Oleh
Pembimbing :
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN
Ketua, Sekretaris,
Dr. dr. Riskiana Djamin, Sp.T.H.T.K.L(K) Dr.dr.Nani Iriani Djufri, Sp.T.H.T.K.L (K) FICS
Mengetahui
Manajer Program Pendidikan Dokter Spesialis
Fakultas Kedokteran UNHAS,
i
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………........... v
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
2.3 Bising…………………………………………………………………. 15
2.4.2 Epidemiologi…………………………………………………… 19
ii
2.5.1. Pure Tone Audiometri (PTA)……………………………….. 25
2.5.2. Timpanometri…………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 48
LAMPIRAN………………………………………………………………. 54
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conduction
BC : Bone conduction
dB : Decibel
Hz : Hertz
Ketulian
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Paparan bising merupakan hal yang penting dan masalah yang serius.
1
hanya dengan alat bantu dengar apabila sudah bersifat permanen.
2008).
pelindung diri yang disediakan oleh industri ini bisa disebabkan oleh
2
pekerja yang berpendidikan rendah dan juga budaya Kesehatan dan
orang atau 27% dari total populasi sedangkan pada orang dewasa di
bawah umur 65 tahun adalah 49 juta orang atau 9,3% yang disebabkan
yaitu sekitar 36 juta orang atau 16,8% dari total populasi. Berdasarkan
13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisik dan faktor kimia
3
Penelitian tentang skrining gangguan dengar pada pekerja
(Prasetya, 2015).
2018)
4
yang tidak terukur pada pekerja bengkel las dalam jangka waktu lama
sebagai berikut:
5
1.3.2. Tujuan Khusus
Audiometri (PTA);
1.4 Hipotesis
6
bengkel las yang terpapar bising dapat memberikan peningkatan
terpapar bising.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pendengaran. Selain itu, fungsi umum dari telinga juga adalah sebagai
atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam (Bansal M, 2013)
serta telinga dalam. Telinga bagian luar terdiri dari daun dan liang
2008).
8
Gambar 1. Anatomi Telinga (Tortora, GJ., Principles ofAnatomy and
Terbagi atas daun telinga, liang telinga, dan bagian lateral dari
membrane timpani. Daun telinga dibentuk oleh tulang rawan dan otot
serta ditutupi kullit. Kearah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk
telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan
berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus
resonansi bunyi sebesar 3500 Hz. (Mills JH, Weber PC, 2001). Telinga
di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah
aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga. Membran ini sekitar
9
translulen. Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
sendi, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua
jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang
ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus
jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
dalam struktur labirin tulang melalui filamen halus. Cairan ini berperan
10
dalam menstimulasi organ akhir dari keseimbangan dan pendengaran
Telinga dalam terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan yang
skala media, dan skala timpani. Skala media atau koklearis mempunyai
membran basilaris yang menjadi dasar dari organ korti seperti gambar
11
Termasuk di dalam labirin tulang adalah kapsul otik yang merupakan
batas luar dari koklea dan modiolus, tabung tulang yang membentuk
sumbu pusat koklea dan mengandung serat syaraf auditori dan sel-
sel ganglionnya. Di dalam koklea ada tiga ruang berisi cairan, yaitu
skala vestibuli, skala timpani dan skala media dan dipisahkan oleh
lateral koklea. Alat Korti, yang mengandung sel rambut (3 sel rambut
luar dan 1 sel rambut dalam) sebagai sel sensori dan sel penyokong,
2006)
12
udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
13
Gambar 4. Fisiologi Pendengaran (Pearson Education, Inc.,
transfer energi dari medium udara, padat dan cair pada telinga
diperoleh dari daya ungkit malleus dan incus sebesar 1,3 kali dan
lebih kecil terhadap pergerakan sel rambut dalam. Hal inilah yang
14
Gambar 5. Jalur pendengaran (Dhingra P, 2008)
2. 3 Bising
reseptor bunyi yang frekuensi 3000 hertz (Hz) sampai dengan 6000
15
derajat intensitas suatu bunyi. Besar intensitas bunyi dipadatkan dalam
dapat mengubah bising menjadi suatu sinyal elektrik dan hasilnya dapat
dibaca secara langsung pada monitor dengan satuan dB. Alat ini berisi
16
mikrofon dan amplifier, pelemah bunyi yang telah dikalibrasi, satu set
(Harrianto, 2010)
kuat,Kantor umumnya,
rumah gaduh
berbisik, bunyi
Daun
17
2.4. Noice Induced Hearing Loss
hearing loss)
bising dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan ini dapat
durasi paparan kebisingan yang mungkin berkisar dari jam hingga hari.
2.4.2.Epidemiologi
orang atau 27% dari total populasi sedangkan pada orang dewasa di
18
yaitu sekitar 36 juta orang atau 16,8% dari total populasi. (Septiana, N.
2.4.3 Patofisiologi
dalam waktu lama, perbaikan menjadi inkomplit dan PTS dapat terjadi
pada struktur sel rambut lain seperti mitokondria, granula lisosom, lisis
19
Gangguan pendengaran akibat paparan bising terus-
rambut bergabung menjadi giant cilia atau menghilang, sel rambut dan
terdapat degenerasi dari system saraf pusat. Paparan dari bunyi bising
20
rendah di otak. Jika intensitas bising dan lama paparan meningkat,
rambut bergabung menjadi giant cilia atau menghilang, sel rambut dan
terdapat degenerasi dari system saraf pusat. Paparan dari bunyi bising
notch (takik) berbentuk ‘V’ atau ‘U’ sering diawali pada frekuensi 4.000
dekatnya. Khasnya didapati perbaikan pada 8.000 Hz, hal ini yang
21
menyebabkan hipoksia akibat vasokontriksi kapiler. GPAB juga dapat
terjadi akibat interaksi dari factor lingkungan dan faktor genetik (Laer, et
al., 2006).
rambut dan degenerasi dari serabut –serabut saraf koklea (Agrawal &
Schindler, 2008). Sel -sel rambut luar lebih rentan terhadap paparan
hilangnya stereosilia, sel rambut akan mati. Kematian dari sel sensorik
22
dimana diganti dengan jaringan parut yang tidak berfungsi (Agrawal &
(NIHL)
a. Umur
b. Tingkat pendidikan
c. Status kesehatan
23
Status kesehatan yang buruk lebih berpotensi terjadi gangguan
Council , 2010);
e. Masa kerja
24
Lingkungan Kerja, tingkat kebisingan maksimal selama satu hari adalah
Alat ini terdiri dari bagian untuk mengatur intensitas bunyi dan frekuensi,
oleh penderita pada hantaran udara dan hantaran tulang sehingga dapat
dan ketulian penderita. Frekuensi yang diperiksa adalah 125, 250, 500,
1000, 2000, 4000, dan 8000 Hz (kadang tersedia pula nada interval
setengah oktaf 750, 1500, 3000, dan 6000 Hz). Frekuensi ini tidak
25
Derajat gangguan pendengaran dan ketulian di tentukan dengan
frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz lalu dibagi 4. Derajat gangguan
(71-90 dB). Dan gangguan pendengaran sangat berat (>90 dB). Jenis
dB, dan terdapat jarak (gap) sebesar > 10 dB antara hantaran tulang
dan saling berhimpit satu sama lain pada pemeriksaan audiometri nada
26
dari 25 dB dan terdapat jarak sebesar 25 dB pada antara hantaran
2019
≤25 dB Normal
27
Menurut kepustakaan terbaru frekuensi 4000 Hz berperapenting
aliran energi bunyi dalam liang telinga dan telinga tengah, tekanan
et al 2014).
1. Interpretasi
28
Tipe A: Terdapat pada fungsi telinga tengah yang normal.
mengalami scarring.
pendengaran.
29
Gambar 8. Timpanogram Tipe Ad (Dikutip dari
Tipe C
30
tengah dengan puncaknya di wilayah tekanan negatif di luar
W Charles, et al 2017).
rendah yang dihasilkan oleh koklea. Suara klik dengan intensitas sedang
atau motilitas sel rambut luar. Pergerakan sel rambut luar akan
31
dengan sensitifitas mendeteksi 100%. Analisis gelombang OAE
probe) dengan bagian luarnya dilapisi karet lunak (probe tip) yang
melalui telinga tengah akan mencapai koklea. Pada saat stimulus bunyi
mencapai sel-sel rambut koklea yang sehat, sebagai respon maka sel
pantulakn ke arah luar (echo) menuju telinga tengah dan liang telinga.
Emisi akustik yang tiba di telinga tengah akan direkam oleh mikrofon
mini yang juga berada di dalam insert probe. Selanjutnya akan diproses
stimulus akustik pada level sedang yaitu pada 50-80 dB SPL pada liang
32
1. Spontaneous Otoacoustic Emission (SOAEs). Emisi ini timbul tanpa
adanya stimulus akustik dari luar, dapat ditemukan pada sekitar 50%
stimulus dua nada kontinyu yang berbeda tetapi pada frekuensi yang
33
2.6 Kerangka Teori Penyebab NIHL
Factor yang berpengaruh
1. Tingkat kebisingan
2. Umur
3. Riwayat
hipertensi,Diabetes
Melitus
Paparan Bising 4. Hiperlipidemia
5. Riwayat gangguan
pendengaran dalam
keluarga
6. Masa kerja
7. Pemakaian alat
Non akustik Trauma akustik pelindung telinga
8. Penggunaan obat
ototoksik
9. Lingkungan
10.
1. Peningkatan tekanan
darah, denyut jantung,
frekuensi napas Trauma akustik kronik oleh
2. Peningkatan gula darah, Trauma akustik akut
karena bising kontinyu,
lemak darah oleh karena bising
bising intermitten
3. Stress, nyeri kepala, impulsif
penurunan konsentrasi, Kerusakan telinga dalam
Perforasi MT,
gangguan tidur. (kerusakan sel sensoris
kerusakan tulang
terutama pada basal koklea
pendengaran, sel
stria vaskularis,kerusakan
sensoris organ korti
pada ligament spiralis,
CHL, SNHL,MHL
limbus spiralis)
SNHL
Temporary Permanent
(Reversibel) (NIHL)
34
2.7 KERANGKA KONSEP
Paparan bising
(Frekuensi, intensitas,
waktu)
Diabetes melitus
Hipertensi Kerusakan organ korti
Riwayat trauma kepala SNHL tipe Koklea
Penggunaan obat ototoksik
Noice Induced
Hearing Loss
: Variabel bebas
: Variabel antara
: Variabel Terikat
: Variabel perancu
35
BAB III
METODE PENELITIAN
di Kota Makassar
3.3.1 Populasi
bising >85 dB, dengan jam kerja ≥ 8 jam dan lama bekerja 1-5 tahun,
36
3.3.2 Sampel
Zα + Zβ 2
n= +3
1+𝑟
0,5 𝐼𝑛
( 1 − 𝑟)
Keterangan rumus :
r : koefisien korelasi
α= 0,05 Zα = 1,96
β= 0,1 Zβ = 1,282
r= 0,6
Zα+Zβ
2
n=( 1+𝑟
) + 3 = 25
0,5 𝐼𝑛
1−𝑟
diperkirakan drop out 10% maka besar sampel minimal adalah 28.
37
3.3.4. Prosedur Pengambilan Sampel
kelamin, lama kerja, lama pajanan bising per hari, riwayat penyakit
38
karena hal ini akan mempengaruhi subyek bahwa nada tes
sedang disajikan
baik, atau bila tidak ada keluhan maka telinga kanan yang
dan dinterpretasikan.
39
3.3.6. Cara pemeriksaan Timpanometri
Cara pemeriksaan:
40
1. Liang telinga harus bersih dari kotoran (serumen) maupun
cairan;
media
41
d. Memiliki hobi yang berhubungan dengan lingkungan
keras.
sebelumnya.
a. Kuisioner
42
d. Alat pengukur intensitas bising sound level meter merk
40 db.
2. Identifikasi Variabel
tulang.
Tone Audiometri
43
3. PTA ( Pure Tone Audiometri) adalah audiogram tipe audio
berikut:
Normal ≤ 25 dB
Ringan 26-40 dB
Sedang 41-60 dB
Berat 61-80 dB
Sangat Berat ≥ 81 dB
44
intensitas antara hantaran udara (AC) dan hantaran tulang
(BC).
atau kedua telinga baik derajat ringan atau lebih berat dengan
1- 5 tahun
5-10 tahun
>10 tahun
45
resistensi dari membrane timpani, dengan alat merk audio
traveller.
dimana SN lebih dari 6 pad setiap frekuensi (2000 Hz, 3000 Hz,
pada setiap frekuensi (2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, dan 6000 Hz)
screen.
12. Sound level meter alat untuk mengukur intensitas bising di tempat
dengan tujuan dan jenis data, kemudian dipilih metode statistik yang
46
3.9. Alur Penelitian
Informed
consent
Anamnesis Pemeriksaan
Kuesioner fisik THT
PTA
Konduktif Sensorineural
dan Mixed
Timpanometri
Kelainan
telinga tengah
Normal
Terapi
OAE
Tidak Membaik (PASS, REFER)
membaik
Eksklusi Data
47
3.10. Biaya Penelitian
48
DAFTAR PUSTAKA
Bandung
Alberty PW, 1991. Noise and The Ear. In : Kerr AG ed. Adult Audiology,
Bansal M., Diseases of Ear, Nose and Throat, Edisi Pertama, 2013
Mosby. Maryland
49
Otolaryngology, 7th edition, Elsevier, Philadelphia, 2017 : 4-22.
Dhingra PL, et al. 2014. Diseases Of Ear, Nose and Throat & Head and
Gabriel JF. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC XV, 1996; hal. 66-94
New York.
Guyton AC., Hall J.E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC.
Jakarta
50
Keputusan Menteri Tenaga Kerja. (1999). Nomor: KEP-51/MEN/1999.
kerja.http://pusatk3.com/kepmenaker-no-kep-51men1999-2/.Diakses
Kopke, R. D. et al. 2007. NAC for noise: From the bench top to the clinic,
10.1016/j.heares.2006.10.008.
Laer, L., Carlsson, P.I., Ottschytsch, N., Bondeson, M.L., Konings, A.,
Vandevelde, A., Dieltjens, N., Fransen, E., Snyders, D., Borg, E.,
Laurent C., et al. 2014. Open Access Guide to Audiology and Hearing Aids
Levine S., et al. 1997. Audiologi. Dalam : BOEIS Buku Ajar Penyakit
51
Mathur, N.N., 2014. Inner ear, noise induced hearing loss.
overview#a0104
: Elsevier : 41-56
Moller, AR. 2006 .Anatomy of the ear. In: Hearing: anatomy, physiology,
and disorders of the auditory system, 2nd ed. Elsevier Inc: 3-16.
Moore et al. Essential Clinical Anatomy, 5th Edition, 2015 Wolters Kluwer
Health
93–99.
National Safety Council. 2010. Noise Congrol: A guide for Employees dan
Employers. Chicago.
Oghalai J.S. and Brownell W.E. 2008. Anatomy and physiology of the
Company, pp.577-95.
52
Okpala, N., 2012. Management of blast injuries in mass casualty
http://www.mciforum.com/category/new_developments/230
management_of_blast_injuries_in_mass_casualty_environments_a_n
ew_algorithm_-
_1st_place_ambroise_par_award_2012.html.
15. FK
53
Sastrowinoto. Penanggulangan dampak pencemaran udara dan bising
Dalam. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
=article&id =15
54
KUESIONER
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
ALAMAT :
TANGGAL PEMERIKSAAN :
Bulan………… tahun……………
1. Apakah anda pernah konsumsi obat-obatan ( obat kanker , TBC, Tekanan darah
tinggi )
a. Ya b. Tidak
4.Apakah pernah bekerja di tempat bising sebelumnya, jika ya sudah berapa lama?
a. Ya b. Tidak
6. Setelah bekerja di bengkel las apakah ada keluhan pada telinga ( telinga
a. Ya b. Tidak
55
FORMULIR PERSETUJUAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti dengan ini saya menyatakan bersedia
Saya tahu bahwa saya berhak untuk bertanya apabila masih ada hal-hal yang saya
tidak mengerti.
kuesioner terhadap diri saya dapat menyebabkan hal-hal yang merugikan, namun
Saya juga berhak menolak tidak ikut dalam penelitian ini tanpa kehilangan hak saya
Makassar , 2022
Nama Saksi
(………………………………) (………………………………)
56