Anda di halaman 1dari 18

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

ITS PKU SURAKARTA

PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI (STKA)
JUM’ AT, 27 MEI 2022

Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini termasuk dalam rumpun mata kuliah perilaku berkarya untuk
membentuk sikap dan perilaku dasar sebagai penata anestesi. Mahasiswa akan
mempelajari konsep keperawatan mulai dari sejarah, teori-teori dan model-model
keperawatan, falsahan dan paradigma keperawatan sebagai salah satu ilmu dasar
penata anestesi dalam memberikan asuhan. Dalam mata kuliah juga dipelajari ilmu
dasar anestesiologi, sistem pelayanan anestesi dalam posisinya di pelayanan
kesehatan. Mahasiswa mempelajari isu-isu profesi yang tengah berkembang,
organisasi profesi, manajemen posisi pembedahan dan anestesi. Mahasiswa akan
mendapatkan pengalaman belajar teori melalui metode ceramah, diskusi, serta
pengalaman belajar praktikum melalui telaah literatur, poster session, role play,
demonstrasi dan field trip untuk mengenal lebih dekat pelayanan anestesiologi dan
terapi intensif.

Konsep Anestesiologi
Pengertian Anestesi
Pengertian Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit
ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa
sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi
optimal bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).

Ruang Lingkup Anestesi


Dokter anestesi adalah dokter spesialis yang memiliki tanggung jawab memberikan
anestesi (pembiusan) sebelum pasien menjalani operasi atau prosedur medis
lainnya. Selain itu, dokter anestesi juga mempelajari manajemen nyeri dan
perawatan pasien. Latar belakang dokter anestesi adalah dokter umum yang
menyelesaikan pendidikan spesialis anestesiologi.
Sebelum menjalani prosedur operasi, Anda akan dibius agar tubuh menjadi kebal
dan tertidur. Tindakan pembiusan ini dinamakan anestesi. Pemberian obat dalam
anestesi bertujuan agar Anda tidak merasakan sakit. Anestesi bekerja dengan cara
memblokir sinyal saraf di tubuh dan otak, sehingga mencegah otak memproses rasa
sakit dan mengingat apa yang terjadi selama operasi.

Anestesi dipergunakan untuk membuat pasien kehilangan kesadaran atau


kehilangan sensasi akan bagian tubuh tertentu. Prosedur ini umumnya dilakukan
dalam proses pembedahan. Cara kerja  anestesi adalah dengan menghentikan atau
memblokir sinyal saraf dari pusat rasa sakit yang akan dirasakan pasien selama
operasi atau ketika menjalani prosedur medis tertentu. Anestesi dapat diberikan
dalam berbagai bentuk, seperti salep, semprotan, suntikan, atau gas yang harus
dihirup oleh pasien.

Tipe-tipe atau jenis anestesi yang akan diberikan kepada pasien tentunya sangat
tergantung pada area serta jenis pembedahan yang akan dilakukan, riwayat
kesehatan pasien, serta pilihan pribadi dari pasien dan anestesiologist sendiri.
Macam-Macam Anestesi
Ada 4 tipe anestesi yang bisa ditemukan, yaitu: Anestesi Umum, Anestesi Lokal,
Anestesi Regional, sedasi Anestesi.

Peran dan Fungsi Perawat/Penata Anestesi


1. Latar Belakang
Dibidang pelayanan kesehatan, sudah menjadi tuntutan masyarakat terhadap akses
pelayanan kesehatan yang bermutu dan terstandar, sehingga sudah menjadi
kelajimam apabila sebagian masyarakat mencari pelayanan kesehatan secara lintas
negara ataupun lintas benua untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terstandar, tidak cukup hanya dengan penyedian sarana dan
prasarana  kesehatan yang lengkap dan modern. Salah satu hal yang paling rumit
justru berupa penyediaan sumber daya manusia sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan tersebut.

Oleh karena itu dalam menghadapapi globalisasi ini, perlu dipersiapkan tenaga
kesehatan yang betul-betul profesional dengan kompetensi berstandar internasional.
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, harus dimulai 
dengan pemberdayaan organisasi profesi, karena organisasi profesi memiliki fungsi
dan tanggung jawab penuh baik terhadap perkembangan ilmu dan teknologi dalam
bidang profesinya, maupun terhadap pembinaan profesionalisme para anggotanya.

Eksistensi Profesi Penata Anestesi di Indonesia sudah berjalan cukup lama dan
mendapat pengakuan dari masyararakat. Ikatan Penata  Anestesi Indonesia (IPAI)
sebagai wadah profesi perawat anestesi dalam menghadapi berbagai issue profesi
baik dalam lingkungan internal dan eksternal maupun dalam skala lokal dan global
memerlukan legislasi profesi yang bertujuan melindungi profesi dan masyarakat dari
pelayanan kesehatan yang substandar. Legislasi profesi kesehatan hanya dapat
diberikan kepada profesi yang telah memiliki standar profesi yang disahkan oleh
Menteri Kesehatan.

2. Tujuan
Profil Profesi Perawat Anestesi wajib dijadikan sebagai sarana untuk
mensosialisasikan eksistensi organisasi profesi perawat anestesi diseluruh Indonesia
dalam menjalankan tugas profesinya secara baik serta sebagai dasar dilakukannya
legislasi terhadap profesi perawat anestesi.

Profil ini khusus dimaksudkan sebagai  :


a. Sebagai acuan bagi para praktisi anestesi terutama dalam mensosialisasikan
peningkatkan mutu kompetensinya untuk digunakan dalam koordinasi pelayanan
dan menyatukan usahanya dalam perkembangan dari suatu praktik yang
berkualitas.
b. Membantu organisasi profesi dalam melakukan penilaian terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan oleh anggotanya.
c. Membantu masyarakat untuk memahami apa yang diharapkan dari praktisi
anestesi
d. Melindungi profesi dan masyarakan dari pelayanan kesehatan yang sub standar.

3. Pengertian
1.Definisi -Definisi :
a. Ikatan Penata  Anestesi Indonesia adalah organisasi profesi penata  anestesi
yang bebas pajak, dibentuk atas keinginan penata anestesi sebagai wadah untuk
mengelola kepentingan untuk anggotanya atau sebagai mandataris dari penata
anestesi di seluruh Indonesia.

b. Penata anestesi adalah penata yang telah diberi pendidikan formal secara teoritis
dan praktek dalam bidang anestesi dan berkompetensi untuk melakukan
pelayanan dalam pelayanan anestesi.

c. Anggota biasa adalah penata anestesi yang telah Lulus Program Pendidikan
Penata Anestesi seperti Akademi Anestesi,  Program DIII Keperawatan Anestesi,
Program Ahli Madya Perawat Anestesi dan memenuhi semua peraturan,
pedoman, standar-standar atau kualifikasi   lainnya sesuai dengan anggaran
dasar dan  rumah tangga organisasi.

d. Anggota luar biasa adalah penata yang telah mendapat pelatihan anestesi atau
berpengalaman dan bekerja dalam bidang anestesi serta memenuhi semua
peraturan, pedoman, standar-atandar atau kualifikasi lainnya sesuai dengan
anggaran dasar dan rumah tangga organisasi.

2.  Batasan dan Ruang Lingkup Praktik Penata  Anestesi dan Reanimasi

Penata  Anestesi  memberikan  pelayanan anestesi dan reanimasi  dalam 4 ( empat )


kategori umum yaitu :
a. Persiapan dan evaluasi pra-anestesi.
b. Induksi, pemeliharaan, dan emergence anestesi.
c. Perawatan pasca anestesi.
d. Fungsi bantuan klinis dan perianestesi.

Penata anestesi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pada keadaan  :

A.  Pemberian anestesi pada operasi / tindakan diagnostik elektif :


1. Pasen status fisik ASA 1 dan 2. dengan penyakit penyerta minimum.
2. Pembedahan yang diramal tidak sulit.
3. Pembedahan bukan pada rongga dada dan rongga kepala.

B.  Pemberian anestesi pada operasi darurat.


1. Pembedahan untuk penyelamatan nyawa.
2. Pasen tidak mungkin dirujuk.
3. Status fisik tidak dibatasi.

C. Unit Emergensi.
1. “Resource Person” untuk tindakan Resusitasi Kardio-Pulmonal.
2. Berpartisipasi dalam tindakan gawat darurat yang lain.
3. Supervisi dalam tindakan perawatan emergensi.

D. Unit Perawatan Intensive / Recovery Room.


1. Supervisi pada perawatan intensive bedah.
2. Supervisi dalam perawatan diruangan recovery.

4. Kualifikasi Pendidikan

Institusi Pendidikan Penata anestesi bertujuan untuk mempersiapkan para penata


anestesi untuk mampu berpartisipasi dalam pelayanan anestesi khususnya untuk
melaksanakan peran dan fungsinya dalam melaksanakan perawatan anestesi,
perawatan pernapasan, tindakan resusitasi jantung paru dan penanggulangan
keadaan darurat lainnya.

Kualifikasi  pendidikan penata anestesi di Indonesia adalah Program Pendidikan


Akademi Anestesi –D3 (dulu) dan sekarang D – IV Keperawatan Anestesiologi
(STKA), dan lamanya program pendidikan ini adalah selama 4 (Empat) tahun.
Program pendidikan ini dimulai sejak tahun 1966   umumnya mahasiswa yang
masuk pendidikan ini adalah Perawat yang mendapat tugas belajar dari instansinya
diseluruh Indonesia. Semoga mendatang akan berdiri Pend S2 Terapan Kepenataan
Anestesilogi dan akan berlanjut ke S3 program Doktoral Kepenataan Anestesiologi
( melihat peluan dan sikon nantinya)
5.  Dasar Hukum
1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran  Negara
RI. tahun 1992 nomor 100, Tambahan  Lembaran Negara nomor 3495)
2. Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
5. UU NO 36 TH 2014 TENGTANG TENAGA KESEHATAN
6. PMK NO 18 TH 2016 TTG IZIN DAN PENYELENGGARAKAN PRSKTIK PENATA
ANESTESI
7. PERATURAN MENTRI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI RI NO 10 TH 2017 TTG JABATAN FUNGSIONAL
ASISTEN PENATA ANESTESI
8. PERATURAN MENTRI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI RI NO 11 TH 2017 TTG JABATAN FUNGSIONAL
PENATA ANESTESI
9. PERATURAN MENTRI KESEHATAN NO 43 TH 2017 TTG: PENYUSUNAN
FORMASI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN.
10.PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NO 3 TH 2018 PETUNJUK
PELAKSANAAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONA ASISTEN PENATA
ANESTESI DAN JABATAN FUNGSIONAL PENATA ANESTESI.
11.PERATURAN MENTRI KESEHATAN NO 21 TH 2019 TTG PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL PENATA ANESTESI.
12.PERATURAN MENTRI KESEHATAN NO 22 TH 2019 TTG PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN PENATA ANESTESI.
13.KEPUTUSAN MENTRI KESEHATAN RI NO HK 01.07/MENKES/722/2020 TTG
STANDAR PROFESI PENATA ANESTESI.
14.PERATURAN PRESIDEN RI NO 119 TH 2020 TTG TUNJANGAN JABATAN
FUNGSIONAL PENATA ANESTESI DAN ASISTEN PENATA ANESTESI
15.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
16.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
17.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
18.Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 173,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia - 2 - Nomor 6391);
19.Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
24);
20.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
21.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 945);
22.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 719);
23.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 944);

Pengantar dan profil Penata Anestesi

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Semua nomenklatur Perawat Anestesi dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Anestesiologi dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 224) harus dibaca dan dimaknai sebagai Penata Anestesi;
dan
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Perawat Anestesi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
673) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

A. LATAR BELAKANG
Era globalisasi mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di seluruh bidang kehidupan melaju dengan cepat dan pesat sehingga
menimbulkan diversifikasi menyeluruh, termasuk dalam bidang pelayanan
kesehatan.

Pelayanan kesehatan mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya


bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan pencapaian upaya kesehatan Rumah Sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna sesuai
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit yang menitikberatkan
kepada upaya meningkatkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu, termasuk di dalamnya upaya untuk meningkatkan
mutu Tenaga Kesehatan yang telah ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

Salah satu jenis pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan adalah tindakan
operatif. Tindakan operatif sangat kompleks karena membutuhkan keterlibatan
berbagai jenis tenaga kesehatan, termasuk tenaga kesehatan yang memberikan
Pelayanan Anestesi.

Pelayanan Anestesi merupakan salah satu pelayanan yang sangat vital pada
tindakan operatif. Pelayanan Anestesi merupakan tindakan medis yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memenuhi keahlian dan kewenangan di
bidang Pelayanan Anestesi yaitu dokter spesialis anestesiologi, yang
dalam pelaksanaannya dapat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya, dalam hal
ini tenaga kesehatan yang dimaksud tersebut adalah Penata Anestesi.

Penata Anestesi memiliki tugas pokok dalam Pelayanan Asuhan Kepenataan


Anestesi yang mencakup praanestesi, intraanestesi, dan pascaanestesi. Penata
Anestesi dalam menjalankan pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi memiliki
kemampuan meliputi praanestesi, intraanestesi, dan pascaanestesi sesuai
dengan peraturan perundangundangan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan


kesehatan khususnya ilmu terkait Asuhan Kepenataan Anestesi dan tuntutan
pelayanan yang berkualitas, diperlukan pedoman atau referensi untuk
merumuskan kompetensi Penata Anestesi yang sesuai dengan kebutuhan
tersebut, selanjutnya disusun Standar Kompetensi Penata Anestesi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Standar kompetensi ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Penata
Anestesi dalam memberikan pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi yang
terukur, terstandar, dan berkualitas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Tujuan Meningkatkan kualitas Penata Anestesi sesuai dengan standar kompetensi
dan etika profesi dalam melaksanakan Asuhan Kepenataan Anestesi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, serta untuk penyusunan kurikulum dan pengembangan
pendidikan.

C. MANFAAT
1. Bagi Penata Anestesi
a. Pedoman dalam pelaksanaan praktik Penata Anestesi
b. Alat ukur kemampuan diri.

2. Bagi Organisasi Profesi


a. Standardisasi kompetensi Penata Anestesi
b. Sebagai acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan
kompetensi secara berkelanjutan
c. Sebagai acuan untuk menilai kompetensi Penata Anestesi lulusan luar negeri.

3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai acuan dalam menyusun kurikulum sehingga


terjadi kesesuaian antara proses pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian meskipun kurikulum antara perguruan tinggi memiliki
perbedaan, tetapi Penata Anestesi yang dihasilkan dari berbagai program studi
diharapkan memiliki kesetaraan dalam penguasaan kompetensi.

4. Bagi Pemerintah/Pengguna Sebagai acuan bagi pihak yang akan memberikan


lisensi sehingga dapat mengetahui kompetensi apa yang telah dikuasai seorang
Penata Anestesi dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai dengan
kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian Pemerintah/Pengguna
dapat menyelenggarakan pembekalan atau pelatihan jangka pendek.
5. Bagi Masyarakat Tersedianya acuan untuk mendapatkan karakteristik profesi
Penata Anestesi yang dapat memenuhi kebutuhan pelayanan Asuhan Kepenataan
Anestesi.

D. DAFTAR ISTILAH
1. Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Asuhan Kepenataan Anestesi adalah suatu rangkaian kegiatan secara
komprehensif kepada pasien yang tidak mampu menolong dirinya sendiri dalam
tindakan Pelayanan Anestesi pada pra, intra, pasca anestesi dengan pendekatan
metode kepenataan anestesi meliputi pengkajian, analisa dan penetapan
masalah, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
4. Pelayanan Anestesi adalah tindakan medis yang dapat dilakukan secara tim oleh
tenaga kesehatan yang memenuhi keahlian dan kewenangan di bidang
Pelayanan Anestesi.
5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
6. Organisasi Profesi Penata Anestesi yang selanjutnya disebut Organisasi Profesi
adalah wadah untuk berhimpunnya para Penata Anestesi.

SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI PENATA ANESTESI


Area Kompetensi Standar Kompetensi Penata Anestesi terdiri atas 5 (lima) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dari seorang
Penata Anestesi. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut
kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadikan beberapa komponen
kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir
pendidikan. Secara skematis, susunan Standar Kompetensi Penata Anestesi.

AREA KOMPETENSI.
Kompetensi Penata Anestesi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas etik legal
dan keselamatan pasien, pengembangan diri dan profesionalisme, serta komunikasi
efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa landasan ilmiah ilmu biomedik, anestesiologi,
dan instrumentasi, serta keterampilan klinis Oleh karena itu area kompetensi disusun
dengan urutan sebagai berikut:
1. Etik Legal dan Keselamatan Pasien
2. Pengembangan Diri dan Profesionalisme
3. Komunikasi Efektif
4. Landasan ilmiah ilmu biomedik, anestesiologi, dan instrumentasi
5. Keterampilan Klinis

Skematis Susunan Standar Kompetensi Penata Anestesi Standar Kompetensi Penata


Anestesi ini dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan, Daftar Masalah dan Daftar
Keterampilan Penata Anestesi. Fungsi utama ketiga daftar tersebut sebagai acuan
bagi institusi pendidikan bidang keperawatan anestesi atau Penata Anestesi dalam
mengembangkan kurikulum institusional.
Area kompetensi
a. Kompetensi Inti
b. Komponen Kompetensi
c. Kemampuan yang diharapkan pada akhir pembelajaran
• Daftar Pokok Bahasan
• Daftar Masalah
• Daftar Ketrampilan Penata Anestesi Area Kompetensi
Daftar Pokok Bahasan memuat pokok bahasan dalam proses pembelajaran untuk
mencapai 5 (lima) area kompetensi. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut
sesuai bidang ilmu biomedik, anestesiologi dan instrumentasi, dan dipetakan sesuai
dengan struktur kurikulum masing-masing institusi. Daftar Masalah berisi berbagai
masalah yang akan dihadapi Penata Anestesi.

Oleh karena itu, institusi pendidikan bidang keperawatan anestesi atau Penata
Anestesi perlu memastikan bahwa selama pendidikan, mahasiswa keperawatan
anestesiologi dipaparkan pada masalah-masalah tersebut dan diberi kesempatan
berlatih menanganinya.

Daftar Keterampilan berisi keterampilan kepenataan anestesi yang perlu dikuasai


oleh Penata Anestesi di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat
kemampuan yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau Penata Anestesi untuk menentukan materi dan sarana
pembelajaran keterampilan Penata Anestesi.

Visi dan Misi Organisasi IPAI


a.   Visi Organsasi IPAI.

“Menjadi organisasi profesi perawat/Penata anestesi yang mampu mengemban


tugas pelayanannya dan diakui oleh masyarakat dan profesi lain baik dalam bidang
pelayanan kesehatan maupun di luar bidang kesehatan, baik secara nasional
maupun internasional,serta melaksanakan tujuan organisasi untuk kepentingan
masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan, khususnya melalui pelayanan
anestesi yang berkualitas dan aman, dan memberikan tuntunan dan kesejahteraan
bagi anggotanya.”

b.  Misi Organisasi IPAI.


1. Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan tujuan
organisasi.
2. Memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan dari perawat anestesi  demi
kepentingan masyarakat
3. Merumuskan dan menetapkan berbagai pernyataan posisi, pedoman praktik
dan standar praktik serta Kode Etik Profesi Perawat/Penata Anestesi dan
ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan hal tersebut, termasuk
pendidikan berkelanjutan untuk perawat/Penata  anestesi
4. Berpartisipasi dan berperan aktif dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan secara nasional maupun internasional khususnya dalam pelayanan
anestesi oleh perawat/Penata anestesi.”
c.  Tujuan organisasi :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan anestesi yang bermutu tinggi terhadap
pelayanan pada klien secara terus-menerus.
2. Meningkatkan  ilmu pengetahuan dan keterampilan  anestesiologi.
3. Mengembangkan dan meningkatkan standar pendidikan dalam bidang
perawat/Penata  anestesi.
4. Mengembangkan dan meningkatkan standar praktek dalam bidang pelayanan
anetesi.
5. Menciptakan kerjasama yang efektif antara perawat/Penata anestesi, dokter
ahli anestesi, profesi keperawatan, rumah sakit, dan pihak lain yang mewakili
kepentingan masyarakat terhadap perawat/Penata  anestesi.
6. Menerbitkan jurnal ilmu pengetahuan, bulletin, dan lainnya yang 
berhubungan dengan organisasi.
7. Mengakses berbagai sumber data  informasi untuk pengembangan profesi
8. Mendukung pengembangan SDM perawat/Penata anestesi untuk pendidikan
lanjutan dalam bidang anestesi.
9. Memberikan petunjuk dan arahan kepada para anggota berkenaan dengan
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan legislasi dan regulasi.
10.Memperjuangkan kesejahteraan bagi para anggotanya.
Gambaran Singkat Ikatan Perawat/Penata Anestesi Indonesia

Organisasi Perawat Anestesi Indonesia awalnya bernama IKLUM AKNES yang


merupakan singkatan dari Ikatan Alumni Akademi Anestesi, dibentuk atas prakarsa
Bapak Amien Yusuf BSc. An ( Alm ) bersama dengan Bapak Drs I. Ketut Sangke,
BSc. An, SH  pada tahun 1980 sebagai wadah para alumnus Akademi Anestesi Dep.
Kes. R.I. Jakarta yang tersebar diseluruh Indonesia.
Program pendidikan perawat anestesi mengalami perubahan antara lain :

a.  Program Pendidikan Akademi Anestesi  ( tahun 1966  s/d 1986):

Pendidikan ini terwujud atas usul dari para alumnus Penata Anestesi dengan alasan :
pendidikan yang lamanya 2 tahun itu tidak memberikan “civil efect” dalam sistem
penggajian maupun golongan kepegawaian bagi para lulusannya setelah mereka
kembali bekerja diinstansi mereka masing-masing.

Usul ini ditanggapi positif oleh Depkes. sehingga terjadi perubahan program
pendidikan yang dikenal dengan Program pendidikan Akademi Anestesi Depkes RI.
yang merupakan program pendidikan yang menerima calon mahasiswa yang berasal
dari  lulusan Perawat yang telah berpengalaman kerja minimum 1 tahun. Kurikulum
teori dan praktik menyerupai kurikulum program pendidikan dokter spesialis
anestesi,  dan lamanya program pendidikan ini adalah selama 3 (tiga) tahun.

Program ini dimulai sejak tahun 1966  s/d 1986 dan umumnya mahasiswa yang
masuk pendidikan ini adalah Perawat yang mendapat tugas belajar dari instansi
diseluruh Indonesia. Dalam periode ini juga masih  banyak rumah sakit pemerintah
yang menyelenggarakan kursus Perawat Anestesi selama satu tahun untuk
memenuhi kebutuhan tenaga anestesi dirumah-sakit terutama didaerah diluar pulau
Jawa.

Isi Program  :  Akademi Anestesi.

Teori : – Ilmu Keperawatan 10 % -  Ilmu Sosial 10 % – Ilmu Anestesi & Medis 80 %


Praktik :  – Anestesi, Emergency, ICU, mulai dari semester I sampai VI.

Program Pendidikan Akademi Keperawatan Anestesi / Pendidikan Ahli Madya


Keperawatan Anestesi  (tahun 1987 s/d 2006    ) :

Program ini dimulai sejak tahun 1987 s/d 2006.  Dalam program ini diberikan 8 SKS 
teori anestesi dan program pelatihan  / praktik anestesi selama 6 (enam) bulan.

Isi Program : Akpernes / Ahli Madya Keperawatan Anestesi.


Teori : – Ilmu Keperawatan 80 %  - Ilmu Sosial 10 % – Ilmu Anestesi 10 %
Praktik :  – Keperawatan  dan  ditambah  praktik  Anestesi selama 1 ( satu )
Semester.

Namun akibat terjadinya perubahan nama program pendidikan dan juga kurikulum
pendidikan Perawat Anestesi pada tahun 1985, dari Akademi Anestesi menjadi
Akademi Keperawatan Anestesi, maka Dewan Pengurus Pusat IKLUM AKNES
mengambil inisiatif untuk mengadakan Musyawarah Nasional guna merubah nama
organisasi yang dapat menjadi wadah seluruh alumni program Pendidikan Perawat
Anestesi, karena IKLUM AKNES itu hanya menjadi wadah Alumni Akademi Anestesi,
sedangkan alumni program Akademi Keperawatan Anestesi tidak terakomodasi
dalam organisasi ini.  Maka pada tanggal 01 Oktober 1986 organisasi IKLUM AKNES
dirubah namanya

Dengan telah disusunnya Profil Profesi Perawat / Penata Anestesi Indonesia sebagai
sarana untuk mensosialisasikan kebedaan Organisasi Profesi Perawat/Penata
Anestesi baik dalam menjalankan tugas maupun tanggung jawab profesi secara
baik, maka diharapkan penyelenggaraan pemberian layanan anestesi bagi seluruh
masyarakat Indonesia dapat berjalan secara baik dan aman, sehingga akan
mendukung dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan dan pengembangan
tenaga kesehatan khususnya perawat anestesi dimasa yang akan datang.

Keberhasilan pelayanan anestesi oleh perawat/Penata anestesi sangat ditentukan


dari pencapaian kualitas standar profesi meliputi standar kompetensi dan kode etik
profes iyang telah ditetapkan, oleh karena itu pemahaman isi standar profesi bagi
seluruh anggota profesi Ikatan Perawat / Penata Anestesi Indonesia menjadi suatu
keharusan yang perlu ditaati.

Evaluasi dalam rangka penilaian terhadap substansi  dan pelaksanaan dari bagi
seluruh perawat/Penata anestesi Indonesia, akan senantiasa ditinjau dan dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam jangka waktu sesuai dengan yang dibutuhkan,
dimana penyempurnaannya akan terus disesuaikan dengan perubahan yang terjadi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi di bidang anestesiologi.

Konsep Anestesiologi
Dalam dunia kedokteran, rasa sakit saat menjalani operasi atau prosedur kesehatan
lainnya dapat dihilangkan dengan pemberian anestesi. Anestesi sendiri berarti
hilangnya rasa atau sensasi di tubuh, dan jenisnya ada bermacam-macam.
Cara kerja anestesi adalah dengan menghentikan atau memblokir sinyal saraf dari
pusat rasa sakit yang akan dirasakan pasien selama operasi atau ketika menjalani
prosedur medis tertentu. Anestesi dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti
salep, semprotan, suntikan, atau gas yang harus dihirup oleh pasien.
Risiko untuk mengalami efek samping anestesi akan semakin tinggi apabila pasien
memiliki penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, misanya penyakit jantung atau
obesitas. Usia yang terlalu muda atau terlalu tua, kebiasaan merokok dan
mengonsumsi alkohol, serta konsumsi obat-obatan tertentu juga akan meningkatkan
risiko terjadinya efek samping anestesi.
Untuk mencegah munculnya efek samping, dokter atau perawat akan melakukan
pemeriksaan lengkap dan memberitahukan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak
boleh dilakukan sebelum operasi berlangsung. Misalnya, kapan harus berhenti
makan dan minum, atau obat dan suplemen apa saja yang tidak boleh dikonsumsi
sebelum operasi.
Jika Anda akan melakukan operasi atau suatu tindakan medis, baik besar maupun
kecil, tanyakanlah dengan jelas kepada dokter anestesi yang akan menangani Anda,
terkait jenis dan efek samping anestesi yang akan digunakan.

1. Dasar Hukum Anestesiologi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


519/MENKES/PER/III/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF DI RUMAH SAKIT

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis; 6. Peraturan ...
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
8. Dan dasar hukum lainnya yg terkait ...

Jenis anestesi
1. Anestesi umum
Anestesi umum atau sering juga disebut bius total dilakukan untuk membuat pasien
menjadi tidak sadar sepenuhnya selama proses pembedahan berlangsung, serta
tidak memiliki ingatan apapun mengenai proses pembedahan.

Anestesi umum ini dipergunakan pada jenis pembedahan seperti operasi jantung,
paru-paru, dan operasi lutut.

Anestesi umum diberikan kepada pasien melalui 2 cara yaitu:


 Menggunakan infus. Obat akan diberikan dengan suntikan melalui infus. Metode
ini merupakan metode paling cepat dalam memberikan anestesi, dimana sang
pasien akan tertidur dalam waktu 10 hingga 20 detik sejak pemberian obat.
 Menggunakan masker, dimana pasien akan menghirup gas anestesi melalui
masker yang dipasang di atas hidung dan mulut. Jenis pemberian anestesi ini
lebih umum diberikan untuk anak-anak.

Selama proses operasi, kadar anestesi yang diberikan akan dikontrol dan disesuaikan
sesuai dengan kebutuhan. Setelah operasi selesai, anestesiologist akan membalikkan
efek anestesi untuk membangunkan pasien.

2. Anestesi lokal
Anestesi lokal atau sering juga disebut dengan istilan bius lokal merupakan upaya
untuk memblok sensasi dan rasa sakit pada bagian tubuh tertentu.

Jenis anestesi ini tidak mempengaruhi kesadaran pasien. Anestesi lokal dapat
dipergunakan untuk berbagai prosedur pembedahan, namun paling umum
dipergunakan untuk operasi mata, prosedur perawatan gigi, biopsi, vasektomi,
dalam proses menjahit luka kecil, dan berbagai operasi minor lainnya.

Anestesi lokal umumnya diberikan dengan cara:


 Suntikan
 Menggunakan semprotan atau krim. Untuk anestesi dalam bentuk semprotan
biasanya menggunakan cocaine untuk menghilangkan sensasi pada bagian dalam
hidung dan tenggorokan. Sementara untuk mengangkat benjolan atau daging
tumbuh biasanya dipergunakan anestesi dalam bentuk krim.
 Untuk prosedur yang lebih rumit, anestesi lokal akan diberikan bersamaan
dengan obat penenang. Pemberian obat penenang akan membuat pasien merasa
lebih rileks dan nyaman, tanpa membuat pasien tertidur.

3. Anestesi regional
Anestesi regional merupakan upaya untuk memblok sensasi rasa sakit pada sebagian
besar anggota tubuh.

Jenis anestesi ini umumnya diberikan untuk prosedur yang lebih kompleks dan rumit
misalnya operasi kaki, operasi prostat, dan operasi caesar. Dalam prosedur seperti
ini, pasien akan tetap terjaga namun tidak mampu merasakan sebagian dari anggota
tubuhnya.

Anestesi regional ini sendiri terdiri dari beberapa jenis yaitu:


 Anestesi spinal
Anestesi spinal merupakan prosedur dimana obat anestesi disuntikkan kedalam
cairan yang berada disekeliling spinal cord. Setelah disuntikkan obat anestesi tadi
akan bercampur dengan cairan spinal di punggung bagian bawah dan membuat
urat syaraf yang terkena kontak kehilangan sensasi atau mati rasa.

 Anestesi epidural
Anestesi epidural merupakan prosedur dimana obat anestesi disuntikkan ke
dalam area epidural dengan menggunakan jarum suntik atau kateter. Anestesi
epidural dapat disuntikkan pada area yang berbeda mulai dari leher hingga
tulang ekor, sesuai dengan kebutuhan.

 Nerve block
Nerve block merupakan prosedur dimana obat anestesi disuntikkan ke area sekitar
kumpulan urat syaraf tertentu untuk memblokir rasa sakit pada area tersebut.
Contoh penggunaan nerve block adalah adductor canal nerve block yang dilakukan
untuk operasi lutut dan supraclavicular nerve block untuk operasi lengan.

4. Sedation anesthesia
Sedation anesthesia atau anestesi dengan menggunakan obat penenang pada
umumnya dilakukan untuk melengkapi anestesi lokal dan regional dengan tujuan
agar pasien merasa lebih nyaman dan rileks.

Ada 3 tingkatan sedation anesthesia yaitu:


1. Minimal sedation
Pada tingkat ini, pasien akan merasa lebih rileks namun tetap terjaga dan
mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dokter
2. Moderate sedation
Pada tingkat ini, pasien umumnya akan tertidur selama prosedur berlangsung
namun dapat dengan mudah dibangunkan dengan sentuhan
3. Deep sedation
Pada tingkat ini, pasien akan tertidur lelap selama prosedur berlangsung dan
tidak akan mengingat apapun mengenai prosedur yang telah dilakukan, mirip
dengan anestesi umum.

EFEK SAMPING
Layaknya tindakan medis yang lain, pemberian anestesi ini bisa timbul resiko efek
samping. Efek samping yang timbul bisa saja ringan atau bahkan berat. Berikut ini
beberapa efk samping yang bisa muncul berdasar tipe anestesi yang didapat:
Efek samping anestesi lokal:
 Rasa nyeri, ruam, serta pendarahan ringan di area suntikan.
 Sakit kepala
 Pusing.
 Kelelahan
 Mati rasa pada area yang disuntik.
 Kedutan pada jaringan otot.
 Penglihatan kabur 

Efek samping anestesi dari regional:


 Sakit kepala.
 Reaksi alergi.
 Nyeri punggung
 Pendarahan
 Kejang.
 Sulit buang air kecil.
 Penurunan tekanan darah
 Infeksi Tulang Belakang

Efek samping oleh karena anestesi umum:


 Mual dan muntah.
 Mulut Kering
 Sakit tenggorokan
 Suara Serak
 Rasa kantuk.
 Menggigil
 Timbul nyeri dan memar di area yang disuntik atau dipasangkan infus.
 Sulit buang air kecil.
 Kerusakan gigi.

Risiko untuk mengalami efek samping anestesi akan semakin tinggi apabila pasien
memiliki penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, misanya penyakit jantung atau
obesitas. Usia yang terlalu muda atau terlalu tua, kebiasaan merokok dan
mengonsumsi alkohol, serta konsumsi obat-obatan tertentu juga akan meningkatkan
risiko terjadinya efek samping anestesi.

Untuk mencegah munculnya efek samping, dokter atau perawat akan melakukan
pemeriksaan lengkap dan memberitahukan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak
boleh dilakukan sebelum operasi berlangsung. Misalnya, kapan harus berhenti
makan dan minum, atau obat dan suplemen apa saja yang tidak boleh dikonsumsi
sebelum operasi.
 
Peran Dokter Anestesi
Secara garis besar, dokter spesialis anestesi memiliki peran dalam beberapa aspek
medis yaitu:
-Manajemen preoperasi, selama operasi, dan pasca operasi.

Dokter anestesi berperan penting dalam membantu dokter bedah dan bekerja sama
dengan perawat dalam mengerjakan persiapan preoperasi, memonitor kondisi
pasien dan melakukan pembiusan selama operasi, serta mengobservasi kondisi
pasien pascaoperasi. Dokter anestesi memastikan kondisi pasien tidak memburuk.

Secara teknis, peran dokter anestesi dimulai dengan memberikan obat anestesi.
Kemudian dokter anestesi akan melakukan intubasi. Intubasi adalah teknik yang
dilakukan untuk mempertahankan jalan napas dan memberikan oksigen, dengan
cara memasukkan tabung khusus (endotracheal tube/ETT) pada batang
tenggorokan melalui mulut.

Selama operasi berlangsung, dokter anestesi akan mengecek dan memastikan


tanda-tanda vital pada pasien, di antaranya:
 Pernapasan.
 Detak jantung.
 Tekanan darah.
 Suhu tubuh.
 Jumlah cairan tubuh.
 Kadar oksigen dalam darah.

Dokter anestesi juga akan memastikan pasien merasa nyaman dan tidak merasakan
sakit. Setelah operasi selesai, pemberian obat anestesi akan dihentikan dan pasien
dipindahkan ke ruang perawatan hingga sadar. Dokter anestesi kemudian
memonitor keadaan pasien hingga efek pembiusan hilang.

Perawatan intensif dan kritis


Selain dalam prosedur operatif, dokter anestesi juga memiliki tanggung jawab dalam
memberikan penanganan pada kondisi kritis pada pasien yang membutuhkan
perawatan intensif. Bersama dengan tim medis lain, misalnya perawat di ICU
(Intensive Care Unit), dokter anestesi bertugas:
 Memonitor kondisi pasien yang kritis dengan lebih ketat,
 Menentukan langkah pemberian cairan dan obat-obatan di ruang ICU,
 Melakukan tindakan intubasi untuk memberikan bantuan napas secara mekanik
melalui ventilator atau manual jika diperlukan.

Dalam menangani pasien dengan kondisi kritis, dokter anestesi seringkali akan
berkolaborasi dengan dokter spesialis lain, seperti dokter penyakit dalam, dokter
bedah, dokter anak, dan dokter saraf, sesuai dengan diagnosis pasien dan cabang
spesialisasi yang terlibat.

Kompetensi dan tindakan yang dilakukan dokter anestesi antara lain:


 Melakukan penilaian kondisi pasien prabedah.
 Memantau fungsi vital pasien sebelum, selama, dan sesudah operasi.
 Memahami/menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, anamnesis (penelurusan riwayat
medis), dan pemeriksaan penunjang termasuk tes laboratorium, CT-scan dan
MRI, ekokardiografi, foto Rontgen, danEKG
 Memahami cara mengatur posisi pasien yang aman dan nyaman selama operasi.
 Menentukan jenis anestesi dan mengobservasi kondisi pasien sebelum dibius,
selama pasien berada di bawah efek anestesi, hingga pasca pembiusan.
 Memahami anestesi pada bedah umum, bedah mata, bedah THT, ginekologi, dan
obstetrik, baik pada pasien dewasa maupun anak-anak.
 Melakukan tindakan emergensi seperti pemasangan kateter vena sentral dan
pembuluh darah arteri, pungsi pleura untuk pneumotoraks,
dan trakeostomi untuk memberikan bantuan napas pada kasus kegawatan
darurat.
 Memahami pengelolaan trauma maupun kondisi darurat yang mengancam nyawa
pasien dan mampu melakukan penanganan awal dan stabilisasi kondisi tersebut.
 Mampu melakukan tindakan pertolongan pertama dan resusitasi jantung paru
(RJP) 
 Mampu mengelola jalan napas dan menggunakan sungkup muka, sungkup
laring, dan intubasi pada jalan napas. Serta menentukan pilihan bantuan
pernapasan pada pasien, baik melalui alat bantu napas mekanik (ventilator), atau
bantuan napas manual.
 Melakukan perawatan pasien kritis dan manajemen kasus di Intensive Care Unit
(ICU) 
 Mampu melakukan tatalaksana nyeri akut maupun kronis.

Dokter spesialis anestesi dapat melanjutkan pendidikan lanjutan atau subspesialisasi.


Beberapa subspesialisasi ini di antaranya adalah:
 Konsultan Manajemen Nyeri (Sp.An-KMN)
 Konsultan Anestesi Pediatrik (bedah anak) (Sp.An-KAP)
 Konsultan Intensive Care/ICU (Sp.An-KIC)
 Konsultan Neuroanestesi (anestesi pada kasus bedah saraf) (Sp.An-KNA)
 Konsultan Anestesi Kardiotorasik (Bedah jantung, thorak) (Sp.An-KAKV)
 Konsultan Anestesi Obstetrik (kebidanan, menangani nyeri persalinan) (Sp.An-
KAO)
 Konsultan Anestesi Ambulatori (Sp.An-KAP)
 Konsultan Anestesi Regional dan Manajemen Nyeri (Sp.An-KAR)

selesai

Anda mungkin juga menyukai