Anda di halaman 1dari 7

1.

Anatomi dan Fisiologi Traktus Aerodigestif Atas


a. Faring
Faring merupakan tabung muskular yang berukuran 12,5-14 cm yang
merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring adalah
kontong fibrous yang membentuk seperti corong dimana kantong ini dimulai dari
dasar tengkorang dan menyambung dengan esofagus setinggi vertebre servikal
ke enam. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana.
Kedepan berhubungan dengan rongga mulut ismus orofaring, sedangkan dengan
laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang
lebih 14 cm bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.
Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) : 1. Selaput lendir; 2. Fasia
faringobasiler; 3.Pembungkus otot; 4. Sebagian fasia bukofaringeal. Berdasarkan
letaknya faring dapat dibagi menjadi nasofaring, orofaring, dan laringofaring
(hipofaring) (Soeprdir et all, 2012).
Gambar 1 Anatomi Faring
1) Nasofaring
Nasofaring merupakan ruang berbentuk trapezoid dibelakang koana
dengan dinding kaku dibagian superior, posterior, dan lateral yang
berhubungan dengan orofaring. Batas nasofaring dibagian atas adalah dasarar
tengkorak, dibagian bawah adalah palatum mole, kedepan adalah rongga
hidung, sedangkan ke belakang adalah vetebra servikal. Nasofaring yang
relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur
penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan
resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang
merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius,
suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius,
koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus, dan
n.asesorius spinal saraf kranial dan v.jugularis interna, bagian petrosus os
temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.
2) Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya adalah
palatum mole, batas bawah adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah
rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah vetebra servikal. Struktur yang
terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina,
fosa tonsil, serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan
foramen sekum (Soepardi et all, 2012)

Gambar
2 Struktur
orofaring
dan
cincin
waldayer
3)

Laringofaring
Daerah ini dimulai dari perpaduan nasofaring dan orofaring pada
daerah setinggi os hyoid. Daerah laringofaring menurun ke bagian inferior
dan dorsal dari laring dan berakhir pada cricoid cartilage pada akhir bagian
inferior dari laring. Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas
epiglotis, batas inferior ialah esophagus , serta batas posterior adalah vetebra
servikal.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang
tidak beraturan. Yang utama berasal dari cabang a. karotis eksterna (cabang
faring asendens dan cabang fausial) serta dari cabang a. maksila interna.yakni
cabang palatina superior. Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi,
pada waktu menelan, resonansi suara dan untuk artikulasi. Dalam fungsi
menelan terdapat 3 fase yaitu 1. Fase oral; 2. Fase faringal; 3. Fase esofagal. Fase
oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. Gerakan disini disengaja
(voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu transport bolus makanan melalui
faring. Gerakan disini tidak disengaja (involuntary). Fase esofagal yaitu
waktu bolus makanan bergerak secara peristaltik di esofagus menuju
lambung. Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-
lambung. Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot
palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole
kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan
mula-mula melibatkan M.salpingofaring dan M.palatofaring. Kemudian
M.elevator veli palatini bersama-sama M.konstriktor faring superior. Pada
gerakan penutupan nasofaring M.elevator veli palatinisuperior. Pada gerakan
penutupan nasofaring M.elevator veli palatini menarik palatum mole ke atas
belakang hampir mengenai dinding posterior faring (Soepardi et all, 2012).
b. Laring
Laring merupakan suatu penghubung antara faring dan trakea. Laring
berbentuk seperti kotak triangular. Bangunan laring tersusun oleh satu tulang,
yaitu tulang hyoid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk
seperti huruf “U” yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah,
mandibula, dan tengkorak oleh tendo dan otot. Tulang rawan yang menyusun
laring adalah katilago epiglotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago
aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis, dankartilago aritenoid,
kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis, dan kartilago tritisea. (Widyastuti,
2003).
Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-
otot intrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara
keseluruhan, sedangkan otot-otot intrinsik menyebabkan gerakan bagian-bagian
tertentu yang berhubungan dengan gerak pita suara. Otot–oto ektrinsik laring
terdiri dari suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan
m.milohioid), dan infrahioid (m.sternohioid, m.omohioiddan m.tirohioid). Otot-
otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsidan m.tirohioid). Otot-otot
ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah, sedangkan
yang infrahioid menarik laring ke atas. Otot-otot intrinsik laring yang terletak di
bagian posterior, ialah m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik dan
m.krikoaritenoid posterior. Sebagian besar otot-otot intrinsik adalah otot aduktor
(kontraksinya akan mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali
m.krikoaritenoid posterior yang merupakan otot abduktor (kontraksinya akan
menjauhkan kedua pita suara ke lateral (Widyastuti, 2003). Perdarahan laring
berasal dari percabangan a.tiroid superior dan inferior. Arteri yang
memperdarahi laring secara langsung dari kedua cabang arteri tersebut adalah
a.laringis superior dan a.laringis inferior (Ballenger, 2007)
Laring memiliki rongga laring yang memiliki batas atas aditus laring,
batas bawah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas
depannya ialah permukaan belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik,
ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan
arkus kartilago tiroid. Batas lateralnya ialah membrane kuadrangularis,dan arkus
kartilago tiroid. Batas lateralnya ialah membrane kuadrangularis, kartilago
aritenoid, konus elastikus, dan arkus kartilago krikoid. Sedangkankartilago
aritenoid, konus elastikus, dan arkus kartilago krikoid. Sedangkan batas
belakangnya ialah m.aritenois transverses dan lamina kartilago krikoid
(Ballenger, 2007).

Gambar 3 Anatomi Laring

c. Esofagus
Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan
hipofaring dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus esofagus yang
terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi vertebra servikal
enam, dari daerah servikal, esofagus masuk ke dalam rongga toraks, dan berada
di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebra terus ke mediastinum
posterior di belakang atrium kiri dan menembus diafragma setinggi vertebra
torakal 10 dengan jarak kurang lebih 3 cm di depan vertebra, akhirnya sampai di
rongga abdomen dan bersatu dengan lambung di daerah kardia (Seeley, 2004).
Berdasarkan letak anatominya, esophagus dibagia menjadi 3 bagian yaitu
pars servikal (mulai dari krikofaringeal sampai suprasternal), pars torasik (mulai
dari suprasternal sampai diafragma), dan pars abdominal (mulai dari diafragma
sampai kardiak lambung). Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan
pertama yang bersifat sfingter terletak setinggi tulang rawan krikoid pada batas
antara esofagus dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi
otot polos. Penyempitan kedua terletak di rongga dada bagian tengah, akibat
tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak bersifat
sfingter. Penyempitan ketiga terletak pada hiatus esofagus diafragma yaitu tempat
esofagus berakhir pada kardia lambung. Lower Esophageal Sphincter (LES)
terletak pada bagian ini dan otot polos pada bagian ini murni bersifat sfingter
(Seeley, 2004). Perdarahan esophagus berbeda-beda sesuai dengan letak
anatominya. Bagian pars servikal diperdarahi oleh a. tiroid inferior, pars thorakal
oleh cabang langsung dari aorta pars thorakal, dan pars abdominal oleh a.
frenikus dan a. gastrikus (Gray, 2008).

Gambar 4 Anatomi Esophagus

Anda mungkin juga menyukai