Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

FARMAKOLOGI KEBIDANAN
OBAT ANESTESI

KELAS II A

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

1. SELTA APRILENA (1826030001)


2. MARYANI (1826030016)
3. SESARIA RAMADHINI (1826030010)

DOSEN PENGAMPU : HERLIN SULITA,M.Sc


\

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam penulis ucapkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan seluruh
umatnya.
Makalah ini membahas tentang "OBAT ANESTESI " . Dalam penyusunan makalah
ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dorongan dari teman-teman.Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah yang penulis buat. Terutama ucapan terima kasih ditujukan
kepada dosen mata kuliah Farmakologi Kebidanan Herlin Sulita,M.Sc
Adapun isi dari makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan
penulis, baik kemampuan mengolah konsepsi ataupun kemampuan apersepsi. Sehingga harap
di maklumi apabila isi makalah ini banyak kekurangan,oleh sebab itu kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.
Makalah ini ditujukan khususnya mahasiswa kebidanan sebagai salah satu sumber
informasi tentang “OBAT ANESTESI” Secara umum makalah ini ditujukan kepada seluruh
mahasiswa sebagai salah satu contoh karya ilmiah yang baik dan benar, khususnya karya
ilmiah berjenis makalah.

Bengkulu, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………………. 1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………... 2
D.Manfaat…………………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi…………………………………………………………………………………. 3
B.Tahap-Tahap Anestesi…………………………………………………………………... 4
C.Mekanisme Kerja Anestesi……………………………………………………………… 5
D.Penggolongan Obat Anesti……………………………………………………………… 6
1. Anestesi Umum……………………………………………………………………… 6
a.Anestesi inhalasi…………………………………………………………………… 7
bAnestesi Intravena…………………………………………………………………. 8
2. Anestesi Lokal………………………………………………………………………. 11
a.Senyawa Ester…………………………………………………………………….. 11
b.SenyawaAmida…………………………………………………………………... 12
c.Senyawa Lainnya…………………………………………………………………. 12
E.Penggunaan Anestesi Lokal Dalam Bentuk Parenteral………………………………… 12
F.Tingkat Keamanan Obat Anestesi Berdasarkan FDA………………………………….. 12
G.Obat Anestesi Yang Paling Aman Digunakan Ibu Hamil……………………………… 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 17
B. Saran…………………………………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit dengan penggunaan obat dalam prosedur pembedahan telah dilakukan sejak zaman
kuno, termasuk dengan pemberian ethanol dan opium secara oral. Pembuktian ilmiah pertama
dari penggunaan obat anestesi untuk pembedahan dilakukan oleh William Morton di Boston
pada tahun 1846 dengan menggunakan diethyl eter. Sedangkan istilah anestesi dikemukakan
pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi yang dilakukan
dahulu oleh orang Mesir menggunakan narkotik, orang Cina menggunakan cannabis Indica
dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk menghilangkan kesadaran. Sehingga
dengan perkembangan teknologi obat anestesi berkembang pesat saat ini. Obat anestesi
adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam bermacam-macam
tindakan operasi (Kartika Sari, 2013).
Obat Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi lokal
Anestesi umum adalah hilang rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anestesi umum ini
digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi
rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan
serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat
memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya
digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksansia otot. Sedangkan anestesi lokal
adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan memblok konduksi sepanjang
serabut saraf secara reversibel. Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor
pada tempat bedah sehari. Untuk menghilangkan rasa nyeri pasca-operasi maka dokter dapat
memberi anestesi lokal pada area pembedahan (Neal, 2006).
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan definisi obat anestesi umum dan lokal ?
2. Apa yang di maksud dengan tahap-tahap anestesi ?
3. Apa yang di maksud dengan mekanisme kerja anestesi
4. Apa yang di maksud dengan penggolongan obat anestesi umum dan lokal?
C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui definisi obat anestesi umum dan local
2. Untuk mengetahui tahap-tahap anestesi
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat anestesi umum dan local
4. Untuk mengetahui penggolongan obat anestesi umum dan local
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa Sebagai menambah pengetahuan tentang obat-obat anestesi umum
dan lokal.
2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan
tentang obat-obat anestesi umum dan lokal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anestesi
Anestesi artinya adalah pembiusan, berasal dari bahasa Yunani an artinya “tidak atau
tanpa" dan aesthētos, "artinya persepsi atau kemampuan untuk merasa". Secara umum
berarti anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Obat anestesi adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacam-macam tindakan operasi (Kartika Sari, 2013). Istilah
anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesia lokal dan anestesi umum.
1. Definisi Anestesi Umum
Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai hilang
kesadaran. Ada juga mengatakan anestesi umum adalah keadaan tidak terdapatnya
sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran yang reversibel (Neal, 2006).
Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesi yaitu suatu
keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat yang bersifat
reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga lebih mirip
dengan keadaan pinsan. Anestesi digunakan pada pembedahan dengan maksud
mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir
reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot
(relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara
keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan kombinasi
hipnotika, analgetika, dan relaksasi otot (Kartika Sari, 2013).
2. Definisi Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel penerusan impuls
saraf ke sistem saraf pusat pada kegunaan lokal dengan demikian dapat
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin (Kartika Sari, 2013).
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan
(misalnya, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata). Obat anestesi (misalnya,
lidokain) menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Klien
akan kehilangan rasa nyeri dan sentuhan, aktivitas motorik, dan otonom (misalnya,
penggosongan kandung kemih). Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur

3
minor pada tempat bedah sehari. Untuk menghilangkan rasa nyeri pascaoperatif,
dokter dapat memberi anestesi lokal pada area pembedahan.
B. Tahap-Tahap Anestesi
Menurut the American society of anesthesiologists (2009) anestesi dibagi dalam 4
yaitu : stadium I (stadium induksi atau eksitasi polunter), dimulai dari pemberian agen
anestesi sampai menimbulkan kehilangan kesadaran.rassa takut dapat meningkatkan
prekuensi nafas dan polusus,dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan depetansi.stadium II
(stadium ektetasi infolunter),dimulai dari hilangnya kesadaran sampai pemulaan stadium
pembedahan.pada stadium II terjadi eksistasi dan gerakan tidak menurut
kehendak,pernapasan tidak teratur,inkontinesia urin,muntah,mendriasis,hipertensi,dan
takitardia.stadium III (pembedahan atau oprasi),terbagi dalam 3 bagian yaitu : plane 1
yang di tandai dengan pernapasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak.tipe
pernapasan thoracoapdominan reflex pedal msih ada,bolla mata
bergerak,palbebra,kunjung tipa dan kornea terdepresi.plean II ditandai dengan respirasi
thoraco abdominal dan bolla mata pentromedial semua otat mengalami relaksasi kecuali
otot perut,plean III,ditandai dengan respirasi regular dan abdominal,bolla mata kembali
ke tengah dan otot perut relaksasi.stadium VI (para lisisi midula oblongngata atau
operdosisi),ditandai dengan para lisis otot dada,pulsus cepan dan upil dilatasi,bolla mata
menunjukan gambaran seperti mata ikan karna terhentinya sekresi mata.
Tabel Tahap Anestesi
Tahap Stadium Keterangan

1 Analgesia Dimulai dengan keadaan sadar dan diakhiri dengan hilangnya


kesadaran. Sulit untuk bicara:indra penciuman dan rasa nyeri
hilang.mimpi serta halusinasi pendengaran dan penglihatan
mungkin terjadi. Tahap ini dikenal juga sebagai tahap
indukasi

2 Eksitasi atau Terjadi kehilangan kesadaran akibat penekanan porteks


delirium serebri.kekacauwan mental,eksistasi,atau delirium dapat
terjadi.waktu indukasi singkat
3 Surgical Prosedur pembedahan biasanya dilakukkan pada tahan ini.
4 Paralisis Tahap toksis dari anestesi,pernapasan hilang dan terjadi kolap
medular sirkulasi.perli diberikan bantuan ventilisasi

C. Meksnisme Kerja Anestesi

4
1. Mekanisme Kerja Anestesi Umum
a. Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan
aktivitas neuron berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan
gas dan cairan terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan
induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan harus
diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya sekadar
memelihara keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran.Keuntungan
anastetika inhalasi dibandingkan dengan anastesi intravena adalah kemungkinan
untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di
metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat
faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di
bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat
stabil
b. Anestesi Intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai
mula kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi
yang terbaru, misalnya desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini
umumnya digunakan untuk induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian
besar senyawa intravena juga sangat cepat.
Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastesi
umum dibawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang
bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di
sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anastesia.
2. Mekanisme Kerja Anestesi Lokal
Anestesik lokal bekerja bila disuntikkan kedalam akson saraf. Anestesi lokal
melakukan penetrasi kedalam akson dalm bentuk basa larut lemak. Anestesi lokal
bersifat tergantung pemakaian artinya derajat blok porsional terhadap stimulasi saraf.
Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak molekul obat memasuki kanal Na+
ketika kanal-kanal terbuka menyebabkan lebih banyak inaktivasi. Anestesi lokal
menekan jaringan lain seperti miokard bila konsentrasinya dalam darah cukup tinggi

5
namun efek sistemik utamanya mencakup sistem saraf pusat. Adapun mekanisme
kerja meliputi :
a. Cegah konduksi dan timbulnya impuls saraf
b. Tempat kerja terutama di membran sel
c. Hambat permeabilitas membran ion Na+ akibat depolarisasi menjadikan ambang
rangsang membran meningkat
d. Eksitabilitas & kelancaran hambatan terhambat
e. Berikatan dg reseptor yg tdpt p d ion kanal Na, terjadi blokade sehingga hambat
gerak ion via membran.
D. Penggolongan Obat Anestesi
1. Anestesi Umum
Anastesi umum adalah obat yang menimbulkan keadaan yang bersifat reversibel
dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari dua
golongan yaitu:
a. Obat Anestesik Gas (Inhalasi)
Pada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya digunakan
untuk induksi dan operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut dalam darah
sehingga tekanan parsial dalam darah cepat meningkat. Batas keamanan antara
efek anestesi dan efek letal cukup lebar. Obat anestesi inhalasi ini dihirup bersama
udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak
mengakibatkan narkose.
Contoh obat anestesik inhalasi yaitu :
1) Dinitrogen Monoksida (N2O atau gas tertawa)
Dinitrogen Monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa dan lebih berat daripada udara. N2O biasanya tersimpan dalam bentuk
cairan bertekanan tinggi dalam baja, tekanan penguapan pada suhu kamar ± 50
atmosfir. N2O mempunyai efek analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O
dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum untuk
mendapatkan efek analgesik maksimum ± 35% . Gas ini sering digunakan pada
partus yaitu diberikan 100% N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa sakit
hilang tanpa mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi
untuk mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara

6
intermiten untuk mendapatkan analgesik pada saat proses persalinan dan
pencabutan gigi.
2) Siklopropan
Siklopropan merupakan anestetik gas yang kuat, berbau spesifik, tidak
berwarna, lebih berat daripada udara dan disimpan dalam bentuk cairan bertekanan
tinggi. Gas ini mudah terbakar dan meledak karena itu hanya digunakan dengan
close method. Siklopropan relative tidak larut dalam darah sehingga menginduksi
dengan cepat (2-3 menit). Stadium III tingkat 1 dapat dicapai dengan kadar 7-10%
volume, tingkat 2 dicapai dengan kadar 10-20% volume, tingkat 3 dapat dicapai
dengan kadar 20-35%, tingkat 4 dapat dicapai dengan kadar 35-50% volume.
Sedangkan pemberian dengan 1% volume dapat menimbulkan analgesia tanpa
hilangnya kesadaran. Untuk mencegah delirium yang kadang-kadang timbul,
diberikan pentotal IV sebelum inhalasi siklopropan. Siklopropan menyebabkan
relaksasi otot cukup baik dan sedikit sekali mengiritasi saluran nafas. Namun
depresi pernafasan ringan dapat terjadi pada anesthesia dengan siklopropan.
Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas otot jantung, curah jantung dan
tekanan arteri tetap atau sedikit meningkat sehingga siklopropan merupakan
anestetik terpilih pada penderita syok. Siklopropan dapat menimbulkan aritmia
jantung yaitu fibrilasi atrium, bradikardi sinus, ekstrasistole atrium, ritme
atrioventrikular, ekstrasistole ventrikel dan ritme bigemini. Aliran darah kulit
ditinggikan oleh siklopropan sehingga mudah terjadi perdarahan waktu operasi.
Siklopropan tidak menimbulkan hambatan terhadap sambungan saraf otot. Setelah
waktu pemulihan sering timbul mual, muntah dan delirium. Absorpsi dan ekskresi
siklopropan melalui paru. Hanya 0,5% dimetabolisme dalam badan dan diekskresi
dalam bentuk CO2 dan air. Siklopapan dapat digunakan pada setiap macam
operasi. Untuk mendapatkan efek analgesic digunakan 1,2% siklopropan dengan
oksigen. Untuk mencapi induksi siklopropan digunakan 25-50% dengan oksigen,
sedangkan untuk dosis penunjang digunakan 10-20% oksigen.
b. Obat Anestesi Intravena (Anestetik Parenteral)
Obat ini biasa digunakan sendiri untuk prosedur pembedahan singkat dan
kebanyakan obat anestetik intravena dipergunakan untuk induksi. Kombinasi
beberapa obat mungkin akan saling berpotensi atau efek salah satu obat dapat
menutupi pengaruh obat yang lain. Termasuk golongan obat ini adalah:
1) Barbiturat

7
Barbiturat menghilangkan kesadaran dengan blockade system sirkulasi
(perangsangan) di formasio retikularis. Pada pemberian barbiturate dosis kecil
terjadi penghambatan sistem penghambat ekstra lemnikus, tetapi bila dosis
ditingkatkan sistem perangsang juga dihambat sehingga respons korteks menurun.
Pada penyuntikan thiopental, Barbiturat menghambat pusat pernafasan di medulla
oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi dihambat oleh
barbiturate tetapi tonus vascular meninggi dan kebutuhan oksigen badan
berkurang, curah jantung sedikit menurun. Barbiturat tidak menimbulkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin.
Barbiturat yang digunakan untuk anestesi adalah:
a) Natrium thiopental
Dosis yang dibutuhkan untuk induksi dan mempertahankan anestesi
tergantung dari berat badan, keadaan fisik dan penyakit yang diderita. Untuk
induksi pada orang dewasa diberikan 2-4 ml larutan 2,5% secara intermitten setiap
30-60 detik sampai tercapai efek yang diinginkan. Untuk anak digunakan larutan
pentotal 2% dengan interval 30 detik dengan dosis 1,5 ml untuk berat badan 15
kg,3 ml untuk berat badan 30 kg, 4 ml untuk berat badan 40 kg dan 5 ml untuk
berat badan 50 kg. Untuk mempertahankan anesthesia pada orang dewasa
diberikan pentotal 0,5-2 ml larutan 2,5%, sedangkan pada anak 2 ml larutan 2%.
Untuk anesthesia basal pada anak, biasa digunakan pentotal per rectal sebagai
suspensi 40% dengan dosis 30 mg/kgBB.
b) Natrium tiamilal
Dosis untuk induksi pada orang dewasa adalah 2-4 ml larutan 2,5%,
diberikan intravena secara intermiten setiap 30-60 detik sampai efek yang
diinginkan tercapai, dosis penunjang 0,5-2 ml larutan 2,5% a tau digunakan larutan
0,3% yang diberikan secara terus menerus (drip)
c) Natrium metoheksital
Dosis induksi pada orang dewasa adalah 5-12 ml larutan 1% diberikan
intravena dengan kecepatan 1 ml/5 detik, dosis penunjang 2-4 ml larutan 1% atau
bila akan diberikan secara terus menerus dapat digunakan larutan larutan 0,2%.
2) Ketamin
Merupakan larutan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan
relatif aman. Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan
kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk system somatik, tetapi lemah

8
untuk sistem visceral. Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-
kadang tonusnya sedikit meninggi. Ketamin akan meningkatkan tekanan darah,
frekuensi nadi dan curah jantung sampai ± 20%. Ketamin menyebabkan reflek
faring dan laring tetap normal. Ketamin sering menimbulkan halusinasi terutama
pada orang dewasa. Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan dihidrolisis
dalam hati, kemudian diekskresi terutama dalam bentuk utuh. Untuk induksi
ketamin secara intravena dengan dosis 2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium
operasi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan
dosis ulangan setengah dari semula. Ketamin intramuscular untuk induksi
diberikan 10 mg/kgBB, stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.
3) Droperidol dan fentanyl
Tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan untuk
menimbulkan analgesia neuroleptik. Induksi dengan dosis 1 mm/9-15 kg BB
diberikan perlahan-lahan secara intravena (1 ml setiap 1-2 menit) diikuti pemberian
N2O atau O2 bila sudah timbul kantuk. Sebagai dosis penunjang digunakan N2O
atau fentanil saja (0,05-0,1 mg tiap 30-60 menit) bila anesthesia kurang dalam.
Droperidol dan fentanil dapat diberikan dengan aman pada penderita yang dengan
anestesi umum lainnya mengalami hiperpireksia maligna.
4) Diazepam
Menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan
bicara lambat, tetapi tidak berefek analgesik. Juga tidak menimbulkan potensiasi
terhadap efek penghambat neuromuscular dan efek analgesik obat narkotik.
Diazepam digunakan untuk menimbulkan sedasi basal pada anesthesia regional,
endoskopi dan prosedur dental, juga untuk induksi anestesia terutama pada
penderita dengan penyakit kardiovascular. Dibandingkan dengan ultra short acting
barbiturate, efek anestesi diazepam kurang memuaskan karena mula kerjanya
lambat dan masa pemulihannya lama. Diazepam juga digunakan untuk medikasi
preanestetik dan untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan obat anestesi lokal.
5)Etomidat
Merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk induksi
anestesi. Obat ini tidak berefek analgesic tetapi dapat digunakan untuk anestesi
dengan teknik infuse terus menerus bersama fentanil atau secara intermiten. Dosis
induksi eto-midat menurunkan curah jantung , isi sekuncup dan tekanan arteri serta
meningkat-kan frekuensi denyut jantung akibat kompensasi. Etomidat menurunkn

9
aliran darah otak (35-50%), kecepatan metabolism otak, dan tekanan intracranial,
sehingga anestetik ini mungkin berguna pada bedah saraf.Etomidat menyebabkan
rasa nyeri ditempat nyeri di tempat suntik yang dapat diatasi dengan menyuntikkan
cepat pada vena besar, atau diberikan bersama medikasi preanestetik seperti
meperidin.
6)Propofol
Secara kimia tak ada hubungannya dengan anestetik intravena lain. Zat ini
berupa minyak pada suhu kamar dan disediakan sebagai emulsi 1%. Efek
pemberian anestesi umum intravena propofol (2 mg/kg) menginduksi secara cepat
seperti tiopental. Rasa nyeri kadang terjadi ditempat suntikan, tetapi jarang disertai
dengan thrombosis. Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80%
tetapi efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada penurunan
curah jantung. Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol
tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolism otak, dan
tekanan intracranial akan menurun. Biasanya terdapat kejang.
2. Anestesi Lokal
Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat yang pada
penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke Sistem Saraf
Pusat dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal,
rasa panas atau dingin.
Anestesi lokal adalah teknik untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi di
bagian tubuh tertentu. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal
hanya untuk pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi atau area kulit. Namun,
banyak juga yang menyebut anestesi lokal untuk anestesi apa pun selain yang
menimbulkan ketidaksadaran umum (anestesi umum).
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut:
a. Senyawa Ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada
degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena
itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme
dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain
dengan prokain sebagai prototip.
b. Senyawa Amida

10
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan
prilokain.
c. Lainnya
Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.
E. Penggunaan Anestesi Lokal Dalam Bentuk Parenteral
1. Anestesi permukaan
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi
untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti
menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan
mengganggu proses penyembuhan luka.
2. Anestesi Infiltrasi
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau
sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit
dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada
pencabutan gigi).
3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
4. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai
tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi
perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah.
E. Tingkat Keamanan Obat Anestesi Berdasarkan FDA
Golongan Obat Nama Obat Tingkat Keterangan
Keamanan
FDA(A/B/C/D/X)
Obat Resep Etomidate C Resiko tidak dapat
dikesampingkan.
Penelitian pada
hewan menunjukan
resiko atau tidak
memadai,penelitian
pada manusia tidak
memadai

11
Obat Resep Ketamine B Penelitian pada
hewan tidak
menunjukan adanya
resiko terhadap janin,
namun tidak terdapat
penelitian yang
adekuat pada wanita
hamil.
Obat Resep Thiopental C Penelitian pada
hewan tidak
menunjukan adanya
resiko terhadap janin,
namun tidak terdapat
penelitian yang
adekuat pada wanita
hamil.
Obat Resep Propofol B Penelitian pada
hewan tidak
menunjukan adanya
resiko terhadap janin,
namun tidak terdapat
penelitian yang
adekuat pada wanita
hamil.
Obat Resep Diazepam D Resiko pada janin
terbukti positif, baik
melalui penelitian
atau podt-marketing
study,tetapi manfaat
potensial dari
penggunaan obat ini
pada wanita hamil
dapat diterima
meskipun terdapat

12
kemungkinan resiko.
Obat Resep Fentanyl C Resiko tidak dapat
dikesampingkan.
Penelitian pada
hewan menunjukan
resiko atau tidak
memadai,penelitian
pada manusia tidak
memadai
Obat Bebas Terbatas Benzocaine C Resiko tidak dapat
dikesampingkan.
Penelitian pada
hewan menunjukan
resiko atau tidak
memadai,penelitian
pada manusia tidak
memadai

Obat Resep Isoflurane C Resiko tidak dapat


dikesampingkan.
Penelitian pada
hewan menunjukan
resiko atau tidak
memadai,penelitian
pada manusia tidak
memadai

Obat Resep Buvivacaine C Resiko tidak dapat


dikesampingkan.
Penelitian pada
hewan menunjukan
resiko atau tidak
memadai,penelitian
pada manusia tidak
memadai

Obat Keras Prilokain B Penelitian pada


hewan tidak
menunjukan adanya
resiko terhadap janin,
namun tidak terdapat
penelitian yang

13
adekuat pada wanita
hamil.
F. OBAT ANESTESI YANG PALING AMAN DIGUNAKAN IBU HAMIL
1. Lidocaine
Lidocaine merupakan golongan obat anestesi lokal yang digunakan untuk
mencegah nyeri (membuat mati rasa/kebal) dengan cara menghambat sinyal pada
ujung saraf kulit. Lidocaine injeksi/suntik digunakan untuk membuat mati rasa sebagian
area tubuh, misalnya sebelum proses penjahitan luka robek atau operasi Caesar
Lidocaine juga digunakan sebagai obat gangguan irama jantung (antiaritmia).
Lidocaine dapat digunakan selama kehamilan, karena penyerapan lidocaine
dalam ASI kecil. Penggunaannya selama menyusui terbukti tidak menimbulkan efek
samping pada bayi dan tidak memerlukan perhatian khusus.
2. Propofol
Propofol adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tingkat kesadaran
seseorang saat melakukan tindakan operasi atau pembedahan. Obat propofol akan
membuat Anda tertidur selama anestesi umum untuk prosedur bedah atau tindakan
medis lainnya.
Obat propofol adalah obat bius dalam golongan anastesi, bukan obat pereda rasa
sakit. Obat propofol digunakan untuk membuat pasien lebih tenang saat berada dalam
masa kritis atau perawatan medis lainnya.
3. Ketamine
Ketamine adalah salah satu jenis anestesi umum atau obat bius total. Obat ini
diberikan untuk menghilangkan kesadaran pasien yang akan menjalani suatu prosedur
medis, misalnya pembedahan. Obat ini bekerja dengan mengganggu sinyal di otak
yang berperan pada respon tubuh terhadap kesadaran dan rasa sakit.
4. Ropivacaine
Ropivacaine adalah anestesi atau obat bius yang menghambat impuls saraf yang
mengirim sinyal rasa nyeri ke otak Anda. Ropivacaine digunakan sebagai anestesi
lokal untuk spinal block, atau juga disebut epidural. Obat ini digunakan untuk
menyediakan anestesi selama operasi atau operasi caesar, atau untuk meringankan
rasa nyeri persalinan.
5. Naropin
Naropin merupakan obat yang di produksi oleh Astrazeneca Pharmaceuticals.
Obat ini mengandung Ropivacain HCl yang diindikasikan untuk anestesi bedah (blok
epidural untuk operasi termasuk operasi caesar, blok saraf perifer & anestesi
infiltrasi). Penatalaksanaan nyeri akut (infus epidural kontinu atau pemberian bolus
intermiten misalnya: Nyeri pasca operasi atau persalinan; blok saraf tepi & anestesi
infiltrasi).

14
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anastesi umum adalah obat yang menimbulkan keadaan yang bersifat reversibel
dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan. Obat anestesi umum dibagi menurut
bentuk fisiknya dibagi terdiri dari tiga golongan yaitu obat anestesi gas (inhalasi), obat
anestesi yang menguap dan obat anestesi yang diberikan secara intravena. Anestesi umum
yang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan
cepat segera sesudah pemberian dihentikan.
Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat yang pada
penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke sistem saraf
pusat dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa
panas atau dingin. Obat anestesi lokal dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari
tiga golongan yaitu senyawa ester, senyawa amida dan senyawa lainnya. Anestesi lokal
adalah teknik untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi di bagian tubuh tertentu. Ada
kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian
kecil tubuh seperti gigi atau area kulit.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan
semoga bisa menambah ilmu pengetahuan mengenai obat-obat anestesi umum dan anestesi
lokal sehingga materi yang disampaikan dan dimengerti dalam farmakologi dapat diterima
dengan baik. Apabila penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara universal ini
disalahgunakan, tentulah akibat buruk yang akan di dapat di akhri eksperimen kita sebagai
orang awam yang tak tahu apapun tentang obat dan efek sampingnya apabila penggunaannya
salah.
DAFTAR PUSTAKA

Ramali,Ahmad.2005.Kamus Kedokteran.Jakarta:Djambatan.
Claire Banister.2006.Pedoman Obat.Jakarta:EGC.
LAMPIRAN(10 C0NT0H OBAT YANG BEREDAR DI PASAR)

1. Bupivacaine

Bupivacaine adalah obat dengan fungsi untuk memblokir rasa sakit selama
prosedur medis dan operasi, termasuk bedah persalinan dan operasi gigi. Obat ini
tergolong sebagai obat kelas anestetika atau bius lokal. Bupivacaine adalaha obat yang
bekerja dengan cara menghambat sistem saraf yang mengirim sinyal rasa sakit ke otak
Anda.
a. Indikasi Bupivacaine
Bupivakain digunakan untuk anestesi local termasuk infiltrasi, block saraf,
epidural, dan anestesi intratekal. Bupivakain sering diberikan melalui injeksi epidural
sebelum melakukan arthroplasty panggul total. Juga sering di injeksikan ke luka
pembedahan untuk mengurangi nyeri hingga 20 jam setelah operasi. Terkadang,
bupivakain dikombinasikan dengan epinephrine untuk memperlama durasi, dengan
fentanil untuk analgesia epidural atau glukosa
b. Mekanisme Kerja Bupivacaine
Bupivacaine merupakan anestetik lokal yang bekerja dengan memblokade
inisiasi dan konduksi impuls saraf yang mengurangi permeabilitas membrane neuronal
ke ion Natrium, sehingga mengakibatkan penghambatan depolarisasi tanpa blockade
konduksi. Penghambatan rangsangan nyeri yang dikirimkan oleh saraf menuju otak
inilah yang digunakan untuk memberikan efek bius ketika diberikan bupivacaine secara
injeksi.
c. Efek Samping Bupivacaine
Efek samping yang dapat terjadi setelah pemberian bupivacaine adalah:
• Mual dan muntah.
• Menggigil.
• Sakit kepala.
• Nyeri punggung.
Segera informasikan petugas medis terdekat jika Anda mengalami efek
samping yang lebih serius, seperti:
• Mudah gugup, gelisah, kebingungan atau Anda merasa ingin pingsan
• Gangguan berbicara atau penglihatan
• Telinga berdengung, air liur terasa seperti logam, rasa kebas atau kesemutan di area
mulut atau tremor
• Kejang
• Napas lemah atau terengah-engah
• Detak jantung pelan, nadi lemah
• Jarang buang air kecil
d. Dosis Bupivacaine
Kondisi Usia Dosis
Nyeri hebat Dewasa 15-100 mg, tergantung dari nyeri yang dialami,
disuntikan di celah tulang belakang.

Anak-anak 0,5-2 mg/kgBB, melalui penyuntikan di celah


(usia 1-12 tahun) tulang belakang atau bagian tubuh tertentu.

Nyeri Dewasa 4-15 mg per jam melalui selang di tulang


pascaoperasi belakang.
Obat Bius Dewasa 12,5-150 mg, tergantung jenis operasi dan bagian
tubuh yang akan dibius, disuntikkan di tulang
belakang atau bagian tubuh tertentu.

e. Kontraindikasi Bupivacaine
untuk anestesi regional intravena karena resiko dari kesalahan tourniquet dan
absorpsi sistemik obat
2. Ketamine
Ketamine adalah salah satu jenis anestesi umum atau obat bius total. Obat ini
diberikan untuk menghilangkan kesadaran pasien yang akan menjalani suatu prosedur
medis, misalnya pembedahan. Obat ini bekerja dengan mengganggu sinyal di otak yang
berperan pada respon tubuh terhadap kesadaran dan rasa sakit.
a. Indikasi Ketamine
Indikasi obat ketamine adalah penggunaannya untuk induksi anestesi, analgesia
perioperatif, prosedur sedasi, hingga terapi untuk depresi.
b. Mekanisme kerja ketamin
Ketamin bekerja pada susunan saraf pusat dan menurut beberapa penelitian
Ketamine memiliki aktivitas perifer. Mekanisme ini didasarkan adanya NMDA reseptor
di jaringan somatik termasuk pembuluh darah pada serabut saraf yang bermielin
dantidak bermielin. Oleh karena alasan ini maka ketamin tidak hanya bekerja di otak
dansumsum tulang belakang tetapi juga di perifer.15 Efek kerja ketamin bekerja
padareseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate) pada bagian kutub kalsium.
Aktivasireseptor NMDA menyebabkan hambatan influks kalsium ekstraseluler ke
intraseluler.35,37 Peran kalsium adalah sebagai second messenger untuk reaksi nyeri
selanjutnya melalui pelepasan neurotransmitter nyeri yang lain.
Blok pada NMDA reseptor adalah cara kerja utama dari ketamin di susunan
saraf pusat dan medulla spinalis. Sebagai tambahan bahwa ketamin juga menghambat
pelepasan dari glutamat yang bertindak sebagai neurotransmitter eksitatori yang
berperan sebagai neurotransmitter nyeri. Mekanisme yang lain ketamin berikatan
dengan reseptor opioid yaitu mu dan kappa. Interaksi ini terjadi sangat kompleks.
Afinitas ketamin terhadap reseptor opioid ini 10 kali lebih lemah dari ikatannya
terhadap reseptor NMDA dengan adanya bukti bahwa naloxon yang merupakan
antagonis opioid tidak mengantagonis efek analgetik dari ketamin.1,34 Ada bukti juga
bahwa reseptor seperti monoaminergik, muskarinik dan nikotinik menjadi tempat
ikatan ketamin sekaligus ketamin menimbulkan efek takikardi dan bronkodilator.
c. Efek Samping Ketamine
Sama seperti obat-obat pada umumnya, obat satu ini juga berpotensi menimbulkan
efek samping dari ringan hingga berat. Beberapa efek samping Ketamine yang paling
umum dan sering dikeluhkan pasien adalah:
• Perasaan mengawang seperti bermimpi
• Mengantuk
• Penglihatan kabur, atau ganda
• Pusing ringan
• Mual
• Muntah
• Tidak nafsu makan
• Gangguan tidur seperti insomnia
• Linglung atau bingung
• Kesemutan atau kebas di bagian tubuh tertentu
• Peningkatan tekanan di mata dan otak
• Nyeri di area yang disuntik
• Ruam seperti campak
• Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi
• Peningkatan laju pernapasan
Efek samping lain yang kurang umum tapi tetap harus diwaspadai di antaranya:
• Merasa ingin pingsan
• Denyut jantung melambat atau melemah
• Napas dangkal atau pendek
• Nyeri atau panas saat buang air kecil
• Pergerakan otot menyentak seperti kejang
• Ada darah dalam urin
• Dada terasa nyeri atau sesak
• Bibir, jari tangan dan kaki, serta kulit berwarna pucat atau kebiruan
• Badan terasa lemas, lesu, dan sangat tidak bertenaga
• Gangguan makan seperti anoreksia
• Ansietas, alias gangguan kecemasan
• Produksi air liur berlebih (hipersekresi saliva)
• Reaksi alergi yang parah (reaksi anafilaksis)
• Peningkatan tekanan darah drastic
• Masalah pada penglihatan.
d. Dosis Ketamine
Dosis ketamine yang digunakan untuk induksi anestesi dibedakan berdasarkan cara
pemberian yaitu intramuskular dan interavena.
1) Intramuskular
Dosis untuk dewasa yaitu 6,5-13 mg/kg.
Apabila digunakan dosis 10 mg/kg dapat menghasilkan anestesi bedah dalam 3-4
menit setelah injeksi berlangsung selama 12-25 menit. Kenaikan setengah hingga
dosis induksi penuh dapat diulang sesuai kebutuhan untuk pemeliharaan anestesi.
Apabila digunakan untuk prosedur lain yang tidak melibatkan rasa sakit yang hebat,
dosis yang digunakan adalah 4 mg/kg sebagai dosis awal.
2) Intravena
Dosis untuk dewasa yaitu 4,5 mg/kg melalui injeksi intravena lambat lebih
dari 60 detik.Apabila digunakan dosis 2 mg/kg menghasilkan anestesi bedah dalam 30
detik setelah injeksi berlangsung selama 5-10 menit. Pertambahan setengah hingga
dosis induksi penuh dapat diulang sesuai kebutuhan untuk pemeliharaan anestesi.
3) Rekonstitusi
50 mg/mL dan 100 mg/mL vial dapat diencerkan lebih lanjut dalam 5%
dekrosa atau 0,9% NaCl untuk menyiapkan infus pemeliharaan yang mengandung 1
mg/mL.
e. Kontraindikasi Ketamine
Ketamine dikontraindikasikan untuk pasien dengan hipertensi yang tidak
terkontrol, eklampsia atau pre-eklampsia (kenaikan tekanan darah pada wanita hamil),
penyakit koroner atau miokard berat, kecelakaan serebrovaskular atau trauma otak.
3. Thiopental
Thiopental adalah obat penenang yang digunakan sebelum operasi dan untuk
mengatasi kejang. Obat ini dapat mengurangi aktivitas saraf di otak sehingga bisa
membuat seseorang merasa rileks dan mengantuk.
a. Indikasi Thiopental
induksi anestesi umum; anestesi jangka waktu singkat.
b. Mekanisme Kerja Thiopental
Thiopental, juga pada semua barbiburat,menekan system aktivasi retikuler
suatu jaringan polisinaps kompleks yang terdiri dari neuron-neuron dan pusat-pusat
pengaturan yang berlokasi pada batang otak yang mengontrol banyak fungsi-fungsi
vital, termasuk ksadaran. Obat ini menekan penghantaran dari inhibitory
neurotransmitters(gamma aminobutyric acid atau(GABA). Sedangkan mikanisme
spesifik termasuk didalamnya adalah interfering with transmitter release(presinaps)
dan stereoselectively interacting with receptors(postsinaps).
c. Efek Samping Thiopental
thiopental memiliki efek pusing, kantuk, dan gangguan keseimbangan. Efek
tersebut biasanya tidak membutuhkan penanganan medis dan akan hilang dengan
sendirinya.
Namun, thiopental juga dapat menyebabkan efek samping yang lebih berat
bila digunakan untuk jangka panjang atau tidak sesuai dengan anjuran dokter. Efek
samping yang lebih serius tersebut adalah:
 Nyeri perut, otot, sendi, dan tulang.
 Mual dan muntah.
 Hilang nafsu makan.
 Berat badan menurun.
 Penyakit kuning.
 Sesak napas.
d. Dosis Thiopental
Semua obat thiopental diberikan dengan cara disuntikkan ke dalam pembuluh
darah (intravena). Di bawah ini adalah pembagian dosis thiopental berdasarkan tujuan
penggunaannya:
1) Obat penenang sebelum operasi
Dewasa: 100-150 mg diberikan sebelum operasi, dosis maksimal 500 mg.
Anak-anak: 2-7 mg/kgBB diberikan sebelum operasi.
2) Mengatasi kejang yang berlangsung lama pada penderita epilepsi (status epileptikus)
Dewasa: 75-125 mg.
Anak-anak: 5 mg/kgBB.
3) Menurunkan tekanan di dalam kepala
Dewasa: 1,5-3,5 mg/kgBB.
Anak-anak di atas 3 bulan: 1-4 mg/kgBB per jam.
e. Kontraindikasi Thiopental
1) Alergi terhadap obat golongan barbiturate.
2) Penderita dengan status asmatikus.
3) Penderita dengan riwayat porfiria.
4) Perikarditis konstriktif.
5) Tidak didapatkan vena yang bisa dipakai untuk menyuntik.
6) Anak usia kurang dari 4 tahun.
7) Penderita yang dalam keadaan syok.
Keuntungan penggunaaan thiopental adalah induksi mudah dan cepat,tidak
ada delirium masa pemulihan cepat,tiak ada iritasi mokusa jalan nafas,sedangkan
kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan,depresi
kardiovaskuler,cenderung menyebabkan spasme laring,relaksasi otot perut kurang,dan
bukan analgetik.
4. Propofol

Propofol adalah obat yang digunakan dalam proses pembiusan ketika seseorang
akan menjalani tindakan pembedahan. Obat ini berfungsi untuk menenangkan dan
menurunkan tingkat kesadaran pasien selama tindakan berlangsung.
Propofol berbeda dengan penahan rasa sakit. Obat ini digunakan untuk
menurunkan tingkat kesadaran pasien sebelum melakukan tindakan medis, bukan sebagai
penahan rasa sakit. Propofol bekerja dengan mengganggu sinyal di dalam otak yang
merespon rasa sakit dan ingatan selama prosedur berlangsung.
a. Indikasi Propofol
induksi dan pemeliharaan anestesi umum; sedasi penderita yang diberi napas
buatan (ventilated) dan mendapat perawatan intensif, digunakan hingga 3 hari.
b. Mekanisme Kerja Propofol
Propofol adalah modulator selektif reseptor GABA yang merupakan
neurotransmiter inhibitor utama di sistem saraf pusat. Saat reseptor GABA
diaktifkan akan terjadi peningkatan konduksi klorida transmembran sehingga
terjadi hiperpolarisasi membran sel post-sinap dan inhibisi fungsi neuron
postsinap. Interaksi antara propofol dengan reseptor GABA menurunkan kecepatan
disosiasi neurotransmiter inhibisi (GABA) dari reseptornya sehingga
memperpanjang efek GABA.
c. Efek Samping Propofol
Efek samping yang umum terjadi akibat pemberian propofol meliputi:
• Ruam
• Gatal
• Iritasi pada area kulit yang disuntik
• Trigliserida tinggi
• Gangguan pernapasan
• Propofol infusion syndrome, yaitu kondisi di mana terjadi gangguan pada otot, ginjal,
jantung, dan tingginya kadar protein dalam darah.
• Denyut jantung melambat
• Tekanan darah rendah
• Kejang
• Pankreatitis
• Kadar sel darah putih rendah dalam darah.
• Trombositopenia
• Demam
d. Dosis Propofol

Tujuan Usia Dosis


Dewasa Induksi: 40 mg.Dosis umum: 1,5-2,5 mg/kgBB.Dosis
pemeliharaan: 4-12 mg/kgBB per jam.

Anak-anak
(di atas 8
tahun) Induksi: 25 mg/kgBB.Dosis pemeliharaan: 9-15
Obat bius mg/kgBB, per jam.

Lanjut usia
Induksi: 20 mg.Dosis pemeliharaan: 3-6 mg/kgBB per
jam.Dosis umum: 1-1,5 mg/kgBB.

e. Kontraindikasi Propofol
Propofol dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi propofol
dan putih susu. Pasien dengan kelainan jantung yang diberikan obat propofol,
harus dimonitor secara ketat hemodinamik maupun respirasinya, serta pemberian
propofol dititrasi sesuai respon kardiovaskular pasien
5. Fentanyl

Fentanyl adalah obat pereda nyeri yang digunakan untuk meredakan rasa sakit
yang hebat. Obat ini juga digunakan sebagai salah satu obat bius ketika pasien akan
menjalani operasi. Fentanyl bekerja dengan mengubah respon otak dan sistem saraf pusat
terhadap rasa sakit.
a. Indikasi Fentanyl
nyeri tiba-tiba pada pasien yang sudah dalam terapi opioid untuk nyeri kanker
kronik; nyeri kronik yang sukar ditangani; indikasi lain.
b. Mekanisme Kerja fentanyl
Fentanil dalam tubuh bekerja mengubah persepsi otak dan saraf terhadap rasa
sakit. Obat dari golongan analgesik opioid ini bekerja dengan mempengaruhi reseptor
mu-opioid, selain itu juga dapat berikatan dengan reseptor kappa-opioid dan delta-
opioid. Reseptor-reseptor ini tersebar mulai dari otak, sumsum tulang belakang, serta
jaringan lainnya.
c. Efek Samping Fentanyl
Sebagai obat opioid Fentalin memiliki beberapa efek samping yang perlu
diperhatikan. Efeknya pada masing-masing orang mungkin berbeda, namun
munculnya efek samping yang intens mungkin jadi tanda penggunaan di atas dosis
seharusnya.
Efek samping Fentail tersebut meliputi:
Mual dan muntah. Bronkokonstriksi. Sesak nafas. Depresi susunan saraf pusat. Pusing
dan mengantuk. Hipotensi. Pendarahan dan iritasi gusi. Gatal dan ruam. Karies gigi,
erosi gigi. Batuk. Retensi urin. Edema.
Efek Overdosis Fentanil:
Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala
overdosis Fentanil dapat berupa kebingungan, mual dan muntah, sakit kepala berat,
kesulitan bernapas, bahkan hingga kematian . Oleh karena itu selalu gunakan obat ini
dalam pengawasan dokter dan jika kondisi tersebut terjadi segeralah bawa penderita
ke unit kesehatan terdekat.
d. Dosis Fentanyl
Dosis Fentanil untuk anastesi (pembiusan)
Dosis dewasa: 50 – 100 mcg diberikan selama 30 – 60 menit melalui intravena atau
intramuskular. Maksimal penggunaan 200 mcg.
Dosis anak-anak: umur 2 – 12 tahun, pemberian awal 2 – 3 mcg/kg BB.
Dosis lansia: penyesuaian dosis mungkin perlu dilakukan.
Dosis Fentanil untuk meredakan rasa sakit kronis
Dosis dewasa: dalam bentuk patch, 12 – 100 mcg/jam, dosis harus disesuaikan dengan
pemakaian opioid sebelumnya. Dosis pemeliharaan <25 mcg/jam. Hindari
menggunakan patch pada area yang sama untuk beberapa hari.
Dosis lansia: penurunan dosis mungkin diperlukan.
e. Kontraindikasi Fentanyl
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:
1) Orang yang hipersensitif atau alergi terhadap obat-obatan jenis opioid.
2) Tidak diberikan pada kondisi nyeri biasa yang tidak akut seperti migrain atau sakit
kepala lainnya serta nyeri pasca operasi.
3) Penderita gangguan pernapasan akut maupun kronis atau PPOK.
4) Penderita ileus paralitik atau penyumbatan usus
6. Benzocaine
Benzocaine merupakan obat anestesi atau obat bius yang bekerja dengan
menghalangi hantaran rangsangan saraf dengan mengurangi daya serap ion natrium
sehingga menyebabkan rangsangan tidak tersalurkan pada sistem saraf.
Kondisi ini membuat rasa nyeri atau gatal akan berkurang hingga tidak terasa sama sekali.
Obat ini tersedia dalam bentul krim oles, gel, obat semprot, tetes telinga, tablet
hisap, hingga supositoria.

a. Indikasi Benzocaine
Obat Anestesi (Penghilang Rasa Sakit)
b. Mekanisme Kerja Benzocaine
Benzocaine adalah obat anestesi lokal topikal, yaitu obat yang menciptakan
sensasi mati rasa. Obat ini bekerja dengan cara memblokir sinyal saraf di tubuh. Obat
ini tersedia tidak hanya diaplikasikan pada kulit luar, tapi juga diaplikasikan pada
permukaan dalam mulut, hidung, tenggorokan, vagina, dan anus.
c. Efek Samping Benzocaine
Setiap obat berpotensi menimbulkan efek samping, begitu juga dengan
Benzocaine yang memiliki kandungan Chloramphenicol. Berikut adalah beberapa
efek samping yang mungkin muncul:
• Warna kebiruan pada kuku, bibir, kulit, atau telapak tangan
• Kulit melepuh
• Sensasi terbakar
• Kulit berkerak
• Kulit kering
• Kulit mengelupas
• Gatal
• Kemerahan
• Urin gelap
• Kesulitan bernapas
• Pusing
• Pingsan
• Demam
• Sakit kepala
• Iritasi hidung
• Kulit pucat
• Sesak napas
• Sakit tenggorokan
• Pendarahan atau memar tidak biasa
• Kelelahan
• Reaksi alergi
Efek samping penggunaan obat ini pada dasarnya sangat jarang terjadi. Efek
samping dapat terjadi akibat penggunaan dosis yang kurang tepat, penggunaan jangka
panjang, atau kondisi lain dari pasien. Apabila mengalami efek samping serius atau
reaksi alergi, sebaiknya segera hentikan penggunaan obat.
Apabila efek samping tidak kunjung membaik, segera hubungi dokter untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
d. Dosis Benzocaine
1) Anestesi permukaan mulut dan tenggorokan
Dewasa: gel atau obat semprot digunakan pada daerah yang nyeri sampai
maksimal 4x dalam sehari.
2) Nyeri akibat radang tenggorokan
Dewasa: tablet hisap maksimal 10mg dihisap, dapat diulang tiap 2 jam jika
perlu. Obat semprot 3 semprotan (3mg) ke bagian belakang tenggorokan, dapat
diulang tiap 2-3 jam, maksimal 8x sehari.
Anak: 6-12 tahun obat semprot 1 semprotan (1mg) ke bagian belakang
tenggorokan, dapat diulang tiap 2-3 jam, maksimal 8x sehari.
3) Nyeri pada telinga
Dewasa dan anak-anak: 3-4 tetes pada telinga yang sakit, 3 kali sehari.
Nyeri atau gatal pada kulit
Dewasa: obat semprot, krim, gel dapat diberikan 3-4 kali sehari.
4) Nyeri akibat hemoroid atau wasir
Dewasa: digunakan per rektal 3 kali sehari
e. Kontraindikasi
Jangan menggunakan Benzocaine jika mempunyai kondisi medis di bawah ini:
Epiglotis untuk obat semprot Methemoglobinemia
7. Isoflurane

Isoflurane adalah obat anestesi hirup (inhaler) untuk membius pasien yang
akan menjalani proses operasi atau pembedahan.
a. Indikasi Isoflurane
Kegunaan Isoflurane adalah untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum.
Penerapannya dalam anestesi obstetri belum ada data yang cukup mendukung.
b. Mekanisme Kerja Isoflurane
Cara kerja isoflurane adalah dengan membuat otot-otot lebih rileks sekaligus
mengurangi sensitivitas tubuh terhadap nyeri.
c. Efek Samping Isoflurane
Beberapa efek samping paling umum dari penggunaan obat isoflurane adalah:
• Mual dan muntah
• Menggigil
• Sering kentut
• Kesulitan bernapas karena napas menjadi pendek dan lambat
• Tekanan darah rendah
• Denyut jantung melambat atau cepat
d. Dosis Isoflurane
Isoflurane diberikan dengan dosis sebagai berikut :
Dosis dewasa untuk induksi dan perawatan anestesi umum
1) Induksi :
Awalnya, 0.5% v / v dengan oksigen atau oksigen dan nitrous oxide,
ditingkatkan menjadi 1.5-3% v / v. Bedah anestesi biasanya diproduksi dalam waktu
10 menit.
2) Pemeliharaan :
1-2.5% v / v dengan campuran oksigen dan nitrous oxide atau 1.5-3.5% v / v
dengan oksigen saja.
3) Untuk maintenance anestesi selama operasi caesar :
0.5-0.75% v / v dengan campuran oksigen dan nitrous oxide.
e. Kontraindikasi Isoflurane
1) Kontaindikasi terhadap pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap
Isoflurane atau agen halogenasi lainnya.
2) Kontraindikasi untuk pasien yang memiliki kerentanan genetik yang diketahui atau
dicurigai terhadap hipertermia ganas.
3) Tidak boleh digunakan pada pasien yang mengalami ikterus dan / atau demam yang
tidak dapat dijelaskan setelah pemberian Isoflurane atau anestesi halogenasi lainnya,
atau riwayat ikterus yang tidak dapat dijelaskan setelah terpapar sebelumnya dengan
halothane.
4) Kontraindikasi untuk penderita porfiria.
8. Lidocaine

Lidocaine merupakan golongan obat anestesi lokal yang digunakan untuk


mencegah nyeri (membuat mati rasa/kebal) dengan cara menghambat sinyal pada ujung
saraf kulit. Lidocaine juga digunakan sebagai obat gangguan irama jantung (antiaritmia).
a. Indikasi Lidocaine
Lidokain digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dan menimbulkan efek
mati rasa untuk sementara waktu. Baik secara lokal (hanya sebagian kecil area tubuh)
ataupun secara regional (sebagian besar area tubuh namun tidak menyebabkan hilang
kesadaran). Obat ini juga digunakan untuk terapi aritmia ventrikular akut akibat infark
miokard ataupun manipulasi jantung (seperti operasi bedah jantung).
b. Mekanisme Kerja Lidocaine
Lidocaine adalah obat yang digunakan untuk membius pasien saat hendak
menjalani operasi. Atau, obat ini juga bisa diberikan pada pasien dengan penyakit
ventrikel takikardia alias aritmia alias gangguan irama jantung.
Pemberian Lidocaine tidak sampai menyebabkan pasien hilang kesadaran. Itu
sebabnya obat Lidocaine termasuk ke dalam golongan obat anestesi lokal dan
penggunaannya lebih ke jenis-jenis operasi kecil.
Cara kerja lidocaine adalah dengan mematikan atau menghalangi sensor
motorik dan fungsi otonom lainnya di dalam tubuh yang mengendalikan rasa sakit,
gatal, dan sebagainya.
c. Efek Samping Lidokaine
sejumlah efek samping, seperti:
• Kepala pusing
• Mual dan muntah
• Napas menjadi pendek
• Gangguan irama jantung
• Perubahan warna kulit
• Kelelahan
• Reaksi alergi
d. Dosis Lidokaine
dosis obat Lidocaine terdiri dari:
1) Anestesi Epidural
Dosis untuk orang dewasa (disarankan):
250-300 mg/1% larutan (analgesik epidural)
2) Aritmia Ventrikular
Dosis untuk orang dewasa:
300 mg Lidocaine suntik setiap 60-90 menit (atau sesuai saran dari dokter)
1-1,5 mg/kg berat badan (jika kondisi sudah lebih stabil)
3) Anestesi Spinal
Dosis untuk orang dewasa:
50-100 mg/5% larutan
4) Ventrikular Takikardia
Dosis untuk orang dewasa:
1-1,5 mg/kg berat badan (frekuensi pemakaian obat per hari sesuai petunjuk dokter).
Dosis maksimal 3 mg/kg berat badan.
5) Mulut dan Tenggorokan
Dosis untuk orang dewasa:
300 mg setiap 3 jam sekali
10-50 mg (sebelum prosedur otorhinolaryngology)
6) Pengobatan Perianal, Wasir
Dosis untuk orang dewasa:
Lidocaine topikal 6 kali sehari (atau sesuai petunjuk dokter)
Dosis untuk anak-anak (usia 12 tahun ke atas):
Lidocaine topikal 6 kali sehari (atau sesuai petunjuk dokter)
Overdosis Lidocaine bisa berujung pada sejumlah komplikasi seperti:
• Penurunan tekanan darah (hipotensi)
• Gangguan pernapasan
• Gangguan jantung
• Koma
• Kematian
e. Kontraindikasi Lidokaine
Obat Lidocaine tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh Anda yang
mengalami penyakit lainnya seperti:
• Hipovolemia
• Adam-Stokes syndrome
• Wolff-Parkinson-White syndrome
• Syok kardiogenik
• Gangguan fungsi hati (liver)
• Gangguan sistem pernapasan
• Hipoksia
• Gagal jantung
9. Naropin
Naropin merupakan obat yang di produksi oleh Astrazeneca Pharmaceuticals.
Obat ini mengandung Ropivacain HCl yang diindikasikan untuk anestesi bedah (blok
epidural untuk operasi termasuk operasi caesar, blok saraf perifer & anestesi infiltrasi).
Penatalaksanaan nyeri akut (infus epidural kontinu atau pemberian bolus intermiten
misalnya: Nyeri pasca operasi atau persalinan; blok saraf tepi & anestesi infiltrasi).
a. Indikasi Naropin
Anestesi pada prosedur op, seperti blok epidural termasuk bedah sesar, blok
saraf perifer (tepi) & anestesi infiltrasi. Penatalaksanaan nyeri akut: infus epidural
kontinu atau bolus epidural intermiten pada nyeri pasca operasi atau melahirkan, blok
saraf minor & infiltrasi.
b. Mekanisme Kerja Naropin
Mekanisme kerja obat ini adalah ropivacaine merupakan anestesi lokal tipe
amida kerja panjang dengan efek anestesi dan analgesik.
c. Efek Samping Naropin
Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat.
Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi
penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang.
Berikut ini beberapa efek samping yang mungkin dapat terjadi setelah
pemberian Naropin:
Hipotensi, mual, bradikardi, muntah, parestesia, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala,
retensi urin, pusing, kaku, takikardi, kecemasan, hipoestesia. Pd janin: takikardi &
bradikardi. Muntah pada neonatus, gangguan pernapasan, takipnea, demam, ikterus.
d. Dosis Naropin
Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume
(contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus
digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya
kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang.
Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau
dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Naropin:
Dosis bersifat individual.
e. Kontraindikasi Naropin
Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana
penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan
berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Naropin dikontraindikasikan
pada kondisi-kondisi berikut ini:
Hipersensitivitas terhadap anestesi lokal tipe amida. Anestesi regional IV,
anestesi paraservikal obstetrik, hipovolemia.
10. phenobarbitital

Fenobarbital atau Phenobarbital adalah obat untuk mengontrol dan


mengurangi gejala kejang. Obat anti kejang digunakan untuk mengurangi kemungkinan
jatuh, luka atau kondisi lain yang berbahaya pada penderita kejang kambuhan seperti
epilepsi. Fenobarbital juga digunakan sebagai obat tidur dengan efek singkat untuk
membantu penderita insomnia.
Fenobarbital merupakan obat anti kejang dari golongan barbiturat yang
mampu menekan kortek sensorik otak, mengontrol aktivitas listrik abnormal di otak,
mengurangi aktivitas motorik, menyebabkan kantuk, sedasi dan hipnosis. Efek anti
kejang Fenobarbital diperoleh saat obat digunakan dalam dosis cukup tinggi.
a. Indikasi fenobarbital
Fenobarbital digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi kejang jenis
tonik klonik atau kortikal lokal serta untuk mengontrol kondisi kejang akut. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan kejang akut seperti status epileptikus, colera,
meningitis, eklampsia dan tetanus serta pada reaksi keracunan striknina dan anastesi
lokal.
Fenobarbital juga digunakan sebagai obat hipnosis untuk membantu tidur pada
penderita insomnia serta sebagai sedatif yang digunakan sebelum melakukan operasi
b. Mekanisme Kerja dan fungsi Fenobarbital
Fungsi Fenobarbital dalam tubuh adalah untuk mengontrol dan mengurangi
kejang pada penderita epilepsi atau kondisi lainnya. Efek itu didapat dari kemampuan
Fenobarbital mempengaruhi reseptor GABAA di susunan saraf pusat. Akibatnya
terjadi penghambatan aktivitas sinaptik berlebih yang menyebabkan berkurangnya
aktifitas kejang.
Fenobarbital juga menghambat kanal kalsium yang menyebabkan penurunan
pelepasan transmiter di ujung saraf. Akibatnya terjadi penurunan impuls yang
berlebihan pada penderita kejang. Efek sedatif dari Fenobarbital diperoleh akibat
pengaruhnya pada polisinaptik di otak tengah yang mengontrol sedasi
c. Efek Samping Fenobarbital
Fenobarbital ditoleransi baik oleh tubuh. Namun demikian, ada efek samping
yang perlu diperhatikan. Efek samping Fenobarbital meliputi:
Mual, muntah dan konstipasi. Pusing, mengantuk dan kebingungan. Bradikardia.
Sinkop atau pingsan. Depresi pernapasan. Apnea terutama pada penggunaan
intravena.
d. Dosis Fenobarbital
1). Dosis Fenobarbital untuk mengontrol kejang akut dan status epileptikus
Dosis dewasa: dalam bentuk tablet, 100 – 300 mg per hari sebelum tidur.
Dosis anak-anak: 3 – 5 mg/kg BB per hari.
Dosis Lansia: dengan penyesuaian dosis.
2) Dosis Fenobarbital untuk mengatasi insomnia
Dosis Fenobarbital untuk mengatasi insomnia
Dosis dewasa: 100 – 320 mg. Jangan digunakan lebih dari 2 minggu.
Dosis anak-anak: dengan penyesuaian dosis.
3. Dosis Fenobarbital sebagai sedatif sebelum operasi
Dosis dewasa: 30 – 120 mg per hari dibagi dalam 2 – 3 dosis. Dosis anak-anak: 6
mg/kgBB per hari di bagi dalam 3 dosis.
d. kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:
erat, porfiria intermiten akut, gangguan fungsi ginjal dan hati berat. | Orang dengan
riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap Phenobarbital. Penderita depresi b

Anda mungkin juga menyukai