Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KALA I


PERSALINAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

Cut Nona Sulfia


Devi Monika
Intan Meralia
Riska Ayuni
Santi Purnama Sari

DOSEN PEMBIMBING :
Evi Zahara, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PRODI KEBIDANAN MEULABOH
TAHUN AKEDEMIK 2018/2019
KASUS DAN PERTANYAAN

Kasus:

Tanggal 20-09-2013 jam 12.00 seorang ibu datang ke rumah bidan dengan
mengeluh mulas sejak jam 08.00 dan keluar lendir dan darah dari jalan lahir. Hasil
anamnesa Bidan: ibu hamil anak pertama belum pernah keguguran. Ibu mengatakan
bahwa dirinya khawatir dalam menghadapi persalinannya yang pertama ini. HPHT
tanggal 15-12-2012, haid teratur siklus 28 hari. Gerakan janin aktif, ANC di Puskesmas
dengan hasil normal, ibu makan terakhir jam 11.00 dengan nasi setengah piring, tempe,
daging ayam dan sayur bayam, minum terakhir air putih dan teh manis setelah makan,
BAK terakhir jam 11.45, BAB terakhir jam 06.00 pagi tadi. Ibu tidak merasakan sesak
karena kehamilannya.

Hasil pemeriksaan bidan: konjungtiva merah muda, TD 120/80, nadi 80x/menit,


R: 20x/menit, suhu 36,3˚ C, TFU 32 cm, di fundus teraba bokong, punggung kanan, pada
bagian bawah teraba kepala sudah masuk PAP, kepala divergen, penurunan dengan
perlimaan 2/5, DJJ 140x/menit reguler, his 3x/10 menit lama 41 detik kuat. Hasil periksa
dalam: vulva tidak ada benjolan, tampak keluar lendir darah dari jalan lahir, effesement
100% pembukaan 6 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, posisi ubun-ubun kecil anterior,
penurunan kepala di station 6, tidak ada bagian kecil yang teraba, molase 0.

Pertanyaan:

9. Jelaskan pengkajian yang dilakukan bidan pada kasus tersebut!


10. Apakah diagnosa dari pasien diatas?
11. Jelaskan diagnosa banding persalinan!
12. Jelaskan manajemen yang dilakukan bidan pada false labor dan early labor!
13. Bagaimanakah pemantauan kemajuan persalinan dan kesejahteraan ibu selama
proses persalinan?
14. Jelaskan dukungan fisik dan psikologis yang harus dilakukan oleh bidan!
15. Jelaskan mengenai tekhnik pain relief dalam persalinan!
ISI

I. Pengkajian Bidan terhadap Kasus


A. Anamnesa
1. G1P0A0
2. HPHT : 15 Desember 2012
3. TP : 22 September 2013
4. Siklus : 28 hari
B. Tanda-Tanda Vital
1. Konjuntiva : merah muda
2. Tekanan darah : 120/80 mmHg
3. Nadi : 80x/menit
4. Suhu : 36,3˚C
5. Respirasi : 20x/menit
6. Denyut jantung janin : 140x/menit regular
7. Gerakan janin : aktif
C. Pemeriksaan Dalam
1. Keadaan vulva : tidak ada benjolan
2. Ekresi lendir : lendir bercampur darah dari jalan lahir
3. His : 3x/10 menit selama 41 detik kuat
4. Effacement : 100%
5. Pembukaan : 6 cm
6. Kondisi ketuban : utuh
7. Komponen janin :
a) Presentasi : kepala
b) Posisi : ubun-ubun kecil anterior
c) Penurunan kepala : Station 0, perlimaan 2/5
d) Molase :0

II. Diagnosa terhadap Kasus


Pasien sudah dalam keadaan persalinan sesungguhnya.

Ciri :
a. Mengalami perubahan serviks yang ditandai dengan effacement 100%
dan pembukaan 6 cm.
b. Kontraksi pasien cukup ditandai dengan terjadi his 3x/10 menit dengan
durasi 40 detik kuat.

III. Diagnosa Banding Persalinan


Persalinan Sesungguhnya Persalinan Semu
Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri dengan interval waktu Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang secara Tidak ada perubahan interval antara
perlahan semakin pendek rasa nyeri yang satu dengan yang lain
Waktu dan kekuatan kontraksi semakin Tidak ada perubahan pada waktu dan
bertambah kekuatan kontraksi
Rasa nyeri terasa di bagian belakang Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
dan menyebar ke depan
Berjalan menambah intensitas Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan
berjalan
Ada hubungan antara tingkat kekuatan Tidak ada hubungan antara tingkat
kontraksi dengan intensitas rasa nyeri kekuatan kontraksi uterus dengan
intensitas rasa nyeri
Lendir darah sering tampak Tidak ada kemajuan penurunan bagian
terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP di Kepala belum masuk PAP walaupun
antara kontraksi ada kontraksi
Pemberian obat penenang tidak Pemberian obat penenang yang efisien
menghentikan proses persalinan menghentikan rasa nyeri pada
sesungguhnya persalinan semu

Dalam menegakkan diagnosis persalinan, Bidan harus membedakan


tidak hanya antara persalinan sejati dan palsu, tetapi juga antara persalinan dan
rasa tidak nyaman atau komplikasi yang terlihat atau dapat disalahartikan
sebagai persalinan. Komplikasi yang paling terjadi adalah infeksi saluran kemih
dan disebut “penderitaan umum menjelang akhir kehamilan”, yang pada
beberapa wanita dialami dengan tingkat yang parah. Kemungkinan abrupsio
plasenta dengan plasenta posterior juga harus dipertimbangkan.

Wanita yang mengalami persalinan palsu dapat mengalami rasa tidak


nyaman dan keletihan cukup besar akibat kontraksi yang dialaminya selama
berhari-hari. Kontraksi yang demikian dapat dibedakan dari kontraksi persalinan
sejati mengingat pada persalinan palsu, kontraksi tidak mengalami peningkatan
frekuensi, durasi, intesitas; tidak teratur dan berdurasi singkat; intensitas jarang
menjadi kuat dan dapat benar-benar diredakan dengan berjalan; dan kontraksi
biasanya dirasakan di abdomen bawah dan inguinal. Kontraksi pada persalinan
sejati diawali dengan kontraksi yang tidak teratur dan berdurasi singkat, tetapi
semakin teratur disertai peningkatan frekuensi, durasi, dan intensitas; intesitas
meningkat dengan berjalan, dan kontraksi biasanya menyebar hingga uterus dan
punggung bawah. Kendati demikian, pada saat-saat tertentu tidaklah mudah
membedakan antara kontraksi persalinan sejati dan persalinan palsu. Diagnosis
aktual persalinan palsu didasarkan pada definisi persalinan sebagai perubahan
serviks yang progresif. Dengan demikian ketika ditemukan bahwa kontraksi tidak
mengakibatkan penipisan dan pembukaan serviks, maka diagnosis persalinan
palsu ditegakkan berdasarkan fakta tidak ada perubahan serviks.

Nyeri suprapubik, pinggang, dan punggung yang berkaitan dengan


infeksi saluran kemih sering kali disalahartikan, baik oleh wanita maupun
pemeriksa, sebagai gejala persalinan. Kemungkinan salah interpretasi yang lain
antara lain frekuensi dan urgensi berkemih akibat infeksi saluran kemih
dipersepsikan sebagai akibat tekanan uterus yang membesar pada kandung
kemih, terutama jika sudah terjadi lightening. Pada situasi ini, jika kontraksi tidak
kunjung muncul dan penipisan serta pembukaan tidak terjadi, maka harus
dicurigai ada infeksi saluran kemih. Gambaran ini menjadi semakin rumit ketika
muncul konntraksi persalinan palsu, yang membuat pemeriksa tidak
mempertimbangkan kemungkinan infeksi saluran kemih pada diagnosis
persalinan palsu.

Ketika Bidan mencurigai infeksi saluran kemih, Bidan harus dengan


cermat mengkaji riwayat kesehatan wanita, mencakup: infeksi saluran kemih
sebelumnya, demam, menggigil, mual dan muntah, frekuensi berkemih yang
sering, disuria, urgensi, nyeri suprapubik, pinggang, punggung bawah, dan
hematuria. Bidan juga harus melakukan pemeriksaan fisik, antara lain: suhu,
nyeri suprapubik, dan nyeri tekan CVA sekaligus mengambil spesimen urin untuk
urinalisis rutin, kultur, dan sensitivitas. Langkah-langkah ini merupakan data
dasar yang diperlukan untuk memastikan atau menyingkirkan kemungkinan
infeksi. Sementara itu, persalinan sejati tidak dapat ditetapkan sebagai diagnosis
jika tidak ada perubahan serviks dan kemungkinan persalinan palsu disingkirkan
ketika tidak ada kontraksi uterus yang tidak teratur, yang dapat diredakan dengan
berjalan.
Rasa sakit yang menyeluruh menjelang akhir kehamilan sering kali
dialami, tetapi tidak terbatas pada wanita yang mengalami episode persalinan
palsu yang periodik. Para wanita ini merasa tidak nyaman; mengalami sakit dan
nyeri otot, terutama pada punggung, abdomen, dan tungkai; sulit dan sangat
lemah untuk berjalan dan bergerak; tidak bisa makan dengan baik; atau sedikit
tertekan secara emosional karena lelah akan kehamilan mereka; umumnya “tidak
enak badan”. Persalinan tidak terjadi, begitu pula proses penyakit yang menjadi
timbulnya gejala-gejala tersebut.

IV. Manajemen Bidan pada False Labor dan Early Labor


Penatalaksanaan untuk perawatan wanita yang mengalami persalinan
palsu dan wanita yang menderita rasa sakit menyeluruh menjelang akhir
kehamilan adalah sama. Keduanya memerlukan kesabaran, pengertian,
penjelasan, dan perhatian yang lembut dan penuh cinta. Berbagai kebutuhan ini
berlanjut sampai di rumah. Anggota keluarga perlu menunjukkan dukungan
kesabaran.

Segera setelah kesejahteraan janin dipastikan dan persalinan


disingkirkan, wanita tersebut dapat kembali ke rumahnya dengan dibekali
beberapa anjuran untuk meningkatkan kenyamanan. Instruksikan wanita
tersebut untuk berendam di dalam bak yang diisi air hangat hingga mencapai
abdomen wanita; kemudian setelah keluar dari bak, ia dapat mengkonsumsi
minuman panas yang disukainya (teh, kopi, susu, coklat) dengan gula, atau
segelas anggu; dan kemudian pergi tidur. (Apabila seorang anggota keluarga
dapat membantu mengusap punggung ibu menjelang tidur, tindakan ini akan
meningkatkan rasa nyaman ibu). Berendam di air panas merelaksasi dan
melemaskan otot-otot yang sakit dengan cara mendilatasi pembuluh darah
sehingga meningkatkan aliran darah dan oksigenasi ke area tersebut, dan
gerakan air secara psikologis menyejukkan. Ibu memerlukan bantuan untuk
masuk dan keluar dari bak mandi. Minuman panas yang dibuatkan oleh anggota
keluarga lain merupakan metode yang tepat untuk memfasilitasi ibu untuk tidur.
Tambahan gula di dalam minuman memberi kalori dan energi yang dibutuhkan
sel-sel tubuh. Segelas anggur atau minuman sherry sering kali digunakan untuk
menigkatkan relaksasi. Usapan pada punggung yang dilakukan oleh anggota
keluarga lain meredakan nyeri otot dan merupakan bentuk perhatian yang penuh
kasih sayang. Apabila wanita tidak berhasil tidur dengan metode nonmedis, 25
sampai 50 mg difenhidramin (Benadryl), yang dijual bebas, dapat digunakan
untuk membantu tidur.

Sering kali sulit untuk membedakan antara persalinan palsu dan fase
laten awal persalinan. Penatalaksanaan perawatan untuk wanita dengan kasus
ini, dengan catatan dengan tidak adanya komplikasi, akan bervariasi sesuai
lingkungan tempat wanita tersebut akan bersalin dan melahirkan. Apabila ia
merencanakan untuk melahirkan di rumah sakit, maka perencanaan perawatan
akan beragam sesuai kebijakan dan fasilitas Rumah Sakit, jarak tempat tinggal
wanita tersebut dari Rumah Sakit, ketersediaan alat transportasi, dan
kemampuan koping ibu dan keluarga, serta minat atau pilihannya. Sebagai
contoh, jika Rumah akit memiliki unit untuk pengamatan persalinan atau
persalinan dini, maka mendaftarkan ibu ke unit ini adalah tindakan tepat. Namun,
jika rumah sakit tidak memiliki unit seperti ini dan memiliki kebijakan bahwa
pasien tidak boleh masuk ke ruangan bersalin dan melahirkan sampai fase
persalinan aktif, kecuali ketuban sudah pecah atau ada komplikasi. Maka anda
harus memutuskan apakah ia perlu di pertahankan di ruang kedaruratan rumah
sakit atau ruangan pemeriksaan atau mengirimnya kembali ke rumah sampai
persalinan menjadi lebih pasti. Pada situasi ini, kompromi sulit dicapai antara
realitas dan filosofi bahwa seorang wanita kemungkinan akan merasa dan
berkoping lebih baik di lingkungan rumah yang lebih menyenangkan dan
dikenalnya.

Karena berjalan dapat menstimulasi persalinan sejati atau meredakan


persalinan palsu, wanita tersebut biasanya diminta untuk berjalan-jalan ke luar
atau di area yang dirancang khusus di rumah sakit dan kembali lagi untuk
pemeriksaan dalam satu dan dua jam. Apabila tidak ada perubahan serviks
selama pemeriksaan ulang ini dan jika wanita tersebut tinggal dekat, tidak
mengalami kesulitan transportasi, dan ingin pulang ke rumah, maka dapat
dilakukan penatalaksanaan untuk persalinan palsu dan ia diperbolehkan
kemabali ke rumah. Namun, jika ibu tinggal jauh dari rumah sakit dan anda masih
belum dapat memastikan antara persalinan palsu atau fase latenn awal
persalinan, wanita tersebut dapat diminta berjalan-jalan lagi selama beberapa
jam dan diperiksa kembali sebelum keputusan akhir untuk mengirimnya pulang.
Seorang wanita yang tinggal sangat jauh dari rumah sakit dapat memilih berjalan
selama beberapa jam di dalam lingkungan rumah sakit sampai yakin bahwa ia
mengalami persalinan palsu alih-alih menjadi khawatir tidak dapat kembali tepat
waktu dan kemungkinan melahirkan di rumah atau dalam perjalanan. Kombinasi
tidak ada kemajuan serviks dan keletihan sering kali membuat seorang wanita
memutuskan pulang. Oleh karena itu, ia harus dimotivasi untuk mengikuti
program penanganan persalinan palsu sehingga ibu dapat beristirahat cukup.

Penatalaksanaan wanita pada fase laten awal persalinan, sekali lagi,


bervariasi sesuai lingkungan tempat ibu akan bersalin dan melahirkan. Apabila ia
merencanakan bersalin di rumah sakit, maka penatalaksanaan perawatan akan
beragam sesuai kebijakan rumah sakit, fasilitas rumah sakit, jarak tempat tinggal
ibu dari rumah sakit, ketersediaan alat transportasi, kemampuan koping ibu dan
keluarganya, dan pilihan ibu. Apabila rumah sakit memiliki unit persalinan dini,
maka mendaftarkan ibu di ruangan ini adalah tepat. Hal ini akan memungkinkan
ibu menjalani prosedur pendaftaran dan menjalani masa-masa persalinan dininya
dilingkungan dengan suasana seperti di rumah. Kursi yang nyaman untuk ibu
dan orang terdekatnya; materi dan personal yang menjelaskan kemajuan
persalinan, dan teknik pernafasan dan relaksasi yang membantu; teknik hiburan
untuk membantu melewatkan waktu, misal, bermain kartu, membaca buku,
menonton televisi, dan membaca majalah; dan berjalan bebas dan mengitari
lingkungan merupakan dasar pelayanan di unit tersebut. Apabila rumah sakit
tidak memiliki unit pelayanan seperti ini, wanita yang tinggal agak jauh dan telah
menyiapkan alat transportasi dapat memilih pulang dan kembali lagi ke rumah
sakit ketika persalinannya lebih aktif. Wanita yang tinggal jauh dar rumah sakit
mungkin lebih memilih untuk melalui periode persalinan dini tersebut bersama
teman atau kerabatnya. Walaupun sebuah rumah sakit tidak menetapkan
prasyarat pembukaan empat cm untuk seorang wanita dapat mendaftar,
beberapa ibu yang tinggal terlalu jauh untuk kembali ke rumah selama periode
persalinan dini memilih berjalan-jalan keluar atau di area yang di rancang khusus
di rumah sakit. Bidan dapat menganjurkan mengunjungi kantin atau kafetaria
untuk minum teh/kopi manis atau jus buah sebelum memasuki ruang bersalin
dan melahirkan. Kapan saja seorang wanita pada persalinan dini, yang
berencana melahirkan di rumah sakit, memasuki fase aktif kala I persalinan,
mengalami ketuban pecah, atau menunjukan tanda dan gejala komplikasi, maka
ia akan segera di daftar ke ruang bersalin dan melahirkan.

Penatalaksanaan early labor pada kala satu:

a. Dokumentasi Pendaftaran ke Persalinan dan Pelahiran


Ketika ibu datang untuk melahirkan, kumpulkan dan
dokumentasikan informasi berikut:
1. Usia, ras (jika berhubungan), graviditas, paritas, usia kehamilan, dan
masalah yang ada.
2. Riwayat keluarga, medis, bedah, menstruasi, ginekologi, dan sosial
yang signifikan.
3. Riwayat obstetrik, termasuk riwayat kehamilan dalam urutan
kronologis, usia kehamilan (dalam hitungan minggu) pada saat
melahirkan, metode persalinan, berat badan, periode neonatus saat
ini termasuk adanya inkontinensia urine (dilaporkan sebesar 21%)
dan inkontensia urine (dilaporkan 5,5-22%). Untuk setiap pelahiran
sesar, perhatikan juga tipe insisi, indikasi, waktu pembedahan
dilakukan selama persalinan, anestesi, dan komplikasi. Untuk setiap
aborsi, perhatikan usia kehamilan, apakah spontan atau terapeutik,
dan komplikasi.
4. Kehamilan saat ini: awitan perawatan pranatal dan jumlah kunjungan,
perhitungan usia kehamilan (dengan ultrasonografi, kolerasi
usia/tanggal), nilai dasar tekanan darah dan rentangnya, nilai dasar
berat badan, total penambahan berat badan, hasil tes minggu ke-28,
kesejahteraan janin, komplikasi dan penatalaksanaanya, hasil
laboratorium, pajanan pada teratogen dan berbagai zat, dan faktor-
faktor sosial yang signifikan.
5. Riwayat persalinan: jika dan ketika ketuban pecah, warna dan jumlah
cairan, hasil pemeriksaan dengan menggunakan spekulum steril jika
dilakukan; gerakan janin; perdarahan per vaginam;awitan kontraksi,
frekuensi dan kekuatanya saat ini; pemeriksaan dalam, jika dilakukan;
toleransi pasien terhadap persalinan; nutrisi; hidrasi; istirahat;
dukungan; dan rencana penatalaksanaan nyeri.
6. Evaluasi janin: DJJ, gerakan, posisi, indeks cairan amnion, taksiran
berat janin.
7. Impresi: graviditasi, gestasi, kala persalinan, status bayi, masalah
yang ada.
8. Rencana penatalaksanaan: disposisi, terapi, tindak lanjut.

b. Rencana Penatalaksanaan Persalinan untuk Kala Satu Persalina


Kaji variabel berikut:

1. Status emosi ibu dan pengkajian-dirinya tentang rasa nyaman dan


stamina fisik dan stamina emosional, dukungan, dan faktor lain
2. Rencana persalinan atau pilihan tempat bersalin

3. Defisit pengetahuan

4. Keterlibatan orang-orang terdekat lain

5. Tanda-tanda vital ibu

6. DJJ

7. Hidrasi dan nutrisi

8. Tingkat energi ibu

9. Status perkemihan dan defekasi

10. Pola kontraksi uterus

11. Kemajuan persalinan, termasuk posisi dan posisi penurunan verteks,


lokasi serviks, konsistensi, penipisan, dan dilatasi serviks

12. Status ketuban, warna cairan

13. Komplikasi

Rencana penatalaksanaan mencakup:

1. Intervensi untuk menangani tanda-tanda gangguang pada janin


2. Intervensi untuk menangani keletihan ibu
3. Intervensi untuk mengangani kemajuan persalinan yang lambat
4. Upaya untuk menambah kenyamanan
5. Posisi dan ambulasi
6. Hidrasi dan nutrisi
7. Intervensi untuk perkemihan atau defekasi
8. Rencana pengkajian kemajuan persalinan selanjutnnya: pemeriksaan
vagina selanjutnya
9. Penapisan atau intervensi berkesinambungan dan/atau kebutuhan
untuk mendapat konsultasi
10. Persiapan pelahiran: harapan orang tua, memeriksa cairan sebelum
pelahiran, waktu persalinan yang diharapkan, prosedur dan
kewaspadaan yang diharapkan, kehadiran dokter anak.
V. Pemantauan Kemajuan Persalinan dan Kesejahteraan Ibu Selama Proses
Persalinan
a. Hal-hal yang Menunjukkan Kemajuan yang Cukup Baik pada Persalinan
Kala 1
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi
2. Kecepatan pembukaan serviks minimal 1 cm per jam selama
persalinan, fase aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah
kiri garis waspada)
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Menilai Kemajuan Persalinan
1. His atau kontraksi (frekuensi, lama, dan kekuatan his) dikontrol
setengah jam sekali pada fase aktif
2. Pemeriksaan vagina (pembukaan serviks, penipisan serviks, penurunan
kepala, dan molding) dikontrol setiap 4 jam sekali
3. Kemajuan persalinan normal, kemajuan persalinan sesuai dengan
partograf.
4. Kemajuan persalinan bermasalah seperti partus macet atau tidak maju,
inersia uteri, dan sebagainya; kemajuan persalinan yang tidak sesuai
dengan partograf, melewati garis waspada.
5. Kegawatdaruratan persalinan; ditemui tanda-tanda kegawatdaruratan
ibu atau bayi, bila tidak ditolong segera maka dapat menyebabkan
kematian.

c. Memantau Kemajuan pada kondisi ibu dapat dilihat dari penilaian tanda-
tanda kegawatan
1. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau intravena
dan berikan analgesik secukupnya.
2. Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan.
3. Jika terdapat aseton dalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang, segera berikan dekstrosa melalui intravena.
VI. Dukungan Fisik dan Psikologis yang Dilakukan Bidan

A. Dukungan Fisik
1. Memastikan kebersihan, kenyamanan dan kontak fisik dengan pasien.
Seperti mencuci muka pasien, menggosok punggung dan memegang
tangan pasien.
2. Mendukung ibu memilih posisi apapun yang diinginkan, atau
menyarankan alternatif-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan diri sendiri atau bayinya.
1) Duduk atau setengah duduk
Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran
kepala bayi dan mengamati atau men-support perineum.
2) Merangkak
Baik untuk prsalinan dengan punggung yang sakit,
membantu bayi melakukan rotasi, pergangan minimal pada
perineum.
3) Jongkok atau berdiri
Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran
panggul, memperbesar dorongan untuk menelan.
4) Berbaring miring ke kiri
Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi
oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah tejadinya
laserasi.
3. Ibu yag memnderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan
mungkin akan merasa bahwa pijatan akan sangat meringankan.
Sebagian wanita mungkin akan merasa bahwa pijatan pada abdominal
adalah sesuatu yang menyenangkan; belaian ringan di atas seluruh
perut dapat menimbulkan rasa nyaman, yaitu dengan menggunakan
kedua tangan dan ujung jari menyentuh daerah simfisis pubis melintas
di atas fundus uterus dan kemudian turun ke dua sisi perut.

B. Dukungan Psikologis
1. Bidan dituntut untuk bisa mengurangi rasa sakitnya dengan
memberikan semangat dan dukungan berupa beberapa kalimat
penyemangat.
2. Memberikan semangat sambil mengarahkan pasien untuk melakukan
teknik bernapas lewat hidung dan mengeluarkan udara lewat mulut
agar tetap stabil dan terkontrol.
3. Jika pasien mulai menangis, bisimkan kata-kata lembut seperti:
“Sampai saat ini usahamu sudah sangat bagus, janganlah kamu
menyerah”, saatnya sudah hampir tiba dan ini sebentar lagi.” Hal ini
dilakukan untuk membantu pasien agar kembali bangkit dari keputus-
asaannya dan ia dapat melakukan pengontrolan diri kembali.
4. Jika kondisi pasien tidak termasuk dalam kontraindikasi untuk turun dari
tempat tidur, upayakan untuk tidak memberikan asuhan yang
berorientasi pada orang sakit, biarkan pasien untuk selalu berada di
tempat tidur dalam posisi yang tida berubah-ubah. Yakinkan pasien
bahwa dengan berdiri atau sambil berjalan-jalan justru akan
mempercepat proses pembukaan jalan lahir sehingga penderitaannya
akan segera berakhir
5. Memberi minuman yang manis, seperti jus buah segar, teh herbal, atau
sirup dapat menyamankan pasien sekaligus menjaga kadar gula darah
tidak turun.

VII. Tekhnik Pain Relief dalam Persalinan


Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah
keringanan rasa sakit. Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap
rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain berikut ini:
1. Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meningkatkan respons
individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak
diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan
(tanpa pendamping), dan rasa takut atas kegagalan persalinan
dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan
yang lalu juga akan menambah kecemasan.
2. Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu
yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam
menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.
3. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan yang
sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari
akhir masa kehamilannya akan kurang mampu menolerir rasa sakit.
4. Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam
reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoisisme (sabar
dan membiarkannya), sedang budaya lainnya mendorong
keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
5. Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman.
Wanita yang realistis dalam pengharapan mengenai persalinannya
dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan
yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan
menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin
bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.

Pendekatan untuk mengurangi rasa nyeri:

1. Menurut Varney’s Midwifery


a. Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan
b. Pengaturan posisi
c. Relaxasi dan latihan pernapasan
d. Istirahat dan privasi
e. Penjelasan mengenai proses kemajuan, dan prosedur yang akan
dilakukan
f. Asuhan diri
g. Sentuhan
2. Menurut Penny Simkins
a. Mengurangi sakit langsung di sumbernya
b. Memberikan rangsangan alternatif yang kuat
c. Mengurangi mental negatif, emosional, dan reaksi fisik ibu
terhadap rasa sakit

Metoda pengurangan nyeri yang diberikan oleh pendamping persalinan


secara terus-menerus bersifat sebagai berikut:

1. Sederhana
2. Efektif
3. Biaya rendah
4. Risiko rendah
5. Kemajuan persalianan meningkat
6. Hasil kelahiran bertambah baik
7. Bersifat sayang ibu
A. Metode Pengendalian Nyeri Persalinan secara Farmakologis
Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan menggunakan beberapa
metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya
pethidine, anestesi epidural, entonox, TENS, atau ILA (Intrathecal Labour
Analgesia); namun belum semua obat ada di Indonesia.

1. Pethidine
Pemberian pethidine akan membuat tenang, rileks, malas
bergerak, dan terasa akan ngantuk; tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi
20 menit, kemudian bekerja selama 2-3 jam dan biasanya diberikan
pada Kala I. Obat biasanya disuntikan pada bagian paha atau bokong.
Penggunaan obat ini menyebabkan bayi mengantuk tetapi
pengaruhnya akan hilang setelah bayi lahir. Pethidine tidak diberikan
secara rutin, tetapi diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang terlalu
kuat.
2. Anestesi epidural
Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu
untuk tidak merasakan sakit tanpa tidur. Obat anestesi disuntikan pada
rongga kosong, tipis (epidural) di antara tulang punggung bagian
bawah. Spesialis anestesi akan memasang kateter untuk mengalirkan
obat yang mengakibatkan syaraf tubuh bagian bawah mati rasa selama
sekitar 2 jam, sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini
harus diperhitungkan agar tidak ada pengaruhnya pada Kala II
persalinan jika tidak maka ibu akan mengedan lebih lama.
3. Entonox
Metode ini menggunakan cairang oxigen dan nitrous oksida,
dapat menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan daripada anestesi
epidural dan dapat digunakan sendiri. jika kontraksi mulai terasa
pegang masker di muka, lalu tarik napas pelan-pelan. Rasa sakit akan
berkurang, dan kepala terasa lebih ringan.
4. TENS
Metoda penghilang rasa sakit menggunakan mesin TENS
(Transcutaneous Electrical Nerves Stimulation) dipilih jika rasa sakit
ingin hilang tanpa menggunakan obat. mesin ini merupaka suatu
sensor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa sakit dengan
mengirim pulsa arus listrik ke punggung. Beberapa elektroda
ditempelkan di atas punggung menuju rahim dan dihubungkan dengan
panel kontrol yang dipegang untuk menahan atau mengurangi arus
listrik. Alat ini mudah digunakan dan tidak membahayakan.
5. ILA (Intrathecal Labour Analgesia)
ILA (Intrathecal Labour Analgesia) adalah suatu teknik baru
untuk menghilangkan nyeri persalinan yang hampir mirip dengan
epidural tetapi berbeda pada lokasi dan cara pemberian obat
anestesinya. Pada ILA, obat anestesi disuntikan intrafekal, suatu
daerah sedikit di atas epidural dan dosis obat yang diberikan lebih
sedikit dibanding epidural. Keuntungan dari teknik ILA dibanding
epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah
dilakukan, dan biayanya relatif lebih murah.

B. Metode Pengendalian Nyeri Persalinan secara Nonarmakologis


1. Kompres panas
Sebuah studi kecil mengenai kompres panas yang diletakkan di
fundus, menemukan bahwa tindakan ini akan meningkatkan aktivtas
rahim. Kompres panas meningkatkan suhu kulit lokal, mengurangi
spasme otot, dan meningkatkan ambang nyeri. Hal yang harus
diperhatikan oleh pendamping persalinan adalah panas dari alat
kompres harus dapat dirasakan senyaman mungkin oleh ibu, karena
kemungkinan pada saat persalinan ibu tidak dapat bereaksi terhadap
panas yang berlebihan.
Cara pemberian kompres panas sebagai berikut:
a. Bungkus sumber panas dengan satu atau dua lapis handuk
untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu panas.
b. Letakkan handuk basah hangat, bantalan panas, kantong
pasta silika yang dipanaskan, atau botol air panas di perut
bagian bawah, paha, punggung bawah, bahu, atau
perineum.
Kompres panas tidak dapat digunakan jika ibu melaporkan rasa
tidak nyaman dengan panas atau sedang demam, dan ketika bidan
merasa khawatir terhadap kemungkinan terjadi bahaya akibat panas
tersebut.
2. Kompres dingin
Kompres dingin berguna untuk mengurangi ketegangan nyeri
sendi dan otot, mengurangi pembengkakan, dan menyejukkan kulit.
Kompres dingin akan membuat baal daerah yang terkena dengan
memperlambat transmisi nyeri melalui neuron-neuron sensorik.
Cara pemberian kompres dingin adalah sebagai berikut:
a. Bungkus sumber dingin dengan satu atau dua lapis handuk
untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu dingin dan
menghindari rasa tidak nyaman mendadak yang akan terjadi
jika benda dingin langsung diletakkan pada kulit, dan
memungkinkan toleransi dari rasa sejuk menjadi rasa dingin.
b. Letakkan sumber kompres dingin pada punggung bawah
atau perineum (kantong es, kantong jeli, kain basah yang
didinginkan, atau botol plastik beku)
c. Pasang sabuk kantong jeli dipunggung bawah sehingga
memungkinkan ibu dapat bergerak bebas.
d. Kompres dingin pada rektum membantu mengurangi rasa
nyeri yang terjadi karena hemoroid.
Kompres dingin tidak dapat digunakan jika ibu tidak
menginginkannya dan ketika ibu mengatakan bahwa penggunaan
kompres dingin tidak membantu atau justru malah mengganggu.
3. Hidroterapi
Selain mengurangi ketegangan, nyeri otot, nyeri sendi; hidro
terapi juga dapat mengurangi efek gravitasi bersama ketidaknyamanan
yang berkaitan dengan tekanan pada panggul dan struktur lain, tekanan
yang merata pada bagian tubuh yang terendam, dan kehangatan sering
kali menghasilkan penurunan nyeri dan kemajuan persalinan aktif yang
lebih cepat.
Jika menggunakan bak mandi, pastikan bahwa air yang
digunakan berkisar antara 37-37,5˚C, karena air yang lebih hangat
dapat meningkatkan suhu tubuh ibu dan mengakibatkan takikardi.
Pemantauan janin pada hidroterapi dilakukan dengan
menggunakan doppler genggam yang kedap air. Hidroterapi dapat
digunakan jika keseimbangan atau kemampuan berdiri ibu tidak
memadai – karena pengaruh obat-obatan atau sebab-sebab lain, terjadi
perdarahan dan gawat janin pada saat pembukaan lengkap dan tidak
ada rencana untuk melahirkan di dalam air, atau jika wanita sudah
mendapatkan anestesia epidural untuk mengatasi nyeri.
4. Counterpressure
Tekanan yang terus menerus selama kontraksi dilakukan pada
tulang sakrum wanita atau kepalan salah satu tangan, atau peremasan
pada kedua pinggul. Hal tersebut dapat membantu mengurangi nyeri
punggung yang dirasakan wanita melahirkan. Belum jelas bagaimana
hal ini dapat membantu, tetapi penekanan ini sangat membantu dalam
mengurangi nyeri yang dirasakan. Peremasan panggul dapat
mengurangi regangan yang terjadi pada sakro iliaka. Sehingga
mengurangi tegangan-tegangan yang terjadi akibat penekanan interal
dari kepala janin. Counterpressure tidak dapat diteruskan jika wanita
merasa penekanan ini tidak dapat menolong dalam mengurangi rasa
nyeri yang dideritanya.
5. Penekanan lutut
Tekanan langsung melalui tulang paha ke arah satu atau dua
sendi pinggul, melepaskan sendi sakro iliaka dari ketegangan dan
dapat mengurangi rasa nyeri. Penekanan lutut tidak dapat digunakan
jika ibu mengalami nyeri sendi, peradangan, atau kerusakan pada lutut,
dan ketika ibu mengatakan penekanan lutut tidak membantu
mengurangi rasa nyeri.
Penekanan lutut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Wanita dengan posisi duduk
Wanita duduk tegak di kursi dengan kaki
ditempatkan di lantai, jika tidak sampai, gunakan buku atau
penyanggah lain sehingga kaki bisa menapak. Pendamping
atau bidan berlutut di depan ibu sambil memegang lutut dan
menekannya sepanjang kontraksi. Wanita akan merasakan
punggung terasa lega dan nyerinya berkurang.
b. Wanita dengan posisi berbaring miring dengan satu atau
dua bantal menyanggah lutut
Diperlukan dua orang, tekanan hanya pada lutut
yang terletak di bagian atas. Wanita menekuk lutut atas dan
sendi pinggul sampai membentuk sudut 90˚. Satu orang
menekan sakrum wanita selama kontraksi untuk
menstabilkannya dan yang lainnya menekan lutut atas
langsung ke arah sendi pinggul wanita.
6. Gerakan
Menggerak-gerakkan tubuh secara berirama merupakan salah
satu cara yang alamiah untuk mengkoping persalinan dengan baik.
gerakan tubuh yang berirama adalah berdiri, dan berayun pada sebuah
meja, berlutut sambil bergoyang dengan disanggah pasangan, atau
dengan bantuan sebuah bola besar yang mampu menahan beban
sampai dengan 136 kg. Jika disanggah pasangan, maka akan
mengurangi produksi ketokelanin sehingga meningkatkan perasaan
sejahtera.
Bentuk bulat dari bola memungkinkan ibu untuk berayun tanpa
usaha. Hal yang perlu diperhatikan adalah wanita sebaiknya
berpegangan pada tempat tidur atau pada pasangannya sampai ia
merasa benar-benar seimbang, bola ini juga dapat digunakan untuk
meringankan beban punggung orang tua saat mereka harus
menggendong bayinya dibandingkan dengan berjalan dengan
menggendong bayinya.
Meskipun sudah dialami oleh sebagian besar wanita, rasa nyeri
saat melahirkan bersifat unik dan berbeda pada setiap individu. Rasa
nyeri memiliki karakteristik yang sama atau bersifat umum.
Pengendalian rasa nyeri berhubungan dengan keputusan untuk
mengimplementasikan atau memberikan pengendalian rasa tersebut.
Rasa nyeri pada persalinan yang dialami pada saat persalinan
disebabkan oleh kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan distensi
perineum; yang terjadi pada akhir Kala I dan II dengan peregangan
vagina dan dasar panggul untuk mengakomodasi bagian terendah
janin.

Adapun tindakan pendukung yang dapat diberikan untuk


menghilangkan rasa nyeri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengaturan posisi
Faktor penting pada saat wanita berada dalam
persalinan adalah bukan saat ia akhirnya melahirkan, tetapi
saat ia tetap mampu bergerak dengan gelisah selama
persalinan. Mobilisasi membantu ibu untuk tetap merasa
terkendali.
Membiarkan ibu bersalin untuk memilih posisi persalinan
memiliki banyak keuntungan, misalnya mengurangi rasa tidak
nyaman; mengurangi trauma perineum; dan menjadi lebih
mudah meneran. Posisi juga merupakan salah satu dasar yang
memengaruhi keutuhan perineum. Oleh karena itu, ibu bersalin
harus diperbolehkan memilih posisi mereka sendiri saat
persalinan.
Posisi yang diterapkan saat persalinan harus dapat
menghindari terjadinya hipoksia pada janin, menciptakan pola
kontraksi uterus yang efisien, meningkatkan dimensi pelvis,
memudahkan pengamatan janin, memberikan paparan
perineum yang baik, menyediakan daerah yang bersih untuk
melahirkan, dan menimbulkan perasaan yang nyaman bagi ibu.
Berikut posisi ibu melahirkan:
1) Posisi berbaring miring
2) Jongkok
3) Merangkak
4) Semi duduk
5) Duduk
b. Relaksasi dan latihan pernafasan
Bernafas dalam dengan rileks sewaktu ada his, dengan
cara meminta ibu untuk menarik nafas panjang, tahan nafas
sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu
ada his. Akan tetapi hal tersebut sudah tidak dianjurkan lagi,
sekarang ibu dianjurkan untuk bernafas seperti biasa dan
meneran pada saat ibu merasakan adanya dorongan.
c. Usapan di punggung atau abdomen
Jika ibu suka, lakukan pijatan di punggung atau
mengusap perut dengan lembut. Hal ini dapat memberikan
dukungan dan kenyamanan pada ibu bersalin sehingga akan
mengurangi rasa sakit.
d. Pengosongan kandung kemih
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
Kandung kemih yang penuh akan menyebabkan nyeri pada
bagian abdominal juga menyebabkan sulit turunnya bagian
terendah dari janin.
LAMPIRAN

1. Saat keadaan apa obat penenang diberikan kepada ibu bersalin? (Intan Permata
Sari)
Obat penenang ini tidak harus selalu diberikan kepada pasien yang merasa
nyeri. Sebagai seorang bidan kita harus meminimalkan intervensi obat sesuai
dengan filosofi, karena rasa nyeri menjelang persalinan merupakan hal yang
fisiologis. Namun, ketika pasien merasakan nyeri diluar batas kenormalan baru obat
penenang ini diberikan dengan syarat dibawah pengawasan dokter dikarenakan
obat tersebut memiliki resiko ketika diberikan. (Rina Oktavia)

2. Bagaimana teknik penekanan lutut dan counterpressure? (Alifa Rahmannisa


Rabbani)
Teknik penekanan lutut:
Tekanan langsung melalui tulang paha ke arah satu atau dua sendi pinggul,
melepaskan sendi sakro iliaka dari ketegangan dan dapat mengurangi rasa nyeri.
Penekanan lutut tidak dapat digunakan jika ibu mengalami nyeri sendi, peradangan,
atau kerusakan pada lutut, dan ketika ibu mengatakan penekanan lutut tidak
membantu mengurangi rasa nyeri.
Penekanan lutut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Wanita dengan posisi duduk
Wanita duduk tegak di kursi dengan kaki ditempatkan di lantai,
jika tidak sampai, gunakan buku atau penyanggah lain sehingga kaki bisa
menapak. Pendamping atau bidan berlutut di depan ibu sambil
memegang lutut dan menekannya sepanjang kontraksi. Wanita akan
merasakan punggung terasa lega dan nyerinya berkurang.
b. Wanita dengan posisi berbaring miring dengan satu atau dua bantal
menyanggah lutut
Diperlukan dua orang, tekanan hanya pada lutut yang terletak di
bagian atas. Wanita menekuk lutut atas dan sendi pinggul sampai
membentuk sudut 90˚. Satu orang menekan sakrum wanita selama
kontraksi untuk menstabilkannya dan yang lainnya menekan lutut atas
langsung ke arah sendi pinggul wanita.
Teknik counterpressure:
Tekanan yang terus menerus selama kontraksi dilakukan pada tulang
sakrum wanita atau kepalan salah satu tangan, atau peremasan pada kedua
pinggul. Hal tersebut dapat membantu mengurangi nyeri punggung yang dirasakan
wanita melahirkan. Belum jelas bagaimana hal ini dapat membantu, tetapi
penekanan ini sangat membantu dalam mengurangi nyeri yang dirasakan.
Peremasan panggul dapat mengurangi regangan yang terjadi pada sakro iliaka.
Sehingga mengurangi tegangan-tegangan yang terjadi akibat penekanan interal dari
kepala janin. Counterpressure tidak dapat diteruskan jika wanita merasa penekanan
ini tidak dapat menolong dalam mengurangi rasa nyeri yang dideritanya. (Dea Ulfiah
Andrian)

3. Mengapa saat tekanan darah ibu bersalin menurun, dicurigai terjadi perdarahan?
Dan apa yang harus dilakukan bidan pada keadaan tersebut? (Riska Rosalina)
Tekanan darah ibu bersalin normalnya naik, dengan demikian penurunan
tekanan darah menurun pada ibu bersalin dicurigai terjadi perdarahan. Hal yang
harus dilakukan bidan saat terjadi perdarahan yakni:
a. Menghentikan perdarahan
b. Mencegah timbulnya syok
c. Mengganti darah yang hilang (Dea Ulfiah Andrian)

Karena jika terjadi pendarahan, jumlah darah dalam tubuh dalam keadaan
tidak memenuhi kapasitas kerjanya. Hal ini menyebabkan menurunnya kerja cardiak
output jantung, dan berdampak pada tekanan darah yang semakin menurun.
Akibatnya nilai sistole dan diastole rendah. (Febrianti Nur Azizah)

Normalnya saat ibu bersalin tekanan darah tidak menurun, jika tekanan
darah menurun dicurigai terjadi perdarahan karena darah yg seharusnya mendesak
di pembuluh darah terputus atau robek yg mengakibatkan darah keluar dr pembuluh
darah dan tekanan pada pembuluh darah menurun. (Nur Malasari Deliani)

4. Apa kekurangan dari setiap posisi persalinan? Dan bagaimana rasionalisasi posisi
persalinan tersebut? (Dini Nur Fitri)
a. Kekurangan :
1) Setengah duduk atau duduk
Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan
kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.
2) Lateral (miring)
Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu
proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila
harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
3) Berdiri atau jongkok
Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat.
Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang
empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan
pun sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi
atau memantau perkembangan pembukaan.
4) Merangkak
Detak jantung bayi tidak dapat diukur dengan baik. Ibu
membutuhkan kekuatan yang lebih di tangan untuk menyangga tubuhnya.
Jika tidak ia akan jatuh terkungrap. (Nariezka Yufithasari)
b. Rasionalisasi :
5) Duduk/ setengah duduk
Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati/ men-support perineum.
6) Merangkak
Baik untuk prsalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi
melakukan rotasi, pergangan minimal pada perineum.
7) Berdiri atau jongkok
Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul,
memperbesar dorongan untuk menelan.
8) Berbaring miring ke kiri
Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenisasi yang baik
bagi bayi, membantu mencegah tejadinya laserasi.

5. Apa maksud dari perbedaan persalinan semu dan sejati mengenai “pada persalinan
semu, kepala belum masuk PAP, walaupun terjadi kontraksi”? Bukankah pada
primigravidarum kepala mulai masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu? (Indah
Maulina)
Maksud dari pernyataan tersebut adalah jika terjadi persalinan semu, ibu
akan merasakan ada kontraksi yang dirasakan padahal kepala janin belum masuk
PAP. Hal ini bisa terjadi karena dipicu oleh faktor psikologis ibu, misalnya ibu stress
dan banyak pikiran. Akibatnya ibu merasakan kontraksi atau mulas seperti akan
melahirkan.(Febrianti Nur Azizah)
Pada penjelasan tersebut maksudnya adalah kontraksi yang terjadi pada
persalinan semu tidak disebabkan oleh tekanan dari kepala janin ke pintu atas
panggul. Kontraksi seperti ini disebut dengan Braxton Hicks. Sedangkan pada
persalinan sejati, kontraksi terjadi karena adanya tekanan janin pada pintu atas
panggul yang bersifat semakin tertekan pintu atas panggul semakin kuat kontraksi
terjadi. (Amalia)

Anda mungkin juga menyukai