Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA DAUN SEREH / SERAI


(Cymbopogon nardus)

DISUSUN OLEH :
MAYA KRISTIN MANUELA TAMBUNAN
12019027

PROGRAM STUDI FARMASI


PROGRAM SARJANA
STIKES PRIMA INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul

“Proses Pembuatan Daun Serai” ini tepat pada waktunya.

Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Praktikum Fitokimia. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang bagaimana Proses pengolahan simplisia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Yonathan Tri Atmodjo

Reubun, M.Farm, selaku Dosen mata kulian Fitokimia yang telah memberikan

tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan

bidang studi yang saya tekuni ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,

untuk itu saran dan kritik dari sejawat maupun mahasiswa akan sangat bermanfaat

untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam membantu serta

memperdalam pemahaman mahasiswa, khususnya tentang Proses Pembuatan Daun

Serai.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan

laporan ini.

Bekasi, 14 Juli 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 2


DAFTAR ISI ............................................................................................... 3
BAB I
A. Pendahuluan .......................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................... 6
BAB II
A. Dasar Teori ........................................................................... 7
B. Alat dan Bahan ...................................................................... 20
C. Tahapan Proses Pembuatan .................................................... 21
BAB III
A. Pembahasan .......................................................................... 23
B. Hasil ..................................................................................... 24
BAB IV
A. Kesimpulan ........................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 26

3
BAB I

A. Pendahuluan
Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi

belum mengalami pengolahan apapun atau telah diolah secara sederhana.

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.Eksudat

tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan

cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa

zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu

dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

b. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau

zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia

murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel

depuratum).

c. Simplisia Pelikan atau Mineral

4
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan

belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber

simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman

budidaya.Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya

di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan

lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan

tujuan untuk memproduksi simplisia.Tanaman budidaya adalah tanaman

yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia.Tanaman simplisia

dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-

kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat

Keluarga.Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang

sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.

Serai dipercaya berasal dari Asia Tenggara atau Sri Lanka. Tanaman

ini tumbuh alami di Sri Lanka, tetapi dapat ditanam pada berbagai kondisi

tanah di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari dan memiliki

curah hujan relatif tinggi. Kebanyakan serai ditanam untuk menghasilkan

minyak atsirinya secara komersial dan untuk pasar lokal sebagai perisa atau

rempah ratus (Chooi, 2008). Tanaman serai banyak ditemukan di daerah

jawa yaitu pada dataran rendah yang memiliki ketinggian 60-140 mdpl

(Armando, 2009).

5
Tanaman serai dikenal dengan nama berbeda di setiap daerah. Daerah Jawa

mengenal serai dengan nama sereh atau sere. Daerah Sumatera dikenal dengan

nama serai, sorai atau sanger-sange. Kalimantan mengenal nama serai dengan

nama belangkak, senggalau atau salai. Nusa Tenggara mengenal serai dengan

nama see, nau sina atau bu muke. Sulawesi mengenal nama serai dengan nama

tonti atau sare sedangkan di Maluku dikenal dengan nama hisa atau isa

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

B. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat melakukan tahapan dalam mempersiapkan simplisia

sebelum melakukan proses ekstraksi dari tumbuhan.

6
BAB II

A. Dasar Teori

Tanaman Sereh atau Serai adalah tumbuhan anggota suku rumput-

rumputan yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan

makanan. Minyak sereh adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan jalan

menyuling bagian atas tumbuhan tersebut. Minyak sereh dapat digunakan

sebgai pengusir (repelen) nyamuk, baik berupa tanaman ataupun berupa

minyaknya.

Tanaman serai merupakan tanaman dengan habitus terna perenial

yang tergolong suku rumput-rumputan (Tora, 2013). Tanaman serai mampu

tumbuh sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya

2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar dan memiliki aroma yang kuat

(Wijayakusuma, 2005).

Serai memiliki akar yang besar dan merupakan jenis akar serabut

yang berimpang pendek (Arzani dan Riyanto, 1992). Batang serai

bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya

merupakan pelepah umbi pada pucuk dan berwarna putih kekuningan.

Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan (Arifin,

2014).

Daun tanaman serai berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya

kesat, panjang, runcing dan memiliki bentuk seperti pita yang makin ke

ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya

7
juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman serai

tersusun sejajar dan letaknya tersebar pada batang. Panjang daunnya sekitar

50-100 cm sedangkan lebarnya kirakira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada

permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus (Arzani dan Riyanto,

1992).

Tanaman serai jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Jika ada,

bunganya tidak memiliki mahkota dan merupakan bunga berbentuk bulir

majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun pelindung nyata dan biasanya

berwarna putih. Buah dan bijinya juga jarang sekali atau bahkan tidak

memiliki buah maupun biji (Arzani dan Riyanto, 1992; Sudarsono dkk.,

2002).

Klasifikasi Tanaman Sereh / Serai :


a. Kingdom : Plantae
b. Sub-kingdom : Tracheobionta
c. Super Divisio : Spermatophyta
d. Divisio : Magnoliophyta
e. Classis : Liliopsida
f. Sub-classis : Commelinidae
g. Ordo : Poales

8
h. Familia : Poaceae
i. Genus : Cymbopogon
j. Species : Cymbopogon nardus.

Tanaman serai mengandung minyak esensial atau minyak atsiri.

Minyak atsiri dari daun serai rata-rata 0,7% (sekitar 0,5% pada musim

hujan dan dapat mencapai 1,2% pada musim kemarau). Minyak sulingan

serai wangi berwarna kuning pucat. Bahan aktif utama yang dihasilkan

adalah senyawa aldehid (sitronelol-C10H6O) sebesar 30-45%, senyawa

alkohol (sitronelol-C10H20O dan geraniol-C10H18O) sebesar 55-65%

dan senyawa-senyawa lain seperti geraniol, sitral, nerol, metal, heptonon

dan dipentena (Khoirotunnisa, 2008).

Pada akar tanaman serai mengandung kira-kira 0,52% alkaloid dari

300 g bahan tanaman. Daun dan akar tanaman serai mengandung flavonoid

yaitu luteolin, luteolin 7-O-glucoside (cynaroside), isoscoparin dan 2''-O-

rhamnosyl isoorientin. Senyawa flavonoid lain yang diisolasi dari bagian

aerial tanaman serai yaitu quercetin, kaempferol dan apigenin (Opeyemi

Avoseh, 2015).

Penyiapan simplisia merupakan tahapan persiapan bahan yang siap

untuk diekstrasi yaitu untuk penarikan atau pemisahan senyawa-senyawa

yang terkandung dalam tumbuhan tersebut. Pada daun Sereh / Serai

(Cymbopogon nardus) ditemukan minyak atsiri 1% dengan komponen

utama adalah sitronelol, geranial (lebih kurang 35% dan 20%), disamping

itu terdapat pula geranil butirat, sitral, limonen, eugenol, dan metileugenol.

9
Senyawa aktif sitronelol tidak disukai oleh nyamuk, sehingga sering

dipakai sebagai penolak serangga. Minyak atsiri daun dan rimpang dapat

menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus

hemolitik, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Bacilus subtilis,

Salmonella typhimurium, Apergillus niger dan Candida albicans

Kegunaan yang lain adalah :

a) Akar digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh

dahak/obat batuk, bahan untuk kumur, dan penghangat badan.

b) Daun digunakan sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu

makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda

kejang.

c) Serai juga digunakan sebagai bumbu masakan.

Tumbuhan telah digunakan semenjak zaman dahulu untuk

mengobati berbagai penyakit. Pada awalnya tumbuhan digunakan dalam

proses pengobatan dalam bentuk herbalnya, tetapi seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolobgi, saat ini tumbuhan

berperan dalam menyediakan senyawa murni yang dapat dimanfaatkan

sebagai obat. Proses pencarian senyawa obat dari tumbuhan adalah sebuah

proses yang kompleks dan panjang serta melibatkan berbagai bidang ilmu

10
pengetahuan antara lain limia, farmakologi, biokimia, botani,antropologi

dan lain-lain. Tumbuhan memberikan peranan yang penting dalam

pengobatan penyakit, dapat berada dalam bentuk teh herbal, fitofarmaka dan

senyawa murni yang diisolasi dari tumbuhan obat. Secara garis besar,

tahapan dalam proses isolasi senyawa kimia dari tumbuhan adalah pertama

persiapan sampel atau simplisia yang meliputi (pemilihan sampel,

pengambilan dan identifikasi sampel serta sortasi basah, perajangan,

pengeringan dan penghalusan), kedua skrining fitokimia,ketiga ekstraksi

dan keempat isolasi senyawa murni.

1. Pemilihan sampel, pengambilan dan identifikasi sampel

Metode yang digunakan dalam pemilihan, pengumpulan dan

identifikasi bahan tanaman secara langsung akan mempengaruhi

reproduksibilitas dari suatu penelitian fitokimia. Kecerobohan pada

tahap ini akan dapat mengurangi nilai ilmiah dari studi keseluruhan.

secara umum, pemilihan sampel dapat dilakukan menggunakan

beberapa pendekatan, antara lain :

a. Pemilihan sampel secara random.

b. Pendekatan fitokimia

Pemilihan sampel berdasarkan kandungan kimianya.

c. Pendekatan farmakologis

Pemilihan sampel berdasarkan bioaktivitasnya.

d. Pendekatan etnobotani

11
Pemilihan sampel berdasarkan informasi penggunaan

tradiisional tumbuhan tertentu. Biasanya sumber informasi

adalah seorang herbalis ataupun dari masyarakat yang biasa

menggunakan tumbuhan obat

e. Pendekatan kemotaksonomi

Pemilihan berdasarkan kesamaan taksonomi, misalnya dipilih

berdasarkan famili tumbuhan tertentu.

f. Pemilihan sampel berdasarkan laporan atau jurnal ilmiah tentang

pengujian bioaktivitas suatu tumbuhan.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan

senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu

panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung

senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk

secara maksimal didalam bagian tanaman atau tanaman pada umur

tertentu. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu

pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Disamping

waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan

pula saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia yang mengandung

minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari, dengan demikian

untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan

stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif didalam simplisia

terhadap panas sinar matahari. Secara garis besar, pedoman panen

sebagai berikut :

12
1) Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang

telah tua seperti kedawung, pengambilan biji ditandai

dengan telah mengeringnya buah. Sering pula pemetikan

pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu

sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh,

misal jarak.

2) Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu

pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat

kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan

pada buah seperti perubahantingkat kekeraan, missal labu

merah. Perubahan warna, misalnya asam, kadar air buah,

misalnya belimbing wuluh, jeruk nipis. Perubahan bentuk

buah, misalnya mentimun, pare.

3) Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya,

pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami

perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada

saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi,

sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman

yang diambil daun pucuk adalah kumis kucing.

4) Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah

tua, daun yang diambil dipilih yang telah membuka

sempurna dan terletak di bagian cabang atau batang yang

menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut

13
terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan

ini misal sembung.

5) Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang,

pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup

umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu

pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang

menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim

kemarau.

6) Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis,

pengambilan dilakukan pada saat umbi mencapai besar

maksimum dan pertumbuhan pada bagian atas tanah

berhenti, misalnya bawang merah.

7) Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya,

pengambilan dilakukan pada musim kering dengan tanda-

tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini

rimpang dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat

dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau

menggunakan mesin. Dalam hal ini keterampilan pemetik

diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak

tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman

induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik

perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam

sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak

14
senyawa aktif siniplisia seperti fenol, glikosida dan

sebagainya.

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan dengan cara pencucian sampel yang

bertujuan untuk menghilangkan sampel dari tanah dan kotoran

lainnya yang melekat. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar

suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,

rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya

harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba

dalam jumlah yang tinggi.Oleh Karena itu, pembersihan simplisia

dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah

dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.

Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air,

air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat

yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian

sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah

mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali,

jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari

jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat

15
membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian

yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.

Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan

jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan

untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan

bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat

pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat

pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air

adalah Pseudomonas, Proteus Micrococcus Bacillus, Streptococcus

Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia

akar, batang atau buah dapat pula

dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah

mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya

terdapat pada permukaan simplisia. Bahan yang telah dikupas

tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara

pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

4. Perajangan

Beberapa sampel memerlukan perajangan terlebih dahulu

sebelum dikeringkan, yang bertujuan untuk membantu proses

pengeringan.Tanaman yang baru diambil, jangan langsung dirajang,

tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari, selanjutnya baru

dirajang dengan menggunakan pisau atau alat pemotong lainnya

16
sehingga membentuk irisan tipis atau sesuai dengan bentuk yang

diinginkan.

5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia

yang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Secara umum

simplisia harus dikeringkan pada suhu dibawah 30oC, untuk

mengundarai terurainya komponen kimia yang terdapat dalam

tumbuhan akibat dari pengaruh suhu. Sampel harus dihindari dari

sinar matahari langsung karena adanya potensi transformasi kimia

akibat dari radiasi sinar UV.

Metode pengeringan simplisia dilakukan dengan cara :

1) Pengeringan Alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam

bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dengan cara

a) Dengan panas sinar matahari langsung untuk mengeringkan

bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu,

biji dan lain sebagainya serta mengandung senyawa aktif

yang stabil.

b) Dengan diangin-anginkan, tidak dipanaskan dengan sinar

matahari langsung. Cara ini merupakan cara utama yang

digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak

17
seperti bunga, daun dan lain sebagainya serta mengandung

senyawa aktif yang mudah menguap.

2) Pengeringan Buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu

yang lebih baik, karena pengeringan akan lebih merata dan

waktu pengeringan akan lebih cepat tanpa dipengaruhi oleh

keadaan cuaca.

Prinsip pengeringan buatan adalah udara dipansakan oleh

suatu sumber panas seperti lampu, kompor, listrik, atau mesin diesel,

udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari

yang berisi bahan-bahan yang akan dikeringkan yang telah

disebarkan diatas rak-rak pengering. Cara yang lain misalnya

dengan menempatkan bahan-bahan yang akan dikeringkan diatas

pita atau ban berjalan dan melewatkannya melalui suatu lorong atau

ruangan yang berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur

alirannya.

6. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap

akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan

benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak

diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada

dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum

sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada

sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara

18
mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang

melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian

pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain

yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

7. Penghalusan

Jika sampel yang akan dihaluskan jumlahnya sedikit maka

akan digunakan blender. Tetapi jika jumlah sampel banyak, maka

dianjurkan untuk menghaluskan dengan menggunakan peralatan

penghancur skala industri.

8. Penyimpanan

Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena

berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :

a) Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat

menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya

isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi, dan sebagainya.

b) Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-

agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka

akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal

basah atau mencair.

c) Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan

oleh berbagai sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi

hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang

tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).

19
d) Serangga : Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan

pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin

oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa

kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti

cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang

bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.

e) Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka

simplisia dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak

hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan

merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan

dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat

mengganggu kesehatan.

B. Alat dan Bahan

a. Alat

a) Pisau / Gunting untuk merajang

b) Nampan untuk menjemur

c) Toples sebagai wadah untuk untuk menyimpan simpisia.

d) Sarung tangan atau handscoon

b. Bahan

Sereh / Serai (Cymbopogon nardus) secukupnya.

20
C. Tahapan Proses Pembuatan

PENGUMPULAN
BAHAN BAKU

PENCUCIAN
SAMPEL DAN
SORTASI BASAH

PERAJANGAN

PENGERINGAN
SAMPEL

SORTASI
KERING

PENYIMPANAN

1. Pengumpulan Bahan Baku

a) Sampel berupa sereh digunakan secukupnya.

b) Sampel didapat dengan cara memetik dari tumbuhannya

langsung, biasa terdapat di tumbuhan bersemak.

2. Pencucian dan Sortasi Basah

a) Sampel dicuci dengan air mengalir lalu ditiriskan.

b) Dibuang bagian akar dan dari pengotor yang lain.

21
3. Perajangan

Sampel dipotong-potong sebesar lebih kurang 2-3 cm untuk

memudahkan pengeringan.

4. Pengeringan

Sampel diletakkan di atas nampan lalu diangin-anginkan

langsung dibawah terik matahari selama 3 - 4 hari hingga kering dan

berubah warna menjadi kecoklatan.

5. Sortasi Kering

Sampel dipisahkan dari bagian sampel yang telah rusak/busuk, zat

organik, dan pengotor lainnya.

6. Penyimpanan

a) Sampel yang sudah kering di simpan dalam wadah yang tertutup

baik.

b) Penyimpanan ditempat yang teduh terhindar dari sinar matahari

langsung.

22
BAB III

A. Pembahasan

Dalam praktikum ini, persiapan simplisia dilakukan mulai dari

pengadaan sampel, sortasi basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering,

hingga penyimpanan sampel. Awalnya dilakukan identifikasi proses

pengumpulan daun sereh ini. Tanaman serai merupakan tanaman dengan

habitus terna perenial yang tergolong suku rumput-rumputan (Tora, 2013).

Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai

70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar dan memiliki

aroma yang kuat (Wijayakusuma, 2005).

Daun simplisia yang sudah terkumpul ini kemudian dipilah / sortasi

bagian yang masih layak digunakan yaitu bagian daun yang masih segar

berwarna hijau cerah. Bagian daun yang kering atau kekuningan dibuang.

Setelah dilakukan sortasi, Daun sereh ini kemudian dicuci bersih

menggunakan air bersih yang mengalir. Hal ini dimaksudkan agar kotoran-

kotoran seperti pasir atau debu yang menempel pada daun sirih akan hilang

atau tercuci bersih.

Daun yang sudah dicuci bersih kemudian dirajang dengan ukuran

lebar kurang lebih 2 - 3 cm. Hal ini dimaksudkan agar pada saat

pengeringan, tidak memerlukan suhu yang terlalu tinggi atau waktu yang

terlalu lama. Perajangan dilakukan pada setiap daun sirih yang sudah dicuci,

dengan menggunakan alat perajang berupa pisau atau gunting bersih.

23
Selanjutnya adalah mengeringkan daun sirih yang sudah dirajang

dengan cara diangin-angin langsung dibawah sinar matahari, sampai kering

dan berubah menjadi warna kecoklatan. Pengeringan ini dilakukan untuk

mendapatkan simplisia yang kering dengan kadar air kurang dari 6% supaya

simplisia dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang tanpa ditumbuhi

jamur.

Setelah pengeringan lakukan tahan sortasi kering dengan cara

memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak

diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih tertinggal dari simplisia.

Kemudian simpan simplisia ke dalam wadah yang tertutup baik dan

terhindar dari sinar matahari langsung.

B. Hasil

Dari praktikum pembuatan simplisia ini bahwa pembuatan simplisia

daun sereh atau serai dimulai dari pengambilan / pengumpulan bahan baku,

sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan

penyimpanan menghasilkan simplisia daun serai yang berkualitas baik.

24
BAB IV

A. Kesimpulan

Kesimpulan mengenai proses tahapan pengolahan simplisia daun

sereh atau serai yang dilakukan pada video percobaan, dimulai dari

pengambilan / pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,

perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan penyimpanan menghasilkan

simplisia daun serai yang berkualitas baik. Hanya saja simplisia yang

digunakan tidak ditimbang terlebih dahulu sehingga praktikan tidak

mengetahui bobot dari simplisia yang akan digunakan tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 1985. Serai Dapur (Cymbopogon nardus var. flexuosus Hack.),

BALITRO, Edisi Khusus, Mei, No. 2, Bogor.

Anonim., 1985. Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta, 74

Cahyana, A., 1989. Daya Mengusir Serangga dari Tanaman Lorosetu

(Andropogon zizanioides Urban) dan Tanaman Serei (Cymbopogon nardus

Rendle), Skripsi, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta

Anonim. Simplisia. Serial in Internet. Available from

ocw.usu.ac.id/.../agr.312_handout_simplisia.

Chooi, O. H. 2008. Rempah ratus: khasiat makanan dan ubatan. Prin-AD SDN.

BHD, Kuala Lumpur.

Armando, R. 2009. Memproduksi 15 minyak atsiri berkualitas. Niaga Swadaya,

Jakarta.

Syamsuhidayat, S dan Hutapea, J. R. 1991. Inventaris tanaman obat Indonesia.

Jakarta: Depkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Jakarta.

Tora, N., 2013. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Serai Wangi.

Wijayakusuma, H. M. H. 2000. Tumbuhan berkhasiat obat Indonesia: rempah,

26
rimpang, dan umbi. Milenia popular. Jakarta.

Arzani, M. N dan Riyanto, R. 1992. Aktifitas antimikrobia minyak atsiri daun

beluntas, daun sirih, biji pala, buah lada, rimpang bangle, rimpang serei,

rimpang laos, bawang merah dan bawang putih secara in vitro. Laporan

Penelitian. Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Arifin, M. N. 2014. Pengaruh ekstrak n-heksan serai wangi Cymbopogon nardus

(L.) Randle pada berbagai konsentrasi terhadap periode menghisap darah

dari nyamuk Aedes aegypti.[Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Khoirotunnisa, M. 2008. Aktivitas minyak atsiri daun sereh (Cymbopogon

winterianus, jowitt) terhadap pertumbuhan Malassezia furfur secara in

vitro dan identifikasinya. Semarang: Universitas Diponegoro.

Opeyemi Avoseh, Opeoluwa Oyedeji, Pamela Rungqu, Benedicta Nkeh-Chungag

and Adebola Oyedeji. 2015. Cymbopogon Species; Ethnopharmacology,

Phytochemistry and the Pharmacological Importance.

27

Anda mungkin juga menyukai