Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN DEPRESI

PADA GERONTIK

Oleh
Florensia Nona Asti
NIM 011201038

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2021
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , atas segala
rahmatNya, sehingga Asuhan Keperawatan Depresi Pada Gerontik ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Sampai saat ini Penyakit Depresi atau biasa dikenal dengan penyakit penurunan
fungsi kognitif/pelupa merupakan penyakit yang sangat kita kenal dalam kehidupan
sehari-hari. Penyakit ini sering ditandai dengan sering lupa, mudah tersinggung dan lain
sebagainya..
Semoga dengan menyusun makalah Asuhan Keperawatan Depresi Pada
Gerontik ini dapat menjadi bahan pembelajaran dalam mencegah dan mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan akibat penyakit Depresi.
Saya sadari makalah ini belum sempurna oleh karena itu masukan dan saran
perbaikan sangat saya harapkan guna penyempurnaan makalah ini

Maumere, 10 Mei 2021


Penulis

Florensia Nona Asti


NIM. 011201038

i
Daftar Isi

Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................... 2
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan Studi Kasus............................................................... 2
D. Manfaat Studi Kasus............................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 4
A. Konsep DEPRESI................................................................... 4
B. Konsep Lansia...................................................................... 9
C. Konsep Askep DEPRESI.......................................................... 11
BAB III HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN........................................ 17
A. Hasil Studi Kasus.................................................................. 27
B. Pembahasan.......................................................................... 34
BAB IV PENUTUP.................................................................................. 35
A. Kesimpulan........................................................................... 35
B. Saran..................................................................................... 35
Daftar Pustaka
Lampiran :
Patway

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandang dari usia harapan hidup
yang meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia
berjumlah 7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun
2013 populasi lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Di Indonesia tahun
2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta
jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050,
satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah
menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita (Kemenkes
RI,2018)
Lanjut usia pasti mengalami masalah kesehatan yang diawali dengan
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta
faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, termasuk, beberapa penyakit sepeti hipertensi, gangguan pendengaran,
penglihatan dan DEPRESI.
DEPRESI terjadi karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif
merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan
kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta pelaksanaan
(Santoso&Ismail, 2016). DEPRESI juga berdampak pada pengiriman dan
penerimaan pesan. Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa
terhadap pesan yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi
dan mengaitkan pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan;
sulit membuat kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia
kurang mampu membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat
mengirim pesan; sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah
(Nugroho, 2015).

1
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah
penurunan fungsi kognitif pada lansia DEPRESI yaitu dengan terapi kolaboratif
farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif farmakologis yaitu
donezepil, galatamine, rivastigmine, tetapi masing- masing obat tersebut memiliki
efek samping (Dewanto; Suwono; Riyanto Turana, 2017). Terapi non farmakologis
antara lain: terapi teka teki silang; brain gym; p`uzzle; dan lain-lain. Terapi non
farmakologis ini tidak memiliki efek samping (Santoso&Ismail,2016)
Berdasarkan data dan uraian diatas maka penulis mengangkat kasus
DEPRESI sebagai satu laporan tugas kuliah dengan judul “Asuhan Keperawatan
DEPRESI Pada Tn.Y.A dan Ny.I, dengan Diagnosa Medis DEPRESI

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit DEPRESI pada Lansia?
2. Apa penyebab dan gejala penyakit DEPRESI pada Lansia?
3. Bagaimana pencegahan dan penangganan penyakit DEPRESI pada Lansia?

C. Tujuan Studi Kasus


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud penyakit DEPRESI pada Lansia.
2. Untuk mengetahui apa penyebab dan gangguan penyakit DEPRESI pada Lansia.
3. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan serta penanganan pada penyakit
DEPRESI pada Lansia.

D. Manfaat Studi Kasus


1) Manfaat Teoritis
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan informasi tentang asuhan keperawatan keluarga.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan keluarga.
b. Bagi Masyarakat

2
Sebagai informasi tentang pencegahan dan penangganan penyakit DEPRESI
dalam asuhan keperawatan kesehatan masyarakat.
c. Bagi Penulis
Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya
dalam asuhan keperawatan keluarga.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep DEPRESI
1. Pengertian
Depresi adalah suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang
disertai gejala-gejala psikologik lainnya, gangguan somatic maupun gangguan
psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan kedalam gangguan
afektif (Ardhana dalam Soetjiningsih, 2015).
Depresi adalah gangguan mood dimana seseorang merasa tidak bahagia,
tidak semangat, memadang rendah diri sendiri, dan merasa sangat bosan.
Individu merasa selalu tidak enak badan, gampang kehilangan stamina, selera
makan yang buruk, tidak bersemangat, dan tidak memiliki motivasi (Santrock,
2015). Di dalam skala klinis dan validitas pada Minnesota Multiphasic
Personality Inventory (MMPI-2), menyatakan depresi merupakan penolakan
terhadap kebahagian dan perasaan berharga, keterlambatan psikomotor dan
penarikan diri, kehilangan minat terhadap lingkungan sekitar, keluhan somatis,
khawatir atau tegang, penolakan terhadap kemarahan, kesulitan mengendalikan
proses berpikir (Halgin & Whitbourne, 2015).
Depresi merupakan perasaan murung, kehilangan gairah untuk
melakukan hal-hal yang biasanya dilakukannya dan tidak dapat
mengekspresikan kegembiraan. Biasanya terjadi pada awal sampai pertengahan
usia dewasa. Dapat terjadi sekali, dapat terjadi sering kali, dapat sebentar, dapat
selama hidup, dapat bertahap, dan dapat mendadak berat (Sarwono, 2016).

4
2. Etiologi Depresi
Penyebab Depresi menurut Lubis), yaitu :
1) Faktor Fisik
a. Faktor Genetik
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat
memiliki risiko lebih besar menderita gangguan depresi dari pada
masyarakat pada umumnya.
b. Susunan Kimia Otak dan Tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang
sangat besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi
ditemukan adanya perubahan akibat pengaruh bahan kimia seperti
mengkonsumsi obat-obatan, minum-minuman yang beralkohol, dan
merokok.
c. Faktor usia
Berbagai penelitiain mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu
remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Namun sekarang
ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun yang menunjukan
bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak terkena depresi.
d. Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari pada pria.
Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, karena wanita lebih
sering mengakui adanya depresi dari pada pria dan dokter lebih dapat
mengenali depresi pada wanita.
e. Gaya hidup
Banyak kebiasaa dan gaya hidup tidak sehat berdapak pada penyakit
misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi.
f. Penyakit fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut karena
mengetahui seseorang memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada
hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri (self-esteem), juga
depresi.

5
g. Obat-obatan terlarang
Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat menyebabkan depresi karena
mempengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan ketergantungan.
h. Kurang cahaya matahari
Kebanyakan dari seseorang merasa lebih baik di bawah sinar matahari dari
pada hari mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa
individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi
ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective
disorder (SAD).

2) Faktor Psikologis
a. Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya
depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Penyesuai diri
adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik berasal dari
diri seseorang seperti keluarga, masyarakat, dan luar diri individu seperti
lingkugan sosial, antara lain melalui gambaran diri yang positif, hubungan
interpersonal yang baik dengan keluarga dan lingkungan sosial,
kemampuan mengontrol emosi dan rasa percaya diri.
b. Pola pikir
Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck menggambarkan pola
pemikiran yang umum pada depresi dan dipercaya membuat seseorang
rentan terkena depresi. Secara singkat, dia percaya bahwa seseorang yang
merasa negatif mengenai diri sendiri rentan terkena depresi.
c. Harga diri (self-esteem)
Harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada seseorang yang
bersangkutan dan mengakibatkan seseorang tersebut akan menjadi stres
dan depresi.

6
d. Stress
Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah, atau
stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan deperesi. Reaksi
terhadap stres sering kali di tangguhkan dan depresi dapat terjadu beberapa
bulan sesudah peristiwa itu terjadi.
e. Lingkungan keluarga
Ada tiga hal seseorang menjadi depresi di dalam lingkungan keluarga
yaitu, dikarenakan kehilangan orangtua ketika masih anak-anak, jenis
pengasuhan yang kurang kasih sayang ketika kecil, dan penyiksaan didik
dan seksual ketika kecil.
f. Penyakit jangka panjang
Ketidaknyamanan, ketidammampuan, ketergantungan, dan ketidakamanan
dapat membuat seseorang cenderuang menjadi depresi.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab depresi yang dipaparkan sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi depresi dapat
terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Semua
faktor depresi ini pada umumnya dikarenakan stres yang berkepanjangan.

3. Gambaran Klinik Depresi


Gangguan depresi lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia,
sehingga dua hal tersebut perlu dibedakan.Para lansia depresi sering
menunjukkan keluhan nyeri fisik tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan
perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia depresi dapat dikategorikan
menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran, perubahan dalam
perasaan, dan perubahan perilaku.
Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2017)
1) Perubahan Fisik
a. Perubahan nafasu makan sehingga berat badan menurun (lebih dari 5 %
dari berat badan pada bulan terakhir).

7
b. Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tidur, atau
tidur terlalu lama, jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi
hari penurunan energi dengan perasaan lemah dan kelelahan fisik.
Beberapa orang mengalami agitasi dengan kegelisahan terus menerus.
c. Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak
diketahui gangguan perut konstipasi.
2) Perubahan Pemikiran
a. Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi atau sulit
mengingat informasi.
b. Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan.
c. Pemikiran obsesi akan terjadi bencana atau malapetaka.
d. Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan
kepercayaan diri.
e. Mejadi tidak adil dalam mengambil keputusan.
f. Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi atau delusi.
g. Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri
sendiri.
3) Perubahan Perasaan
a. Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber
kesenangan
b. Penurunan minat dan kesenangan seks
c. Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
d. Tidak ada perasaan
e. Perasaan akan terjadi malapetaka
f. Kehilangan percaya diri
g. Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
h. Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas
i. Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif.

8
4) Perubahan Perilaku
a. Menark diri dari lingkungan sosial, kerja atau kegiatan santai.
b. Menghindari mengambil keputusan.
c. Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau
membayar tagihan.
d. Penurunan aktifitas fisik dan olahraga.
e. Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan.
f. Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan.

4. Tingkat Depresi
Menurut PPDGJ-III (Aspiani, 2016)
1) Depresi ringan
a. Kehilangan minat dan kegembiraan.
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas.
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang.
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.
2) Depresi sedang
a. Kehilangan minat dan kegembiraan.
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunya aktivitas.
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang.
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.
e. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis.
3) Depresi berat
a. Mood depresi.
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas.
c. Konsentrasi dan perhatian kurang.
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.
e. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis.

9
f. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri dan bunuh diri.
h. Tidur terganggu.
i. Disertai waham, halusinasi.
j. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu.

5. Pemeriksaan Penunjang Depresi pada Lanjut Usia


Menurut PPDGJ-III (Aspiani, 2016), instrumen Geriatri Depression Scale
(GDS)adalah sebagai berikut :
No Pertanyaan Penilaian Skor
1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa Ya, 1 dan Tdk, 0
puas dengan kehidupannya?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan Ya, 1 dan Tdk, 0
banyak kegiatan atau kesenangan akhir-
akhir ini?
3. Apakah bapak/ibu merasa hampa/kosong Ya, 1 dan Tdk, 0
dalam hidup ini
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan? Ya, 1 dan Tdk, 0
5. Apakah bapak/ibu mempunyai harapan Ya, 1 dan Tdk, 0
yang baik di masa depan?
6. Apakah bapak/ibu punya pikiran jelek Ya, 1 dan Tdk, 0
yang terus menerus menganggu?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat Ya, 1 dan Tdk, 0
yang baik setiap saat?
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu Ya, 1 dan Tdk, 0
yang buruk akan terjadi pada anda?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagai Ya, 1 dan Tdk, 0
besar waktu?
10. Apakah bapak/ibu sering tidak mampu Ya, 1 dan Tdk, 0
berbuat apa-apa?
11. Apakah bapak/ibu ibu sering marasa reah Ya, 1 dan Tdk, 0
dan gelisah?
12. Apakah bapak/ibu senang tinggal dirumah Ya, 1 dan Tdk, 0
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir Ya, 1 dan Tdk, 0
tentang masa depan?
14. Apakah bapak/ibu sering pelupa? Ya, 1 dan Tdk, 0
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup Ya, 1 dan Tdk, 0
bapak/ibu sekarang ini menyenangkan?

10
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih Ya, 1 dan Tdk, 0
atau putus asa?
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga Ya, 1 dan Tdk, 0
akhir-akhir ini?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir Ya, 1 dan Tdk, 0
tentang masa lalu?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini Ya, 1 dan Tdk, 0
mengembirakan?
20. Apakah sulit bagi bapak/ibu untuk Ya, 1 dan Tdk, 0
memulai kegiatan baru?
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh Ya, 1 dan Tdk, 0
semangat?
22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang Ya, 1 dan Tdk, 0
ini tidak ada harapan?
23. Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang Ya, 1 dan Tdk, 0
lain lebih baik keadaannya daripada
bapak/ibu?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena Ya, 1 dan Tdk, 0
hal-hal sepele?
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin Ya, 1 dan Tdk, 0
menangis?
26. Apakah bapak/ibu sulit berkonsentrasi? Ya, 1 dan Tdk, 0
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu Ya, 1 dan Tdk, 0
bangu tidur di pagi hari?
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul Ya, 1 dan Tdk, 0
di pertemuan sosial?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat Ya, 1 dan Tdk, 0
suatu keputusan?
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap Ya, 1 dan Tdk, 0
mudah dalam memikirkan sesuatu seperti
dulu?
Keterangan :
a. Skor 0-10 : Tidak ada depresi
b. Skor 11-20 : Depresi ringan
c. Skor 21-30 : Depresi berat

6. Penatalaksanaan DEPRESI
Penatalaksanaan pada pasien dengan DEPRESI antara lain sebagai berikut :
1) Farmakoterapi

11
Sebagian besar kasus DEPRESI tidak dapat disembuhkan; Untuk
mengobati DEPRESI alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine, Memantine. Dementia
vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
DEPRESI karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
2) Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
yang biasa dipakai.
3) Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit DEPRESI dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi latihan fisik yang sesuai dan terapi rekreasional.

B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut (Fatimah, 2010) lansia merupakan proses alamiah yang terjadi
secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua seseorang akan
mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
keadaan fungsi dan kemampuan selurug tubuh.

2. Proses Menua
Proses menua ini ditandai dengan proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

12
normalnya sehingga tubuh tidak mampu mempertahankan dirinya terhadap
infeksi serta tubuh tidak mampu memperbaiki kerusakkan yang diderita (Azizah,
2011).
Penuaan akan mengakibatkan penurunan kondisi anatomis dan sel
akibat menumpuknya metabolit sel. Metabolit bersifat racun terhadap sel
sehingga bentuk dan komposisi pembangunan sel akan mengalami perubahan
(Azizah, 2011).

3. Karakteristik dan Klasifikasi Lansia


a. Karakteristik Lansia
Menurut (Maryam, 2016) karakteristik lansia disebutkan menjadi 3, yaitu :
1) Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (UU No.36 Tahun 2019
tentang Kesehatan);
2) Variasi lingkungan tempat tinggal;
3) Masalah dan kebutuhan lansia yang beragam.
b. Klasifikasi Lansia dibedakan menjadi 4 kelompok usia. Menurut (WHO,
Aspiani, 2018) :
1) Usia Pertenggahan (Middle Age) : Usia 45-59 Tahun;
2) Usia Lansia (Elderly) : Usia 60-74 Tahun;
3) Usia Lansia Tua (Old) : Usia 75-90 Tahun.

4. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan


Menurut (Aspiani, 2018), yaitu :
a. Perubahan Fisologi (sel, pembuluh darah, tekanan darah, sistem persyarafan,
sistem pendengaran, sistem pendengaran, sistem kardivaskuler, sistem
pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem
intergumen, sistem muskuloskletal, dan sistem pengaturan suhu tubuh).

b. Perubahan Mental

13
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia
yaitu kesehatan, tingkat pendidikan, lingkungan, keturunan, dan perubahan
fisik terutama panca indera.
c. Perubahan Psikososial
1) Lansia cenderung merasakan sadar atau tidak sadar akan terjadi kematian;
2) Merasakan perubahan dalam cara hidup;
3) Merasakan perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan dan
peningkatan gaya hidup;
4) Merasakan pensiun (kehilangan) banyak hal seperti finansial, pekerjaan,
sahabat, dan status pekerjaan.
5) Merasakan penyakit kronis dan ketidakmampuan;
6) Merasakan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial;
7) Mengalami gangguan panca indera;
8) Lansia mulai mengalami perubahan dalam konsep diri, serta lansia akan
merasakan rangkaian dari proses kehilangan.
d. Perubahan Spiritual
Perubahan yang terjadi pada lansia yang berhubungan dengan perkembangan
spiritualnya adalah dari segi agama/kepercayaan lansia yang akan semakin
terintegrasi dalam kehidupan, pada spiritual ini ketika usia 70 tahun lansia
akan berpikir dan bertindak dalam memberikan contoh bagaimana cara
mencintai dan bagaimana cara berlaku adil.

C. Konsep Askep Depresi


Asuhan Keperawatan atau Askep adalah serangkaian tindakan atau proses
keperawatan yang diberikan kepada seorang pasien pada sebuah pelayanan
kesehatan, dengan cara mengikuti aturan dan kaidah-kaidah keperawatan dan
berdasarkan pada masalah yang sedang dihadapi seorang pasien serta kebutuhan
apa saja yang diperlukan untuk merawat pasien tersebut.
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya(UU keperawatan 2014)

14
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidentifikasi
faktor-faktor (baik positif dan negatif) pada usia lanjut, baik secara individu
maupun kelompok, yang bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan
usia lanjut, serta untuk mengembangkan stategi promosi kesehatan
(Azizah,2015).
Pengkajian keperawatan pada lanjut usia merupakan proses kompleks
dan menantang yang harus mempertimbangkan kebutuhan lanjut usia melalui
pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lanjut usia spesifik
(Azizah,2015).
a. Identitas Klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit saat ini
Kaji adanya depresi, singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan
scrining yang tepat, seperti Geriatri Depression Scale (GDS), Videbeck,
2017.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien pernah didiagnosa mengalami kelainan struktur jaringan otak
misalnya pernah trauma pada otak, perdarahan yang kronis pada otak
(Yatim, 2015).

c. Pengkajian psikologi
Pengkajian psikologi untuk mengidentifikasi perilaku pada pasien dahulu
maupun sekarang. Pengkajian masalah perilaku ini ditujukan untuk membuat

15
rencana asuhan keperawatan dan untuk mengedukasi keluarga tentang
perilaku para lanjut usia. Klien dengan depresi mungkin bingung dan mudah
salah daalam penafsiran sehingga kita harus sadar dan memberikan stimulasi
kepada pasien dengan depresi.
1) Agresif dan agitasi
Beberapa orang akan mengalami perubahan kepribadian. Agitasi
cenderung lebih sering terjadi di sore hari. Perilaku agresif dapat berupa
perilaku fisik atau verbal dan dapat diarahkan pada diri sendiri atau orang
lain (Stanley & Beare,2016).
2) Delusi dan halusinasi
Delusi dan halusinasi merupakan hal yang umum tetapi bukan gejala
depresi yang tidak dapat dihindari. Pastikan bahwa kacamata dan alat
bantu dengar orang tersebut sudah terpasang dengan baik. Jika delusi atau
halusinasi tidak mengganggu orang tersebut, mugkin tidak ada intervensi
yang harus dilakukan. Jika orang tersebut marah atau takut, maka orang
tersebu tidak boleh dibiarkan pada keadaan seperti ini. Seringkali,
membawa orang tersebut ke lingkungan lain, menyalakan lampu, dan
memberikan keyakinan yang tenaang merupakan hal yang diperlukan
untuk memberikan rasa nyaman pada keadaan menyulitkan tersebut. Jika
orang tersebut mengalami delusi dan halusinasi persisten, maka obat-obat
psikotropika dapat diindikasikan. Jangan mengatakan pada orang tersebut
bahwa pikiran atau halusinasinya adalah tidak benar atau benar.
Melainkan, validasi perasaan tersebut dengan kalimat seperti, “saya dengar
anda marah. Saya di sini untuk membantu anda tetap nyaman” (Stanley &
Beare,2016)
3) Depresi
Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan
terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial,
kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Tanda depresi pada lansia
meliputi agitasi, keluyuran dan kegelisahan pada malam hari, keluyuran
tanpa tujuan sepanjang hari, kehilangan nafsu makan yang berat,

16
konstipasi, kehilangan minat terhadap diri sendiri dan orang lain
disekitarnya, menyebabkan kelalaian, konfusi/bingung, dan gagal
merespons orang lain, contohnya pada saat menjawab sebuah pertanyaan
(Watson, 2015)

d. Pengkajian Psikososial
1) Kajian Status Mental Lansia
a) Identifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan
Mini Menatal Status Exam (MMSE).
− Pemeriksaan orientasi (misalnya menyebut nama hari, bulan, dan
tahun);
− Registrasi (misalnya menyuruh menyebut beberapa nama benda
dalam waktu singkat);
− Perhitungan (kalkulasi seperti menambah dan mengurangi);
− Mengingat kembali (mengulang nama benda yang sudah disebut
sebelumnya);
− Tes bahasa (menyebut nama benda yang ditunjukkan)
Pemeriksaan fungsi kognitif awal bisa menggunakan MMSE dengan
skor/angka maksimal 30. Jika mempunyai skor dibawah 24, pasien
patut dicurigai mengalami depresi. Meskipun skor ini sangat subjektif
karna pengaruh pendidikan juga berperan pada tingginya nilai skor,
apalagi jika seseorang dengan pendidikan tinggi dengan gejala Depresi,
pasien tersebut mungkin mempunyai skor yang lebih tinggi dari 24.
Sebaliknya, pasien yang berpendidikan rendah dapat menunjukkan nilai
skornya kurang dari 24, tetapi pasien tidak menderita depresi
(Nugroho,2018).
b) Identifikasi masalah emosional (Geriatric Depression Scale / GDS).

2) Kajian Status Sosial


Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang
lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasan klien

17
dalam sosialisasi, hubungan dengan anggota keluarga, perilaku kekerasan,
penelantaran.
e. Pemeriksaan fisik (head to too)
f. Pemeriksaan penunjang
g. Terapi yang telah diberikan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (SDKI-PPNI, Edisi 1 Revisi III, 2017)
Diagnosa Keperawatan pada Depresi yang mungkin muncul :
1) Gangguan memori (proses pikir) berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel)
Data Subjektif :
Ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrasi, tidak
mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
Data Objektif :
Tidak mampu melakukan kemampuan yang dipelajari sebelumnya.
2) Perubahan persepsi sensori (halusinasi) berhubungan dengan perubahan
persepsi, transmisi atau integrasi sensori
Data Subjektif :
Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan, merasakan sesuatu
melalui indera perabaan, penciuman, dan pengecapan.
Data Objektif :
Distorsi sensorik, respons tidak sesuai, dan bersikap seolah-olah melihat,
mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu.

3) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan


Data Subjektif :
Mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh pola tidur (jam

18
tidur berubah), mengeluh istirahat tidak cukup.
Data Objektif :
-
4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
menurunnya daya tahan dan kekuatan.
Data Subjektif :
Menolak melakukan perawatan diri
Data Objektif :
Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang.
5) Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
Data subjektif :
Mengeluh jalan rasa oleng
Data Objektif :
-
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
yang diharapkan (SIKI-PPNI, Edisi 1 Revisi III, 2017).
1) Intervensi Dx.1
Latihan Memori
Defenisi : Mengajarkan kemampuan untuk meningkatkan daya ingat
Tindakan :
a. Observasi
− Identifikasi masalah memori yang dialami
− Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
− Monitor perubahan perilaku dan perubahan memori selama terapi
b. Terapeutik
−Rencanakan metode mengajar sesuai dengan kemampuan klien
−Koreksi kesalahan orientasi

19
−Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu, jika perlu
−Fasilitasi tugas pembelajaran
−Fasilitasi kemampuan konsentrasi (misalnya bermain kartu berpasangan),
jika perlu
−Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi
(misalnya bertanya kemana saja ia pergi akhir-akhir ini), jika perlu
c. Edukasi
−Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
−Ajarkan teknik memori yang tepat (misalnya imajinasi, visual, membuat
papan nama, dsb)
d. Kolaborasi
−Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu

2) Intervensi Dx.2
Manajemen Halusinasi
Defenisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan kenyamanan,
keamanan dan orientasi realita.
Tindakan :
a. Observasi
−Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi.
−Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan.
−Monitor isi halusinasi (misal kekerasan dan membahayakan diri).
b. Terapeutik
−Pertahankan lingkungan yang aman.
−Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
(pembatasan wilayah, pengekangan fisik, dsb).
−Diskusikan perasaan dan resppons terhadap halusinasi.
−Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi.
c. Edukasi
−Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi.

20
−Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan
dan umpan balik korektif terhadap halusinasi.
−Anjurkan melakukan distraksi (misal mendengarkan musik, dsb)
−Ajarkan klien dan keluarga mengontrol halusinasi.

d. Kolaborasi
− Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jikaperlu.

3) Intervensi Dx.3
Manajemen Lingkungan
Defenisi : memfasilitasi dan mengelolah lingkungan untuk mendapatkan
manfaat terapeutik. Stimulasi sensorik, dan kesejateraan psikologis.
Tindakan :
a. Observasi
− Identifikasi kenyamanan dan keamanan lingkungan.
b. Terapeutik
− Sediakan tempat dan lingkungan yang bersih dan nyaman.
− Izinkan membawa benda-benda yang disukai dari rumah.
− Atur suhu ruangan yang sesuai.
− Berikan bel atau alat komunikasi untuk memanggil petugas.
c. Edukasi
− Jelaskan cara membuat lingkungan yang nyaman dan aman di
rumah.
d. Kolaborasi : -

4) Intervensi Dx.4

21
Dukungan Perawatan Diri
Defenisi : Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri
Tindakan :
a. Observasi
− Identifikasi kebiasaan perawatan diri sesuai usia.
− Monitor tingkat kemandirian.
−Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
dan makan.
b. Terapeutik
−Sediakan lingkungan yang terapeutik (misal suasana hangat, rileks,
privasi)
−Siapkan keperluan pribadi.
−Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri.
−Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan.
−Fasilitsasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan
diri.
−Jadwalkan rutinitas perawatan diri.
c. Edukasi
−Anjurkan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
d. Kolaborasi : -

5) Intervensi Dx.5
Pencegahan Resiko Lingkungan
Defenisi : sebuah aktivitas untuk meminimalkan resiko, mendeteksi
terjadinya penyakit, dan cedera di populasi atau masyarakat yang memiliki
resiko dari lingkungan.

Tindakan :

22
a. Observasi
−Identifkasi adanya resiko lingkungan yang dapat
merusak/membahayakan kesehatan.
−Identifikasi pihak-pihak yang dapat membantu masyarkat untuk
perlindungan dari bahaya lingkungan.
−Monitor insiden cedera terkait dengan lingkungan.
b. Terapeutik
−Analisis tingkat resiko terkait dengan lingkungan.
−Bekerjasama dengan pihak terkait untuk meningkatkan keamanan
lingkungan.
c. Edukasi
−Infomasikan pada populasi yang beresiko terkait bahaya yang mungkin
diperoleh dari lingkungan sekitar.
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan petugas kesehatan terkait, jika perlu.

4. Luaran Keperawatan
Luaran keperawatan atau outcome merupakan aspek-aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi perilaku,atau dari persepsi klien,
keluarga, atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan.
(SLKI-PPNI, Edisi 1 Revisi II, 2019)
1) Luaran Keperawatan Dx.1
Memori
a. Defenisi : Kemampuan mengingat beberapa informasi atau perilaku.
b. Ekspektasi : Meningkat

c. Kriteria Hasil :

23
Uraian Menurun Cukup Sedan Cukup Meningk
Menurun g meningk at
at
Verbalisasi 1 2 3 4 5
kemampuan
mempelajari hal
baru
Verbalisasi 1 2 3 4 5
kemampuan
mengingat
informasi faktual
Verbalisasi 1 2 3 4 5
kemampuan
mengingat
perilaku tertentu
yang pernah
dilakukan
Verbalisasi 1 2 3 4 5
kemampuan
mengingat
peristiwa
Melakukan 1 2 3 4 5
kemampuan yang
dipelajari
Verbalisasi 1 2 3 4 5
pengalaman
lupa :
Verbalisasi lupa 1 2 3 4 5
jadwal
Verbalisasi 1 2 3 4 5
mudah lupa

2) Luaran Keperawatan Dx.2


Persepsi Sensori

24
a. Defenisi : Persepsi-realitas terhadap stimulus baik internal maupun
eksternal.
b. Ekspektasi : Membaik
c. Kriteria Hasil :
Uraian Menurun Cukup Sedan Cukup Meningk
Menurun g meningk at
at
Verbalisasi 1 2 3 4 5
mendengar bisikan
Verbalisasi melihat 1 2 3 4 5
bayangan
Verbalisasi 1 2 3 4 5
merasakan sesuatu
melalui indera
perabaan
Verbalisasi 1 2 3 4 5
merasakan sesuatu
melalui indera
penciuman
Verbalisasi 1 2 3 4 5
merasakan sesuatu
melalui indera
pengecapan
Distorsi sensori 1 2 3 4 5
Perilaku Halusinasi 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Melamun 1 2 3 4 5
Curiga 1 2 3 4 5
Mondar-mandir 1 2 3 4 5
Respons sesuai 1 2 3 4 5
stimulus
Konsentrasi 1 2 3 4 5
orientasi 1 2 3 4 5

3) Luaran Keperawatan Dx.3


Pola Tidur

25
a. Defenisi : Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur.
b. Ekspektasi : Membaik
c. Kriteria Hasil :
Uraian Menurun Cukup Sedan Cukup Meningk
Menurun g meningk at
at
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan sering 1 2 3 4 5
terjaga
Keluhan tidak puas 1 2 3 4 5
tidur
Keluhan pola tidur 1 2 3 4 5
berubah
Keluhan istirahat 1 2 3 4 5
tidak cukup
Kemampuan 1 2 3 4 5
beraktivitas

4) Luaran Keperawatan Dx.4


Perawatan Diri
a. Defenisi : Kemampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri.
b. Ekspektasi : Meningkat
c. Kriteria Hasil :
Uraian Menurun Cukup Sedan Cukup Meningk
Menurun g meningk at
at
Kemampuan 1 2 3 4 5
mandi
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenakan
pakaian
Kemampuan 1 2 3 4 5

26
makan
Kemam[uan ke 1 2 3 4 5
toilet (BAK/BAB)
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan
melakukan
perawatan diri
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kebersihan diri
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kebersihan mulut

5) Luaran Keperawatan Dx.5


Keamanan Lingkungan Rumah
a. Defenisi : Pengaturan ruang dan perabotan untuk mencegah terjadinya
cedera fisik di rumah.
b. Ekspektasi : Meningkat
c. Kriteria Hasil :
Uraian Menurun Cukup Sedan Cukup Meningk
Menurun g meningk at
at
Pemeliharaan 1 2 3 4 5
rumah
Pencahayaan 1 2 3 4 5
eksterior
Pencahayaan 1 2 3 4 5
interior
Ketersediaan air 1 2 3 4 5
bersih
Keamanan kunci 1 2 3 4 5

27
pada pintu
Kemudahan akses 1 2 3 4 5
kamar mandi
Keamanan 1 2 3 4 5
penyimpanan obat
Ketersediaan 1 2 3 4 5
perangkat alat
bantu
Pelindung outlet 1 2 3 4 5
listrik
Pengaturan suhu 1 2 3 4 5
ruangan
Uraian Meningk Cukup Sedan Cukup Menuru
at Meningk g menurun n
at
Resiko jamur 1 2 3 4 5
Resiko beracun 1 2 3 4 5

28
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


Studi Kasus I (tanggal 27 April 2021)
1. Pengkajian :
Klien bernama Tn.Y.A berumur 80 tahun, jenis kelamin laki-laki,
beralamat di Kel.Kota Uneng Kec.Alok, Agama Katolik, klien tidak memilik
pekerjaan dan status seorang duda ditinggal mati.
Keluhan utama klien saat ini adalah klien mengeluh sulit mendengar,
penglihatan sudah mulai kabur, sering lupa. Keluarga tidak ada masalah
kesehatan yang serius dan tidak ada riwayat dalamkeluarga yang mempunyai
penyakit menular/keturunan.
Pola nutrisi klien, makan tiga kali sehari dengan porsi yang tidak
menentu dengan lauk sesuai dengan yang disediakan di rumah. Klien lebih
senang mengkonsumsi air putih, hanya pagi hari teh manis 1 gelas kecil.
Klien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dan dapat
memenuhi kebutuhan secara mandiri, klien juga sering diajak jalan-jalan ke
pantai oleh anak dan cucunya untuk rekreasi. Secara psikologis fungsi klien
sering lupa terutama benda atau barang yang diletakan, tidak ada ditemukan
tanda-tanda depresi, tingkat emosional dan konsep diri klien baik.

29
Klien mendapat dukungan dari anak-anak serta cucu-cucunya, hal ini
dibuktikan dengan klien tinggal dengan nyaman di rumah anaknya, klien juga
berkomunikasi dengan tetangga disekitar tempat tinggal klien. Setiap hari klien
dapat berdoa dengan baik dan klien yakin dengan berdoa akan mengurangi rasa
nyeri di ulu hati.
Dari hasil pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 3
Mei 2021, diperoleh data dengan TD 130/80 mmHg, RR 24 x/mnt, HR 80 x/mnt,
Suhu 36,5OC, BB 58 Kg, TB 157 cm, keadaan rambut bersih, beruban sebagian,
penglihatan klien kabur tidak ada anemi, strabismusdan ikterik. Mulut bersih,
pendengaran baik, dada simetris, klien mengatakan tidak ada masalah pada
abdomennya, bab biasa, kulit bersih, lembab, sedikit keriput, klien masih dapat
berjalan, duduk dan beraktivitas secara mandiri.

2. Klasifikasi Data
a. Data Subyektif
Klien mengeluh sering lupa tempat meletakan barang/benda .
b. Data Obyektif
TD 130/80 mmHg, RR 24 x/mnt, HR 80 x/mnt, Suhu 36,5 OC, BB 58 Kg, TB
157 cm, keadaan rambut bersih, beruban sebagian, penglihatan klien kabur
tidak ada anemi, tidak ada strabismus dan tidak ada ikterik. Mulut bersih,
pendengaran baik, dada simetris, klien mengatakan tidak ada masalah pada
abdomennya, bab biasa, kulit bersih, lembab, sedikit keriput, klien masih
dapat berjalan, duduk dan beraktivitas secara mandiri.

3. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengeluh Proses penuaan Gangguan memori
sering lupa tempat (proses pikir)
meletakan Berkurangnya berhubungan dengan
barang/benda spontanitas perubahan fisiologis
(degenerasi neuron

30
DO : klien terlihat Gangguan memori ireversibel
kebinggungan tidak
tahun kunci motor Kemampuan otak
yang dia pegang berkurang
diletakan dimana
Penurunan daya ingat

4. Dignosa Keperawatan
a. Gangguan memori (proses pikir) berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel).

5. Intervensi Keperawatan
Latihan Memori
Defenisi : Mengajarkan kemampuan untuk meningkatkan daya ingat
Tindakan :
a. Observasi
− Identifikasi masalah memori yang dialami
− Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
− Monitor perubahan perilaku dan perubahan memori selama terapi
b. Terapeutik
− Rencanakan metode mengajar sesuai dengan kemampuan klien
− Koreksi kesalahan orientasi
− Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu, jika perlu
− Fasilitasi tugas pembelajaran
− Fasilitasi kemampuan konsentrasi (misalnya bermain kartu berpasangan),
jika perlu

31
− Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi
(misalnya bertanya kemana saja ia pergi akhir-akhir ini), jika perlu
c. Edukasi
− Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
− Ajarkan teknik memori yang tepat (misalnya imajinasi, visual, membuat
papan nama, dsb)
d. Kolaborasi
Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu

6. Evaluasi/luaran
Tanggal 8 Mei 2021 dilakukan pemantauan perkembangan
Memori
a. Defenisi : Kemampuan mengingat beberapa informasi atau perilaku.
b. Ekspektasi : Meningkat
c. Kriteria Hasil :
 Verbalisasi kemampuan mempelajari hal baru, nilai 3 (sedang)
 Verbalisasi kemampuan mengingat informasi faktual, nilai 3 (sedang)
 Verbalisasi kemampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah
dilakukan, nilai 3 (sedang)
 Verbalisasi kemampuan mengingat peristiwa, nilai 3 (sedang)
 Melakukan kemampuan yang dipelajari, nilai 5 (meningkat)
 Verbalisasi pengalaman lupa, nilai 3 (sedang)
 Verbalisasi mudah lupa, nilai 4 (cukup menurun)
.

32
Studi Kasus II (tanggal 3 Mei 2021)
1. Pengkajian :
Klien bernama Ny.I berumur 78 tahun, jenis kelamin perempuan,
beralamat di Kel.Kota Uneng Kec.Alok, agama Katolik, klien tidak memilik
pekerjaan.
Keluhan utama klien saat ini adalah klien cepat marah dan mudah
tersinggung, merasa tetangga selalu mengosipi dia. Keluarga tidak ada masalah
kesehatan yang serius dan tidak ada riwayat dalamkeluarga yang mempunyai
penyakit menular/keturunan.
Pola nutrisi klien, makan tiga kali sehari dengan porsi yang tidak
menentu dengan lauk sesuai dengan yang disediakan di rumah. Klien lebih
senang mengkonsumsi air putih.
Klien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dan dapat
memenuhi kebutuhan secara mandiri, klien juga sering diajak jalan-jalan ke
pantai oleh anak dan cucunya untuk rekreasi. Secara psikologis fungsi klien
sering lupa terutama benda atau barang yang diletakan, tidak ada ditemukan
tanda-tanda depresi, tingkat emosional dan konsep diri klien baik.
Klien mendapat dukungan dari anak-anak serta cucu-cucunya, hal ini
dibuktikan dengan klien tinggal dengan nyaman di rumah anaknya, klien juga
berkomunikasi dengan tetangga disekitar tempat tinggal klien. Setiap hari klien
dapat berdoa dengan baik dan klien yakin dengan berdoa akan mengurangi rasa
nyeri di ulu hati.
Dari hasil pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 2
Mei 2021, diperoleh data dengan TD 140/90 mmHg, RR24 x/mnt, HR 84 x/mnt,
Suhu 36,5OC, BB 60 Kg, TB 158 cm, keadaan rambut bersih, beruban sebagian,
penglihatan klien kabur tidak ada anemi,n tidak ikterik. Mulut bersih,
pendengaran baik, dada simetris, klien mengatakan tidak ada masalah pada
abdomennya, bab biasa, kulit bersih, lembab, sedikit keriput, klien masih dapat
berjalan, duduk dan beraktivitas secara mandiri.

33
2. Klasifikasi Data
a. Data Subyektif
klien cepat marah dan mudah tersinggung, merasa tetangga selalu mengosipi
dia.
b. Data Obyektif
TD 140/90 mmHg, RR 25 x/mnt, HR 84 x/mnt, Suhu 36,5 OC, BB 60 Kg, TB
158 cm, keadaan rambut bersih, beruban sebagian, penglihatan klien kabur
tidak ada anemi, tidak ada ikterik. Mulut bersih, pendengaran baik, dada
simetris, klien mengatakan tidak ada masalah pada abdomennya, bab biasa,
kulit bersih, lembab, sedikit keriput, klien masih dapat berjalan, duduk dan
beraktivitas secara mandiri.

3. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : klien cepat Proses penuaan Perubahan persepsi
marah dan mudah sensori
tersinggung, merasa Berkurangnyaspontanitas
tetangga selalu
mengosipi dia Fungsi kognotif menurun

DO :Ku sedang disorientasi


Klien Tampak kesal
Perubahan persepsi
sensorik

4. Dignosa Keperawatan
a. Perubahan persepsi sensori (halusinasi) berhubungan dengan perubahan
persepsi, transmisi atau integrasi sensori.

5. Intervensi Keperawatan
Manajemen Halusinasi
34
Defenisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan kenyamanan, keamanan
dan orientasi realita.
Tindakan :
a. Observasi
− Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi.
− Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan.
− Monitor isi halusinasi (misal kekerasan dan membahayakan diri).
b. Terapeutik
− Pertahankan lingkungan yang aman.
− Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
(pembatasan wilayah, pengekangan fisik, dsb).
− Diskusikan perasaan dan resppons terhadap halusinasi.
− Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi.
c. Edukasi
− Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi.
− Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap halusinasi.
− Anjurkan melakukan distraksi (misal mendengarkan musik, dsb)
− Ajarkan klien dan keluarga mengontrol halusinasi.
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu.

6. Evaluasi

35
Tanggal 10 Mei 2021 dilakukan pemantauan perkembangan
Persepsi Sensori
a. Defenisi : Persepsi-realitas terhadap stimulus baik internal maupun eksternal.
b. Ekspektasi : Membaik
c. Kriteria Hasil :
 Verbalisasi mendengar bisikan, nilai 5 (meningkat)
 Verbalisasi melihat bayangan, nilai 4 (cukup meningkat)
 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera perabaan, nilai 4 (cukup
meningkat)
 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera penciuman, nilai 4 (cukup
meningkat)
 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera pengecapan, nilai 4 (cukup
meningkat)
 Distorsi sensori, nilai 4 (cukup meningkat)
 Perilaku Halusinasi (curiga), nilai 4 (cukup Meningkat)

B. Pembahasan
Dari 2 (dua) study kasus diatas tidak didapati adanya riwayat sakit atau
trauma hebat yang mengakibatkan benturan kepala. Klien dengan klasifikasi usia
lanjut (77-78 tahun) dengan menderita penyakit DEPRESI pada umumnya memiliki
keluhan sering lupa, dan cepat marah, mudah tersinggung.
Klien pertama mengalami Gangguan memori (proses pikir) sering lupa akan
sesuatu barang/benda yang diletakan, sedangkan pada klien kedua Perubahan
persepsi sensori cepat marah dan mudah tersinggung, menggangap tetangga selalu
mengosipi dia

36
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lansia adalah tua yang rentan terhadap depresi
2. depresi terjadi karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif
merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan
kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta
pelaksanaan
3. Pada tahap perencanaan penulis menyusun rencana tindakan sesuai dengan
masalah-masalah yang ditemukan dan kondisi yang dialami oleh klien.
4. Evaluasi keperawatan pada klien lansia dilakukan untuk mengetahui apakah
terpenuhi/tidak.

B. Saran
1. Klien lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif hendaknya mengetahui
bahwa penyakit depresi rentan pada usia lanjut.
2. Klien dianjurkan bisa untuk memahami penyakit dari depresi.
3. Hendaknya Klien mengerti tentang pencegahan penyakit dan respon terhadap
rencana tindakan yang diberikan oleh perawat.
4. Hendaknya Klien mengerti cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
5. Hendaknya para Perawat dan Klien bekerja sama dalam melaksanakan
perencanaan terhadap penyakit sehingga dapat dipenuhi semua rencana tindakan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo (2012). Keperawatan Keluarga :Konsep Teori, Proses dan


Praktik Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC
Hirlan (2009),Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 edisi ketiga,Jakarta, FKUI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, BPPSDMKes (2016).Keperawatan
Gerontik.Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,edisi 1
revisi III, Jakarta, DPPPPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,edisi 1
revisi III, Jakarta, DPPPPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2019).Standar Luaran Keperawatan Indonesia,edisi 1
revisi II, Jakarta, DPPPPNI

38
PATOFLOW KASUS
Faktor Fisik Etiology Faktor psikologis

Faktor Genetik Faktor Usia Faktor Gender Penyakit kronis Stress Harga diri Pola pikir Kepribadian

Terdapat keluarga Tekanan dari Kepribadian


Bertambah Hormon estrogen Penyakit yang Harapan yang Cara
yg Depresi masalah yg
tua usia terbanyak pada susah sembuh negatif untuk menyelesaikan dependen
dihadapi
wanita dan kambuhan masa depan masalah
inefektif
Gen Menurun pada Penurunan Pasangan
keturunan nya produksi Koping pandangan hidup yang
hormon menghadapi yang negatif telah Tiada
Lansia yang Masalah tidak
estrogen stress inefektif terhadap diri
menderita fisik diselesaikan
sendiri
Tempat
bergantung
Sistem
tidak ada
dopaminergik Dopamin
terganggu menurun

Stress yang tidak dapat


dihadapi

Mudah stress

DEPRESI pada
1
Lansia
PATOFLOW KASUS

Gejala Depresi Lansia

Afektif Fisiologik Kognitif Perilaku

Merasa tertekan Menurun nya nafsu makan Sulit memfokuskan Emosi Labil
(anoreksia)
sesuatu
Sulit
Kehilangan semangat dan Kebingungan
Kurang Nutrisi untuk menerima Mudah
murung Penurunan
Energi tubuh informasi tersinggung
berkurang berat Sulit
memutuskan
Keputusasaan Ansietas
Aktifitas badan tindakan Cepat marah
menurun Badan
MK: Anemia
bertambah
Menyendiri MK: Intoleran kehilangan minat Pesimis Agresif
Mengabaikan diri nutrisi ke otak kurus dan motivasi
aktivitas berkurang
sendiri MK: Gangguan
Kurang percaya MK: Resiko
MK: Isolasi citra tubuh
diri perilaku
MK: Defisit sosial Pusing
menarik diri kekerasan
pusing
perawatan diri dirasakan Merasa bersalah
lama Muncul masalah
MK: Nyeri akut
MK: Isolasi
sosial Ada pikiran
cenderai diri Tidak dapat diselesaikan
Saat akan tidur
terasa pusing
Agresif, mudah menangis,
MK: Nyeri MK: Resiko cedera
dan menarik diri
kronis MK: Ketidakefektifan
koping
MK: Ganggan
pola tidur

2
1

Anda mungkin juga menyukai