Anda di halaman 1dari 45

Abortus Inkomplit

Johanna Tania
Laylia Mulyandari
Andrea Nina D
Wahyu Febrianto

Supervisor:
dr. Pande Made Dwijayasa, spOG
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Abortus (keguguran)  salah satu penyebab


perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester
pertama dan kedua (Wiknjosastro, 2006).

Berdasarkan data WHO, presentase kemungkinan


terjadinya abortus cukup tinggi, sekitar 15-40%
angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah
dinyatakan positif hamil dan 60-75% angka
abortus terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu
(Lestariningsih, 2008)
Latar Belakang

Menurut WHO tahun 2006, tingkat kasus


aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi di
Asia Tenggara, mencapai dua juta kasus dari
sekitar 4,2 juta jumlah kasus per tahun yang
terjadi di negara-negara Association Of South
East Asian Nation (ASEAN)
(Depkes RI, 2006)
Latar Belakang

Abortus merupakan salah satu penyebab


terjadinya perdarahan, dan sebagai penyebab
langsung kematian ibu/maternal. Kematian
maternal merupakan masalah besar
khususnya di negara berkembang. Sekitar 98-
99% kematian maternal terjadi di negara
berkembang, sedangkan di negara maju
hanya sekitar 1-2%.
(Manuaba, 2007)
Tujuan

 Mengetahui diagnosis, penatalaksanaan dan


perawatan abortus pada kasus yang
diajukan.
 Mengetahui faktor risiko, pencegahan, dan
komplikasi pada kasus yang diajukan
Manfaat

 Penulisan laporan kasus ini dapat


meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
dokter muda mengenai abortus dalam hal
pelaksanaan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan penunjang, penegakan diagnosis,
penatalaksanaan, dan perawatan.
URAIAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. Y
No Reg : 11205548
Umur : 19 tahun
Alamat : Jl. Tlogomas RT 13 RW 4 Malang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah 1x
Lama menikah : 9 bulan
Kehamilan : P0000Ab000
Riwayat KB : tidak pernah menggunakan KB
Tanggal MRS : 25 November 2014
SUBJEKTIF
Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir

Anamnesis
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 5 hari
yang lalu setelah 1 hari yang lalu sebelumnya pasien jatuh
terpeleset di kamar mandi. Pertama keluar darah bergumpal-
gumpal, sekarang tinggal flek-flek saja. Pasien tidak berobat
setelah itu
SUBJEKTIF
Riwayat Pernikahan
Perkawinan 1 kali dengan suami sekarang selama 9 bulan

Riwayat Obstetri
P0000Ab000, tidak pernah menggunakan KB

Riwayat Haid
HPHT : 23 September 2014
Siklus : 28 hari
Lamanya haid : 4-5 hari
Jumlah haid : biasa

Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri perut (-) Keputihan (-)
Nafsu makan biasa, berat badan tetap, miksi dan defekasi dalam batas normal
SUBJEKTIF
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-) Riwayat operasi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak memiliki penyakit yang serupa

Riwayat Pengobatan
Vitamin Sulfat Ferous 2x1 dan asam folat 1x1

Riwayat Sosial
Pasien adalah ibu rumah tangga, tinggal di Surabaya. Suami bekerja di Malang
OBJEKTIF
Status
Keadaan umum : baik Generalis
Kesadaran : compos mentis
BB : 67 kg
TB : 155 cm
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit, reguler
RR : 20x/menit
Suhu aksiler : 36.40C
Suhu rectal : 36.80C

Kepala dan leher : anemis -|- icteric -|-


Thoraks : cor/ S1 S2 tunggal, murmur (-)
Pulmo/ v v Rh - - Wh - -
vv -- --
vv -- --
Abdomen : fundus uteri tidak teraba, ballottement (+),
BU(+)N
Ekstremitas : akral hangat, edema -|-
OBJEKTIF
Status
Genetalia Eksterna Ginekologi
Inspeksi : v/v flux (+)minimal, fluor (-)
Inspekulo : flux (+)minimal, fluor (-), porsio nullipara terbuka,
licin, tampak jaringan keluar dari OUE
Vaginal Touche : porsio nullipara terbuka, licin, teraba jaringan
keluar dari OUE.
Corpus uteri retrofleksi sesuai usia kehamilan
6-8 minggu.
Adnexa parametrium D/S massa (-) nyeri (-)
Cavum Douglasi dalam batas normal

Pemeriksaan
Penunjang
Plano Test :+
Darah Lengkap : 10,50/8.190/33,00/436.000
Assessment

Abortus inkomplit

Planning
PDx :-
PTx : pro kuretase
Persiapan kuretase : Gentamicin inj. 80 mg intravena dan Kaltrofen supp. II
diberikan 1/2 jam sebelumnya
PMo : vital sign, keluhan subjektif pasien
PEd : KIE dan informed consent pasien dan keluarga tentang
kondisi ibu saat ini, prosedur tindakan medis yang
akan dilakukan berserta resiko yang akan terjadi dan
prognosis serta surat persetujuan tindakan kuretase
LAPORAN KURETASE
 Tindakan septik antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya
 Pemasangan spekulum bawah dan spekulum atas
 Bibir portio dijepit dengan Kogeltang Sonde, masuk sedalam 8 cm,
corpus uteri retrofleksi
 Kuretase dengan curet no.2 dan no.3
 Berhasil dikeluarkan jaringan plasenta sebanyak 10 gram
 Jumlah perdarahan 10 cc
 Tidak dilakukan pemasangan IUD
 Lama kuretase 15 menit

Diagnosa pra kuretase : Pasca curetase :


Tx pasca kuretase :
Abortus inkomplit Keadaan umum
Amoxicillin 3x500 mg
baik/compos mentis
Asam mefenamat 3x500 mg
Tensi : 110/70 mmHg
Diagnosa pasca kuretase : Methergin 2x1
Nadi : 88x/menit
Abortus inkomplit Rob 2x1
RR : 20x/menit
PERMASALAHAN

Diagnosa
• Bagaimana penegakan diagnosa pada
kasus ini?
Penatalaksanaan dan prognosis
• Bagaimana penatalaksanaan dan
prognosis pada kasus ini?
PEMBAHASAN
ANATOMI ALAT REPRODUKSI WANITA

Standring, 2008
ANATOMI ALAT REPRODUKSI WANITA

Martini, 2006
FISIOLOGI ALAT REPRODUKSI WANITA

Shien et al., 1999


DEFINISI

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin


mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau janin belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Prawirohardjo, 2008).

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus


spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah
abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus provokatus
adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja,
baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat
(Sastrawinata et al., 2005).
ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesa
• ditekankan pada riwayat perkawinan,
kehamilan, siklus menstruasi, penyakit
yang pernah diderita khususnya penyakit
obstetri dan ginekologi, serta
pengobatan, riwayat KB, serta keluhan-
keluhan seperti perdarahan dari jalan
lahir, keputihan (fluor albus), nyeri,
maupun benjolan (Prawirohardjo, 2011).
Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi Vulva
2. Inspekulo
3. Colok Vagina
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan Doppler
3. USG
4. Tes Kehamilan
Anamnesa
PASIEN TEORI
Pasien wanita/19 th/ Anamnesis:
menikah 1x, 9 bulan/ • Riwayat perkawinan
P0000Ab000, HPHT • Kehamilan
23 September 2014 • Siklus menstruasi
• Riwayat penyakit (penyakit obstetri
dan ginekologi)
• Pengobatan
• Riwayat KB
• Keluhan (perdarahan dari jalan lahir,
keputihan, nyeri, benjolan)
(Prawirohardjo,2011)
Anamnesa
PASIEN TEORI
Keluhan utama Manifestasi klinik abortus:
keluar darah dari • Amenore <20 minggu
jalan lahir • Pendarahan pervaginam, mungkin
disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
• Rasa mulas atau kram perut
didaerah atas simfisis, sering
disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
Sastrawinata et al. 2005
Anamnesa
PASIEN TEORI
Riwayat trauma (+) Faktor predisposisi:
(jatuh terpeleset) riwayat obstetri yang kurang baik,
riwayat infertilitas, adanya kelainan
atau penyakit yang menyertai
kehamilan, infeksi, paparan zat kimia,
trauma abdomen/pelvis pada trimester
pertama, kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi, kelainan pada plasenta,
kelainan traktus genetalia seperti
inkompetensi serviks
(Henderson dan Jones, 2006).
Pemeriksaan Fisik
PASIEN TEORI
Status generalis: Penegakan diagnosis abortus:
dalam batas normal Inspeksi Vulva: Pendarahan
Status Obstetrik: pervaginam, jaringan hasil
Inspeksi : v/v flux (+) konsepsi, tercium bau busuk dari
minimal, fluor (-) vulva?
Inspekulo : Flux (+) Inspekulo: Pendarahan dari
minimal, fluor (-), porsio kavum uteri, OU terbuka atau
nullipara terbuka, licin, tertutup, ada atau tidaknya
tampak jaringan keluar jaringan, cairan atau jaringan
dari OUE berbau busuk keluar dari OU
(Prawirohardjo, 2007)
Pemeriksaan Fisik
PASIEN TEORI
Vaginal Touche: Colok Vagina: Porsio
Porsio nullipara terbuka, licin,terbuka atau tertutup, teraba
teraba jaringan keluar dari atau tidak jaringan dalam
OUE. kavum uteri, besar uterus
Corpus uteri retrofleksi sesuai sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan 6-8 minggu. usia kehamilan, tidak nyeri
goyang porsio, tidak nyeri
Adnexa parametrium D/S pada peraban adneksa,
massa (-) nyeri (-). kavum douglasi tidak
Cavum Douglasi dalam batas menonjol dan tidak nyeri.
normal.
Pemeriksaan Fisik
PASIEN TEORI
Plano Tes: • Pemeriksan laboratorium darah
Positif lengkap
Darah Lengkap: • Tes kehamilan: positif jika janin masih
10,50/8190/33,00/ hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
436.000 abortus.
• Pemeriksan dopler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih
hidup.
• Pemeriksan kadar fibrinogen darah
pada missed abortion (Fransisca, 2007)
Penatalaksanaan
PASIEN TEORI
Pro kuretase Pada abortus inkomplet
Persiapan kuretase: • Tanda syok  diatasi dulu
Gentamicin inj. 80 mg IV & • Jaringan dikeluarkan
Kaltrofen supp. II secepat mungkin dengan
1/2 jam sebelum kuret metode digital dan kuretase.
• Diberi obat uterotonika dan
Terapi pasca kuretase: antibiotika
Amoxicilin 3x500mg (Mochtar, 2007)
Asam mefenamat 3x500mg
Methergin 2x1
Roburentia 2x1
Penatalaksanaan
PASIEN TEORI
Monitoring: Observasi dua jam pasca
vital sign, keluhan subyektif kuretase tidak didapatkan
pasien keluhan dan keadaan umum
pasien stabil.
Penatalaksanaan
PASIEN TEORI
KIE dan informed consent Abortus spontan terjadi sekitar
pasien dan keluarga: 1 dari 7 kehamilan. Ibu bisa
1. Kondisi ibu hamil lagi jika kondisi sudah
2. Prosedur tindakan benar-benar pulih
medis yang akan (Saifuddin, 2010)
dilakukan beserta risiko Banyak Ibu meninggal karena
yang akan terjadi komplikasi abortus dan
3. Prognosis serta surat sekurangnya 95% di antaranya
persetujuan tindakan terjadi di negara berkembang
kuretase. (Dwilaksana, 2010)
Prognosis

Prognosis pada kasus ini adalah


mengarah ke baik (dubia ad bonam)
Kesimpulan
• Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan

• Faktor predisposisi terjadinya abortus yaitu faktor


maternal, riwayat obstetri yang kurang baik, riwayat
infertilitas, adanya kelainan atau penyakit yang
menyertai kehamilan, berbagai macam infeksi,
paparan dengan berbagai macam zat kimia, trauma
abdomen/pelvis pada trimester pertama, kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada
plasenta, kelainan traktus genetalia seperti
inkompetensi serviks.
Kesimpulan
• Patofisiologi terjadinya abortus yaitu berawal dari
perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas
dan dianggap benda asing dalam uterus dan uterus
berkontraksi.

• Manifestasi klinik abortus yaitu terlambat haid atau


amenore kurang dari 20 minggu, keadaan umum
tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat, perdarahan pervaginam, rasa mulas atau
kram perut di daerah atas simfisis.
Kesimpulan
• Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu tes
kehamilan, pemeriksaan Doppler atau USG,
pemeriksaan kadar fibrinogen darah.
• Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan,
abortus dibagi atas abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit, missed
abortion, abortus terapeutik dan abortus septik.
• Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari abortus
adalah perdarahan, perforasi, syok, infeksi dan
kelainan pembekuan darah.
• Penatalaksanaan pasca abortus adalah curetase,
uterotonika dan antibiotik.
Kesimpulan
• Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) tentang pentingnya pencegahan terjadinya
abortus meliputi infeksi kelainan hormonal seperti
hipotiroidisme, diabetes melitus, malnutrisi,
penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi
alkohol, dan faktor imunologis.
• Pentingya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
pada pasien yang mengalami abortus untuk
menjalani pengobatan yang tepat.
• Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) tentang pentingnya monitoring berkala
pada kasus abortus untuk perencanaan tatalaksana
dan tindakan selanjutnya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai