GOLONGAN PRAKTIKUM : II
SELASA, 26 OKTOBER 2021
DISUSUN OLEH:
NI KADEK AYU MURTINI (2008551014)
NI MADE INDAH MARYANI (2008551015)
I GST A A GANGGA SAMALA DEWI (2008551016)
MEIVANTI DIVA HAPSARI (2008551017)
I PUTU AGUS SAPUTRA (2008551018)
DEWA JULIO ANGGA PURNAMA (2008551019)
KADEK YUNITA LIYANI (2008551020)
NI KADEK IDA RAJESWARI (2008551021)
NI KADEK SRI WULAN ADIARI (2008551022)
KOMANG AMELIA SYAHRANI PUTRI (2008551023)
NI KOMANG DIANTARI (2008551024)
NI KADEK HERMIASIH (2008551025)
Laboratorium Farmakognosi
Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lemak
Lipid dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang tidak larut dalam
air, namun larut dalam pelarut organik non-polar seperti hidrokarbon atau
dietil eter (Fessenden dan Fessenden, 1982). Lipid adalah salah satu nutrisi
yang penting bagi manusia. Dalam metabolisme lipid terbentuk banyak
molekul lipid yang merupakan senyawa penting bagi membran sel (Orsavova
et al, 2015).
Lipid mempunyai sifat non polar atau hidrofolik. Namun, meskipun
begitu terdapat beberapa golongan lipid yang dapat larut dalam pelarut polar
seperti penyusun membran sel (fosfolipid, glikolipid, dan proteolipid)
(Mamuaja, 2017). Lipid (minyak lemak, lemak dan lilin) adalah senyawa ester
yang terdiri dari asam lemak dan alkohol rantai panjang. Perbedaan
diantaranya adalah berada pada substansi tipe alkoholnya. Untuk minyak
lemak dan lemak merupakan kombinasi antara gliserol dan asam lemak. Pada
lilin, alkohol merupakan substansi terbesar dari penyusunnya, sehingga berat
molekulnya juga besar, contohnya adalah setil alkohol (Endarini, 2016).
Lipid dalam sediaan farmasi berlaku untuk minyak (cair) dan lemak
(padat). Secara umum, dalam sediaan farmasi, tujuan pengguanaan lipid
adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan proses atau stabilitas formulasi bentuk fisika sediaan yang
diinginkan
b. Meningkatkan atau menurunkan absorpsi selular atau sistemik obat dan
formulasi
c. Mencapai sasaran obat (drug targeting) pada lokasi kerja agar bermanfaat
dan menjauhkan dari lokasi toksisitas
d. Memperlambat atau mengontrol penghantaran obat dan formulasi.
(Endarini, 2016)
2.2 Minyak Lemak
Minyak lemak adalah minyak yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan,
merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen, tetapi bukan suatu
karbohidrat. Minyak/ lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam,
minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak.
Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak
(Angelina, 2016).
Minyak lemak berupa trigliserida yang tersusun dari glisrol dan 3 asam
lemak. Minyak lemak berupa cairan dalam suhu kamar (Endarini, 2016).
Lemak memiliki struktur yang sama dengan minyak, yaitu berupa trigleserida.
Perbedaan lemak dan minyak lemak yaitu pada titik lelehnya, dimana lemak
berbentuk padatan pada suhu kamar (Endarini, 2016). Lemak dibedakan
berdasarkan kejenuhan ikatan asam lemaknya.
Adapun perbedaannya antara lain asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak
yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak
memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan
lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak
jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak
ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan
terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati ,2007). Contoh dari
lemak (fat) adalah cocoa butter yang berasal dari tanaman Theobroma cacao
(Sterculiaceae) dan Lanolin merupakan suatu zat yang menyerupai lemak
berasal dari bulu domba (Endarini, 2016).
2.3 Lilin
Lilin atau malam adalah ester dari asam lemak suku tinggi dengan alkohol
monovalen yang mempunyai bobot molekul besar. Pada lilin, alkohol
penyusunnya dapat berupa kolesterol. Lilin atau wax adalah ester dari rantai
panjang gugus alkohol dengan asam lemak. Di dalam tanaman, lilin
ditemukan di antara jaringan epidermis luar, terutama pada daun dan buah
(Endarini, 2016). Lilin (wax) adalah ester dari rantai panjang gugus alkohol
dan asam lemak. Fungsi dari lilin adalah sebagai proteksi terhadap penetrasi
dari air. Serangga juga mengeluarkan lilin untuk berbagai tujun. Carnauba
wax dan bayberry wax adalah contoh dari lilin yang berasal dari tanaman, dan
beeswax adalah contoh dari lilin yang dihasilkan serangga (Endarini, 2016).
2.4 Uji Noda Lemak
Uji noda lemak dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya lemak pada
suatu bahan. Keberadaan lemak atau minyak pada suatu bahan dapat dilihat
dari terbentuknya noda translucent sehingga kertas tulis yang tidak tembus
pandang menjadi semi transparan. Kertas saring yang tidak meninggalkan
adanya bercak noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat
benar minyak atsiri. Sedangkan jika pada kertas saring terdapat bercak noda
menandakan minyak yang diperoleh bukan minyak atsiri melainkan minyak
yang berasal dari lemak/adsorben (Faisal, dkk., 2016).
2.5 Uji Kelarutan
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka
hasilnya lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat
nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar
(Mamuaja, 2017).
2.6 Uji Pembentukan Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok (Depkes RI, 1995). Uji pembentukan emulsi
dilakukan untuk melihat proses tercampurnya tetesan minyak yang
dimasukkan ke dalam air tanpa emulgator dan dengan emulgator yakni sabun.
Pada uji pembentukan emulsi ini digunakan larutan sabun sebagai emulgator
untuk mencampurkan air dan tetesan minyak yang digunakan.
2.7 Pembentukan Sabun (Saponifikasi)
Saponifikasi adalah proses penyabunan yang mereaksikan suatu lemak
atau gliserida dengan basa (Fessenden dan Fessenden, 1997). Dalam reaksi
penyabunan terjadi hidrolisis ester dengan penambahan alkali kuat (NaOH
dan KOH). Reaksi penyabunan ini tidak dapat terjadi pada lipid sederhana,
hanya dapat terjadi pada lipid kompleks saja. Jenis minyak yang digunakan
akan mempengaruhi sifat sabun itu sendiri baik dalam tingkat jumlah busa
dan pengaruh terhadap kulit (Widyasanti, dkk., 2017).
2.8 Uji Ketidakjenuhan
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji
merupakan asam lemak jenuh atau asam lemak tidak jenuh. Uji ini dilakukan
dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Reaksi positif ditandai dengan
timbulnya warna merah muda, lalu warna kembali lagi menjadi warna asal
(bening). Warna yang kembali ke warna asal menandakan bahwa banyak
ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Warna merah muda
hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah
mereduksi pereaksi Iod Hubl (Fitriana, dkk., 2019).
2.9 Uji Gliserol
Gliserol adalah komponen utama trigliserida, ditemukan di lemak hewani,
minyak sayur, atau minyak mentah (Quispe, et all., 2013). Dalam uji ini
terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak
menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Identifikasi dapat dilakukan
dengan pemanasan dengan kalium disulfat P, terjadi uap merangsang jika
dibakar dengan natrium tetraborat P diatas nyala api terjadi nyala hijau
(Depkes RI, 1979).
2.10 Uji Jarak Beku
Uji ini bersifat kualitatif dan digunakan untuk mengetahui perbedaan titik
beku masing-masing minyak lemak. Adapun contoh dari beberapa minyak
lemak yang digunakan adalah Oleum Sesami dengan titik beku campuran
kering asam lemak antara 20˚ dan 25˚, Oleum Olivarum di bawah 106˚
menjadi kental dan lebih keruh karena terjadinya pemisahan hablur halus, dan
pada 0˚ menjadi benda yang berbutir-butir seperti salep, Oleum Arachidis
cairan menjadi keruh pada suhu tidak kurang dari 37˚ (Depkes RI, 1979), dan
Oleum Cocos pada 5 ˚-10 ˚ menjadi padat, pada 15 ˚-20 ˚ menjadi lunak
(Depkes RI, 1979).
2.11 Uji Jarak Lebur
Uji penentuan jarak lebur bertujuan untuk mengetahui peleburan sampel
yakni lemak pada suhu tertentu. Jarak lebur adalah suhu awal dan suhu akhir
peleburan zat. Adapun contoh dari minyak lemak tersebut adalah Oleum
Cacao: suhu lebur 31˚-34˚C, Cera alba: suhu lebur 62˚-65˚C, Cetacium: suhu
lebur 42˚-50˚C (Depkes RI, 1979), dan Adeps lanae: suhu lebur 38˚-44˚C
(Depkes RI, 2014).
2.12 Uji Sterol dengan Reaksi Liebermann Burchard
Prinsip dari metode uji ini adalah apabila kolesterol direaksikan dengan
asam acetat anhidrid dan asam sulfat pekat dalam lingkungan bebas air, maka
akan terbentuk warna hijau - biru yang intensitas akibat pembentukan polimer
hidrokarbon tak jenuh. Pada reaksi Liebermann-Burchard larutan akan
berubah warna dengan segera menjadi merah dengan cepat akan menjadi biru-
violet (Kolekalsiterol kolesterol) dan untuk selanjutnya akan menjadi hijau
(ergokalsiferol) (Schunack, et al., 1990).
2.13 Uji Khusus Oleum Lini
Uji khusus pada oleum lini dilakukan untuk mengetahui sifat khusus yang
dimiliki oleh oleum lini yakni dapat mengering dan ditandai dengan
penebalan minyak pada paparan udara, adanya lapisan pada kaca membentuk
vernis yang keras dan transparan. Uji ini dilakukan dengan mengoleskan satu
tetes oleum lini pada objek gelas yang dibiarkan mengering sehingga
membentuk lapisan vernis yang keras (Tim Pengampu Praktikum
Farmakognosi Farmasi, 2020).
2.14 Uji Khusus Oleum Sesamol
Oleum sesamol atau minyak wijen merupakan minyak yang berasal dari
biji wijen (Sesamum indicum L.). Dalam uji ini, Identifiksi oleum sesamol
dapat dilakukan dengan mengocok 1 ml larutan 100 mg gula dalam 10 ml
asam klorida P selama 30 menit, Lapisan asam menjadi merah muda yang jika
dibiarkan berubah menjadi merah (perbedaan dari minyak lemak lain)
(Depkes RI, 1979).
BAB III
ALAT, BAHAN DAN SKEMA KERJA
3.1 Alat
1. Kertas saring dan Pipet
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur
5. Gelas arloji
6. Lampu spiritus
7. Penangas es
8. Penangas air
9. Gelas objek
3.2 Bahan
1. Minyak Lemak (Minyak Kelapa, Minyak Zaitun, Minyak Licin (Cat),
Minyak Wijen, Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Jagung)
2. Eter
3. Biji-bijian yang mengandung lemak (Kacang Tanah dan Biji Kemiri)
4. Pelarut (Eter, Petroleum Eter, Kloroform, Etanol 95%)
5. Air
6. Sabun
7. Minyak Paraffin
8. Larutan NaOH 2N
9. Larutan HCl 2N
10. Larutan CaCl2 2%
11. Larutan MgSO4 2%
12. Larutan 15 gram Raksa (II) Klorida
13. Etanol 95%
14. Larutan Iodium
15. Kalium Hidrogen Sulfat
16. Gliserol
17. Amilum
18. Lemak Padat (Oleum Cacao, Cera Alba, Cetaceum, Adeps Lanae)
19. Asam Asetat Anhidrida
20. Asam Sulfat Pekat
21. Larutan Sakarosa 10%
22. HCl Pekat
Dibiarkan mengering
Ditambahkan 10 mL kloroform
Diteteskan pereaksi Hubl sampai warna iodium dalam idioform
tetap ungu
Dilarutkan pepuluh tetes minyak kelapa atau 0,5 gram adeps lanae
dalam 5 mL kloroform.
Minyak Berbusa +
HCl
lemak bening
Minyak Berbusa +
CaCl2
lemak keruh
Berbusa +
Minyak
MgSO4 warna putih
lemak
susu
Parafin
HCl keruh
cair
Sedikit
Parafin
CaCl2 berbusa +
cair
keruh
https://www.youtube.com/watch?v=Mxz18CkaHNM
5. Tabel Uji Ketidak-jenuhan
Jumlah Pereaksi Hubl
No Sampel Interpretasi
Hingga Warna Stabil
Terdapat sedikit
1 Minyak Kelapa 3 tetes
ikatan tak jenuh
Terdapat banyak
2 Minyak Jagung 50 tetes
ikatan tak jenuh
Terdapat banyak
3 Minyak Kedelai 63 tetes
ikatan tak jenuh
Minyak Kelapa Terdapat sedikit
4 4 tetes
Sawit ikatan tak jenuh
Melebur
sempurna
Cera
1 65 68 3oC tingkat
Alba
kemurnian
tinggi
Melebur
2 Cetaceum 43 50 7oC
sempurna
Melebur
sempurna,
Adeps
3 37 40 3oC tingkat
Lanae
kemurnian
tinggi
Terbentul larutan
berwarna putih/ bening
1 Minyak Kelapa yang menunjukan hasil uji
negative (-) mengandung
kolesterol
Terjadi perubahan warna
menjadi warna zamrud
2 Adeps Lanae meunjukan hasil uji positif
(+) mengandung
kolesterol
Minyak lini
Oleum lini meninggalkan lapisan
vernis
https://www.youtube.com/watch?v=eM5S2uhCgHA
Biji kacang tanah : Pada uji noda lemak dengan sampel biji
kacang tanah terdapat noda bercak yang
menandakan bahwa sampel tersebut
positif (+) atau mengandung minyak
lemak
Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan jarak beku suatu lipid. Hasil
dari uji jarak beku ini dapat menentukan kemurnian suatu lipid. Semakin besar
rentang jarak beku maka lipid semakin tidak murni, begitupun sebaliknya
apabila rentang jarak beku semakin kecil maka semakin murni suatu lipid.
Berdasarkan data pada excel yang diberikan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Sampel Jarak Beku Rentang
Minyak Jagung a= 22oC, b= 20oC 2oC
Minyak Lini a= -22oC, b= -25oC 3oC
Minyak Wijen a= 8oC, b= 6oC 2oC
Minyak Kedelai a= -10oC, b= -15oC 5oC
Minyak kelapa a= 25oC, b= 23oC 2oC
Minyak Zaitun a= 8oC, b= 6oC 2oC
Dalam praktikum ini digunakan sampel cetaceum, cera alba dan adeps
lanae. Dalam farmakope, suhu dari cetaceum 42oC sampai 50o. Dalam
pengamatan didapatkan suhu awal 43oC dan suhu akhir 50oC, dan memiliki
jarak lebur 7 oC. Hal ini menunjukkan bahwa data pengamatan cetaceum
memiliki tingkat kemurnian senyawa yang cukup tinggi dan tidak berbeda
dengan data pada farmakope. Dalam farmakope, suhu dari cera alba 62oC
sampai 65oC. Dalam pengamatan didapatkan suhu awal 65oC dan suhu akhir
68oC, dan memiliki jarak lebur 3 oC. Hal ini menunjukkan bahwa data
pengamatan cera alba memiliki tingkat kemurnian senyawa yang cukup,
namun ada ketidaksignifikanan data pengamatan dengan suhu pada
farmakope. Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya beberapa unsur lain
yang terkandung dalam cera alba, seberapa lama penyimpanan senyawa yang
digunakan (cera alba). Dalam farmakope, suhu dari adeps lanae 30oC sampai
45oC. Dalam pengamatan didapatkan suhu awal 37oC dan suhu akhir 40oC,
dan memiliki jarak lebur 3 oC. Hal ini menunjukkan bahwa data pengamatan
adeps lanae memiliki tingkat kemurnian senyawa yang cukup, namun ada
ketidaksignifikanan antara farmakope dan data pengamatan. Hal ini
kemungkinan terjadi akibat adanya beberapa unsur lain yang terkandung
dalam adeps lanae, seberapa lama penyimpanan senyawa yang digunakan
(adeps lanae).
5.9 Uji Sterol dengan Liebermann-Burchard
Uji sterol digunakan dalam penentuan adanya sterol/kolesterol tidak
jenuh. Digunakan asam anhidrid, kloroform, dan asam sulfat pekat yang
bertindak sebagai pereaksi Liebermann Burchard, berfungsi untuk
mengidentifikasi adanya sterol dalam suatu larutan. Dalam percobaan ini
digunakan minyak kelapa dan adeps lanae. Minyak kelapa yang
direaksikan dengan pereaksi Liebermann Burchard perubahan warna larutan
menjadi bening disebabkan karena di dalam minyak kelapa tidak terkandung
kolesterol (artinya ia bereaksi negatif). Hal ini karena minyak kelapa
merupakan minyak nabati, sementara kolesterol tidak terkandung dalam
tumbuh-tumbuhan termasuk minyak nabati, hasil menunjukkan minyak
kelapa tidak mengandung kolesterol (Anggraini dan Nabillah, 2018).
Hal ini juga selaras dengan data pengamatan yang menunjukkan minyak
kelapa berwarna bening. Sedangkan adeps lanae menunjukkan warna hijau.
Hal ini menunjukkan bahwa adeps lanae mengandung sterol. Menurut teori
konsentrasi minyak hewani yang besar ditunjukkan dengan warna hijau pekat.
Yang mana pada data ditunjukkan dengan adanya perubahan positif pada
adeps lanae yang menunjukkan warna hijau. Adeps lanae (lemak bulu domba)
merupakan salah satu contoh lemak hewani yang sering digunakan sebagai
basis salep.
5.10 Uji Oleum Lini
Oleum lini merupakan salah satu jenis minyak lemak yang memiliki titik
beku rendah dan mengandung asam lemah tak jenuh berkadar tinggi, sehingga
pada pengeringan atau jika dibiarkan di udara terbuka akan menyebabkan
minyak lini mengeras dan membentuk lapisan vernis. Lapisan ini muncul
akibat oksidasi yang terjadi terhadap asam lemak dalam minyak lini. Minyak
ini berwarna kuning atau kecoklatan dan memiliki rasa dan bau yang khas
(Depkes RI, 1979). Dalam praktikum ini terlihat data bahwa terbentuk vernis
dan oleum lini mengeras setelah diletakkan di atas kaca objek.
KESIMPULAN
6.1 Penggolonggan minyak lemak, lemak, dan lilin berdasarkan pada sifat fisika-
kimia yang meliputi organoleptis, kemudahan dalam melarut, titik lebur, titik
beku, noda lemak, nkejenuhan, kemampuan melakukan saponifikasi.
6.2 Identifikasi minyak lemak, lemak dan lilin yang dilakukan dalam praktikum
ini meliputi uji noda lemak yang bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan
lipid dalam tanaman menunjukan hasil positif apabila terbentuknya noda
lemak pada kertas saring, uji kelarutan dimana uji ini membandingkan tingkat
kelarutan beberapa minyak lemak terhadap suatu penglarut, uji saponifikasi
(penyabunan) dikatakan positif apabila hasil positif terjadi melarutnya semua
bahan dan terjadinya reaksi hidrolisis basa kuat, uji ketidakjenuhan uji ini
positif ditandai dengan timbulnya warna merah muda, lalu warna kembali lagi
menjadi warna asal (bening), uji gliserol dikatakan positif bila terbentuk bau
dan aroma yang khas yang disebut akrolein, penetapan jarak beku dimana
semakin besar rentang jarak beku maka lipid semakin tidak murni, begitupun
sebaliknya, penetapan jarak lebur arak lebur dari zat yang didapatkan pada
pengukuran dilaboratorium harus berada dikedua suhu jarak lebur yang
terdapat dalam monografi, uji sterol dimana uji ini digunakan dalam
penentuan adanya sterol/kolesterol tidak jenuh, uji pembentukan emulsi
didapatkan hasil bahwa setelah minyak kelapa di dalam tabung reaksi
ditambahkan air dan dikocok dihasilkan bahwa minyak tersebut terdispersi ke
dalam air sehingga membentuk emulsi, kemudian uji oleum lini dimana pada
uji ini akan terbentuk vernis dan oleum lini mengeras setelah diletakkan di
atas kaca objek.
DAFTAR PUSTAKA
Angelina, Ika Okhtora, 2016. Analisis Kadar Lemak Pada Tepung Ampas Kelapa,
Jtech, Volume 4(1), 19- 23.
Anggraini, D.I, Nabillah, L.F, 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena
angustifolla Roxb) on in vitro Cholesterol Lowering, Journal of Scientific
and Applied Chemistry, Vol. 21(2), 54 – 58.
Chairunnisa, D. C, 2019. Identifikasi Minyak Lemak, Lemak, dan Lilin. Jawa
Tengah: Stikes Bhamada Slawi.
Depkes RI, 2004. Ilmu Resep Jilid II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta, Hal: 23.
Depkes RI, 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V Buku II. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, Hal 9.
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, Hal 6-7, 950.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Endarini, L.H, 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 37-46.
Fessenden, R. J., Fessenden, J.S., 1997. Kimia Organik, Edisi Ketiga Jilid I.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Erlangga, Jakarta, 319-352.
Fitriana, Y. A., & Fitri, A. S, 2019. Uji Lipid Pada Minyak Kelapa, Margarin, dan
Gliserol, Sainteks. Vol. 16(1), 19-23
Mamuaja, C.F, 2017. Lipida. Unsrat Press, Manado, 1-35, 83-87.
Kojong, V. C. O., Sangi, M. S., dan Pontoh, J, 2013. Uji Kualitas Minyak Biji Adas
(Foeniculum vulgare) yang diperoleh dengan Metode Soxhletasi, Jurnal
MIPA, 2(2), 126-127.
Koensomardiyah, 2010. A to Z Minyak Atsiri Untuk Industri Makanan dan Aroma
Terapi. Andi Publisher, Jakarta, Andi Publisher, Hal 9.
Kosman, R, 2005. Kimia Fisika. Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Orsavova, Jana, Ladislava Misurcova, Jarmila Vavra Ambrozova, Robert Vicha,
and Jiri Mlcek, 2015. Fatty Acids Composisiton of Vegetable Oils and Its
Contribution to Directly Energy Intake and Dependence of Cardiovascular
Mortality on Dietary Intake of Fatty Acids, International Journal of
Molecular Sciences. 16(6), 12871-12890.
Quispe, C.A., Coronado, C.J.R., Carvalho, J.A, 2013. Glycerol: Production,
consumption, prices, characterization and new trends in combustion,
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 27 (2013), 475–493.
Salirawati, D, 2007. Belajar Kimia Menarik Untuk Kimia SMA Kelas XII.
Grasindo, Jakarta.
Silsia, D., Fitri E. D. S. dan Idha M, 2017. Karakteristik Emulsifier Mono-Diasil
Gliserol (MDAG) dari Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari Fat Pit
pada Berbagai Konsentrasi Katalis NaOH, Jurnal Teknologi dan Industri
Pertanian Indonesia, 9(2), 82-88.
Somkuwar, Dipali O., V.A. Kamble, 2013. Phytochemical Screening of Ethanolic
Extracts of Stem, Leaves, Flower and Seed Kernel of Mangifera indica L,
International Journal of Pharma and Bio Science, Hal 385.
Salirawati et al, 2007. Belajar Kimia Menarik. Grasindo, Jakarta.
Schunack, Walter; Mayer, Klaus and Haake; Manfred, 1990. Senyawa Obat, Buku
Pelajaran Kimia Farmasi. Edisi kedua. (Terjm. Joke R. Wattimena dan
Sriwoelan Soebito). GMU-Press, Yogyakarta.
Solomon, Graham, 1988. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Tim Pengampu Praktikum Farmakognosi Farmasi, 2020. Identifikasi Minyak
Lemak, Lemak, dan Lilin. Jimbaran, Jurusan Farmasi Universitas
Udayana., Hal. 60.
Vidal, N. P., Adigun, O. A., Pham, T. H., Mumtaz, A., Manful, C., Callahan, G.,
Stewart, P., Keough, D., Thomas, R, 2018. The Effects of Cold
Saponification on the Unsaponified Fatty Acid Composition and Sensory
Perception of Commercial Natural Herbal Soaps, Molecules, 23, 1-20.
Widyasanti, A., Junita, S., Nurjanah, S, 2017. Pengaruh Konsentrasi Minyak
Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Dan Minyak Jarak (Castor Oil)
Terhadap Sifat Fisikokimia Dan Organoleptik Sabun Mandi Cair, Jurnal
Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 9(1), 11-16.
Widyasanti, A., Farddani, C. L., dan Rohdiana, D, 2017. Pembuatan Sabun Padat
Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Dengan
Penambahan Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis), Jurnal
Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering), 5(3).