Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

OBAT SISTEM NEUROLOGI DAN NEUROMUSKULER

OLEH :
KELOMPOK 5

1. PUTU AYU SUTARINI DEWI (P07120216073)


2. I GDE ANDRE KRISNANDHA SWARA (P07120216074)
3. KETUT ELFIRASANI (P07120216075)
4. I GDE ARYYA ASTAWA PUTRAYANA (P07120216076)
5. NI LUH KOMANG MEGA RATNASARI (P07120216077)
6. IDA AYU PUTU APSARI DEWI (P07120216078)
7. I GUSTI AYU ARI PURNAMAWATI (P07120216079)
8. NI MADE RAI WIDIASTUTI (P07120216080)
9. I DEWA AYU DWI APRIANI (P07120216081)

DIV KEPERAWATAN TINGKAT I SEMESTER II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN AJARAN 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini membahas tentangPenggolongan
obat yang dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi pada
semester genap.
Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk mendapatkan
nilai, namun di latar belakangi pula untuk memperluas wawasan.Untuk itu penata
berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.Makalah ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran objektif yang bersifat
membagun guna tercapainya kesempurnaan yang diinginkan.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang
terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan yang
baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada dosen mata kuliah
Farmakologi yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami bimbingan dan
tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.

Denpasar, 23 Februari 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Obat Sistem Neurologi ...................................................................... 2
2.2 Obat Sistem Neuromuscular ............................................................. 5

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ......................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus
sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaannya. Pemberian terapi obat selalu
berisiko terhadap pasien, mulai dari efek obat sebagai bahan kimia, cara
pemberian dan kemungkinan kesalahan lain yang merugikan.

Obat yang benar belum tentu menghasilkan efek terapi yang efektif.
Banyak faktor yang mendukung agar ketepatan obat mendapat peluang tinggi
yntuk meghasilkan hasil yang efektif.faktor dosis, cara pemberian, frekuensi
atau jarak pemberian, waktu pemberian, diet makanan saat terapi, kepercayaan
pasien terhadap obat, interaksi obat dan pemantauan efek samping obat yang
diberikan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah obat sistem neurologi?
1.2.2 Bagaimanakah obat sistem neuromuscular ?

1.3 Tujuan
3.1.1 Untuk mengetahui obat sistem neurologi
3.1.2 Untuk mengetahui obat sistem neuromuscular.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Obat Sistem Neurologi

Obat susunan saraf pusat (SSP) adalah semua obat yang berpengaruh
terhadap sistem saraf pusat.Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat
mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku.Obat yang
dapat merangsang SSP disebut analeptika.

Klasifikasi Sistem Saraf Pusat


Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan
besar, yaitu :
1. Psikofarmaka (Psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau
menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa
dan tranquillizers, dan psikostimulansia (wekamin).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple
sclerosis), dan penyakit parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit : analgetik, anastesi umum, dan
lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migran
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya
dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (
tergantung kerja transmiter)

Pembagian obat susunan saraf pusat

- Anestetika
- Hipnotiv sedativ
- analeptika

A. Obat Anestetik : merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan


rasa skit dalam bermacam-macam tindakan operasi.

B. Sifat obat antestika

2
- Toksisitas rendah, luas terapeutik besar
- Mudah ditangani ahli anestesi
- Aliran pada tubuh dan keluar cepat
- Khasiat analgetik dan narkotik baik
- Pengaruh terhadap pernafasan dan sirkulasi kecil
- Metabolit tidak toksik
- Sifat fisika dan kimia menguntungkan (stabil, tidak mudah terbakar
atau meledak)
C. Penggolongan Obat
Obat anestetika digolongan menjadi :
a) Anastetik Lokal : obat yang merintangi secara reversible penerusan
impuls-impuls saraf ke SSP ( susunan saraf pusat) pada kegunaan lokal
dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas
atau dingin.
Penggunaan
Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak
dibutuhkan. Anestetik local dibagi menjadi 3 jenis :
1) Anestetik permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri
dan gatal, misalnya larutan atau table hisap untuk menghilangkan rasa
nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler mata
atau mengeluarkan benda asing di mata, salep u ntuk menghilangkan rasa
nyeri akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita ambient atau
wasir.
2) Anestetik filtrasi yaiitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius
ujung-ujung sarafnya. Misalnya pada daerah kulit dan gusi.
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan di suatu
tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah
anastesi yang luas misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.
Obat-obat anestetik lokal umumnya yang dipakai adalah garam klorisanya
yang mudah larut dalam air.
Persyaratan anestetik local

3
Anestetik lokal dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai
berikut :
a. tidak merangsang jaringan
b. tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
c. toksisitas sistemis rendah
d. efe larutan yang stabil dan tahap pemasan.if pada penyuntikan dan
penggunaan lokal
e. mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
f. larut dalam air dengan menghasilkan
Efek samping
Efek samping dari pengguna astetik lokal terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ). Mengakibatkan hipersensitasi
berupa dematitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anestetik lokal dibagai 3 kelompom yaitu :
1) senyawa ester. Contohnya prokain. Benzokain. Buvakain. Tetrakain, dan
oksibuprokain.
2) Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain, cinchokain
dll.
3) Semua kokain.semua obat tersebut di atas dibuat sintesis.
Contoh sediaan obat
- Lidokain
Lidokain ialah obat anestesi lokal yang banyak digunakan dalam
bidang kedokteran oleh karena mempunyai awitan kerja yang lebih
cepat dan bekerja lebih stabil dibandingkan dengan obat obat anestesi
lokal lainnya. Obat ini mempunyai kemampuan untuk menghambat
konduksi di sepanjang serabut saraf secara reversibel, baik serabut
saraf sensorik, motorik, maupun otonom.
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk

4
b) Anestetika Umum
Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat
syaraf tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan
kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik
umum :
1) berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
2) mula kerja cepat tanpa efek samping
3) sadar kembalinya tanpa kejang
4) berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
5) Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan

Efek samping
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek
samping yang terpenting diantaranya adalah : Menekan pernafasa,
paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken Mengurangi kontraksi
jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang paling ringan pada
eter Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti
senyawa klor Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
1) Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting (
thiopental dan heksobarbital )
2) Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.
Contohnya eter, dll.
2.2 Obat Sistem Neuromuscular
Obat untuk kelainan neuromuskuler, parkinsonisme, miastenia
gravis dan spasme ototObat Antiparkinson
Penyakit Parkinson adalah kelainan neurologis kronis yang
mempengaruhitraktus motor piramidalis dengan ciri utama rigiditas (
kekakuan karena meningkatnya tonus otot), bradikinesia gerak lamban
dan tremor. Gejala tersebut terjadi akibat gangguan traktus piramidal

5
yang berfungsi mengendalikan postur, keseimbangan, dan kemampuan
bergerak.Parkinsonisme terjadi karena ketidakseimbangan
neuromuskuler, dopamine, dan asetilkolin yang dapat juga terjadi
akibat penggunaan obat antipsikotik fenotiazin dalam waktu
lama.Dopamin mengendalikan efek asetilkolin dengan eksitasinya.
Pengobatan Parkinson diarahkan untuk mengganti kekurangan
dopamine yaitu:
a. Obat antikolinergik untuk menghambat reseptor kolinergik,
mempunyai efek mengurangi rigiditas, dan tremor serta
menghambat pelepasan asetilkolin.
b. Dopaminergik, untuk merangsang reseptor dopamine.
Diperkenalkan pertama tahun 1961 (levodopa). Enzim dopa
dekarboksilase mengubah levodo menjadi dopamine di dalam otak.
Levodo diubah menjadi dopamin 99% sebelum mencapai otak, dan
hanya 1% yang diubah menjadi dopamine dalam otak. Untuk itu
agar memperoleh respon farmakologis yang baik diperlukan dosis
besar.

Efek samping (ESO) :

Pemberian antiparkinson dosis tinggi menyebabkan mual, muntah,


diskinesia, hipotensi ortostatik, aritmia jantung, dan psikosis.Obat-obat
antikolinergik mempunyai efek samping mulut kering, menurunnya
sekresi kelenjar mukos, retensi urine, konstipasi, penglihatan kabur dan
frekuensi nadi lebih cepat. Pada orang lanjut usia dapat terjadi
kebingungan, gelisah dan gangguan mental lain. Levodopa mempunyai
waktu paruh singkat (1-2 jam) sehingga dapat diberikan 3-4 kali
sehari.Awal terapi dengan dosis rendah dan ditingkatkan bertahap,
mencapai efek maksimum dalam 2-4 bulan.

6
Obat Penggunaan dan hal lain yang Dosis dewasa
Antiparkinson diperhatikan
Antikolinergik
Benztropin Parkinsonisme, juga akibat Oral: 0,5-1 mg
penggunaan obat.
Untuk mengurangi distonia.
Kategori kehamilan C
Biperiden Sama di atas, pemakaian jangka Oral: 2 mg
panjang menyebabkan toleransi. IM.IV: 2 mg
setiap 30 menit
sampai 4 dosis
Prosiklidin Sama di atas Oral: 2,5-5 mg
Triheksifinidil Obat semua jenis Parkinson, Oral awal: 1
paling banyak dipakai, kategori mg/hari
kehamilan C. bertahap: 5-15
mg/ hari terbagi.
Etopropasin Derifat fenotiasin, efek Oral: 50 mg,
antikolinergik,untuk semua jenis maksimum 600
Parkinson, kategori kehamilan C. mg/ hari terbagi
3-4 kali.
Orfenadrin Antihistamin yang mempunyai Oral: 50 mg
efek antikolinergik, merangsang
SSP dan menyebabkan Euforia.
Dopaminergik
Levodopa Untuk Parkinson, yang bukan Oral:0,5-1 gr,
karena obat. naikkan dosis
bertahap sampai
ESO: 3-6 gr/hari
Menyebabkan rasa tidak enak pada terbagi
gastrointestinal, dimakan bersama
makan. Dalam dosis tinggi
menyebabkan diskinesia, hipotensi

7
ortostatik, aritmia, psikosis
paranoia dan peningkatan libido.
Karbidopa- Parkinsonisme. Levodopa banyak Oral: rasio 1:10
levodopa mencapai otak. Diperlukan dosis (10 karbidopa
(sinemet) lebih rendah. 100 levodopa)
Kontraindikasi: psikosis, atau (25 K-250
glaucoma, penyakit jantung, hati L) atau (25 K
dan ginjal berat. 250 L)
Interaksi obat: simpatomimetika
(adrenergik), penghambat MAO,
fenotiazin, diazepam, fenitoin,
reserpin.
ESO: mual, muntah, anoreksi,
disfagi, letih, pusing, mulut kering,
rasa pahit, palpitasi, hipotensi
ortostatik, penglihatan kabur.
Toksisitas: psikosis,
agranulositosis, anemia hemolitik,
aritmia, depresi dan halusinasi
Agonis dopamine Bekerja dengan cara merangsang
reseptor dopamine
Amantadin Untuk Parkinson dini, Parkinson Oral :100 mg
akibat obat dan virus pernapasan
A. Efektif untuk rigiditas dan
bradikinesia, tetapi kurang efektif
untuk mengurangi tremor.
Bromokriptin Untuk Parkinson, mempunyai
respon lebih baik dari Amantadin.
Dapat di gunakan dalam
kombinasi levodopa. Dapat juga
untuk mencegah laktasi,
merupakan kelompok ergot

8
Perawatan pasien dengan obat antiparkinson

Pengkajian :

1. Kaji tanda vital dasar untuk bahan evaluasi.


2. Kaji dengan cermat pola/ bentuk parkinsonisme yang terjadi.
3. Dapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan ESO dan kontra
indikasi obat yaitu: glaucoma, penyakit jantung, tukak lambung, penyakit
hati dan ginjal berat, serta psikosis.

Intervensi keperawatan:

1. Pantau tanda vital dan EKG terutama pada penggunaan antikolinergik,


levodopa dan bromokriptin.
2. Kaji adanya hipotensi ortostatik dan lakukan mobilisasi bertahap.
3. Berikan obat karbidopa-levodopa bersama makan dan makanan rendah
protein agar tak menghambat transportasi obat ke SSP.
4. Beri penyuluhan kesehatan
Pada pasien yang mendapatkan obat antikolinergik
- Tidak mengoperasikan mesin atau pekerjaan yang memerlukan
kewaspadaan tinggi.
- Banyak minum dan diet buah dan makanan tinggi serat.
- Hindari alcohol, karena memperberat depresi SSP.
- kontrol rutin tekanan intra okuler.
- Bila mulut kering, usahakan menghisap permen karet atau permen
keras.
- Berkemih sebelum makan obat, agar mengurangi retensi urine.

Penggunaan Levodopa:

- Dimakan bersama makan untuk menguragi rasa tidak enak pada


lambung, tetapi memperlambat penyerapan.
- Jelaskan adanya perubahan warna keringat dan urine menjadi gelap
tetapi tidak berbahaya.

9
- Kurangi makanan atau hindari obat yang mengandung vitamin B6
(biji-bijian dan kacang-kacangan).
- Jelaskan bahwa penghentian obat antiparkinson mendadak
menyebabkan gejala Parkinson lebih berat (rebound parkinsonisme).
- Jelaskan ESO dan tanda-tandanya, serta cara melaporkan. Pada
penderita DM control gula darah, tanpa urine karena sering
menghasilkan positif palsu atau negatif palsu.

Penggunaan Amantadin dan Bromokriptin:

- Laporkan apabila ditemui lesi kulit, kejang dan depresi.


- Laporkan apabila ada tanda hipotensi ortostatik dan jelas tanda-
tandanya.
- Ajari pemeriksaan denyut jantung sendiri, laporkan apabila ada
ketidakteraturan atau lebih cepat.
2. Obat Miastenia Gravis
Miastenia gravis disebabkan oleh tidak memadainya atau
hilangnya sekresi asetilkolin karena bertambahnya enzim
asetilkolinesterase yang merusak asetilkolin pada sinapsis atau
persambungan ujung syaraf dengan otot (mioneural).
Hal ini menyebabkan tidak adanya impuls syaraf dan respon otot
pada mioneural dan menyebabkan rasa letih, kelemahan otot pernapasan,
otot wajah, dan ekstremitas.Tanda yang nampak berupa ptosis (jatuhnya
kelopak mata), kelemahan dan keletihan otot rangka di atas pinggang,
kesulitan mengunyah dan menelan, serta gangguan pernapasan.
Obat miastenia gravis diarahkan untuk menghambat
asetilkolinesterase (ACE),yang masuk dalam kelompok
parasimpatomimetika atau kolinergik.
ESO: Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare, kejang perut),
saliva dan air mata bertambah, miosis dan kenaikan tekanan darah.

10
Obat-obat miastenia gravis (penghambat asetilkolinesterase/ACE)
Obat Penggunaan dan informasi Dosis dewasa
penting lain
Edofonium Untuk mendiagnosis miastenia I.V: 1-2 mg selama
(tensilon) gravis. Dengan obat ini ptosis 30 detik. Kemudian
harus hilang dalam waktu 1-5 8 mg, kalau tak ada
menit. respon : beri IM: 10
mg.
Neostigmin Untuk mengendalikan miastenia Oral: 150 mg/hari,
(prostigmin) gravis. Apabila ada gangguan terbagi, tak lebih 375
menelan, mengunyah dan mg/hari
pernapasan diberikan secara IM/IV: 0,5-2 MG
parental
Piridostigmin ( Untuk miastenia gravis dan Oral: 60-120
mestinon, pemulihan kelumpuhan otot mg/terbagi
regonol) paska bedah akibat hambatan
neuromuskuler.
Ambenonium Untuk miastenia gravis, Oral: 15-100 mg/
penghambat ACE jangka hari/terbagi
panjang.

Perawatan pasien dengan obat penghambat asetilkolinesterase:


1. Kaji tanda-tanda miastenia terutama kesulitan menelan, sulit
bernapas, kelemahan dan lain-lain.
2. Pantau efek terapi : pulihnya kelemahan otot, perbaikan
pernapasan, dan berkurangnya gejala lain.
3. Pantau ESO. Kalau terjadi efek berat beri antidotumnya yaitu
sulfas atropine.
4. Jelaskan tanda-tanda apabila kambuh dan laporkan.
3. Obat-obat pelemas Otot rangka (Relaksan)
Kekakuan otot dapat terjadi akibat cedera traumatic, penyakit berat
yang kronik (sklerosis multiple, stroke, serebrel palsi dan cedera medulla

11
spinalis).Biasanya spastisitas timbul karena hipereksitabilitas
(perangsangan berlebihan) dari neuron.
Obat pelemas otot berkhasiat meredakan spasme dan nyeri melalui
sentral maupun perifer.Kerja sentral dengan menekan aktifitas neuron pada
otak medulla spinalis, biasanya pada spasme akibat trauma. Kerja perifEr
dengan cara langsung pada otot rangka, efektif untuk spastisitas otot akibat
gangguan neurologis.
ESO:
Pelemasan sentral: mengantk, pusing, kepala terasa ringan, mual,
muntah, diare, dan rasa tak enak pada perut.
Pelemas perifer: meningkatkan enzim hati, mengantuk,
fotosensitivitas, anoreksia, mual, muntah, dan meningkatkan
kekambuhan/keganasan kanker mammae.

Obat-obat relaksan (pelemas otot)

Obat pelemas otot Penggunaan Dosis dewasa


Bekerja sentral
Baklofen Spasme otot akibat sklerosis multipel, Oral: 5 mg (3x)
cedera medulla spinalis. Kelebihan dilanjutkan 10-20
dosis menyebabkan depresi SSP mg (3x)
Karisoprodol Spasme otot, tersedia dalam bentuk Oral: 350 mg.
kombinasi aspirin dan kodein.
Kloefenisin Spasme otot, pengobatan jangka Oral: 800 mg
pendek.
Klorzoksazon spasme otot akut dan berat, diminum Oral 250-750 mg
bersama makan
Sikobenzaprin Spasme otot pengobatan jangka Oral: 10 mg
pendek, diminum bersama makan.
Metaksalon Spasme otot akut. Oral :800 mg
metokarbamol Spasme otot akut pada tetanus Oral : 1 gr
orfenadrin Spasme otot akut Oral 100 mg
Antiansietas

12
Diazepam Spasme otot akut dan kronis Oral 2-10 mg
Meprobamat Spasme otot Oral: 400 mg- 1,2
gr/ hari terbagi
Bekerja pada syaraf perifer
Dentrolen Spasme otot akibat gangguan Oral: 25 mg/hari
neurologis dinaikkan secara
bertahap sampai 100
mg.

Perawatan pasien yang mendapatkan terapi pelemas otot (relaksan):

- Kaji spasme otot: akut-kronik, penyebab, pola, dll.


- Kaji obat-obat yang digunakan.
- Kaji adanya penyakit lain yang menjadi kontra indikasi.
- Pantau kadar enzim hati, terutama pengguna Dantrolen.
- Nasehatkan untuk tidak mengoperasikan mesin/ pekerjaan dengan
kewaspadaan tinggi.
- Nasehatkan penggunaan obat spasme akut sentral tak lebih dari 3
minggu.
- Hindarkan dari penggunaan alcohol dan penekan SSP lain karena
memperberat depresi.
- Obat dimakan bersama makan, untuk mengurangi rasa tak enak pada
lambung.
- Nasehatkan penghentian obat bertahap, apabila mendadak terjadi
rebound spasme (kekejangan lebih berat).
- Hindarkan pemberian obat pada ibu hamil dan menyusui.
- Evaluasi efek terapi dan kemajuannya.
4. Obat-obat antikonvulsi dan antiepilepsi

Epilepsy merupakan serangan kejang (pada 1% populasi) akibat


abnormalitas muatan listrik pada neuron serebral, yang ditandai kejang-
kejang disertai kehilangan kesadaran. Obat antikonvulsi bekerja dengan

13
menekan impuls listrik abnormal dari pusat kejang yang disebarkan ke
daerah kortek lain tanpa menghilangkan penyebab kejang.

Serangan kejang diklasifikasikan internasional menjadi 2 yaitu


serangan kejang umum dan serangan kejang parsial, dengan cirri-ciri
sebagai berikut:

Ciri-ciri serangan kejang umum Cirri-ciri serangan kejang parsial


- Mengenai kedua - Melibatkan 1 hemisper
hemisper otak. otak.
- Kesadaran mungkin - Biasanya kesadaran tak
hilang. hilang.
- Kejang tonik- - Serangan kejang simpel:
tonik/grand-mal. dalam bentuk motorik,
- Kontraksi otot terus sensorik, otonomik,
menerus. psikik.
- Petit mal: kehilangan - Serangan kejang
kesadaran singkat (<10 komplek/psikomotor:
detik). berasal dari lobus
- Serangan kejang temporalis berupa
mioklonik (kedutan bingung, gangguan daya
setempat) 3-10 detik. ingat, perubahan
- Serangan kejang atonik: perilaku, gerakan
kepala jatuh, hilangnya diulang-ulang
postur. (otomatisme)

Obat-obat antikonvulsi
Obat Penggunaan dan informasi lain Dosis
Hidantoin
Fenitoin Untuk serangan kejang grand-mal Dewasa oral
(dilantim) dan psikomotor. (DO): 100 mg/ 3x.
ESO: hyperplasia gingival dan Dosis pembebanan:

14
efek SSP 10-15 mg/kg bb.
Batas kadar dalam serum: 10-20 IV: 50 mg/hari
ug/ml maksimal 300
Keterikatan protein (KP): 85-95%. mg/hari
T12: rata-rata 22 jam, ekskresi: Dosis oral anak

ginjal, k. empedu, gastrointestinal. (DA): 4-8 mg/kg


Kadar puncak: 1,5-3 jam, lama bb/hari terbagi
Mefenitoin kerja: 6-12 jam. DO awal :50-100
mg, bertahap 100-
200 mg

Serangan kejang grand-mal, DA. Awal 50-100


psikomotor, fokal mg, meningkat
100-400 mg/hari
Etotoin terbagi
DO : 1-3 gr/hari
(terbagi)

Sama di atas DA: 0,5-1 gr/hari

Barbiturat
Fenobarbital Untuk serangan kejang grand-mal, DO: 100-200
psikomotor, status epileptikus. mg/hari terbagi.
Kategori kehamilan D, T12: 60- DA: 3-6 mg/kg
120 jam, batas kadar dalam serum: bb/hari terbagi
15-40 ug/ml. KP: 20-45%,
ekskresi > 50% lewat ginjal, kadar
puncak: 8-12 jam, lama kerja 6-24
Mefobarbital jam. DO: 400-600
mg/hari.

Serangan kejang grand-mal dan DA: 6-12

petitmal. mg/kgbb/hari
terbagi.
Primidon DO: 125-250
mg/hari

15
DA: < 8 th :12
DO
Sama dengan barbiturate. Batas
serum: 5-10 ug/ml
Suksinimid
Etoksksimid Serangan kejang petit mal, batas DO: 250 mg
serum 40-200 ug/ml. membuat
iritasi lambung. T12 : 60 jam
(dws), 30 jam: anak, ekskresi :
25% melalui urine, takdiubah,
kadar puncak: > 4 jam, lama kerja
Metsuksimid 12-60 jam DO/DA: 300
mg/hari selama 1

Serangan kejang petit mal, lebih minggu


toksis daripada etosksimid
Fensuksimid DO/DA: 0,5-1 gr

Sama di atas
Oksazolidon
Trimetadion Serangan kejang petit mal, banyak DO:300-600 mg
ESO, jarang digunakan, hindari DA: 13
pada kehamilan mg/kg/hari,terbagi
Parametadion Sama trimetadion
Sama trimetadion.
Benzodiazepin
(anti ansietas) Petit mal, miolonus, dan status DO: 0,5-1 mg,
klonazepam epileptikus. Batas serum 20-80 secara bertahap
ng/ml. T12 : 20-50 jam. Ekskresi dosis dinaikkan

melalui ginjal dan colon (faeces), sampai kejang

kadar puncak 1-2 jam, lama kerja hilang.


6-12 jam. DA: 0,001-0,003
mg/kg bb/hari

16
Korazepat DO: 7,5 mg (3x)
DA: 7,5 mg (2x)
Diazepam Dewasa IV: 5-10
Serangan kejang parsial mg
Anak IV: 1 mg,
Obat pilihan untuk status diberikan dalam 3
epileptikus menit
Iminostilben
karbamazepin Serangan kejang grand-mal, DO: 200 mg
psikomotor dan campuran, batas DA: 10-20 mg/kg
serum 5-12 ug/ml. digunakan bb/ hari terbagi
apabila antikonvulsan lain tidak
berespon. KP: 75%, T12: 25-65
jam, ekskresi: 75% lewat urine,
25% lewat faeces, kadar puncak:
6-12 jam.
Valproat
Asam valproat Serangan kejang grand-mal, petit
mal, psikomotor dan mioklonik,
batas serum 40-100 ug/ml. hindari
penggunaan pada ibu hamil. KP:
90%, T12: 6-16 jam, Ekskresi:
ginjal, kadar puncak : 1-4 jam.
Lama kerja 24 jam
DO: dosis orang dewasa, DA: dosis anak

Efek samping obat dan toksisitas:


a) Hidantoin:
ESO berupa: mual, muntah, konstipasi, sakit kepala.
Efek merugikan lain:

17
1. Hyperplasia gingival (pertumbuhan jaringan gusi berlebihan,
berwarna merah mudah berdarah).
2. Efek neurologis dan psikologis berupa kesulitan berbicara,
bingung, depresi.
3. Trombositopeni, leukopeni.
4. Menghambat pelepasan insulin sehingga pemakaian lama
menyebabkan kenaikkan kadar guka darah.
b) Barbiturate
1. Sedasi umum
2. Toleransi
Perawatan pasien dengan pengobatan antikonvulsan:
1. Kaji riwayat sakit dan pengobatan sampai meyakini
ditemukannya kontra indikasi dan obat-obat yang berinteraksi.
2. Kaji jumlah urine 24 jam, apabila < 600 ml/ hari berarti
gangguan ekskresi obat dan dapat tejadi kumulasi obat dan
toksis.
3. Pantau faal hati dan ginjal melalui pemeriksaan laboratorium
terutama SGOT, SGPT,BUN, GGT untuk melihat adanya
gangguan hati dan ginjal.
4. Pantau kadar obat dalam serum, terutama pada pengobatan
lama.
5. Pantau adanya kejang dan efek samping obat, lindungi pasien
dari bencana akibat obat dan kekejangan.
6. Pertahankan status nutrisi pasien karena obat-obat
antikonvulsan terutama fenitoin dan pirimidin menyebabkan
mual, muntah dan anoreksi.
7. Nasehatkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang
memerlukan kewaspadaan dan konsentrasi.
8. Anjurkan psien untuk melapor kepada perawat atau dokter
apabila terjadi ESO, missal mual, muntah, gingivitis,
nistagmus( pergerakan mata cepat).

18
9. Beritahu pasien yang mendapat Fenition bahwa urine akan
menjadi merah muda dan tak berbahaya.
10. Kaji adanya kehailan, karena diduga obat anti konvulsi
terutama fenitoin dan asam valproat berefek teratogenik.
11. Hindari penggunaan alcohol karena akan memperberat depresi.
12. Nasehatkan agar penghentian obat dilakukan secara bertahap/
tidak mendadak karena menghentikan mendadak menyebabkan
rebounding kejang sehingga serangan kejang kambuh lagi.
13. Jaga hygiene mulut dan gusi terutama pada pengobatan
fenitoin.
14. Nasehatkan klien untuk mengkonsumsi obat dari dokter
dengan patuh dan tidak menggunakan obat lain di luar resep.
15. Pantaukadar gula darah pada penderita DM yang mendapat
fenitoin.
16. Pantau adanya diskrasia darah melalui gejala mimisan, memar
kulit, nyeri tenggorokan.
17. Nasehatkan untuk makan obat pada waktu yang sama, bersama
makan atau susu. Obat cair harus dikocok dulu.
18. Jelaskan pada pasien adanya ESO dan toksisitas serta cara
mengenali, dan sarankan untuk segera melapor pada perawat
atau dokter.
19. Pantau efek terapi obat dan laporkan perkembangannydengan
membandingkan data dasar

19
BAB III
PENUTUP

1.1 Simpulan
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan,
hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau
menyembuhkan penyakit.Penggolongan obat neurologi seperti
anastesi lokal (lidokain) dan anatesi umum. Di dalam penggolongan
obat neuromuskuler ada beberapa jenis obat yaitu anti parkinson, obat
miastenia Gravis, obat pelemas otot rangka. Pada penggolongan obat
saluran pernafasan yaitu ada obat batuk,obat dekongestan (Nasal
Congestion), obat gangguan saluran pernapasan bawah akut-kronik.
Adapun penggolongan obat pada kardiovaskuler seperti obat anti
angina, hipertensi, obat vasodilansia, obat diuretika, obat antiaritmia
(antidistritmia).Obat-obatan dalam sistem endokrin meliputi hormon
hipofisis anterior dan posterior, hormon seks, hormon adrenal,
hormon tiroid dan hormon pankreas.

1.2 Saran
Setelah dibuatmya makalah ini diharapkan pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan mampu mengaplikasikan tentang
penggolongan obat yang nantinya akan diterapkan dalam
memberikan suatu asuhan keperawatan.
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka
pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling
penting. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan
dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sutedjo,AY.2008. Mengenal Obat-obatan Secara Madah & Aplikasinya


dalam Perawatan.Yogyakarta

Tambayong, Jan. 2002. Farmakologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Widya


Medika.

Tjay, Tan Hoan. Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat,


Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo

Natusion. 2009. Obat pada Saluran Pernapasan.


(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=2&ved=0ahUKEwimtJ3Q3MvSAhXITrwKHQZiBr0QFgghMAE&url
=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F7868%2F1%2FOBAT_PAD
A_SALURAN_PERNAFASAN.pdf&usg=AFQjCNGgQEN1svbeRai9
hsOHZBjC0CBuAA&sig2=N-bHRMkrxMSS5jM3_nEgPg) diakses
pada tanggal 9 Maret 2017

21

Anda mungkin juga menyukai