot

4) Mata : membran mata pucat dan kering

5) Bibir : bengkak dan kasar, lesi di sudut mulut

6) Lidah : tampak lembut, bengkak merah daging, papila atropi

7) Gigi : caries, kecoklatan, malposisi

8) Gusi : seperti spon, mudah berdarah


9) Kelenjar : pembesaran kelenjar tiroid

10) Kulit : Kasar, kering, berbecak, bengkak dan pucat (Evelyn, 2014).

1. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan

a. Medis

1) Nutrisi enternal

Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan


kecukupan nutrisi meliputi metode enternal (melalui sistem
pencernaan). Nutrisi enternal juga disebut sebagai nutrisi enternal
total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan
atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dalam
transport makanan ke usu halus terganggu (Andry, 2007).

2) Nutrisi parentral

Nutrisi parentral (PN) juga disebut sebagai nutrisi parenteral total


(TPN) atau hiperalimentasi intravena, diberikan jika saluran gastro
intestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapan
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intervena seperti
melalui kateter vena sentral ke vena keva superior, makanan
parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit,
vitamin, dan unsure renik (Andry, 2007).

a. Keperawatan

1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien


yang di sesuaikan dengan kondisi klien.

2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien


yang anoreksia.

3) Hindari terapi yang tidak menenangkan atau tidak nyaman sesaat


sebelum atau sesudah makan.
4) Berikan lingkungan rapid an bersih yang bebas dari pengelihatan dan
bau yang tidak enak.

5) Kurang stress psikologi (Andry, 2007).


A. Konsep Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah pengumpulan dan analisis informasi


secara sistematis dan berkelanjutan mengenai klien. Pengkajian dimulai
dengan mengumpulkan data dan menempatkan data kedalam format yang
terorganisir (mardella, 2014).

Tujuan :

Tujuan pengkajian nutrisi adalah untuk mengidentifikasi klien yang


berisiko mengalami malnutrisi dan mereka yang memiliki status nutrisi
buruk. Di sebagian besar fasilitas perawatan kesehatan, tanggung jawab
pengkajian dan dukungan nutrisi merupakan tanggung jawab bersama
antara dokter, ahli diet, dan perawat. Karena pengkajian nutrisi yang
komprehensif menghabiskan waktu dan biaya, beragam tingkat dan tipe
pengkajian tersedia. Umumnya, perawat melakukan skrining nutrisi.
Pengkajian nutrisi yang komprehensif sering kali dilakukan skirining
nutrisi. Pengkajian nutrisi yang komprehensif seering kali dilakukan oleh
ahli gizi, atau ahli diet, dan dokter. Komponen pengkajian nutrisi dapat
diingat ABCD : antropometrik, biokinmia, clinical (klinis), dan diet
(Kozier, 2010).

Skrining nutrisi adalah suatu pengkajian yang dilakukan untuk


mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami malnutrisi. Klien yang
ditemukan memiliki risiko sedang atau tinggi akan dikaji secara
komprehensif oleh seorang ahli diet (Kozier, 2010).

Perawat melakukan skrining nutrisi melalui riwayat keperawatan rutin dan


pemeriksaan fisik. Skrining yang dirancang sesuai dengan kebiasaan
untuk populasi tertentu (mis,, lansia dan wanita hamil) dan gangguan
tertentu (mismm penyakit jantung) telah tersedia. Perangkat penapisan
seperti Patient Generated Subjective Global Assessment dan Nutrition
Screening Initiative dapat dimasukkan ke dalam riwayat keperawatan
(Kozier, 2010).

Patient Generated Subjective Global Assessment (PGSGA) adalan sebuah


metoda pengkalisifikasian klien secara subjektif ke dalam nutri baik,
malnutrisi sedang, atau malnutrisi berat berdasarlan riwayat diet dan
pemeriksaan fisik. Sarana pendeteksian tersebut dibuat untuk digunakan
untuk pasien kanker tetapi telah diuji asecara luas dan sesuai untuk klien
rawat inap maupun klien rawat jalan yang memiliki beragam diagnosis
(Kozier, 2010).

Nutrition Screaning Initiative (NSI) adalah sebuah proyek yang sedang


dilakukan oleh American Academy of Family Physician, American
Dietetic Association, National Council of Aging, dan organisasi lain untuk
menigkatkan skrining nutrisi dan meningkatkan perawatan nutrisi untuk
lansia. Skrining lansia untuk menggunakan NSI dilakukan dalam bentuk
daftar yang berisi sembilan tanda kondisi peringatan yang dapat
mengganggu nutrisi yang baik (Kozier, 2010).

Komponen Pengkajian Nutrisi

Data Skrining Data Detail Tambahan


Data  Tinggi badan  Lipatan kulit trisep
Antropometri  Berat badan (triceps skinfoid TSF)
 Berat badan ideal  Lingkar lengan tengah
 Berat badan biasa (LLT)

 Indeks massa tubuh  Lingkar otot lengan


tengah (LOLT)

Data Biokimia  Hemoglobin  Kadar transferin serum


 Albumin serum  Nitrogen urea kemih
 Hitung limfosit  Ekskresi kreatinin
total kemih

Klinis/Clinical  Kulit  Analisis rambut


 Rambut dan kuku  Pemeriksaan
 Membran mukosa neurologik
 Tingkat aktivitas

Data Diet  Ingatan makanan  Catatan frekurnsi


dalam 24 jam makanan selektif
 Catatan frekuensi  Buku catatan makanan
makanan  Riwayat diet

Perawat berkolaborasi dengan ahli diet dalam memimpin pengkajian


nutrisi yang konprehensif. Karena makanan dan cairan adalah kebutuhan
dasr biologis semua makhluk hidup. Maka pengkajian nutrisi penting.
Pengkajian nutris penting khususnya bagi klien yang berisiko masalah
nutrisi yang berhubungan dengan stre, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan
gaya hidup, dan faktor-faktor lain. Pusat pengkajian nutrisi nutrisi sekitar
empat area pokok (Kozier, 2010).

a. Riwayat Keperawatan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola


makanan tipe makanan yang dihindari atau diabaikan, makanan yang
lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan
jenis makanan selanjutnya(Kozier, 2010).

b. Kemampuan Makan

Hal yang perlu dikaji dalam kemampuan makan yaitu :

1) Kemampuan mengunyah (32 kali mengunyah supaya mudah


dicerna dan diserap tubuh)
2) Kemampuan menelan (klien dapat menelan makanan dengan
baik, tidak terasa nyeri saat menelan)

3) Adanya makan sendiri tanpa bantuan orang lain ( klien mampu


makan sendiri tanpa bantuan orang lain)

4) Pengetahuan tentang nutrisi ( klien mengetahui kebutuhan nutrisi


yang baik dikonsumsi setiap hari)

5) Nafsu makan, jumlah asupan (klien dapat menghabiskan makanan


dalam satu porsi)

6) Tingkat aktivitas (julmah asupan nutrisi klien harus sesuai dengan


aktivitas sehari-hari klien)

(Kozier, 2010).

a. Pengukuran Fisik dan Antropometri

Pengukuran fisik, pengukuran tinggi dan berat badan klien harus


diperoleh kerika masuk tumah sakit atau lingkungan kesehatan
apapun. Apabila memungkinkan, klien harus ditimbang pada waktu
yang sama setiap hari, pada skala yang sama,dan dengan pakaian atau
linen yang sama. Tinggi dan berat badan klien dapat dibandingkan
dengan standar hubungan tinggi badan. Perubahan berat badan yang
terakhir harus didokumentasikan(Sirajudin, 2011).

1). Menghitung Barat Badan Ideal

BB= (TB-100) ± 10% (TB-100)

2). Indeks Massa Tubuh

IMT = BB(Kg)

TB (m)2

Keterangan : (Klasifikasi Asia Pasifik)

BB kurang = < 18,5

BB normal = 18,5- 22,8

BB lebih = ≥ 23,0- 24,9


Dengan resiko = 23,0- 24,9

Obes 1 = 25,0- 29,9

Obes II =≥ 30

Keterangan : (kategoti batas IMT (Depkes, 2000))

IMT < 17,0 : Kurus ( kekurangan BB tingkat berat)

IMT : 17,0 – 18,5 : Kurus ( kekurangan BB tingkat sedang)

IMT : 18,5 – 25, 0 : Normal

IMT : 25,0 – 27,0 : gemuk ( kelebihan BB tingkat sedang)

IMT : >27,0 : Gemuk ( kelebihan BB tingkat berat)

3). Perhitungan Kebutuhan Kalori

BB < 10 kg = BB X 100

BB ≥ 10 Kg – 20 Kg = 1000 + 50. N

BB ≥ 20 Kg = 1500 + 20.n

Untuk n < 20 Kg = BB – 10

Untuk n > 20 Kg = BB - 20

Hasil penghitungan dalam Kkal/24 jam

Pengukuran antropometri adalah teknik noninvasif yang bertujuan


untuk mengetahui jumlah perubahan perubahan komponen sisi tubuh.
Pengukuran lipatan kulit dilakukan untuk menentukan simpanan lemak.
Tempat tersering untuk pengukuran lipatan kuli adalah lipatan kulit
triseps. Lipatan kulit yang diukur terdiri atas jaringan subkutan tersebut.
Pengukurannya diukur dalam ukuran milimeter dengan menggunakan
busur khusus(Kozier, 2010).
1) Lipat Kulit Tricep (LKT)

Triceps Skinfold ( TSF) adalah mengukur lipatan kulit tricep. Alat


yang digunakan “ CALIPERS “

Nilai normal pada laki-laki :12,5 mm

Nilai normal pada wanita : 16,5 mm

2) Lingkar Lengan Atas Tengah ( LLAT)

The Mid Arm Muscle Circumference ( MAC)Adalah : mengukur


lemak, otot dan kerangka

Cara:

a). Gunakan lengan non dominan klien

b). Relaksasikan lengan non dominan

c). Lingkarnya diukur pada titik tengah lengan, antara ujung dari
prosesus akromial skapula dan prosesus olekranon ulna

d). Ukur melingkar bagian/ titik tengah lengan dengan alat pita
pengukur sampai pada ukuran milimeter yang terdekat.

Nilai normal laki-laki : 29,3 cm

Nilai normal wanita : 28,5 cm

1) Lingkar Lengan Otot Lengan Tengah ( LOLT)/Mid Upper


armMuscle Circumference ( MAMC)

Lingkar Lengan Otot Lengan Tengah ( LOLT) adalah perkiraan


dari massa otot skelet

MAMC = MAC – (TSF X 3,14)


Normal laki-laki : 25,3 cm

Nilai normal wanita : 23,2 cm

a. Tes Laboratorium

Protein plasma yang terdiri dari: (Sirajudin, 2011).

1) Albumin : kosentrasi albumin yang rendah menandakan


malnutrisiatau gangguan hepar.

nilai normal dewasa : 3,5 – 5,0 g/dl

BBL : 2,9 – 5,4 g/dl

Bayi : 4,4 - 5,4 g/dl

Anak : 4,0 – 5,8 g/dl

2) Hemoglobin ( Hb)

Nilai normal laki-lakI : 13 – 16 mg/dl

Nilai normal wanita : 12 – 14 mg/dl

a. Riwayat diet dan Kesehatan

1) Riwayat diet termasuk pemasukan biasanya, makanan kesukaan,


makanan ringan, waktu makan normal.

2) Riwayat saat ini : sedang mengalami penurunan BB atau diet


khusus.

3) Apakah adanya penurunan atau peningkatan BB dalam waktu


tertentu yang signifikan.

4) Apakah status fisik klien saat ini memerlukan peningkatan


kebutuhan metabolik, seperti demam dan luka bakar.
5) ntoleransi fisik yang ditandai dengan gejala mual, muntah,
anoreksia, kram abdominal, dan diare.

6) Status kesehatan: Tubuh yang sehat merupakan dambaan bagi


setiap orang, dimana tubuh yang sehat akan meningkatkan
kualitas hidup seseorang.

7) Status sosial ekonomi: Semakin tinggi kelas ekonomi maka


penampilan menjadi hal utama. Kelas ekonomi yang tinggi akan
minder saat berat badan naik.

8) Pilihan pribadi: Saat seseorang sudah berkomitmen melakukan


diet maka orang tersebut akan lebih bersemangat melakukannya,
dan cenderung akan memilih cara yang tepat untuk melakukan
diet yang sesuai dengan dirinya.

9) Faktor psikologis: Psikologis dapat memperngaruhi pola diet


dimana antara perilaku satu orang dengan orang lainnya (Kozier,
2010).

a. Tanda Klinis Status Gizi

1) Penampilan umum/BB : Lesu, obesitas atau kurus.

2) Postur : bahu kendur, dada cekung, punggung bungkuk.

3) Rambut : rambut berserabut, kusam, penampilan


depigmentasi, rambut mudah rontok.

4) Kulit : kasar, kering, pucat, bersisik, kehilangan lemak


pada subkutan.

5) Wajah dan leher: penempilan berminyak, kulit gelap di pipi dan di


bawah mata.

6) Kaki : edema

7) Bibir : kering dan stomatitis

8) Mulut dan membran mukosa: lembut, bengkak

9) Mata : konjungtiva pucat


Klien yang beresiko terhadap masalah nutrisi:

1) Klien pascaoperasi

2) immobilisasi

1. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan sebuah lebel singkat yang


menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dalam praktik. Kondisi
ini dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosa
sejahtera (NANDA edisi 10, 2016).

Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi antara


lain:(PPNI, 2016).

a. Defisit Nutrisi

1) Defisit nutrisi, berhubungan dengan:

a) Ketidakmampuan menelan makanan

b) Ketidakmampuan mencerna makanan

c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

d) Peningkatan kebutuhan metabolisme

e) Peningkatan kebutuhan metabolik

f) Faktor ekonomi (misalnya finansial tidak mencukupi)

g) Faktor psikologis(misalnya stres, keengganan untuk makan)

1) Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif ( tidak ada)

Objektif ( berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang )

2) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

a) Cepat kenyang setelah makan

b) Kram atau nyeri abdomen

c) Nafsu makan menurun

Objektif

a) Bising usus hiperaktif

b) Otot pengunyah lemah

c) Otot menelan lemah

d) Membran mukosa pucat

e) Sariawan

f) Serum albumin turun

g) Rambut rontok berlebihan

h) Diare

1) Kondisi klinis terkait


a) Stroke

b) Parkinson

c) Mobius syndrom

d) Cerebral palsy

e) Clef palate

f) Amyotropic lateral sclerosis

g) Kerusakan neuromuskular

h) Luka bakar

i) Kanker

j) Infeksi

k) AIDS

l) Penyakit Crohn’s

m) Enterokolitis

n) Fibrosis kistik

a. Berat Badan Lebih

1) Berat badan lebih, berhubungan dengan

a) Kurang aktivitas fisik harian

b) Kelebihan konsumsi gula


c) Gangguan kebiasaan makanan

d) Gangguan persepsi makanan

e) Kelebihan konsumsi alkohol

f) Penggunaan energi kurang dari asupan

g) Sering mengemil

h) Sering memakan makanan berminyak atau berlemak

i) Faktor keturunan (misalnya, distribusi jaringan adiposa,


pengeluaran energi, aktivitas lipase lipoprotein, sintesis lipid,
lipolisis)

j) Penggunaan makanan formula atau makanan campuran ( pada


bayi)

k) Asupan kalsium rendah ( pada anak-anak )

l) Berat badan bertambah cepat ( selama masa keanak- anak,


selama masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama,
dan tahun pertama)

m) Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia< 5


bulan.

1) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif ( tidak ada)

Objektif ( IMT > 25kg/ m2 ( pada dewasa) atau berat dan

panjang badan lebih dari presentil 95(pada anak< 2 tahun) atau


IMT pada presentil ke 85-95(pada anak 2-18 tahun))

2) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif ( tidak ada)

Objektif ( tebal lipatan kulit trisep > 25 mm)


3) Kondisi klinis terkait

a) Gangguan genetik

b) Faktor keturunan

c) Hipotirid

d) Diabetes militus maternal

a. Risiko Defisit Nutrisi

1) Risiko defisit nutrisi, berhubungan dengan

a) Ketidakmampuan menelan makanan

b) Ketidakmampuan mencerna makanan

c) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrien

d) Peningkatan kebutuhan metabolisme

e) Faktor ekonomi (misalnya finansial tidak mencukupi)

f) Faktor psikologis(misalnya stres, keengganan untuk makan)

1) Kondisi klinis terkait

a) Stroke

b) Parkinson

c) Mobius syndrom

d) Cerebral palsy

e) Clef palate

f) Amyotropic lateral sclerosis

g) Kerusakan neuromuskular
h) Luka bakar

i) Kanker

j) Infeksi

k) AIDS

l) Penyakit Crohn’s

m) Enterokolitis

n) Fibrosis kistik

a. Obesitas

1) Obesitas, berhubungan dengan

a) Kurang aktivitas fisik harian

b) Kelebihan komsumsi gula

c) Gangguan kebiasaan makanan

d) Gangguan persepsi makanan

e) Kelebihan komsumsi alkohol

f) Penggunaan energi kurang dari asupan

g) Sering mengemil

h) Sering memakan makanan berminyak atau berlemak

i) Faktor keturunan (misalnya distribusi jaringan adiposa,


pengeluaran energi, aktivitas lipase lipoprotein, sintesis lipit,
lipolisis)
j) Penggunaan makanan formula atau makanan campuran pada
bayi

k) Asupan kalsium rendah pada anak-anak

l) Berat badan bertambah cepat (setelah masa anak-anak, selama


masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan
tahun pertama)

m) Makanan pada sebagai sumber makanan utama pada usia < 5


bulan

1) Gejala dan tanda mayor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif (IMT > 27 kg/ m2 (pada dewasa) atau lebih dari presentil

ke 95 untuk usia dan jenis kelamin (pada anak)

2) Gejala dan tanda minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif (tebal klipatan kulit tripse > 25 mm)

3) Kondisi klinis terkait

a) Gangguan genetik

b) Faktor keturunan

c) Hipotiroid

d) Diabetes melitus maternal (PPNI, 2016).

1. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan tujuan untuk mencegah, mengurangi,
atau mengatasi masalah dan untuk mengidentifikasi intervensi
keperawatan yang akan membantu klien dalam memenuhi tujuan.
Menetapkan priritas, menetapkan hasil yang diharapkan dan memilih
intervensi keperawatan akan menghasilkan rencana asuhan keperawatan
(Mardella, 2014)
Tujuan :
Perencanaan untuk memelihara status nutrisi yang tepat menyediakan
perawatan kualitas lebih tinggi dari pada perbaikan defisit yang telah
terjadi. Identifikasi klien yang beresiko masalah nutrisi harus berakibat
pada rencana asuhan keperawatan yang akan mencegah atau
meminimalkan masalah nutrisi (Setiadi, 2012).

Diagnosa: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


mual dan muntah (Setiadi, 2012).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi adekuat (Setiadi,
2012).
Kriteria hasil: Hb : 12-14 mgu/l, klien mampu menghabiskan 1 porsi
makanan, klien tidak mual dan muntah, berat badan klien kembali normal
atau bertambah (Setiadi, 2012).

Intervensi
Mandiri :
a. Pantau nutrisi klien
Rasional : untuk mengetahui nutrisi yang di butuhkan klien
b. Bantu klien jika perlu
Rasional : karena jika pasien tidak dapat makan sendiri, nutrisi tidak
akan terpenuhi
c. Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : untuk mengurangi mual dan muntah, jika harus makan
langsung 1 porsi
d. Timbang BB klien
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau kenaikan BB
pada klien
e. Intrusksikan klien untuk minum air dan minuman nonkafein pada
waktu makan dan diantara waktu makan
Rasional : erosi yang terus menerus dalam status nutrisi menempatkan
klien pada risiko komplikas yang berhubungan dengan malnutrisi,
seperti sepsis, dehidrasi, dan ketidakseimbangan elektrolit
f. Sediakan makanan sangat hangat
Rasional : untuk mengetahui nafsu makan karena makanan masih
hangat
g. Manajemen nutrisi yaitu mengetahui makanan kesukaan klien
Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan klien karena makanan
yang di berikan adalah makanan kesukaan(Setiadi, 2012).
Kolaborasi :
a. Pantau hasil laboratorium, terutama hemoglobin dan albumin.
Rasional : sebagai data penunjang bahwa nutrisi adekuat.
b. Diskusikan dengan ahli gizi mengenai nutrisi yang di butuhkan klien.
Rasional : untuk mengetahui nutrisi yang di butuhkan klien.
c. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi makanan
Rasional : untuk menambahkan nafsu makan klien.
d. Berikan obat raniditin sesuai resep dokter
Rasional : untuk mengatasi mual pada klien.
e. Berikan curcuma menurut resep dokter
Rasional : untuk menambahkan nafsu makan klien (Setiadi, 2012).

Diagnosa : ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d


penurunan kebutuhan metabolik akibat tirah baring(Kozier, 2010).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi adekuat (Kozier,
2010).
Kriteria hasil :
a. Pasein mau berpartisipasi dalam program penurunan berat badan yang
terstruktur
b. berpartisipasi dalam program latihan yang teratur (Kozier, 2010).
Intervensi
Mandiri :
a. Tentukan pola makan yang baik untuk penurunan berat badan
Rasional : agar dalam program penurunan berat badan nutrisi pasien
tetap terpenuhi
b. Timbang berat badan setiap seminggu
Rasional : untuk mengetahui penurunan berat badan pasien setiap
minggunya
c. Catat asupan untuk melihat kandungan dan jumlah kalori nutrisi
Rasional : untuk mengetahui kecukupan nutrisi pasien selama
menjalani program penurunan berat badan (Kozier, 2010).
Kolaborasi :
a. Konsultasikan dengan dokter tentang asupan nutrisi pasien dalam
program penurunan berat badan
Rasional : mengetahui pola asupan nutrisi yang baik untuk pasien
selama menjalankan program penurunan berat badan.(Kozier, 2010).

1. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Tujuan :
Membantu klien untuk mencapai tujuan yang diinginkan, mencakup
dalam peningkatan kesehatan, mencakup pencegahan penyakit, mencakup
pemulihan kesehatan, memfalisitasi klien. (Rosdahl, 2014).
a. Membantu dengan Diet Khusus
Perubahan diet klien sering kali dibutuhkan untuk mengatasi suatu
proses penyakit seperti diabetes mellitus, untuk mempersiapkan
pemeriksaan khusus atau pembedahan, menambah atau mengurangi
berat badan, memulihkan defisit nutrisi, atau memberikan kesempatan
organ beristirahat dan meningkatkan penyembuhan. Diet dimodifikasi
dalam satu atau lebih aspek berikut : tekstur, kilo kalori, zat gizi
khusus, penyedap rasa, atau konsistensi (Rosdahl, 2014).

Sebagian besar lembaga menawarkan menu harian kepada klien untuk


memilih makanan mereka untuk esok hari; lembaga lain memberikan
makanan standar kepada setiap klien yang menjalani diet umum.
Makanan tertentu (missal kol, yang cenderung menghasilkan flatus,
dan makanan yang digoreng dan banyak diberi penyeda, yang sulit
dicerna oleh beberapa orang) biasanya dihilangkan dari diet
biasa/regular (Rosdahl, 2014).
Variasi dari diet biasa adalah diet ringan, yang dirancang untuk klien
pascaoperasi dan klien lain yang tidak siap mendapatkan diet biasa.
Makanan dalam diet ringan adalah makanan yang dimasak dengan
sederhana dan lemak biasanya dihilangkan, begitu juga kulit padi dan
makanan yang mengandungbanyakserat (Kozier, 2010).

b. Menstimulasi Nafsu Makan

Penyakit fisik, makanan yang asing atau tidak enak, faktor lingkungan
dan psikologi, serta ketidaknyamanan fisik atau nyeri dapat menekan
nafsu makan pada banyak klien. Penurunanasupan makanan jangka
pendek biasanya tidak menjadi masalah bagi orang dewasa; namun,
seiring dengan waktu, hal tersebut menyebabkan penurunan berat
badan, penurunan kekuatan dan stamina, dan menimbulkan masalah
nutrisi lain. Menstimulasi nafsu makan seseorang mengharuskan
perawat menentukan alasan hilangnya nafsu makan dan
kemudianmengatasimasalah tersebut (Kozier, 2010).

c. Terapi Diet dalam Managemen Penyakit

Penyakit gastrointestinal, dianjurkan menghindari makanan yang


meningkatkan keasaman perut seperti : kafein, sari asam jeruk,
bumbu-bumbu tertentu (adapedas, bumbucabe), alkohol dan
rokok.Penyakit kardiovaskular, yaitu pemeliharaan berat badan yang
ideal. Penurunan diet lemak dari 30%-35% dari total kalori dan tidak
lebih dari 10% sebagai lemak jauh, peningkatan karbohidrat dari 50%-
55% dari total kalori, penggunaan protein secara proporsional dengan
protein hewani yang rendah, pembatasan kolestrol hingga 30mg, dan
pembatasan stadium 2-3gr/hari. Penyakit sindrom iribilitas usus yang
menghindari makanan yang mengandung laktosa atau sorbitol untuk
individu yang rentan. Penyakit ginjal : cairan, garam, dan protein tidak
dibatasi kecuali terdapat indikasi gejala-gejala seperti edema,
urema/oliguria (Kozier, 2010).

d. Diet Cairan Kental

Diet hanya mengandung cairan atau makanan yang berubah cair pada
suhu tubuh, seperti es krim. Diet cairan kental sering kali dimakan
oleh klien yang mengalami gangguan pencernaan atau yang tidak
mampu menoleransi makanan padat atau semipadat. Diet ini tidak
direkomendasikan untuk digunakan dalam jangka panjang karena
rendah zat besi, protein, dan kalori (Kozier, 2010).

e. Membantu Klien Makan

Kelompok orang yang sering kali memerlukan bantuan untuk makan


adalah; lainsia yang lemah dan orang cacat seperti klien tuna netra.
Rencana asuhan keperawatan klien akan mengindikasikan bantuan
yang dibutuhkan saat makan. Beberapa klien menjadi tertekan karena
menganggap diri mereka telah membebani personel keperawatan.
Walaupun memberikan makan dapat menghabiskan waktu, perawat
harus berupaya tidak memberikan kesan yang terburu-buru dan
menyampaikan mereka mempunyai banyak waktu. Berikan waktu
yang cukup untuk klien menelan dan mengunyah makanan untuk
suapan berikutnya dan berikan cairan sesuai permintaan atau jika klien
tidak mampu berkomunikasi, berikan cairan setiap tiga atau empat kali
setiap suap makanan padat. Sangat penting untuk menciptakan waktu
yang menyenangkan, pilih topik yang menarik untuik klien yang ingin
bercakap-cakap (Kozier, 2010).

f. Layanan Nutrisi di Komunitas Tertentu

Dibanyak tempat, program komunitas telah disusun untuk membantu


kelompok populasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
mereka. Untuk lansia yang tidak dapat mempersiapkan makan atau
meninggalkan rumah mereka, makanan siap makan atau makan malem
yang telah dibekukan dapat diantarkan kerumah oleh organisasi lokal.
Meel on wheel adalah organisasi yang terkenal menyediakan layanan
tersebut. Untuk individu yang dapat mempersiapkan makanan tetapi
cacat fisik dan tidak dapat berbelanja untuk membeli bahan makanan,
beberapa organisasi memberikan layanan pengantaran bahan
makanan(Kozier, 2010).

Untuk kaum miskin di Amerika serikat, USDA membiayai pemberian


kupon makanan. Masyarakat dengan pendapatan rendah dapat
menggunakan kupon untuk membeli makanan di setiap toko bahan
makanan yang telah ditunjuk. Nilai kupon makanan yang diberikan
bergantung pada ukuran dan pendapatan keluarga (Kozier, 2010).

g. Nutrisi enteral

Metoda pemberian makanan alternatif untuk memastikan kecukupan


nutrisi meliputi metoda enteral (melalui sistem pencernaan). Nutrisi
enteral (EN), juga disebut sebagai Nutrisi Enteral Total (TEN),
diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan atau
mengalami gangguan saluran pencernaan atas dan transpor makanan
ke usus halus terganggu. Pemberian makan enteral melalui slang
nasogastrik dan selang pemberian makan berukuran kecil atau melalui
selang gastrotomi atau yeyunostomi (Kozier, 2010).

h. Perlengkapan Akses Enteral

Akses enteral diperoleh dengan alat nasogastrik dan nasointestinal


(nasoenterik), atau slang gastrostomi atau yeyunostomi (Kozier, 2010).

i. Slang Nasogastrik

Slang nasogastrik dimasukkan melalui salah satu lobang hidung,


menuruni nasofaring, dan memasuki saluran pencernaan. Dalam
beberapa kasus, slang dimasukkan melalui mulut dan faring, walaupun
rute ini mungkin dirasa lebih tidak nyaman bagi klien dewasa dan
dapat menyebabkan muntah. Pendekatan ini sering kali digunakan
untuk bayi yang bernapas melalui hidung mutlak (yang harus bernapas
melalui hidung) dan bayi prematur yang tidak memiliki refleks muntah
(Kozier, 2010).

Slang nasogastrik digunakan untuk klien yang memiliki refleks


muntah dan refleks batuk utuh, yang pengosongan lambungnya baik,
dan yang memerlukan pemberian makan jarak pendek. Slang
nasogastrik dapat dimasukkan dengan alasan lain selain memberikan
rute untuk pemberian makan klieen, yang meliputi : (Kozier, 2010).

1) Untuk mencegah mual, muntah, dan distensi lambung setelah

pembedahan. Dalam kasus ini, selang dihubugkan ke sumber


suksion.

2) Untuk mengeluarkan isi lambung guna analisis laboratorium.


Layanan Nutrisi di Komunitas Tertentu

a. Pemberian Nutrisi Melalui Perentral

Merupakan pemberian nutrisi berupa cairan inpus yang dimasukkan


kedalam tubuh melalui darah vena,( untuk nutrisi perantral parsial)
(Kozier, 2010).

1. Evaluasi

Evaluasi adalah keefektifan pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan


implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keperhasilan atau
kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan dimasa depan (Mardella, 2014).

Evaluasi nutrisi harus berlangsung terus menerus untuk mengevaluasi


hasil intervensi. Terapi nutrisi tidak menghasilkan yang cepat.
Penambahan atau kehilangan berat badan sebanyak 2,5 kg atau lebih dalm
beberapa hari, dapat mengindikasi perubahan cairan, tidak menambah atau
mengurangi massa tubuh yang kurus, pemantauan laboratorium terhadap
replesi nutrisi, seperti albumin tidak menunjukan perubahan sampai 20
hari dan 8 hari berturut-turut. Tujuan pemberian nutrisi dini harus
dikonsentrasikan pada ketentuan perkiraan kebutuhan kalori dan protein.

Terapi nutrisi, khususnya nutrisi enteral seringkali terganggu. Evaluasi


dari pesan pemberian versus yang bervolume mengidentifikasi apakah laju
harus dinaikan untuk mengimbangi gangguan tersebut. Jika penambahan
berat badan yang bertahap tidak terlihat atau pengurangan berat badan
yang terus menurus, maka membutuhkan peningkatan penggunaan resep
dokteryang ditetapkan dalam fase perencanaan dievaluasi sesuai dengan
hasiltertentu yang diharapkan, yang juga ditetapkan dalam fase tersebut
(lihatmengindentifikasi Diagnosis, hasil, dan intervensi keperawatan)
(Setiadi, 2012).

Apabila tujuan tidak tercapai, perawat harus mengeksplorasi alasannya.

Perawat mungkin memikirkan pertanyaan berikut :

a. Apakah penyebab masalah diindetifikasi secara benar ?

b. Apakah keluarga dilibatkan dalam rencana penyuluhan ?


apakahanggota keluarga mendukung ?

c. Apakah klien mengalami gejala yang menyebabkan kehilangan


nafsumakan misalnya ; nyeri, mual, letih

d. Apakah tujuan tidak realitis untuk orang ini ?

e. Apakah pilihan makanan klien dipertimbangkan ?

f. Apakah ada yang menggangu pencernaan atau penyerapan zat


gizi,misalnya diare ? (Kozier, 2010).

Anda mungkin juga menyukai