Anda di halaman 1dari 27

KARYA ILMIH AKHIR

NERS
OLEH : MARIA FRANSISKA MARA,S.Kep
Nim : 013210029

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.


M.A.W DENGAN DIAGNOSA MEDIS P1001 POST SC H-1
DENGAN INTERVENSI PENERAPAN TERAPI FOOT
MASSAGE UNTUK MENGURANGI NYERI DI
RUANGANGGREK (NIFAS) RSUD dr.TC.HILLERS
MAUMERE
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata “pure” yang
artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah placenta lahir
dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Maritalia, 2012). dua cara kelahiran yaitu
persalinan pervagina yang lebih dikenal persalinan normal dan persalinan dengan oprasi cesar
dapat juga disebut kelahiran sesarea juga dikenal dengan istilah seksio sesaria atau seksio C,
adalah kelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus.
World Health Organization (WHO, 2015) angka kejadian Sectio Caesarea meningkat di
negara-negara berkembang. WHO menetapkan indikator persalinan Sectio Caesarea 10-15 %
untuk setiap Negara, jika tidak sesuai indikasi operasi Sectio Caesarea dapat meningkatkan
resiko morbilitas dan mortilitas pada ibu dan bayi angka kelahiran melalui oprasi caesarea
sekitar 10% hingga 15% dari semua kelahiran di negara berkembang. Termasuk 20% di
Inggris, 23% di Amerika dan 21%. .
Menurut data kementrian kesehatan tahun 2016 jumlah kematian ibu
sebesar 4.912 kasus dan sebesar 4.167 kasus di tahun 2017 (Kasron, 2019).
Penyebab kematian ibu menurut WHO sebanyak 80% disebabkan
perdarahan hebat, infeksi, hipertensi dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2019).
Dan sekitar 28% kematian ibu yang tidak dapat diperkirakan terdiri dari
pendarahan antepartum dan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan
pendarahan pervagina yang biasa dialami oleh ibu hamil umur minimal
sejak 22 minggu atau trimester III yang termasuk kasus kegawat daruratan dan
memiliki risiko tinggi yang kejadiannya berkisar dari seluruh persalinan ada 3%
(Husain et al., 2019). Kasus perdarahan antepartum terutama plasenta previa
berdasarkan WHO menunjukkan 15% hingga 20% dari kematian ibu serta
kejadiannya yakni 0,8% - 1,2% per persalinan sedangkan pada negara
berkembang berjumlah sekitar 1% - 2,4 %, dinegara maju lebih rendah yaitu
kurang 1%. Di Indonesia sendiri sebagian rumah sakit umum milik pemerintah
gangguan plasenta previa memiliki kisaran 1,7% - 2,9% (Diana et al., 2018).
Di Indonesia kejadian Sectio Caesarea naik dari tahun ke tahun pada tahun
2000, namun tidak ada signifikan pada tahun 2007 (Sumelung et al., 2014).
Pada survey demografi dan kesehatan tahun 2009-2010 angka melahirkan
dengan sectio caesarea secara nasional di indonesia sekitar 20,5% dari total
persalinan (SAMBAS, 2017).
Sectio caeasar adalah persalinan dengan cara membuat sayatan perut untuk
mengeluarkan janin. Persalinan section caesarea yaitu proses mengeluarkan
bayi dengan membedah perut ibu dengan membuat sayatan di dinding
rahim (Mardiawati, 2017). Tindakan sectio caesar tindakan medis utama
untuk menyelamatkan nyawa ibu dan juga bayi.
Ada beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan sectio caesarea adalah salah
satunya plasnta previa. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian
dari ostium uteri internum (OUI). Persalinan SC dapat memberikan
keuntungan dan kerugian bagi ibu. Salah satu keuntungannya bisa membantu
persalinan dengan cara membedah perut sebagai jalan lahir jika tidak dapat
melakukan persalinan secara pervagina. Dan kerugiannya ibu akan merasa
sakit akibat luka insisi dan mungkin akan memberikan efek
psikologis (Utam i, 2016). Rasa sakit saat operasi secar akan mempengaruhi
perubahan kontinuitas jaringan akibat operasi. Salah satu untuk mengurangi
nyeri selain menggunakan obat analgesic bisa juga menggunakan terapi
nonfarmakologis dengan memberikan edukasi manajemen nyeri.
Manajemen nyeri yang biasanya diberikan pada pasien dengan nyeri hebat
yakni dengan pemberian relaksasi nafas dalam, terapi musik atau terapi
murrotal, serta terapi pemijatan.
Pemberian pijat kaki pernah diberikan pada pasien dengan operasi sectio
caesarea di Negara Turki. Menurut Degirmen (2018) pemberian pijat kaki
pada pasien post operasi sectio caesarea dapat mengurangi intensitas
nyeri pada 24 jam pertama. Ekawati (2015), menyampaikan pasien pasca
bedah setelah mendapat analgetik intravena tetap merasakan nyeri dan
skala nyeri semakin meningkat 6 jam setelah pembedahan.
Menurut Potter dan Perry (2009) saat ini terapi komplementer mengalami
peningkatan ketertarikan dan penggunaan, salah satunya adalah pijat
kaki. Pijat kaki merupakan gabungan dari empat teknik masase.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
membahas mengenai penatalaksanaan pijat kaki (foot massage) untuk
menurunkan rasa nyeri pada ibu postpartum dalam karya ilmiah akhir
yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny.M.A.W Dengan
Diagnosa Medis P1001 Post SC Hari-1 Dengan Intervensi Penerapan Teknik
Foot Massage Untuk Mengurangi Nyeri.
BAB II TERLAMPIR
BAB III TERLAMPIR
BAB IV GAMBARAN STUDI KASUS
A. gambaran lokasi studi
TERLAMPIR
Pengkajian Ny. M.A.W
Tanggal MRS : 03-01-2023
Jam pengkajian : 10.00 WITA
No. Reg ( CM ) : 012438
Diagnosa medis : P1001 Post SC H1
 Keadaan umum
 Tampak sakit : Ringan  Abdomen :
 Kesadaran : Composmentis  TFU : 2 jari
(GCS 15) dibawah umbilikus
 Konjungtiva : Tidak  Kontraksi uterus : baik,
anemis teraba keras
 Sclera : Tidak  Posisi uterus : 2 jari
ikterik
dibawah umbilikus
 Keadaan Payudara :  Distensi rectus abdominalis :
 Bentuk : Simetris Teraba
 Putting Menonjol  Vulva / perineum / rectum :
 Lecet : Tidak  Lochea : Rubra
Lecet
 Warna : Merah
 Pengeluaran ASI : Ada ,Tidak terang
Lancar
 Jenis : Rubra
 Bendungan ASI : Ada
Klasifikasi data pasien 1
Data Subyektif : Data Obyektif :
 Ibu mengatakan sakit pada luka  Ibu tampak meringis kasikitan
operasi  Skala nyeri 7 ( nyeri berat)
 Ibu mengatakan sakit seperti  Luka tampak tertutup kasa
tersayat-sayat
 Tidak ada rembesan
 Ibu mengatakan sakit yang
dirasakan saat bergerak  Puting menonjol sedikit
 Ibu mengatakan ASI nya tidak
lancar
 Ibu mengatakan ASI nya keluar
sedikit
Analisa Data :
Hari / Tanggal : Rabu, 05/01/2023
Nama Klien/ Usia : Ny.M.A.W
Diagnosa Medis : P1001 Post SC H-1 +PP
 DO:
 DS:  Ibu tampak meringis kasikitan
 Ibu mengatakan sakit pada luka  Skala nyeri 7 ( nyeri berat)
operasi
 Luka tampak tertutup kasa
 Ibu mengatakan sakit seperti
tersayat-sayat  Tidak ada rembesan
 Ibu mengatakan sakit yang dirasakan  Pasien tampak berhati-hati saat akan
saat bergerak bangun dan turun dari tempat tidur.
 P: luka operasi cestio caesarea hari  TTV :
ke 1 TD: 120/80 mmHg
 Q : terasa seperti tersayat-sayat Suhu: 36⁰ Celcius
 R: dibagian perut di sebelah bawah Nadi : 80 x/menit
umbilicus
RR : 18 x/menit
 S : skala neri 7 (nyeri berat)
Etiologi : Agen pencedera fisik
 T : nyeri dirasakan pada saat ia
(prosedur operasi
bergerak atau berpindah ( saat
mobilisasi) Problem/masalah : nyeri akut
 DS:
 Etiologi : Ketidakadekuatan
Ibu mengatakan ASI nya tidak suplai ASI
lancar  Problem : Menyusui tidak
Ibu mengatakan ASI nya keluar
efektif
sedikit
DO:  Prioritas Masalah Keperawatan
Putting menonjol sedikit
ASI tampak keluar sedikit saat di
 Nyeri akut berhubungan dengan
palpasi agen pencedra fisik (tindakan
Payudara tidak tampak tegang operasi)
TTV :  Menyusui tidak efektif
TD: 120/80 mmHg
Suhu : 36⁰ Celcius berhubungan dengan
Nadi : 80 x/menit ketidakadekuatan suplai ASI
RR : 18 x/menit
Terpasang infuse RL 20 tpm
Terpasang kateter dengan
produksi urine 500 cc
Diagnosa Keperawatan :
Hari / Tanggal : Rabu,
05/01/2023
Nama Klien/Usia : Ny.M.A.W
Diagnosa Medis : P1001 Post
SC H-1+PP
Nyeri Akut b/d Agen
Pencedera Fisik (prosedur
operasi SC: terputusnya
inkontuinitas jaringan) D.0077
INTERVENSI  Intervensi keperawatan
 Observasi TTV
 Diagnosa keperawatan : Nyeri
akut berhubungan dengan agen
 Observasi reaksi nonverbal dari
pencedera fisik( prosedur ketidaknyamanan
operasi)  Monitor nyeri
 Tujuan : setelah dilakukan  Gunakan teknik komunikasi
tindakan keperawatan selama terapeutik untuk mengetahui
1x24 jam diharapkan tingkat
 Minta pasien untuk menggunakan
nyeri menurun dengan
sebuah skala 1-10 untuk
 Kriteria hasil : menjelaskan tingkat nyerinya
 Keluhan nyeri menurun  Atur posisi yang nyaman
 Meringis menurun  Ajarkan teknik nonfarmakologis
relaksasi,distraksi,memijat
kai,dll,untuk mengatasi nyeri
 Evaluasi nyeri tiap dua jam
 IMPLEMENTASI HARI-1  Evaluasi
 Melakukan BHSP  S : pasien mengatakan masih
 Mengobservasi ttv terasa nyeri pada luka post SC
 Mengobservasi reaksi nonferbal dari
ketidaknyamanan dalam bergerak  O : keadaaan umum baik, skala
dan memegangi daerah sekitar nyeri 7, pasien tampak berhati-hati
perut bila bergerak, tampak meringis, luka
tampak tertutup kasa.
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam TD : 120/70 mmHg
 Mengkaji skala nyeri (skala 7) S : 36,5⁰C
 Mengajarkan kepada pasien teknik N : 82x/menit
nonfarmakologi ( terapi foot RR : 20x/menit
massage)
A : masalah nyeri belum teratasi
 Memberikan injeksi ketorolax dan
asamtraneksamat
P : intervensi dilanjutkan (2,3,4,5,6)
 IMPLEMENTASI HARI-2  EVALUASI HARI-2
 Jumad, 06/01/2023  S : pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang
 Mengobservasi TTV
 Pasien mengatakan sudah bisa miring
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat kanan dan kiri secara mandiri
dan memperingan nyeri ( nyeri bertambah  O : pasien tampak sesekali meringis ,
skala nyeri 5, pasien tampak sudah
saat bergerak)
bisa melakukan mobilisasi secara
 Mengkaji skala nyeri ( skala nyeri 5) mandiri,segala kebutuhan pasien di
nyeri sedang bantu oleh bidan dan keluarga
 Menganjurkan teknik relaksasi nafas
 TD : 120/80 mmHg
dalam  S : 36⁰C
 Memonitor kondisi umum pasien saat  N : 80x/menit
melakukan mobilisasi ( pasien tampak
masih meringis saat di anjurkan untuk
 RR : 20x/menit
mobilisasi)  A : masalah nyeri akut teratasi
 Menganjurkan keluarga untuk
sebagian ditandai dengan skala nyeri 5
melakukan teknik pemijtan pada kaki  P : intervensi dilanjutkan (1,3,4,5)
pasien
 Menganjurkan pasien untuk mobilisasi
dengan hati-hati dan tidak memaksakan
IMPLEMENTASI HARI-3
Evaluasi
Sabtu,
 S : pasien mengatakan sudah tidak
07/01/2023 merasakan nyeri
O : pasien tampak rileks, terdapat
 Mengobservasi TTV luka jahitan Post SC di bagian bawah
abdomen,tidak ada tanda-tanda
 Mengkaji skala nyeri (skala nyeri 3)
infeksi,
 Menganjurkan teknik relaksasi  TD : 120/80 mmHg,
nafas dalam
S : 36⁰C
 Melakukan perawatan luka
 N : 82x/menit
 Memonitor tanda-tanda infeksi :
luka tampak bersih,tidak ada  RR : 20x/menit
nanah/pus,tidak ada A : masalah nyeri akut teratasi
kemerahan,dan tidak ada
P : intervensi dihentikan
Pengkajian Ny. M.I

 Keluhan utama : Pasien


 Tanggal MRS : 04-01-2023
mengatakan nyeri pada luka
 Pengkajian tanggal : 06-01-2023 operasi
 Diagnosa medis : P1001 Post SC Pemeriksaan Fisik
H1  Tanda – tanda Vital :
Tekanan darah / tensi :110/70
mmHg
Suhu : 36, 0
Celcius
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
 Keadaan umum
Abdomen :
 Tampak sakit :  TFU : 2 jari
Ringan
dibawah umbilicus
 Kesadaran : Composmentis (GCS
Kontraksi uterus : baik,
15)
teraba keras
 Konjungtiva : Tidak anemis
Posisi uterus : 2 jari
 Sclera : Tidak ikterik dibawah umbilikus
 Keadaan Payudara : Distensi rectus abdominalis :
 Bentuk : Simetris Teraba
 Putting : Menonjol  Vulva / perineum / rectum
 Lecet : Tidak Lecet Lochea : Rubra
 Pengeluaran ASI : Ada ,Tidak Warna : Merah terang
Lancar
Jenis : Rubra
 Bendungan ASI : Ada
Klasifikasi Data  Data Obyektif :
 Ibu tampak meringis kasakitan
 Skala nyeri 7 ( nyeri berat)
Data Subyektif :
 Luka tampak tertutup kasa
 Ibu mengatakan sakit pada luka  Tidak ada rembesan
operasi  Putting menonjol sedikit
 Ibu mengatakan sakit seperti  ASI tampak keluar sedikit saat di palpasi
tersayat-sayat  Payudara tampak tegang
 Ibu mengatakan sakit yang  TTV :

dirasakan saat bergerak atau TD : 110/70 mmHg


berpindah dari tempat tidur Suhu : 36⁰Celcius
Nadi : 80 x/menit
 Ibu mengatakan ASI nya tidak
lancar RR : 20 x/menit
Terpasang infuse RL 20 tpm
 Ibu mengatakan ASI nya keluar
Terpasang kateter dengan produksi urine 600
sedikit cc
 Ibu mengatakan payudanya  
terasa sakit
Analisa Data :
Hari / Tanggal : Kamis, 06/01/2023
Nama Klien/ Usia : Ny. M.I
Diagnosa Medis : P1001 Post SC H-1+PP  DO:
 Ibu tampak meringis kasikitan
 DS:
 Skala nyeri 7 ( nyeri berat)
 Ibu mengatakan sakit pada luka operasi
 Luka tampak tertutup kasa
 Ibu mengatakan sakit seperti tersayat-
sayat  Tidak ada rembesan
 Ibu mengatakan sakit yang dirasakan  Pasien tampak berhati-hati saat akan
saat bergerak bangun dan turun dari tempat tidur.
 P: luka operasi cestio caesarea hari ke  TTV :
1  TD : 110/70 mmHg
 Q : terasa seperti tersayat-sayat  Suhu : 36⁰ Celcius
 R: dibagian perut di sebelah bawah  Nadi : 80 x/menit
umbilicus
 RR : 20 x/menit
 S : skala nyeri 7 (nyeri berat)
Etiologi
 T : nyeri dirasakan pada saat ia
bergerak atau berpindah Agen pencedera fisik (prosedur operasi)
 Problem (SDKI)  TTV :
Nyeri akut TD : 110/70 mmHg
DS: Suhu : 36⁰ Celcius
 Ibu mengatakan ASI nya tidak Nadi : 80 x/menit
lancar RR : 20 x/menit
 Ibu mengatakan ASI nya keluar Terpasang infuse RL 20 tpm
sedikit
Terpasang kateter dengan produksi
 Ibu mengatakan payudaranya sakit urine 600
DO: Etiologi :Ketidakadekuatan suplai ASI
 Putting menonjol ; Problem : Menyusui tidak efektif
 sedikit Prioritas Masalah Keperawatan
 ASI tampak keluar sedikit saat di  Nyeri akut berhubungan dengan
palpasi agen pencedra fisik (tindakan
operasi)
 Payudara tampak tegang
 Menyusui tidak efektif berhubungan
dengan ketidakadekuatan suplai ASI
Diagnosa Keperawatan
 Intervensi
 Nyeri Akut b/d Agen Pencedera
Fisik (prosedur operasi SC:
 Observasi TTV
terputusnya inkontuinitas jaringan)  Observasi reaksi nonverbal dari
D.0077 ketidaknyamanan
Intervensi Keperawatan  Monitor nyeri
Diagnosa keperawatan :  Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
Nyeri akut b/d agen pencedera
pengelaman nyeri pasien sebelumnya
fisik(prosedur operai)
 Meminta pasien untuk menggunakan
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi sebuah skala 1-10 untuk memperjelas
keperawatan selama 1x24 jam maka tingkat nyeri
Tingkat nyeri menurun
 Ajarkan posisi nyaman
Kriteria Hasil ;
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
Keluhan nyeri menurun relaksasi,distraksi,dan memijat
telapak kaki
Meringis menurun
IMPLEMENTASI HARI-1
Jumad, 06/01/2023  S : pasien mengatakan nyeri pada
luka operasi
O : keadaan umum baik,skala nyeri 7,
 Melakukan BHSP
pasien lebih berhati-hati dalam
 Mengobservasi ttv bergerak, tampak meringis, luka
tampak tertutup kasa
 Mengobservasi reaksi nonferbal
dari ketidaknyamanan dalam Ttv : TD : 110/70 mmHg
bergerak
S : 36,5
 Mengkaji skala nyeri
N : 82x/menit
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas
RR : 20x/menit
dalam
A: masalah nyeri belum teratasi
 Mengajarkan kepada pasien teknik
pemijatan P : intervensi dilanjutkan 2,3,4,5
Implementasi hari-2
sabtu,07 januari 2023
 Mengobservasi TTV  S : pasien mengatakan nyeri sudah
 Mengidentifikasi faktor yang berkurang, Pasien mengatakan
memperberat dan memperingan nyeri sudah bisa miring kanan dan kiri
( nyeri bertambah saat bergerak) secara mandiri
 Mengkaji skala nyeri ( skala nyeri O : pasien tampak masih meringis,
6) nyeri ringan skala nyeri 6 , aktivitas pasien tampak
 Menganjurkan teknik relaksasi nafas dibantu, segala kebutuhan pasien di
dalam bantu oleh bidan dan keluarga
 Memonitor kondisi umum pasien saat TD : 110/80 mmHg
melakukan mobilisasi ( pasien tampak
masih meringis saat di anjurkan untuk S : 36,5⁰C
mobilisasi) N : 80x/menit
 Menganjurkan keluarga untuk
RR : 20x/menit
melakukan teknik pemijtan pada kaki
pasien A : masalah nyeri teratasi sebagian
 Menganjurkan pasien untuk mobilisasi P : intervensi dilanjutkan ( 1,2,3,4,5)
dengan hati-hati dan tidak memaksakan
Implementasi hari-3
Senin ,
09/01/2023
 S : pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang
 O : pasien tampak sesekali
 Mengobservasi TTV meringis, skala nyeri 4, terdapat
 Mengkaji skala nyeri (skala nyeri 4) luka jahitan Post SC di bagian
bawah abdomen,tidak ada tanda-
 Melakukan perawatan luka tanda infeksi,
 Memonitor tanda-tanda infeksi : TD : 120/80 mmHg
luka tampak bersih,tidak ada
nanah/pus,tidak ada S : 36⁰C
kemerahan,dan tidak ada N : 82x/menit
RR : 18x/menit
A : masalah nyeri teratasi sebagian di
tandai dengan skala nyeri 4

P : intervensi dilanjutkan
BAB V PEMBAHASAN
Rencana tindakan keperawatan atau
intervensi yang akan diberikan pada
Setelah dilakukan pengkajian asuhan klien sesuai dengan standar pada SIKI
keperawatan terhadap kedua klien adalah edukasi manajemen nyeri.
dengan diagnosis medis post partum
melalui SC, ditemukan masalah Tindakan keperawatan dilaksanakan
keperawatan utama klien berdasarkan selama 3 hari dan pemberian
penegakkan diagnosis keperawatan intervensi foot massage disertai
SDKI adalah nyeri akut Berdasarkan observasi hasil pemijatan. Lama waktu
pada penegakkan diagnosis pemijatan setiap responden sama, 15-
keperawatan pada kedua klien dengan 20 menit secara bergantian antara
masalah keperawatan utama nyeri kaki kiri dan kanan. Skala pengukuran
akut penulis memberikan intervensi tingkat nyeri menggunakan skala nyeri
sesuai dengan standar pada SIKI yaitu menurut Hayward yaitu skala 0 tidak
dengan melakukan edukasi nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri
manajemen nyeri dengan tahap-tahap sedang, 7-9 nyeri berat, 10 nyeri tidak
tindakan keperawatan yaitu observasi, terkontrol.
terapeutik, dan edukasi.
Evaluasi
 Hasil evaluasi yang di dapatkan
dari kedua pasien setelah
dilakukan pemijatan yaitu kedua
pasien menunjukan penurunan
tingkat nyeri yang di buktikan
dengan skala nyeri pada pasien
pertama skala nyeri 3 dan pada
pasien kedua skala nyeri 4. Hal ini
sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa terapi foot
TERIMA KASIH
massage mempengaruhi nyeri
karena merupakan salah satu
intervensi atau penatalaksanaan
nonfarmakologis untuk
meningkatkan pergerakan
 BAB VI TERLAMPIR

Anda mungkin juga menyukai