DOSEN PEMBIMBING :
Evi Zahara, SST, M.Keb
Kasus:
Tanggal 20-09-2013 jam 12.00 seorang ibu datang ke rumah bidan dengan
mengeluh mulas sejak jam 08.00 dan keluar lendir dan darah dari jalan lahir. Hasil
anamnesa Bidan: ibu hamil anak pertama belum pernah keguguran. Ibu mengatakan
bahwa dirinya khawatir dalam menghadapi persalinannya yang pertama ini. HPHT
tanggal 15-12-2012, haid teratur siklus 28 hari. Gerakan janin aktif, ANC di Puskesmas
dengan hasil normal, ibu makan terakhir jam 11.00 dengan nasi setengah piring, tempe,
daging ayam dan sayur bayam, minum terakhir air putih dan teh manis setelah makan,
BAK terakhir jam 11.45, BAB terakhir jam 06.00 pagi tadi. Ibu tidak merasakan sesak
karena kehamilannya.
Pertanyaan:
Ciri :
a. Mengalami perubahan serviks yang ditandai dengan effacement 100%
dan pembukaan 6 cm.
b. Kontraksi pasien cukup ditandai dengan terjadi his 3x/10 menit dengan
durasi 40 detik kuat.
Sering kali sulit untuk membedakan antara persalinan palsu dan fase
laten awal persalinan. Penatalaksanaan perawatan untuk wanita dengan kasus
ini, dengan catatan dengan tidak adanya komplikasi, akan bervariasi sesuai
lingkungan tempat wanita tersebut akan bersalin dan melahirkan. Apabila ia
merencanakan untuk melahirkan di rumah sakit, maka perencanaan perawatan
akan beragam sesuai kebijakan dan fasilitas Rumah Sakit, jarak tempat tinggal
wanita tersebut dari Rumah Sakit, ketersediaan alat transportasi, dan
kemampuan koping ibu dan keluarga, serta minat atau pilihannya. Sebagai
contoh, jika Rumah akit memiliki unit untuk pengamatan persalinan atau
persalinan dini, maka mendaftarkan ibu ke unit ini adalah tindakan tepat. Namun,
jika rumah sakit tidak memiliki unit seperti ini dan memiliki kebijakan bahwa
pasien tidak boleh masuk ke ruangan bersalin dan melahirkan sampai fase
persalinan aktif, kecuali ketuban sudah pecah atau ada komplikasi. Maka anda
harus memutuskan apakah ia perlu di pertahankan di ruang kedaruratan rumah
sakit atau ruangan pemeriksaan atau mengirimnya kembali ke rumah sampai
persalinan menjadi lebih pasti. Pada situasi ini, kompromi sulit dicapai antara
realitas dan filosofi bahwa seorang wanita kemungkinan akan merasa dan
berkoping lebih baik di lingkungan rumah yang lebih menyenangkan dan
dikenalnya.
3. Defisit pengetahuan
6. DJJ
13. Komplikasi
c. Memantau Kemajuan pada kondisi ibu dapat dilihat dari penilaian tanda-
tanda kegawatan
1. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau intravena
dan berikan analgesik secukupnya.
2. Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan.
3. Jika terdapat aseton dalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang, segera berikan dekstrosa melalui intravena.
VI. Dukungan Fisik dan Psikologis yang Dilakukan Bidan
A. Dukungan Fisik
1. Memastikan kebersihan, kenyamanan dan kontak fisik dengan pasien.
Seperti mencuci muka pasien, menggosok punggung dan memegang
tangan pasien.
2. Mendukung ibu memilih posisi apapun yang diinginkan, atau
menyarankan alternatif-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan diri sendiri atau bayinya.
1) Duduk atau setengah duduk
Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran
kepala bayi dan mengamati atau men-support perineum.
2) Merangkak
Baik untuk prsalinan dengan punggung yang sakit,
membantu bayi melakukan rotasi, pergangan minimal pada
perineum.
3) Jongkok atau berdiri
Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran
panggul, memperbesar dorongan untuk menelan.
4) Berbaring miring ke kiri
Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi
oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah tejadinya
laserasi.
3. Ibu yag memnderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan
mungkin akan merasa bahwa pijatan akan sangat meringankan.
Sebagian wanita mungkin akan merasa bahwa pijatan pada abdominal
adalah sesuatu yang menyenangkan; belaian ringan di atas seluruh
perut dapat menimbulkan rasa nyaman, yaitu dengan menggunakan
kedua tangan dan ujung jari menyentuh daerah simfisis pubis melintas
di atas fundus uterus dan kemudian turun ke dua sisi perut.
B. Dukungan Psikologis
1. Bidan dituntut untuk bisa mengurangi rasa sakitnya dengan
memberikan semangat dan dukungan berupa beberapa kalimat
penyemangat.
2. Memberikan semangat sambil mengarahkan pasien untuk melakukan
teknik bernapas lewat hidung dan mengeluarkan udara lewat mulut
agar tetap stabil dan terkontrol.
3. Jika pasien mulai menangis, bisimkan kata-kata lembut seperti:
“Sampai saat ini usahamu sudah sangat bagus, janganlah kamu
menyerah”, saatnya sudah hampir tiba dan ini sebentar lagi.” Hal ini
dilakukan untuk membantu pasien agar kembali bangkit dari keputus-
asaannya dan ia dapat melakukan pengontrolan diri kembali.
4. Jika kondisi pasien tidak termasuk dalam kontraindikasi untuk turun dari
tempat tidur, upayakan untuk tidak memberikan asuhan yang
berorientasi pada orang sakit, biarkan pasien untuk selalu berada di
tempat tidur dalam posisi yang tida berubah-ubah. Yakinkan pasien
bahwa dengan berdiri atau sambil berjalan-jalan justru akan
mempercepat proses pembukaan jalan lahir sehingga penderitaannya
akan segera berakhir
5. Memberi minuman yang manis, seperti jus buah segar, teh herbal, atau
sirup dapat menyamankan pasien sekaligus menjaga kadar gula darah
tidak turun.
1. Sederhana
2. Efektif
3. Biaya rendah
4. Risiko rendah
5. Kemajuan persalianan meningkat
6. Hasil kelahiran bertambah baik
7. Bersifat sayang ibu
A. Metode Pengendalian Nyeri Persalinan secara Farmakologis
Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan menggunakan beberapa
metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya
pethidine, anestesi epidural, entonox, TENS, atau ILA (Intrathecal Labour
Analgesia); namun belum semua obat ada di Indonesia.
1. Pethidine
Pemberian pethidine akan membuat tenang, rileks, malas
bergerak, dan terasa akan ngantuk; tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi
20 menit, kemudian bekerja selama 2-3 jam dan biasanya diberikan
pada Kala I. Obat biasanya disuntikan pada bagian paha atau bokong.
Penggunaan obat ini menyebabkan bayi mengantuk tetapi
pengaruhnya akan hilang setelah bayi lahir. Pethidine tidak diberikan
secara rutin, tetapi diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang terlalu
kuat.
2. Anestesi epidural
Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu
untuk tidak merasakan sakit tanpa tidur. Obat anestesi disuntikan pada
rongga kosong, tipis (epidural) di antara tulang punggung bagian
bawah. Spesialis anestesi akan memasang kateter untuk mengalirkan
obat yang mengakibatkan syaraf tubuh bagian bawah mati rasa selama
sekitar 2 jam, sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini
harus diperhitungkan agar tidak ada pengaruhnya pada Kala II
persalinan jika tidak maka ibu akan mengedan lebih lama.
3. Entonox
Metode ini menggunakan cairang oxigen dan nitrous oksida,
dapat menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan daripada anestesi
epidural dan dapat digunakan sendiri. jika kontraksi mulai terasa
pegang masker di muka, lalu tarik napas pelan-pelan. Rasa sakit akan
berkurang, dan kepala terasa lebih ringan.
4. TENS
Metoda penghilang rasa sakit menggunakan mesin TENS
(Transcutaneous Electrical Nerves Stimulation) dipilih jika rasa sakit
ingin hilang tanpa menggunakan obat. mesin ini merupaka suatu
sensor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa sakit dengan
mengirim pulsa arus listrik ke punggung. Beberapa elektroda
ditempelkan di atas punggung menuju rahim dan dihubungkan dengan
panel kontrol yang dipegang untuk menahan atau mengurangi arus
listrik. Alat ini mudah digunakan dan tidak membahayakan.
5. ILA (Intrathecal Labour Analgesia)
ILA (Intrathecal Labour Analgesia) adalah suatu teknik baru
untuk menghilangkan nyeri persalinan yang hampir mirip dengan
epidural tetapi berbeda pada lokasi dan cara pemberian obat
anestesinya. Pada ILA, obat anestesi disuntikan intrafekal, suatu
daerah sedikit di atas epidural dan dosis obat yang diberikan lebih
sedikit dibanding epidural. Keuntungan dari teknik ILA dibanding
epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah
dilakukan, dan biayanya relatif lebih murah.
a. Pengaturan posisi
Faktor penting pada saat wanita berada dalam
persalinan adalah bukan saat ia akhirnya melahirkan, tetapi
saat ia tetap mampu bergerak dengan gelisah selama
persalinan. Mobilisasi membantu ibu untuk tetap merasa
terkendali.
Membiarkan ibu bersalin untuk memilih posisi persalinan
memiliki banyak keuntungan, misalnya mengurangi rasa tidak
nyaman; mengurangi trauma perineum; dan menjadi lebih
mudah meneran. Posisi juga merupakan salah satu dasar yang
memengaruhi keutuhan perineum. Oleh karena itu, ibu bersalin
harus diperbolehkan memilih posisi mereka sendiri saat
persalinan.
Posisi yang diterapkan saat persalinan harus dapat
menghindari terjadinya hipoksia pada janin, menciptakan pola
kontraksi uterus yang efisien, meningkatkan dimensi pelvis,
memudahkan pengamatan janin, memberikan paparan
perineum yang baik, menyediakan daerah yang bersih untuk
melahirkan, dan menimbulkan perasaan yang nyaman bagi ibu.
Berikut posisi ibu melahirkan:
1) Posisi berbaring miring
2) Jongkok
3) Merangkak
4) Semi duduk
5) Duduk
b. Relaksasi dan latihan pernafasan
Bernafas dalam dengan rileks sewaktu ada his, dengan
cara meminta ibu untuk menarik nafas panjang, tahan nafas
sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu
ada his. Akan tetapi hal tersebut sudah tidak dianjurkan lagi,
sekarang ibu dianjurkan untuk bernafas seperti biasa dan
meneran pada saat ibu merasakan adanya dorongan.
c. Usapan di punggung atau abdomen
Jika ibu suka, lakukan pijatan di punggung atau
mengusap perut dengan lembut. Hal ini dapat memberikan
dukungan dan kenyamanan pada ibu bersalin sehingga akan
mengurangi rasa sakit.
d. Pengosongan kandung kemih
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
Kandung kemih yang penuh akan menyebabkan nyeri pada
bagian abdominal juga menyebabkan sulit turunnya bagian
terendah dari janin.
LAMPIRAN
1. Saat keadaan apa obat penenang diberikan kepada ibu bersalin? (Intan Permata
Sari)
Obat penenang ini tidak harus selalu diberikan kepada pasien yang merasa
nyeri. Sebagai seorang bidan kita harus meminimalkan intervensi obat sesuai
dengan filosofi, karena rasa nyeri menjelang persalinan merupakan hal yang
fisiologis. Namun, ketika pasien merasakan nyeri diluar batas kenormalan baru obat
penenang ini diberikan dengan syarat dibawah pengawasan dokter dikarenakan
obat tersebut memiliki resiko ketika diberikan. (Rina Oktavia)
3. Mengapa saat tekanan darah ibu bersalin menurun, dicurigai terjadi perdarahan?
Dan apa yang harus dilakukan bidan pada keadaan tersebut? (Riska Rosalina)
Tekanan darah ibu bersalin normalnya naik, dengan demikian penurunan
tekanan darah menurun pada ibu bersalin dicurigai terjadi perdarahan. Hal yang
harus dilakukan bidan saat terjadi perdarahan yakni:
a. Menghentikan perdarahan
b. Mencegah timbulnya syok
c. Mengganti darah yang hilang (Dea Ulfiah Andrian)
Karena jika terjadi pendarahan, jumlah darah dalam tubuh dalam keadaan
tidak memenuhi kapasitas kerjanya. Hal ini menyebabkan menurunnya kerja cardiak
output jantung, dan berdampak pada tekanan darah yang semakin menurun.
Akibatnya nilai sistole dan diastole rendah. (Febrianti Nur Azizah)
Normalnya saat ibu bersalin tekanan darah tidak menurun, jika tekanan
darah menurun dicurigai terjadi perdarahan karena darah yg seharusnya mendesak
di pembuluh darah terputus atau robek yg mengakibatkan darah keluar dr pembuluh
darah dan tekanan pada pembuluh darah menurun. (Nur Malasari Deliani)
4. Apa kekurangan dari setiap posisi persalinan? Dan bagaimana rasionalisasi posisi
persalinan tersebut? (Dini Nur Fitri)
a. Kekurangan :
1) Setengah duduk atau duduk
Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan
kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.
2) Lateral (miring)
Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu
proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila
harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
3) Berdiri atau jongkok
Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat.
Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang
empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan
pun sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi
atau memantau perkembangan pembukaan.
4) Merangkak
Detak jantung bayi tidak dapat diukur dengan baik. Ibu
membutuhkan kekuatan yang lebih di tangan untuk menyangga tubuhnya.
Jika tidak ia akan jatuh terkungrap. (Nariezka Yufithasari)
b. Rasionalisasi :
5) Duduk/ setengah duduk
Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati/ men-support perineum.
6) Merangkak
Baik untuk prsalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi
melakukan rotasi, pergangan minimal pada perineum.
7) Berdiri atau jongkok
Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul,
memperbesar dorongan untuk menelan.
8) Berbaring miring ke kiri
Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenisasi yang baik
bagi bayi, membantu mencegah tejadinya laserasi.
5. Apa maksud dari perbedaan persalinan semu dan sejati mengenai “pada persalinan
semu, kepala belum masuk PAP, walaupun terjadi kontraksi”? Bukankah pada
primigravidarum kepala mulai masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu? (Indah
Maulina)
Maksud dari pernyataan tersebut adalah jika terjadi persalinan semu, ibu
akan merasakan ada kontraksi yang dirasakan padahal kepala janin belum masuk
PAP. Hal ini bisa terjadi karena dipicu oleh faktor psikologis ibu, misalnya ibu stress
dan banyak pikiran. Akibatnya ibu merasakan kontraksi atau mulas seperti akan
melahirkan.(Febrianti Nur Azizah)
Pada penjelasan tersebut maksudnya adalah kontraksi yang terjadi pada
persalinan semu tidak disebabkan oleh tekanan dari kepala janin ke pintu atas
panggul. Kontraksi seperti ini disebut dengan Braxton Hicks. Sedangkan pada
persalinan sejati, kontraksi terjadi karena adanya tekanan janin pada pintu atas
panggul yang bersifat semakin tertekan pintu atas panggul semakin kuat kontraksi
terjadi. (Amalia)