Anda di halaman 1dari 14

Sulatun Hidayati

013.06.0058

KEPANITERAAN KLINIK
SMF PEDIATRI RSUD KLUNGKUNG
UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM
2018
DEFINISI

Alergi makanan merupakan respons


imunologis yang abnormal terhadap
Reaksi simpang terhadap makanan
makanan. Reaksi ini terjadi setiap kali
sering ditemukan pada anak, terutama
mengkonsumsi makanan dan relatif
pada 3 tahun pertama kehidupan.
tidak bergantung pada jumlah
makanan yang dimakan.
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi alergi makanan ditemukan pada 33 %


penderita dermatitis atopic dan 16% penderita
asma.
ETIOLOGI
Telur

Kerang Susu sapi

Kacang-
Ikan
kacangan

Soya Gandum
MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan reaksi alergi timbul dalam beberapa menit
hingga 2 jam setelah menelan makanan yang dicurigai.

Analisis diet dan gejala alergi yang dipantau selama 7-14


hari dapat menentukan hubungan antara makan
makanan yang dicurigai dengan gejala, juga sebagai data
dasar untuk pola ekspresi gejala.
MANIFESTASI KLINIS
Sering ditemukan adalah urtikaria, muka merah, angiodema
muka, dan gatal di mulut dan palatum. Pada kasus yang berat
terjadi angiodema pada lidah, uvula, faring, atau saluran napas
atas dapat terjadi.

Gejala saluran cerna meliputi nyeri perut, mual, muntah, dan


diare. Pada anak-anak mungkin ditemukan gejala rhinitis dan
mengi. Reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah makan ikan yang
mengandung tinggi histamin
ANAMNESIS
Apakah reaksi muncul tiap kali pasien mengkonsumsi makanan yang
dicurigai menyebabkan alergi? Jika tidak maka kemungkinan makanan
tersebut bukan penyebab alergi.

Berapa lama gejala muncul setelah pasien mengkonsumi makanan yang


dicurigai menyebabkan alergi? Reaksi diperantarai IgE biasanya muncul
dalam waktu menit-2,5 jam, sementara reaksi tidak diperantarai IgE
(diperantarai sel T) berlangsung 4 jam sampai 5-7 hari kemudian.

Adakah riwayat alergi di keluarga? Genetik diketahui berperan dalam


timbulnya reaksi alergi terhadap makanan.

Apa saja gejala yang diderita pasien? Untuk mengidentifikasi tipe reaksi
simpang makanan apakah bersifat imun atau non imun.
ANAMNESIS
Sering ditemukan adalah urtikaria, muka merah, angiodema
muka, dan gatal di mulut dan palatum

Kasus yang berat terjadi angiodema pada lidah, uvula, faring,


atau saluran napas atas dapat terjadi

Urtikaria kontak dapat terjadi tanpa disertai gejala sistemik

Gejala saluran cerna meliputi nyeri perut, mual, muntah, dan


diare. Pada anak-anak mungkin ditemukan gejala rhinitis dan
mengi

Reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah makan ikan yang


mengandung tinggi histamin
PEMERIKSAAN FISIK
Pada bayi umumnya lesi
di muka, leher dan
ekstensor

Pada anak-anak
likenifikasi atau rash
yang terlokalisir di
fleksor ekstremitas,
pruritus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terdapat 2 metode
untuk mengukur IgE
spesifik terahadap
makanan yaitu

ELISA CAP
(EnzymeLinked
DBPCFC (double Immunosorbent Assay
(SPT atau prick to
blind placebo control tests Polystyrene
prick)
food challenge). Cellulose foam
Enzyme/absorbance/
Pharmacia)
PENATALAKSANAAN
Eliminasi dan penghindaran jenis makanan yang telah
dibuktikan menjadi penyebab alergi

Pendidikan pada orangtua atau pasien mengenai hidden


food allergens dengan cara mengajarkan membaca label
makanan

Pendidikan mengenai pengenalan gejala dan cara


menanggulanginya

Konsultasi dengan ahli gizi bila harus dilakukan


eliminasi salah satu bahan makana
DAFTAR PUSTAKA
 Hill DJ. The Natural history of intolerance to soy and extensivele
hydrolised formula in infants with multiple food protein intolerance. J
Pediatr 1999;135:118.
 Sampson HA, Ho DG. Relationship between food-specific IgE
concentration and the risk of positive food challenges in children and
adolescents. J Allery Clin Immunol 1997;139;100444.
 Steinman HA. Hidden allergens in food. J Allergy Clin Immunol
1996;98:241.
 Zeiger RS, Heller S. the development and prediction of atopy in high-
risk children. Followup at age seven years in prospective randomized
study of combined maternal and infant food allergen avoidance. J
Allergy Clin Immunol 1995;95:1179.
 Leung AK. Food allergy: a clinical approach. Adv Pediar 1998;45:145-77.

Anda mungkin juga menyukai