013.06.0058
Ruptur Abortus ke
dinding dalam
tuba lumen tuba
Nyeri
abdomen
Bercak
darah Amenorea
(spotting)
ANAMNESIS PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
PENUNJANG
Pemeriksaan
Kuldosintesis
ginekologi
Laparoskopi
Laparotomi
Infeksi pelvik
TERAPI
Pasang lingkar abdomen
DL serial @ 2 jam
Cefatoxine 2 x 1 gr iv
Metronidazole 3 x 1 gr iv
S: Sesak (-), Nyeri pada simpisis (+), Distensi (+), BU (+) N, nyeri (+)
sakit kepala (-), pusing (-), lemah Defance musculare (+)
(+)
Tanda cairan bebas (-) Shifting
O: Status Present : dullness(-)
TekananDarah : 90/60 mmHg Anogenital
Nadi : 98 x/menit Inspeksi:
Lajupernapasan : 20 x/menit Pengeluaran pervaginam: ada (+)
Suhuaksila : 36oC flekdarah
Status Ginekologi : Perinium : utuh
Abdomen: Jahitan : tidak ada
Inspeksi: A: G3P1011 UK 5-6 minggu + KET
Luka bekas operasi: tidak ada P: dr. Wedagama Sp.OG
Kelainan : tidak ada Siapkan laparotomi
Auskultasi: Bising usus (+), DJJ (-) KIE: Pasien dan suami tentang kondisi
Palpasi: pasien termasuk diagnosa, tentang
rencana tindakan segera yang akan
Tinggi fundus uteri: tidak teraba
dilakukan.
Nyeri tekan shimpisis: (+)
Pukul 11.00 WITA telah dilakukan Pdx : DL, PA
salpingoovoectomi sinistra et causa P : rawat HCU ~ TS anestesi
kehamilan ektopik terganggu
IVFD + analgetik ~ TS Anestesi
Status present
IVFD RL 20 tpm
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Puasa 6 jam
Nadi : 84 x/menit
Cek DL 2 jam post op
Respirasi : 18 x/menit
Cetriaxone 2 x 1gr iv
Suhu aksila : 36.4oC
Mx: keluhan, vital sign, balance cairan
Status ginekologi
DL : (23/12/2017 )
Abdomen : distensi (-), BU (+)
normal luka operasi terawat WBC : 9.4 x 109/L
Pada (VT) didapatkan nyeri goyang portio cervix, hal ini mendukung adanya rangsangan
(iritasi) oleh darah pada peritoneum. Ditemukan kavum doglas tidak dalam keadaan menonjol,
hal ini menunjukan tidak ada atau belum adanya perdesakan oleh cairan dalam rongga pelvis,
cairan tersebut dapat berupa darah akibat ruptur tuba. Pada pemeriksaan laboratorium
terdapat kenaikan leukosit (15,02 x 109/L) yang kemungkina terjadi karena adanya infeksi.
Setelah dilakukan observasi ditemukan adanya penurunan kondisi pasien dan hasil lab
menunjukkan HB yang menurun, nyeri perut dirasakan memberat kemungkinan sudah terjadi
adanya ruptur dari tuba uteri. Dari uraian diatas awalnya pasien didiagnosis dengan kehamilan
ektopik kemudian karena kondisi pasien yang semakin buruk maka diagnosis KET dapat
ditegakkan, sehingga pasien dan suaminya di beri penjelasan mengenai keadaan pasien dan
perlunya dilakukan tindakan operasi segera pada tanggal 23 November 2017, oleh karena
bahaya yang dapat mengancam nyawa pasien akibat perdarahan oleh ruptur tuba.
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dimana sel
telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uterus dan menimbulkan keadaan gawat.
Angka kejadiannya dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Untuk menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu
selain berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
ginekologis kita juga perlu membedakannya dengan keadaan
patologi lainnya yang memberikan gambaran yang hampir sama.
Jika diagnosis sudah ditegakkan maka harus dioperasi.
Operasi dilakukan sesuai dengan lokasi dari kehamilan ektopik
terganggu. Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kehamilan
ektopik terganggu adalah terjadi syok irreversibel, perlekatan
dan obstruk. Untuk wanita dengan anak cukup sebaiknya pada
operasi dilakukan salpingectomy bilateral untuk mencegah
kehamilan ektopik berulang. si usus
TERIMA KASIH