0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut menjelaskan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi minyak atsiri, yaitu dengan meneteskannya di atas air untuk mengamati apakah larut atau tidak (tidak larut), menguapkannya di atas kertas saring untuk mengamati sifat volatilnya, mencampurkannya dengan garam untuk menguji kemurniannya, dan mencampurkannya dengan pelarut organik untuk menguji kelarutannya. Hasilnya
Dokumen tersebut menjelaskan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi minyak atsiri, yaitu dengan meneteskannya di atas air untuk mengamati apakah larut atau tidak (tidak larut), menguapkannya di atas kertas saring untuk mengamati sifat volatilnya, mencampurkannya dengan garam untuk menguji kemurniannya, dan mencampurkannya dengan pelarut organik untuk menguji kelarutannya. Hasilnya
Dokumen tersebut menjelaskan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi minyak atsiri, yaitu dengan meneteskannya di atas air untuk mengamati apakah larut atau tidak (tidak larut), menguapkannya di atas kertas saring untuk mengamati sifat volatilnya, mencampurkannya dengan garam untuk menguji kemurniannya, dan mencampurkannya dengan pelarut organik untuk menguji kelarutannya. Hasilnya
1. Uji ini dilakukan dengan cara meneteskan minyak atsiri diatas permukaan air. Kemudian setelah diteteskan, dilakukan pengamatan maka minyak akan tersebar ke segala arah di permukaan air dan tidak menimbulkan kekeruhan. Minyak atsiri atau minyak esensial tidak terlarut dalam air karena minyak tidak memiliki gugus polar yang cukup kuat untuk mampu melarut dengan air yang polar. Jika minyak atsiri ingin melarut dengan molekul air maka minyak atsiri harus memecah ikatan hidrogen yang dimiliki molekul air. Oleh karena itu minyak tetap tidak larut dengan air. Kenapa minyak atsiri berada di permukaan air dan tidak dibawah atau melayang di dalam adalah karena minyak atsiri memiliki densitas yang lebih rendah dari molekul air (susunan molekul kompleks), dengan kata lain lebih sedikit molekul minyak atsiri dalam suatu volume yang sama sehingga berat larutannya lebih rendah dan berada diatas air yang memiliki densitas lebih tinggi akibat hydrogen bonding. Kemampuan minyak untuk tersebar dan tidak berkumpul seperti lemak di atas air adalah karena adanya gaya kohesi yang lemah sehingga antara molekul minyak tidak dapat berkumpul. Gaya antarmolekul (ikatan hidrogen, van der waals, gaya london) sangat berperan penting dalam mempertahankan posisi molekul minyak diatas air. Molekul yang polar cenderung memiliki kohesi yang lebih besar dibandingkan dengan minyak. Oleh karena itu oleum caryophylli dan oleum menthae ketika diteteskan diatas permukaan air akan menyebar ke segala arah (Preedy, 2016).
2. Percobaan dilakukan dengan meneteskan 1 tetes minyak atsiri pada sepotong
kertas saring dan kemudian dibiarkan hingga menguap, minyak akan menguap sempurna tanpa meninggalkan noda lemak yang transparan. Minyak atsiri tersusun dari bagian yang lipofilik dan bergabung dengan bagian yang cenderung volatil (umumnya benzena). Oleh karena itu minyak atsiri akan bersifat volatil dan mampu untuk menguap walau pada keadaan ruangan atau suhu kamar. Gugus volatil biasanya merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama mono dan seskuiterpen, tetapi jenis senyawa lain seperti alil dan iso alil fenol juga dapat ada (Preedy, 2016). Minyak atsiri memiliki massa di bawah berat molekul 300. Oleh karena itu pada praktikum kali ini minyak mampu untuk menguap, namun belum seluruhnya yang mungkin disebabkan oleh pengaruh suhu dan lama waktu penguapan. Apabila minyak menunjukkan noda lemak maka dapat dikatakan bahwa minyak tersebut terdapat lemak yang memang susah menguap karena memiliki titik uap tinggi. 3. Percobaan dilakukan dengan mengocok 1 ml minyak atsiri dengan 1 ml larutan NaCl jenuh dengan gelas ukur 5 ml. biarkan memisah kembali, dan volume air tidak boleh bertambah. Minyak atsiri yang dicampur dengan garam, volume air tidak boleh mengalami pertambahan karena jika minyak atsiri dilarutkan/dikocok dengan garam pekat NaCl terlarut maka dalam minyak terdapat garam. Bila pada minyak terdapat garam maka kemurnian minyak dapat dikatakan kurang. Pada praktikum kali ini oleum menthae dan oleum caryophylli tidak bercampur dengan air garam sehingga volume air tidak bertambah.
4. Percobaan dilakukan dengan melarutkan minyak atsiri dengan pelarut etanol, n-
heksan dan kloroform. Dihitung 1 tetes minyak larut jernih dalam beberapa tetes pelarut. Dikatakan terlarut jika pada tabung reaksi tidak terlihat lagi gumpalan minyak. Pada hasil pengamatan diketahui kelarutan oleum menthae dan oleum caryophylli adalah sama pada ke 3 pelarut etanol, h-heksan, dan kloroform adalah: 1:3; 1:9; 1:5. Minyak atsiri mampu untuk larut dalam pelarut organik karena minyak atsiri memiliki sifat yang tidak polar oleh karena itu minyak atsiri lebih cenderung larut di pelarut organik seperti (etanol, n-heksan dan kloroform). Kelarutan minyak dalam pelarut organik, baik minyak cengkeh dan minyak mint dapat diklasifikasikan sebagai mudah larut (Depkes RI, 1979).