Anda di halaman 1dari 3

A.

Identifikasi Umum Terhadap Minyak Atsiri


1. Uji ini dilakukan dengan cara meneteskan minyak atsiri diatas permukaan air.
Kemudian setelah diteteskan, dilakukan pengamatan maka minyak akan tersebar
ke segala arah di permukaan air dan tidak menimbulkan kekeruhan. Minyak atsiri
atau minyak esensial tidak terlarut dalam air karena minyak tidak memiliki gugus
polar yang cukup kuat untuk mampu melarut dengan air yang polar. Jika minyak
atsiri ingin melarut dengan molekul air maka minyak atsiri harus memecah ikatan
hidrogen yang dimiliki molekul air. Oleh karena itu minyak tetap tidak larut
dengan air. Kenapa minyak atsiri berada di permukaan air dan tidak dibawah atau
melayang di dalam adalah karena minyak atsiri memiliki densitas yang lebih
rendah dari molekul air (susunan molekul kompleks), dengan kata lain lebih
sedikit molekul minyak atsiri dalam suatu volume yang sama sehingga berat
larutannya lebih rendah dan berada diatas air yang memiliki densitas lebih tinggi
akibat hydrogen bonding.  Kemampuan minyak untuk tersebar dan tidak
berkumpul seperti lemak di atas air adalah karena adanya gaya kohesi yang lemah
sehingga antara molekul minyak tidak dapat berkumpul. Gaya antarmolekul
(ikatan hidrogen, van der waals, gaya london) sangat berperan penting dalam
mempertahankan posisi molekul minyak diatas air. Molekul yang polar cenderung
memiliki kohesi yang lebih besar dibandingkan dengan minyak. Oleh karena itu
oleum caryophylli dan oleum menthae ketika diteteskan diatas permukaan air akan
menyebar ke segala arah (Preedy, 2016). 

2. Percobaan dilakukan dengan meneteskan 1 tetes minyak atsiri pada sepotong


kertas saring dan kemudian dibiarkan hingga menguap, minyak akan menguap
sempurna tanpa meninggalkan noda lemak yang transparan. Minyak atsiri
tersusun dari bagian yang lipofilik dan bergabung dengan bagian yang cenderung
volatil (umumnya benzena). Oleh karena itu minyak atsiri akan bersifat volatil dan
mampu untuk menguap walau pada keadaan ruangan atau suhu kamar. Gugus
volatil biasanya merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama mono dan
seskuiterpen, tetapi jenis senyawa lain seperti alil dan iso alil fenol juga dapat ada
(Preedy, 2016). Minyak atsiri memiliki massa di bawah berat molekul 300. Oleh
karena itu pada praktikum kali ini minyak mampu untuk menguap, namun belum
seluruhnya yang mungkin disebabkan oleh pengaruh suhu dan lama waktu
penguapan. Apabila minyak menunjukkan noda lemak maka dapat dikatakan
bahwa minyak tersebut terdapat lemak yang memang susah menguap karena
memiliki titik uap tinggi.
3. Percobaan dilakukan dengan mengocok 1 ml minyak atsiri dengan 1 ml larutan
NaCl jenuh dengan gelas ukur 5 ml. biarkan memisah kembali, dan volume air
tidak boleh bertambah. Minyak atsiri yang dicampur dengan garam, volume air
tidak boleh mengalami pertambahan karena jika minyak atsiri dilarutkan/dikocok
dengan garam pekat NaCl terlarut maka dalam minyak terdapat garam. Bila pada
minyak terdapat garam maka kemurnian minyak dapat dikatakan kurang. Pada
praktikum kali ini oleum menthae dan oleum caryophylli tidak bercampur dengan
air garam sehingga volume air tidak bertambah.

4. Percobaan dilakukan dengan melarutkan minyak atsiri dengan pelarut etanol, n-


heksan dan kloroform. Dihitung 1 tetes minyak larut jernih dalam beberapa tetes
pelarut. Dikatakan terlarut jika pada tabung reaksi tidak terlihat lagi gumpalan
minyak. Pada hasil pengamatan diketahui kelarutan oleum menthae dan oleum
caryophylli adalah sama pada ke 3 pelarut etanol, h-heksan, dan kloroform adalah:
1:3; 1:9; 1:5. Minyak atsiri mampu untuk larut dalam pelarut organik karena
minyak atsiri memiliki sifat yang tidak polar oleh karena itu minyak atsiri lebih
cenderung larut di pelarut organik seperti (etanol, n-heksan dan kloroform).
Kelarutan minyak dalam pelarut organik, baik minyak cengkeh dan minyak mint
dapat diklasifikasikan sebagai mudah larut (Depkes RI, 1979).

Anda mungkin juga menyukai