Dosen Pengajar:
1. Ns. Tri Mochartini, M.Kep
2. Ns. Martha Katarina Silalahi, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
1. Azzahra Afifah Adam (1032181002)
2. Pramudja Wardana ( 1032181006 )
3. Putri hidayanti
4. Arvella Fatharani (1032181029)
5. Miftahul Jannah ( 1032181037 )
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jurnal
Trend dan Issue, Penatalaksanaan dan EBP”. Alhamdulillah akhirnya kami sebagai penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah KMB III dalam waktu yang tepat. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini.
Maka dari itu dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan bantuan dari berbagai pihak,
maka penyusun menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Semoga makalah ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis tentu menyadari bahwa mkalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...
1.3 Tujuan……………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi……………………………………………………………………..
2.2 Penatalaksanaan……………………………………………………………
2.3 Trend dan Issue…………………………………………………………….
2.4 EBP…………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan nya yaitu:
1. Untuk memahami Definisi Tinnitus.
2. Untuk memahami Penatalaksanaan Tinnitus.
3. Untuk memahami Trend dan Issue Tinnitus.
4. Untuk memahami EBP Tinnitus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tinnitus merupakan persepsi bunyi yang diterima oleh telinga penderita tanpa adanya
rangsangan bunyi dari luar (Mazurek, 2010; Nugroho, 2015; Kim et al., 2015). Tinnitusberasal
dari bahasa latin “tinnere” yang berarti berdenging (Atik, 2011; Bashiruddin et al., 2012).
Tinnitusdapat bersifat objektif dan subjektif (Langguth et al., 2013; Nugroho, 2015).
Tinitus ada 2 macam yang terbagi atas tinitus obyektif dan tinitus subjektif. Tinitus
obyektif terjadi apabila bunyi tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dapat juga
dengan auskultasi di sekitar telinga. Sifatnya adalah vibritorik yang berasal dari vibrasi atau
getaran sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Sedangkan tinitus subjektif terjadi
apabila suara hanya terdengar oleh pasien sendiri, dan jenis tinitus ini yang paling sering terjadi.
Sifat dari tinitus subjektif adalah nonvibratorik karena adanya proses iritatif ataupun perubahan
degenaratif pada traktus auditorius yang dimulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pada
pusat saraf dari pendengar.
2.2 Penatalaksanaan
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena
psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat
diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.Pada
umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu:
1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang
lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.
2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas. Berbagai penelitian
untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan. Adapun jenis obat yang dapat secara
konsisten efektif pada pengobatan jangka panjang belum juga ditemukan. Meski demikian
pemakaian beberapa jenis obat sedikit banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus,
seperti:
a)Vitamin Bdan derivatnya: nicotinamide (vasodilator) yang secara empiris telah
digunakan secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh: penyakit Meniere’s)
b)Trimetazidine: obat anti iskemia dengan antioksidan
c)Vitamin A: pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi dan mencegah
tinnitus. Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat membatasi vitamin A dalam
penggunaan praktis.
d)Lidokain intravena: suatu golongan anestetik local amide dengan aktivitas system
saraf pusat, dilaporkan berguna dalam mengontrol tinnitus.
e)Tocainine: merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang.
f)Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan
4. Pembedahan juga berperan dalam penanganan tinnitus jika diaplikasikan untuk mengoreksi
sumber penyebab. Misalnya: stapedektomi untuk kelainan otosklerotik, lainnya adalah koklear
implant. Pertimbangan juga dapat diberikan untuk melakukan terhadap pengikatan saraf ke-8
divisi koklearis, walaupun hasilnya tidak dapat diprediksikan.. dan tentu saja hanya bisa
dilakukan terhadap pasien yang memang fungsi pendengarannya sudah rusak berat alias tuli
berat yang tidak mungkin lagi dikoreksi.
2.3 Trend dan Issue Tinnitus
Kondisi pendengaran kronis dapat melemahkan dan sangat mengurangi kualitas hidup
[ 1 ]. Mereka umumnya terbagi dalam tiga kategori besar, yaitu gangguan pendengaran, tinnitus
dan gangguan vestibular. Kondisi terkait pendengaran lazim dengan sekitar 15% populasi dunia
mengalami gangguan pendengaran [ 10 ]. Selain itu, gangguan pendengaran lebih dari 20 dB
ditemukan sebagai gangguan paling umum kedua, dari tinjauan sistematis yang menyelidiki 310
penyakit [ 11 ]. Setidaknya 10% dari populasi orang dewasa menderita tinitus, seperti yang
terlihat dari penelitian di seluruh dunia, misalnya dari Italia [ 12 ], Korea [ 13 ], Selandia Baru
[ 14 ], Inggris [ 15 , 16 ] dan Amerika Serikat [ 17 , 18 ]. Prevalensi pusing telah dilaporkan 20-
30% di antara orang dewasa [ 9 , 19 ]. Meskipun gangguan pendengaran, tinnitus dan gangguan
vestibular dapat terjadi secara terpisah, mereka sering terjadi bersamaan dan berhubungan
dengan patologi otologis seperti otosklerosis , penyakit Ménière , lesi
sudut serebellopontine (seperti schwannoma vestibular ) dan dehiscence kanal semisirkularis
superior [ 20 ]. Dalam upaya untuk meningkatkan akses ke perawatan dan meningkatkan hasil
rehabilitasi untuk disabilitas yang berhubungan dengan pendengaran, intervensi yang
disampaikan melalui Internet telah dikembangkan [ 39 - 42 ]. Intervensi ini umumnya berfokus
pada penyediaan teknik bantuan mandiri
untuk perubahan perilaku melalui program terstruktur . Dalam bidang audiologi, mereka telah
dikembangkan untuk meningkatkan penggunaan alat bantu dengar dan / atau mengurangi
gangguan pendengaran [ 43 ]; mengurangi tekanan tinnitus melalui teknik
seperti terapi perilaku kognitif [ 44 ]; atau meningkatkan fungsi keseimbangan melalui
rehabilitasi vestibular [ 45 ]. Intervensi internet muncul sebagai sarana untuk menyediakan
perawatan kesehatan yang terjangkau dan dapat diakses untuk mempromosikan manajemen diri dan
keterlibatan ( Andersson , 2018 ). Intervensi berbasis Internet pada dasarnya adalah program preskriptif
mandiri yang dioperasikan melalui situs web. Intervensi mencoba untuk membuat perubahan positif dan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi yang berhubungan dengan kesehatan
melalui penggunaan komponen berbasis web interaktif ( Barak, Klein, & Proudfoot , 2009 ).
Intervensi internet telah dikembangkan dalam bidang perawatan kesehatan audiovestibular . Ini
termasuk program rehabilitasi bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran ( Malmberg ,
Lunner , Kähäri , Jansson , & Andersson , 2015 ), tinnitus ( Andersson & Kaldo , 2004 ), dan rehabilitasi
vestibular ( Geraghty et al., 2017 ). . Oleh karena itu, tinjauan yang diperbarui dengan fokus khusus
pada intervensi berbasis internet audiovestibular yang dievaluasi dengan tingkat bukti yang lebih tinggi
(RCT) diperlukan.
Tinjauan sistematis terkait intervensi lainnya memang ada. Namun, mereka tidak spesifik untuk
intervensi Internet untuk gangguan pendengaran tetapi berfokus pada aplikasi yang lebih luas.
2.4 EBP Tinnitus
Patient/Populasi Intervensi/Prog Comparison/ Outcome Time Jurnal
/ Problem nosis/ Factor Control Frame
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA