Minyak Atsiri
OLEH KELOMPOK 04
❑ Terpen merupakan suatu senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan
terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya.
❑ Terpenoid, merupakan metabolit sekunder yang terbesar, dilihat dari jumlah
senyawa maupun variasi kerangka dasar strukturnya. Terpenoid ditemukan berlimpah
dalam tanaman tingkat tinggi, meskipun demikian pada jamur, organisme laut dan
serangga juga menghasilkan terpenoid.
❑ Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen.
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka
karbonnya sama seperti senyawa isopren (C5H8).
❑ Terpenoid juga merupakan komponen utama penyusun minyak atsiri.
(Heliawati, 2018)
Sifat Umum Biosintesis
Terpenoid Terpenoid
SIFAT FISIKA
❑ Dalam keadaan segar merupakan cairan
tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya
warna akan berubah menjadi gelap 3 reaksi dasar, yaitu:
❑ Mempunyai bau yang khas
❑ Indeks bias tinggi ❑ Pembentukan isoprena aktif berasal dari
❑ Kebanyakan optik aktif asam asetat melalui asam mevalonat.
❑ Kerapatan lebih kecil dari air ❑ Penggabungan kepala dan ekor unit
❑ Larut dalam pelarut organik seperti isoprene akan membentuk mono-, seskui-,
alkohol dan eter di-, sester, dan poli-terpenoid.
SIFAT KIMIA ❑ Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-
❑ Seyawa tidak jenuh (rantai terbuka 15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
ataupun siklik) dan steroid
❑ Isoprenoid kebanyakan bentuknya kiral
dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer
(Heliawati, 2018)
Biosintesis Terpenoid
(Herbert, 1995)
Lanjutan…
❑ Minyak atsiri adalah suatu zat utama yang berbau yang terdapat pada tanaman
diperoleh baik dari penyulingan atau pemerasan simplisia segar atau kering
ataupun dengan cara sinsetis. Karena sifatnya yang spesifik, yaitu mudah
menguap pada temperatur biasa di udara, maka zat itu diberi nama volatile oils
(minyak menguap ), minyak eter, atau minyak esensial.
❑ Nama minyak esensial diberikan karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman
asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemar, minyak atsiri umumnya
tidak berwarna.
❑ pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin
serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap).
❑ Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar
(pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di
dalam saluran minyak yang disebut vittae (famili Umbiraceae), di dalam rongga
skizogen dan lisigen (famili Coniferae).
(Endarini,2016)
Sifat – sifat Minyak Atsiri
Memiliki bau khas. Umumnya bau ini Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh
mewakili bau tanaman asalnya. lingkungan
C30 C40
Triterpenoid Tetraterpenoid
Monoterpenoid (C10)
• Merupakan komponen
minyak atsiri terdiri atas 3
unit isoprena. Rumus
molekul C15H24..
Sesquiterpenoid disintesis Contoh Senyawa
dari farnesil difosfat Sesquiterpenoid
• Umumnya ditemukan
secara luas pada
• tumbuhan dan jamur.
Diterpenoid (C20)
• Tetraterpenoid
merupakan senyawa
terpenoid yang
mengandung atom
karbon sebanyak 40
buah dengan rumus
molekul (C40H64)
• Contoh senyawa Β-carotene
tetraterpenoid ialah
karotenoid. Harborne
(2006)
PENGGOLONGAN MINYAK ATSIRI
Nama Spesies : Foeniculum vulgare Mill. Nama Spesies : Andropogon nardus Linn.
Nama Simplisia : Foeniculi vulgaris Fructus Nama Simplisia : Andropoginis nardin Folium
Family : Apiaceae Family : Poaceae
(Kemenkes RI, 2017) (Kemenkes RI, 2017)
Senyawa yang Terkandung : Minyak atsiri yang Senyawa yang Terkandung : Minyak atsiri yang
mengandung anetol 80-90%, metal kavikol, mengandung geraniol dan sitronelal
anisketon, anisaldehida, dan minyak lemak Manfaat : Karminativa, antispasmodik,
Manfaat :Ekspektoran, dan karminatf antipiretika, dan stomakika
(Hadi, 2012)
Minyak Kayu Putih
Bowles, E. J. 2003. The Chemistry of Aromatherapeutic Oils. Edisi Ketiga. South Australia : Griffin Press
Endarini., Lully Hanni .2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan Kemenkes RI.
Hadi, Saiful. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil) Menggunakan Pelarut N-Heksana Dan
Benzena. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. 1(2): 25-30.
Heliawati., Leny. 2018. Kimia Organik Bahan Alam. Bogor : Pascasarjana – UNPAK. Hal. 3-7
Herbert, R.B., (1995), Biosynthesis of Secondary Metabolites, 2nd edition, Chapman and Hall, New York
Herman, R. A., Ayepa, E., Shittu, S., Fometu, S. S., dan Wang, J. 2019. Essential Oils and Their Applications.
Advances in Nutrition & Food Science. 4 (4) : 2-4
Hussein, at all.2017. Essential Oils: Biosynthesis, Chemistry and Biological Functions. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 2017, 9(8):190-200.
Kemenkes Ri. 2017. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kridati, Esti, M., Erma, P., Sri, H. 2012. Rendemen Minyak Atsiri dan Diameter Organ serta Ukuran Sel Minyak
Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill) yang Dibudidayakan di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Buletin
Anatomi dan Fisiologi. 10(1): 1-17.
DARTAR PUSTAKA
Ma’mun. 2005. Penyulingan dan Analisis Beberapa Jenis Minyak Gandapura. Bogor: Buletin Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. 16(2): 82-89.
Mardiany, Shelvy, S. 2018. Korelasi Perrbandingan Teh Hitam (Camellia sinensis) dengan Daun Rosemary
(Rosmarinus officinalis) Terhadap Karakteristik Teh Hitam – Rosemary. Tugas Akhir. Bandung:
Universitas Pasudan.
Norhendy, F., dkk. 2013. Farmakognosi untuk SMK Farmasi. Volume I. Jakarta: EGC.
Sudradjat, Susana, E. 2020. Minyak Kayu Putih, Obat Alami dengan Banyak Khasiat: Tinjauan Sistematik. Journal
Kedokteran Meditek. 26(2): 51-59.
Torry, R. T., Edward, J. 2019. Isolasi, Karakterisasi Sineol dari Minyak Kayu Putih Asal Maluku Untuk Sediaan
Fitofarmaka. Journal Unjani.
Woronuk, G., Demissie, Z., Rheault, M., Mahmoud, S. 2011. Biosynthesis and therapeutic properties of Lavandula
essential oil constituents. Planta Med. Vol 77(1):7-15.
Zam-zam, Y., Juniariningsih., M. Yahya. 2015. Farmakognosi : Bidang Keahlian Kesehatan untuk SMK/MAK
Kompetensi Farmasi. Jilid I. Jakarta: EGC.
Terima
Kasih