Anda di halaman 1dari 23

Referat

Kepaniteraan Klinik
Status Ilmu Kesehatan Anak

Jenis-Jenis Susu Formula

Oleh:
Septia Kurniaty
NIM 11-2013-221
Pembimbing:
dr. Henny K, Sp.A
BAGIAN ANAK
RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK
PERIODE MEI-JULI 2015
DEPOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
1

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat

Nama Mahasiswa
NIM
Dokter Pembimbing

: Septia Kurniaty
: 11.2013.221
: dr. Henny K, Sp.A

Pendahuluan
Susu sebagai minuman utama pada bayi yang terdiri dari ASI, PASI atau susu formula
(comercial formula) dan non formula. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna,
kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada
anak. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah
dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu.
Manfaat bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan
kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi resiko terkena kanker payudara, dan
merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. PASI (pengganti air susu ibu) adalah merupakan
alternatif terakhir bila memang ASI tidak keluar, kurang atau mungkin karena sebab lainnya.
ASI adalah susu yang terbaik bagi anak. Dan susu formula terbaik adalah suatu susu
yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak yang tidak menimbulkan gangguan.
Pemilihan susu formula haruslah tepat, tidak hanya karena yang disukai, termahal, terkenal,
atau yang mengandung berbagai macam kandungan kecerdasan. Walaupun ASI merupakan
makanan atau kebutuhan terbaik dan terpenting untuk bayi dan anak, akan menjadi masalah
bila anak tidak dapat mengkonsumsi ASI dengan cukup karena berbagai kondisi dan keadaan.
Penggunaan PASI menjadi alternatif yang tidak dapat dihindari. Orang tua sering
dihadapkan pada masalah pemilihan jenis susu formula yang tepat dan baik untuk bayi dan
anak mereka. Pada pemilihan susu formula yang tidak tepat akan mengakibatkan gangguan
beberapa fungsi dan organ tubuh seperti diare, sering batuk, sesak dan sebagainya. Gangguan
sistem tubuh tersebut ternyata dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta
mempengaruhi dan memperberat gangguan perilaku anak.
Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang
sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Susu yang baik harus tidak menimbulkan
gangguan saluran cerna seperti diare, muntah, atau kesulitan buang air besar. Susu yang baik
juga harus tidak menimbulkan gangguan lainnya seperti batuk, sesak, gangguan kulit dan
sebagainnya. Penerimaan terhadap susu pada setiap anak sangat berbeda. Jadi sangat perlu
2

adanya pemahaman dan pengertian akan jenis dan kegunaan susu formula sebelum diberikan
pada anak.1,2

Komposisi Susu Formula


Kandungan susu formula yang beredar di Indonesia didasarkan pada Codex
Alimentarius yang dikeluarkan oleh The Codex Alimentarius Commission of the Food and
Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan The World Health Organization
(WHO). Codex Alimentarius ini telah menjadi rujukan global untuk konsumen, produsen atau
pengelola makanan, badan pengawasan makanan nasional dan perdagangan makanan
internasional. Pengaruhnya amat besar di setiap benua dan berperan dalam perlindungan
kesehatan masyarakat dan praktek perdagangan makanan. Manfaat kode ini untuk
perlindungan kesehatan konsumen telah diakui oleh PBB pada tahun 1985 dalam resolusi
PBB no. 39/248. Dalam Codex Alimentarius dinyatakan bahwa pemerintah harus
memperhitungkan kepentingan seluruh konsumen mengenai keamanan pangan dan harus
mendukung sebanyak mungkin mengadopsi standar dari Codex Alimentarius.
Beberapa ketentuan spesifik yang harus dipenuhi antara lain: semua bahan yang
digunakan harus bebas gluten. Setiap 100 ml produk harus mengandung energi tidak kurang
dari 60 kkal dan tidak lebih dari 70 kkal. Mengandung bahan utama dalam jumlah tertentu.
Bahan utama tersebut yaitu, protein, lipid (asam linoleat, asam -linolenat), karbohidrat,
vitamin (vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6,
vitamin B12, asam pantotenat, asam folat, vitamin C dan biotin), mineral dan elemen kehanit
(zat besi, kalsium, fosfor, magnesium, natrium, klorida, kalium, mangan, yodium, selenium,
tembaga dan seng) serta kolin, myo-inositol dan L-karnitin. Beberapa ketentuan
spesifikmyang harus dipenuhi antara lain: hanya boleh menggunakan bahan tambahan pangan
yang telah ditentukan, memenuhi persyaratan higienis dan keamanan termasuk persyaratan
cemaran, prosuk dan bahan formula bayi tidak boleh menggunakan perlakuan iradiasi.1

Kandungan Nutrien Pada Susu Formula


1. Densitas Energi
Penelitian dengan metodologi terbaru menunjukkan densitas energi ASI sekitar 650
kkal/L. Densitas energi susu hewani yang lebih tinggi daripada ASI menyebabkan
peningkatan asupan energi total yang mengakibatkan penambahan berat badan
berlebihan. Hal ini dapat meningkatkan resiko obesitas dikemudian hari. Untuk menjamin
penambahan berat badan yang normal pada seorang bayi yang sehat, maka International
Expert Group (IEG) menyarankan densitas energi susu formula sebesar 60-70 kkal/100
ml.1
3

2. Protein
- Faktor konversi nitrogen
Berbagai protein makanan mengandung jumlah nitrogen yang berbeda pula, namun
FAO/ WHO menggunakan faktor 6,25 untuk menghitung kuantitas dan kualitas
protein mereka berdasarkan kandungan nitrogen sebesar 16% dari seluruh campuran
protein. Kadar protein umumnya dihitung dengan analisa total nitrogen menurut
metode referensi Kjeldhal. Nitrogen total merupakan penjumlahan dari asam amino
(mewakili sebagian besar nitrogen) dan dari nitrogen non-protein (NPN). Jumlah
nitrogen yang berasal dari analisis ini diubah menjadi protein dengan mengalikan
dengan faktor yang memperhitungkan kandungan nitrogendari asam amino yang
telah diketahui. Untuk susu dan produk susu, faktor konversinya adalah 6,38,
berdasarkan kandungan nitrogen total 15,67%. Karena susu mengandung jumlah
kecil NPN, kandungan protein yang sesungguhnya diperhitungkan sebagai berikut:
nitrogen total dikurangi NPN dikalikan dengan 6,38. Untuk memudahkan faktor
konversi universal menjadi 6,25 x nitrogen. Mengadopsi faktor universal 6,25 dapat
mengurangi kandungan protein yang sebenarnya dari susu dan membuat perkiraan
yang terlalu tinggi untuk kandungan protein dari sumber nabati. Dengan demikian
tidak akan mencerminkan komposisi akurat produk. Ini akan mengharuskan
produsen untuk menambahkan tambahan 2 hingga 3 % protein formula mereka untuk
memenuhi kadar protein minimum yang diperlukan. EDA tetap mendukung
perbedaan faktor konversi di antara kedua kelompok protein dan faktor konversi 6,38
untuk protein susu dan 6,25 untuk protein dari soya. Rekomendasi dari ESPGHAN
dan Codex infant formula menggunakan faktor konversi tunggal yakni 6,25.
Persamaan matematika dari Codex adalah: kandungan protein = kandungan nitrogen
-

x 6,25.
Non-Protein Nitrogen (NPN)
Non-Protein Nitrogen atau nitrogen yang tidak berasal dari protein (NPN)
merupakan istilah untuk kompenen ammonia, yang tidak merupakan protein tetapi
dapat dikonversi menjadi protein oleh mikroba. Bila kelompok NPN ini terlalu tinggi
dapat terjadi penekanan pertumbuhan dan keracunan ammonia. Disarankan untuk
menentukan level maksimum NPN pada formula bayi, karena kandungan
proporsional dari asam amino yang dapat dimetabolisme biasanya berkurang dengan
semakin tingginya kandungan nitrogen dari NPN. Pada ASI sekitar 20-25% nitrogen
total berasal dari NPN, namun yang dapat dimetabolisme hanya 50%. Kandungan
NPN dari formula bayi, berperan hingga sebesar 20% dari nitrogen total. Kandungan
4

NPN yang lebih tinggi dapat ditemukan fraksi whey dan susu formula yang berasal
-

dari isolat protein kedelai atau protein susu sapi terhidrolisa.


Kandungan Asam Amino susu formula
Dalam 100 kkal susu formula harus mengandung sejumlah asam amino seperti yang
tertera pada tabel 1. Untuk perhitungan, konsentrasi fenilalanin, tirosin, metionin,
dan sistein harus memenuhi rasio fenilalanin terhadap tirosin atau metionin terhadap
sistein sebesar 0,7-1.5:1.
Tabel 1. Kandungan asam amino yang harus ada di dalam susu formula
Asam amino
g/100 g protein
mg/100 kkal
Sistein
2.1
38
Histidin
2.3
41
Isoleusin
5.1
92
Leusin
9.4
169
Lisin
6.3
114
Metionin
1.4
24
Fenilalanin
4.5
81
Treanin
4.3
77
Triptofan
1.8
33
Tirosin
4.2
75
Valin
4.9
99

Kandungan protein susu formula yang berasal dari protein susu sapi
Untuk menjamin jumlah minimum nitrogen dari asam amino yang dibutuhkan pada
sintesis protein, maka disarankan susu formula mengandung protein sebesar 1,8
sampai 2 gram/ kkal. Kandungan protein susu formula tidak boleh melebihi 3

gram/100 kkal.
Kandungan protein susu formula yang berasal dari hidrolisis protein susu sapi
Formula terhidrolisis dibuat dengan bantuan proses enzimatik untuk memotong
protein awal menjadi bagian yang lebih kecil. Digesti enzimatik ini dapat
menghasilkan peptida yang lebih besar (partially hydrolyzed) atau lebih kecil
(extensively hydrolyzed). Lebih lanjut lagi dapat digunakan fraksi mayor dari susu
sapi yakni kasein dan whey. Ukuran protein biasanya digunakan untuk
mengklasifikasikan susu formulasi. Susu formula dari susu sapi utuh mengandung
protein dengan kisaran 14 kD (-laktalbumin) atau 67 kD (albumin serum sapi).
Extensively hydrolyzed formula mengandung peptide yang 3 kD, dan partially
hydrolyzed formula mengandung peptide yang < 5 kD. Diperkirakan bahwa formula
partially hydrolyzed whey (PHWF) mengandung sekitar 18% peptida yang berukuran
lebih dari 6 kD, sedangkan formula extensively hydrolyzed hanya mengandung 1-5%
peptida yang berukuran lebih dari 3.5 kD. Untuk berperan sebagai alergen
dibutuhkan peptide dengan ukuran sekitar 10-70 kD (khususnya di kisaran 10-40
kD). Untuk dilabel sebagai formula hipoalergenik, formula ini harus diuji pada bayi
5

yang menderita hipersensitivitas terhadap susu sapi dan 90% (dengan konfiden
interval 95%) dari populasi tersebut tidak akan menderita gejala alergi dalam kondisi
uji coba teracak ganda.
a. Hidrolisat protein ekstensif
Susu dengan kandungan ini termasuk yang paling aman karena komposisinya
tanpa laktosa, mengandung banyak lemak MCT ( monochain trigliserida) dan
protein susu yang lebih mudah dicerna. Protein dalam susu ini dipecah hingga
menjadi bagian-bagian kecil hingga kandungan protein dengan besar > 6000
dalton hanya sebanyak 0,5%-2%.
b. Susu hidrolisat protein parsial
Golongan susu ini biasanya digunakan untuk bayi yang berisiko alergi atau
untuk mencegah gejala alergi agar tidak semakin memberat dikemudian hari.
Protein dalam susu ini dipecah hingga menjadi bagian-bagian kecil hingga
kandungan protein dengan besar > 6000 dalton hanya sebanyak 18%.
-

Kandungan protein susu formula yang berasal dari isolat protein kedelai
Formula berbasis kedelai harus menggunakan isolat protein kedelai dengan
kandungan protein minimal sebesar 2,25 gram/ 100 kkal dan maksimum 3,0 gram/
100 kkal agar lebih mudah dicerna.1-3

3. Lemak
ASI mengandung campuran lemak tak jenuh tunggal, tak jenuh ganda dan jenuh. Susu
formula menggunakan berbagai minyak guna mencocokkan susunan lemak ASI. Minyak
tersebut antara lain minyak kedelai, minyak kelapa, kelapa sawit dan minyak bunya
matahari. Meskipun minyak kelapa sawit telah digunakan secara luas, penelitian
menunjukkan bahwa ini bisa mengurangi penyerapan lemak dan kalsium. Ini berarti
bahwa bayi anda tidak akan menyerap lemak dan kalsium dalam jumlah yang banyak
ketimbang menggunakan susu formula lain yang tidak mengandung minyak. Trigliserida
medium-chain mudah dicerna dan diserap. Bahan ini biasa digunakan dalam susu formula
khusus untuk bayi prematur dan bayi yang mengalami kesulitan mencerna atau menyerap
nutrisi. FDA Amerika Serikat menyetujui penambahan dua asam lemak long-chain untuk
susu formula : DHA (docosahexaenois acid) dan ARA (arachidonic acid), yang sekarang
menjadi bahan standar untuk susu formula. Kedua zat ini ditemukan dalam ASI, dan
keduanya penting bagi otak dan perkembangan penglihatan. Bayi mendapatkan DHA dan
6

ARA dari ibu saat trimester ketiga kehamilan, namun transfer kedua zat ini akan terhenti
ketika bayi lahir prematur. Semua bayi akan membutuhkan pasokan kedua zat tersebut di
tahun pertamanya. Sejumlah penelitian menndukung suplementasi susu formula dengan
DHA dan ARA. Sebuah laporan yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical
Nutrition, menunjukkan bahwa bayi-bayi yang diberikan susu formula DHA dan ARA
memiliki ketajaman visual yang lebih baik daripada bayi yang tidak menerima suplemen
itu. Dan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Pediatrics, menyatakan
bahwa DHA dan ARA akan meningkatkan pertumbuhan kognitif dan fisik pada bayi
prematur.1,3
- Total lemak
Kandungan lemak yang disarankan sebesar 4,4-6,0 gram/kkal yang setara dengan 40-

54% dari kandungan energi yang terdapat dalam ASI.


Asam lemak esensial
Kandungan asam linoleat (18:2n-6) sebesar 300 mg setiap 100 kkal formula cukup
untuk memenuhi kebutuhan minimun asam linolenat. Nilai maksimun asam linolenat
sebesar 1200 mg setiap 100 kkal dianggap perlu karena asupan yang tinggi dapat
menginduksi efek metabolisme yang tidak menguntungkan terhadap metabolisme
lipoprotein, fungsi imunitas, keseimbangan eikosanoid dan stres oksidatif.
Asam -linolenat dari asam lemak omega 3 (18:3n-3) merupakan asam lemak
esensial dan berperan sebagai prekusor untuk sintesis asam dokosaheksaenoat (DHA)
(22:6n-3) yang terpenting dalam perkembangan. Pada beberapa keadaan asupan
asam -linolenat dapat meningkatkan risiko peroksidasi lemak yang akan
mengganggu kestabilan formula. Disarankan menggunakan batasan minimun
50mg/100 kkal. Untuk memastikan keseimbangan yang tepat antara asam linolenat
dan -linolenat, juga asam lemak tak jenuh rantai panjang serta eikosanoid yang
merupakan hasil metabolismenya, rasio asam linolenat/ -linolenat yang disarankan
berkisar antara 5-15:1. Implementasi rasio ini adalah pembatasan kandungan asam -

linolenat yang tidak melebihi 1/5 dari 1200 mg/100 kkal.


Asam laurat dan miristrat
Dengan mempertimbangkan potensi efek negatif dari asam laurat dan misitrat
terhadap konsentrasi kolesterol dan lipoprotein serum, jumlah asam laurat dan

miristat tidak boleh melebihi 20% dari seluruh kandungan lemak.


Asam lemak trans
Tidak diketahui efek nutrisi dari asam lemak untuk bayi, tetapi telah diketahui efek
biologis yang tidak diinginkan seperti gangguan desaturasi mikrosom dan
perpanjangan rantai asam lemak esensial, dan perubahan metabolisme lipoprotein
7

serta kemungkinan gangguan pertumbuhan awal. IEG menyatakan kandungan asam


-

lemak trans tidak boleh lebih dari 3% dari seluruh kandungan lemak.
Asam erukat
Hingga saat ini tidak didapatkan manfaatnya pada bayi. Penelitian pada hewan
menunjukkan potensi gangguan pada miokard. IEG menyarankan kandungan asam
erukat tidak melebihi 1% dari total kandungan lemak.1

4. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan susu formula sapi. Maldoekstrin jagung
terkadang digunakan sebagai sumber sekunder karbohidrat dalam susu formula. Susu
formula bebas laktosa, kedelai, dan khusus mengandung satu atau lebih karbohidrat
lainnya, yaitu: sukrosa, maltodekstrin jagung.2
- Karbohidrat total
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting pada bayi. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan glukosa untuk oksidasi sistem saraf pusat dan
meminimalkan pengaruh glukonoegenesis, jumlah minimun dari karbohidrat total
yang disarankan adalah 9 gram/100 kkal. Kandungan karbohidrat maksimal yang
-

disarankan adalah sebesar 14 gram/100 kkal atau 56% dari kebutuhan energi.
Laktosa
Karbohidrat utama yang dapat dicerna dalam ASI adalah laktosa. Ia memberikan
sekitar 40% dari kebutuhan energi. Laktosa dianggap memberikan efek yang
menguntungkan untuk fisiologis usus, termasuk efek prebiotik, melunakkan feces
dan mempermudahkan absorpsi air, natrium, dan kalsium, karenanya IEG
menganggap penting untuk memasukkan laktosa dalam susu formula, namun efekefek yang menguntungkan tersebut sebagian dapat juga disebabkan oleh komponen
lain dalam susu formula.

- Glukosa
Selama pemanasan formula, glukosa dapat bereaksi tanpa melalui prosedur
enzimatik dengan protein untuk membentuk Maillard. Penambahan glukosa ke dalam
formula bayi juga akan meningkatkan osmolitas. Penambahan 1 gram glukosa ke
dalam 100 ml formula akan meningkatkan osmolalitas 68 mOsm/kg. Karenanya
-

tidak dianjurkan untuk menambahkan glukosa ke dalam formula.


Sukrosa (sakarosa) dan fruktosa
Penambahan fruktosa atau sukrosa, suatu disakarida yang mengandung glukosa dan
fruktosa, dapat mengakibatkan efek samping yang berat termasuk kematian pada
bayi muda yang menderita intoleransi fruktosa herediter (defisiensi aldolase B atau
fruktosa-l-fosfat-aldolase) yang pada populasi tertentu memiliki insiden 1:20.000.
8

berdasarkan hal tersebut International Expert Group (IEG) melarang penambahan


fruktosa dan sukrosa ke dalam formula bayi pada 4-6 bulan pertama kehidupan.
-

Pati
Mengingat bayi memiliki kemampuan untuk mencerna pati dan untuk beberapa
alasan teknis, IEG menyarankan penambahan pati hingga 30% dari total karbohidrat
atau hingga 2 gram/100 ml.1

5. Vitamin
- Vitamin larut lemak
Vitamin A,E,D dan K yang larut lemak disimpan dalam jaringan lemak tubuh.
Asupan dalam jumlah besar selama periode waktu yang panjang dapat menyebabkan
akumulasi vitamin tersebut dan mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan.1
a. Vitamin A
Nilai asupan rujukan dan batas atas yang dapat ditoleransi adalah 60-180
gRE/100 kkal (retinol equivalent, 1 gRE = 3,33 IU vitamin A = 1 g all-trans
retinol). Karena ekuivalensi relatif dari -karoten dan retinol bayi tidak diketahui,
kandungan vitamin A pada formula bayi harus diberikan dalam bentuk retinol
atau retinil ester, sedangkan karotenoid tidak boleh dimasukkan dalam
perhitungan .
b. Vitamin D
Tidak ada data pasti yang membandingkan aktifitas biologis dari vitamin D3 dan
D2 dalam makanan bayi. Karenanya masih disarankan untuk menggunakan
vitamin D3 dalam formula bayi. Kandungan vitamin D3 yang disarankan adalah
1-2,5 g/ 100 kkal.
c. Vitamin E
Formula bayi harus mengandung 0,5-5 mg -TE/ 100 kkal (-tokoferol
ekuivalen, 1 mg -TE = 1 mg d--tokoferol) dan tidak kurang dari 0,5 mg/g asam
linolenat. Karena kebutuhan vitamin E dilaporkan meningkatkan jumlah ikatan
ganda yang ada dalam suplai asam lemak dalam makanan, faktor ekuivalensi
berikut ini harus digunakan untuk menyesuaikan jumlah kandungan vitamin E
minimal dalam komposisi asama lemak: 0,5 mg -TE/ asam linolenat (18:2n-6),
0,75 mg -TE/ -asam linolenat (18:3n-3), 1,0 mg -TE/g asam arakidonat, 1,25
mg -TE/g asam eikosapentanoat (20:5n-3), dan 1,5 mg -TE/ g asam
dokosaheksanat (22:6n-3).
d. Vitamin K
Asupan yang dianjurkan 4-10 g/ hari. Kandungan vitamin K dari formula bayi
yang ada saat ini biasanya lebih dari 4 g/ 100 kkal, memberikan perlindungan
9

terhadap defisiensi vitamin K dan kemungkinan perdarahan, dan dapat


memberikan level yang aman meskipun terdapat absorpsi vitamin K yang tidak
sempurna. Tidak didapatkan efek toksik dengan pemberian formula yang
mengandung 25g/100 kkal. Formula bayi harus mengandung 4-25 g/ 100 kkal.
-

Vitamin larut air


Batas minimal dari tiap vitamin dalam formula, saat dikonsumsikan dalam jumlah
normal, harus menjamin pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal. Batas
minimal dalam formula diperoleh dari angka rujukan dari bayi dengan berat 5 kg
yang mengkonsumsi 500 kkal/ hari. Batas maksimal harus menjamin bayi tersebut
tidak terpapar dengan risiko kelebihan vitamin. Kelebihan vitamin-vitamin yang larut
air pada keadaan stres, misalnya saat demam atau diare atau penurunan berat badan
akan mengurangi batas keamanan. IEG menyatakan kandungan vitamin yang larut
air tidak boleh melebihi 5x batas minimal.1
a. Tiamin (Vitamin B1)
Dengan pertimbangan asupan adekuat untuk bayi adalah sebesar 200-300
g/hari, maka formula harus mengandung 60-300 g/ 100 kkal.
b. Riboflavin (B3)
Susu formula harus mengandung 300-1500 g/ 100 kkal.
c. Asam pantotenat (vitamin B5)
Dengan pertimbangan asupan adekuat untuk bayi adalah sebesar 200-300 g/ 100
kkal, maka formula harus mengandung 60-300 g/ 100 kkal.
d. Piridoksin (vitamin B6)
Susu formula harus mengandung sekitar 35-175 g/ 100 kkal.
e. Kobalamin (vitamin B12)
Dengan pertimbangan nilai rujukan untuk bayi adalah sebesar 0,3-0,5 g/ hari,
maka formula harus mengandung 0,1-0,5 g/ 100 kkal.
f. Asam folat
Dengan pertimbangan nilai asupan adekuat sebesar 50-65 g/ hari, maka formula
harus mengandung 10-50 g/ 100 kkal
g. Asam askorbat (vitamin C)
ASI mengandung 4,5-15 mg/ 100 kkal, nilai rujukan pada bayi ditetapkan sebesar
20 mg/ hari, 30 mg/ hari, dan 40 mg/ hari. Batas minimun adalah sebesar 10
mg/100 kkal. Asupan tinggi asam askorbat dapat menginduksi defisiensi kuprum,
sehingga batas maksimum adalah 30 mg/ 100 kkal.
h. Biotin
susu formula harus mengandung sekitar 1,5-7,5 g/ 100 kkal.

6. Mineral dan Elemen Trace


- Besi
10

Kandungan besi minimum sebesar 1 mg/ 100 kkal. Selama periode pemakaian susu
formula secara eksklusif, misalnya sebelum pemberian makanan tambahan, susu
formula dengan bahan dasar protein susu sapi yang mengandung besi sebesar 0,25
mg/ 100 kkal memberi status besi dan nilai hematologis yang sama besarnya dengan
susu formula yang mengandung 0,6 mg/ 100 kkal. Asam fitat yang terkandung dalam
formula bayi berbasis protein kedelai menghambat absorpsi besi. Karenanya batas
minimum dan maksimum pada formula ini harus 1,5 kali lebih tinggi daripada
formula dengan bahan dasar protein susu sapi. Kandungan besi pada formula dengan
bahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya berkisar 0,3-1,3 mg/ 100 kkal,
sedangkan yang berbahan dasar protein kedelai harus mengandung besi sebesar 0,452,0 mg/ 100 kkal. Setelah usia 6 bulan, makanan lain yang mengandung besi harus
ditambahkan selain besi yang didapat dari formula. Pada populasi yang memiliki
risiko tinggi terhadap defisiensi besi, dapat diberikan besi yang lebih dari 0,3 mg/
-

kkal.
Kalsium
Mengingat bioavabilitas kalsium dari formula bayi lebih rendah daripada susu sapi,
dan sesuai dengan perjanjian pada ahli sebelumnya, disarankan kandungan kalsium

sebesar 50-140 mg/ 100 kkal.


Fosfor
Fraksi bioavailibilitas kandungan fosfor total adalah sebesar 80% pada formula
berbahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya, sedangkan pada isolat protein
kedelai sebesar 70%. Mengingat sulitnya menentukan bioavabilitas secara in vivo,
maka nilai kandungan fosfor cukup bervariasi yakni 25-90 mg/ 100 kkal pada
formula berbahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya, serta 30-100 ng/100 kkal

pada isolat kedelai.


Rasio kalsium-fosfor
Mengingat kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari ketidakseimbangan kalsium

dan fosfor, maka disarankan rasio tidak kurang dari 1:1 dan tidak lebih besar dari 2:1.
Magnesium
Formula bayi harus mengandung jumlah minimum yang menyerupai ASI (4,8-5,5

mg/ 100 kkal) dengan kisaran 5-15 mg/100 kkal.


Natrium, Kalium, Klorida
Natrium 20-60 mg/ 100 kkal, kalium 60-160 mg/ 100 kkal, dan klorida 50-160 mg/

100 kkal.
Mangan
Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam bioavailibilitas mangan antara ASI dan
formula. Kandungan maksimum adalah sebesar 50 g/ 100 kkal yang sama dengan
formula kedelai tanpa suplementasi mangan, dan 60 kali lebih tinggi dari level ASI.
11

Kandungan yang lebih tinggi harus dihindari mengingat ekskresi bayi yang belum
matur yang dapat mengakibatkan akumulasi mangan pada otak sehingga dapat
-

menimbulkan abnormalitas perkembangan saraf pada hewan percobaan.


Fluor
Bayi dapat terpapar pada tambahan asupan flour misalnya dari air yang mengandung
fluor. Manfaat dari asupan fluor yang tinggi hingga kini masih dipertanyakan dan
dapat mengakibatkan fluorosis gigi. Karenanya kandungan maksimum harus
serendah mungkin dan tidak melebihi 60 g/ 100 kkal. Tidak terdapat batasan

minimum dari fluor.


Yodium
Formula harus mengandung 10-50 g/ 100 kkal.
Selenium
Asupan rujukan berkisar 5-30 g/ hari. Formula harus mengandung selenium sebesar
1-9 g/ 100 kkal.
Kuprum
Karena tidak terdapat perbedan bermakna dari bioavailibilitas kuprum dalam ASI
dan formula, disarankan kandungan minimum formula sebesar 35 g/ 100 kkal. Hal
ini menyerupai kandungan dalam ASI. Kandungan maksimum yang disarankan

adalah 80 g/ 100 kkal, sekitar 3 kali lebih tinggi daripada ASI.


Seng
Asupan rujukan untuk bayi berkisar 1-5 mg/hari. Meskipun terdapat perbedaan
bioavailibilats dalam ASI dan formula, nilai minimum sebesar 0,5 mg/ 100 kkal
dianggap cukup. Karena asupan yang tinggi dapat mengganggu penyerapan dan
metabolisme mikronutrien lainnya, level maksimum yang ditetapkan adalah sebesar
1,5 mg.100 kkal.1

7. Zat-zat lain
- Kolin
Kandungan minimum yang direkomendasikan adalah sebesar 7 mg/ 100 kkal. Karena
tidak terdapat efek samping untuk asupan kolin yang lebih tinggi, disarankan
kandungan maksimum sebesar 50 mg/ 100 kkal. Ini ditujukan untuk menyesuaikan
dengan batas maksimum kandungan fosfolipis sebesar 300 mg/ 100 kkal dengan
-

pertimbangan sebgaian besar fosfolipid diberikan dalam bentuk fosfatidil kolin.


Mio-inositol
Disarankan sebesar 4-40 mg/ 100 kkal.
L-karnitin
Kandungan minimum yang disarankan sebesar 1,2 mg/ 100 kkal. Karena tidak
didapatkan efek samping setelah penggunaan dalam jumlah yang besar, maka tidak
ditetapkan batas maksimum dari L-karnitin.1

8. Zat tambahan dalam susu formula


12

Banyak modifikasi nutrisi yang dilakukan pada susu formula dengan tujuan agar lebih
menyerupai ASI. Usaha penambahan berbagai zat tersebut diantaranya adalah taurin.
Taurine merupakan asam amino yang berasal dari sistein. Dia merupakan asam amino
terbanyak yang terdapat di jaringan saraf, khususnya untuk maturitas retina dan
perkembangan otak. Dalam penelitian pada hewan dan manusia, kekurangan taurin
menyebabkan retradasi pertumbuhan, ketidaknormalan retina dan pendengaran, gangguan
konyugasi asam empedu dan osmo-regulasi dari jaringan saraf.
Peranan asam lemak rantai panjang (LC-PUFA) seperti asam dokosaheksaenoik (DHA)
dan asam arakidonat (AA) menjadi salah satu pusat perhatian. Penambahan ini mulai
dilakukan sejak 2002. Pada awalnya susu formula hanya mengandung prekursor dari
asam lemak esensial yakni -linolenat dan asam linoleat yang akan mensintesis DHA
(22:6n-3) dan AA (20:4n-6). Sejumlah penelitian telah melaporkan efek yang
menguntungkan dengan penambahan DHA dan AA, namun penelitian metaanalisis dari
Cochrane database menunjukkan bahwa suplementasi DHA dan AA untuk memperbaiki
penglihatan, perkembangan fisik dan intelektual bayi cukup bulan belum dapat
direkomendasikan berdasarkan data-data yang tersedia saat ini. Untuk bayi prematur
tidak ada bukti manfaat maupun hal yang merugikan dari suplementasi tersebut, baik
untuk menunjang fungsi penglihatan ataupun pertumbuhan fisik dan fungsi intelektual.
Mengingat banyaknya zat yang dicoba ditambahkan ke dalam susu formula bayi, Codex
Alimetariud Commission mengeluarkan syarat sebagai berikut: zat yang ditambahkan
biasanya ditemukan di dalam ASI, formulasinya harus sesuai sebagai sumber utama
nutrisi bayi, memberikan manfaat serupa dengan populasi bayi menyusui, ketersesuaian
dan manfaat zat ini harus dapat ditunjukkan secara ilmiah mengandung jumlah yang
cukup untuk menghasilkan manfaat seperti yang dihasilkan oleh zat tersebut di dalam
ASI. Hingga saat ini bahan yang boleh ditambahkan ke dalam susu formula adalah taurin,
nukleotida, dan asam lemak tak jenuh rantai panjang. Zat lain yang dicoba untuk
ditambahkan ke dalam susu formula adalah lutein. Karena tidak didapatkan satu penelitan
pun yang mempelajari mengenai efektifitas mengenai lutein pada anak, zat ini akhirnya
tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam produk formula bayi di Indonesia. Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor: HK.0005.1.52.3572 tahun 2008
mengenai Penambahan Zat Gizi dan Non Gizi dalam Produk Pangan, menyatakan bahwa:
tidak dizinkan untuk melakukan penambahan lutein, sphingomyelin pada produk formula
bayi dan formula lanjutan, serta dilarang melakukan penambahan gangliosida pada
produk pangan.1,2
13

Jenis Susu Formula


1. Berdasarkan usia
- Formula pertama (starter formula)
Merupakan formula berbahan dasar protein susu sapi yang dipergunakan sejak lahir
hingga usia 12 bulan. Formula ini juga ada yang berbahan dasar soya dan protein susu
kambing.
-

Formula lanjutan (follow-on formula)


Dipasarkan untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas. Sebenarnya tidak perlu
menggantikan formula pertama dengan formula lanjutan pada bayi dengan asupan
yang baik dan telah mulai diberikan makanan padat, namun pilihan tetap jatuh kepada
orangtua. Perbedaan kedua jenis formula ini bukan dari kandungan protein, tetapi

biasanya terletak pada kandungan mineral seperti zat besi dan kalsium.
2. Berdasarkan kandungan protein
- Formula berbahan dasar protein susu sapi
Kebanyakan formula bayi terbuat dari susu sapi dan telah diolah sedemikian rupa
agar dapat menyerupai ASI. Perubahan ini memberikan jumlah karbohidrat, protein
dan lemak yang tepat sehingga lebih mudah dicerna. Formula ini merupakan pilihan
standar untuk bayi cukup bulan tanpa riwayat alergi, asma, eksema di dalam
keluarga. Komponen proteinnya dapat dalam bentuk predominasi kasein atau
predominasi whey. Umumnya formula bayi yang beredar di pasaran saat ini
mengandung rasio whey: kasein sebesar 60:40. ASI sendiri memiliki rasio 70:30.
Formula ini memberikan kalsium dalam jumlah yang cukup hingga usia satu tahun.
Bayi cukup bulan memiliki cadangan besi yang cukup untuk pembentukan
hemoglobin hingga usia tiga bulan. Namun, disarankan untuk memberikan formula
yang sudah difortifikasi besi sejak awal sebagai tindakan pencegahan. Kebanyakan
formula yang diperdagangkan tersedia dalam bentuk bubuk, konsentrat atau cairan
yang siap dikonsumsi. Susu sapi memiliki kelebihan dibandingkan susu kambing,
-

yakni mengandung lebih banyak vitamin B12 (5x) dan asam folat (10x).
Formula berbahan dasar protein susu kambing
Formula ini relatif baru dipasaran. Tidak seperti susu sapi yang mengandung
aglutinin yang menyebabkan butir-butir lemak menggupal, susu kambing tidak
mengandung aglutinin. Hal ini menyebabkan susu kambing lebih mudah dicerna.
Karena tingginya protein yang terdapat dalam susu kambing, maka pernah ditemukan
asidosis akibat penggunan susu kambing. Susu ini juga memiliki asam lemak
esensial (linoleat, arakidonat) yang lebih banyak daripada susu sapi. Hal berikut
adalah lebih sedikitnya kandungan laktosa dibandingkan susu sapi (4,1% versus
14

4,7%). Hal ini mungkin sedikit lebih menguntungkan untuk bayi yang mengalami
intoleransi laktosa. Perbedaan lainnya dibandingkan susu sapi adalah mengandung
lebih banyak kalsium (13%), vitamin B6 (25%), vitamin A (47%), kalium (134%),
niasin (200%), kuprum (300%), selenium (27%). Susu ini mengandung lebih sedikit
(SI)-kasein, sedangkan kandungan -laktoglobulin sama dengan susu sapi sehingga
dapat bersifat alergenik. Untuk bayi yang mengalami intoleransi susu sapi sebaiknya
tidak mencoba susu kambing, karena dapat mengakibatkan iritasi saluran cerna dan
-

anemia.
Formula Soya (berbahan dasar protein kedelai)
Merupakan susu formula bebas laktosa yang bisa diberikan untuk bayi dan anak yang
mengalami alergi terhadap susu sapi ataupun intoleransi laktosa. Susu formula ini
aman dipakai oleh bayi yang sedang diare atau diet bebas laktosa. Soya menggunakan
isolat protein kedelai sebagai bahan dasar. Isolat protein kedelai tersebut mengandung
protein tinggi yang setara dengan susu sapi. Seperti halnya ASI, kalsium dan fosfor
pada susu formula soya memiliki perbandingan 2:1 untuk menunjang pembentukan
tulang dan gigi yang kuat. Susu formula ini juga ada yang mengandung asam lemak
essensial, yaitu Omega 6 dan Omega 3 dengan rasio yang tepat sebagai bahan dasar
pembentukan AA dan DHA untuk tumbuh kembang otak yang optimal. Karbnohidrat
pada formula soya adalah meltodextrin, yaitu sejenis karbohidrat yang dapat
ditoleransi oleh sistem pencernaan bayi yang terluka saat mengalami diare ataupun
oleh sistem pencernaan bayi yang memang alergi terhadap susu sapi. Susu formula
soya kurang lebih sama manfaat nutrisinya dibandingkan formula hidrolisat ekstensif,
tetapi lebih murah dan rasanya lebih familiar. Penderita alergi dengan gangguan
saluran cerna terutama sulit buang air besar, konstipasi, sering kali tidak membaik
dengan pemberian susu ini. Tetapi anak dengan keluhan muntah (GER),
hipersensitifitas bronkus, responnya sangat bagus.1,4,5

3. Berdasarkan Bentuk
- Susu Formula Instant (siap minum)
Susu ini adalah yang paling mudah digunakan karena tidak lagi memerlukan
pencampuran dan pengukuran, cukup buka dan minum. Susu formula jenis ini higienis
dan sangat membantu ketika tidak tersedianya air bersih untuk digunakan membut
susu.namun susu formula jenis ini memiliki umur pakai yang pendek setelah dibuka,
dan harus dihabiskan dalam waktu maksimal 48 jam.
-

Susu Formula Konsentrat Cair


15

Susu jenis ini akan membutuhkan pencampuran dengan air, selalu baca petunjuk saat
membuatnya. Dibandingan dengan susu yang siap minum, susu konsentrat cair ini
-

lebih murah dan dibandingkan dengan susu bubuk, susu ini lebih cepat penyajiannya.
Susu formula Konsentrat bubuk
Susu ini merupakan yang paling lama dalam penyajiannyadaripada susu lainnya. Susu
formula bubuk yang sudah dibuka umumnya tetap bisa digunakan setelah 1 bulan.2,3

Susu formula khusus (exempt/ specific formula)


Di samping formula standar, Codex Alimentarius for infant formula juga membahas
mengenai formula bayi yang lebih khusus. Formula ini disediakan untuk bayi-bayi dengan
kondisi medis yang khusus. Susu dalam kelompok ini hanya dapat diperoleh berdasarkan
resep dokter dan tidak boleh dijual dipasaran tanpa pemantauan dari ahli kesehatan. Formula
ini dimodifikasi dalam beberapa cara, sehingga didapatkan perubahan kandungan lemak,
karbohidrat dan protein.
1. Formula untuk bayi prematur
Bayi kurang bulan memerlukan kalori, lemak dan protein lebih banyak dari bayi cukup
bulan agar dapat menyamai pertumbuhannya dalam kandungan. ASI bayi prematur
mengandung kalori, protein dan lemak lebih tinggi dari ASI matur, tetapi masalahnya
adalah ASI prematur berubah menjadi ASI matur setelah 3-4 minggu. Jadi untuk BKB
kurang dari 34 minggu setelah 3 minggu kebutuhan tidak terpenuhi lagi. Volume lambung
BKB kecil dan motalitas saluran cerna lambat sehingga asupan ASI tidak optimal. Untuk
merangsang produksi ASI sangat tergantung pada kesanggupan ibu memerah. Untuk
mengatasi masalah nutrisi selanjutnya, setelah ASI prematur berubah menjadi ASI
matang dianjurkan penambahan penguat ASI antara lain human milk fortifier (HMF)
(untuk ditambahkan ke dalam ASI). Bayi prematur membutuhkan protein dan kalori yang
lebih tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan mineral seperti kalsium, magnesium,
dan fosfor (mineral yang ditransfer pada trimester ketiga kehamilan). Formula prematur
mengandung 24 kkal per 30 ml, sedangkan formula yang diperkaya mengandung 22 kkal
per 30 ml. Nilai Cut-off untuk berat dan masa gestasi tergantung dari institusi. Pergantian
susu dari 24 menjadi 22 kkal pada bayi prematur biasanya terjadi saat berat badannya
sudah mencapai 1.800 gram atau masa gestasi 34 minggu. Keluarnya bayi dari rumah
sakit biasanya terjadi seletah usia kronologis 3 minggu sehingga mereka dapat dirawat
jalandengan formula 22 kkal per 30 ml. Walaupun formula prematur atau formula yang
diperkaya dapat memperbaiki parameter pertumbuhan jangka pendek, namun tampaknya
formula ini tidak mempengaruhi pertumbuhan dalam jangka panjang ataupun
perkembangan setelah usia 18 bulan. Menurut British Nutrition Foundation, ESPGAN
16

(European Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition), WHO dan FAO (Food
Agriculture Organization) merekomendasikan penambahan DHA dan AA hanya perlu
untuk susu formula bayi prematur. Secara teoritis dan bukti klinis penambahan tersebut
hanya bermanfaat untuk bayi prematur, karena belum bisa mensintesa AA dan DHA
secara baik. Penambahan AA dan DHA secara langsung tidak terlalu banyak manfaat
pada bayi cukup bulan karena sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa mensintesa
atau memproduksi sendiri AA dan DHA dari asam lemak esenssial lain.1-3
2. Formula untuk alergi susu sapi
Merupakan formula yang telah terhidrolisis dengan definisi seperti yang telah disebutkan.
Modifikasi kandungan protein, melibatkan protein kasein dan whey terhidrolisis, serta
formula berbahan dasar asam amino. Formula ini ditujukan untuk bayi dengan riwayat
alergi susu dalam keluarga. Alergi susu merupakan respon abnormal dari sistem
kekebalan tubuh terhadap susu dan produk olahannya. Susu sapi merupakan penyebab
utama atau tersering dari hewan mamalia, namun susu formula lain juga bisa
menyebabkan alergi. Alergi susu terjadi saat sistem kekebalan tubuh salah
menginterpretasikan atau menganggap kandungan protein di dalam susu sebagai benda
asing atau substansi yang berbahaya bagi tubuh, sehingga memicu reaksi alergi dan
mempengaruhi banyak organ di dalam tubuh. konsumsi susu dalam jumlah sedikit saja
bisa menyebabkan reaksi alergi dan mempengaruhi banyak organ di dalam tubuh,
misalnya kulit, saluran cerna, saluran nafas dan lain-lain. Reaksi bisa terjadi dalam
beberapa detik hingga beberapa menit setelah mengkonsumsi susu. Gejala alergi susu
yang muncul secara langsung misalnya mual, sesak nafas, dan muntah. Setelah beberapa
menit, gejala alergi bisa berkembang menjadi diare, keram perut, gatal pada kulit,
bengkak pada bibir.
a. Susu formula parsial hidrolisa
Susu formula parsial hidrolisa adalah susu hipoalergenik yang masih mengandung
peptida cukup besar sehingga masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi
susu sapi. Susu ini tidak direkomendasikan untuk pengobatan atau pengganti susu
untuk penderita alergi susu sapi. Susu ini direkomendasikan untuk penderita yang
beresiko tinggi alergi sebelum menunjukan adanya gejala alergi. Penelitian
menunjukan pemberian formula hidrolisa parsial mengurangi onset gejala alergi yang
dapat ditimbulkan.
b. Susu formula ekstensif hidrolisa
Alternatif pengganti pada alergi susu sapi adalah susu formula yang mengandung
protein protein susu sapi hidrolisa (melalui pemrosesan khusus). Susu formula ini
rasanya memang tidak begitu enak dan relatif lebih mahal. Protein Whey sering lebih
17

mudah didenaturasi (dirusak) oleh panas dibandingkan dengan protein kasein yang
lebih tahan terhadap panas. Sehingga proses denaturasi whey dapat diterima oleh
penderita alergi susu sapi, seperti susu sapi evaporasi. European Society of Pediatric
Allergy and Clinican Immunology (ESPACI) mendefinisikan formula ekstensif
hidrolisa adalah formula dengan bahan dasar protein hidrolisa dengan fragmen yang
cukup kecil untuk mencegah terjadinya alergi pada anak. Formula ekstensif hidrolisa
akan memenuhi kriteria klinis bila secara klinis dapat diterima 90% oleh penderita
proven IgE-mediated alergi susu sapi (95% confidence interval) seperti yang
direkomendasikan American Academyc of Pediatrics Nutritional Commite. Sejauh
ini sekitar 10% penderita alergi susu sapi dapat menimbulkan reaksi terhadap susu
formula ekstensif hidrolisa. Secara pasti penderita yang alergi terhadap formula
ekstensif hidrolisa belum diketahui, diperkirakan lebih dari 19%.
c. Susu formula sintesis asam amino
Neocate adalah sintetis asam amino 100% yang merupakan bahan dasar untuk susu
formula hipoalergenik. Rasa susu formula ini relatif lebih enak dan rasanya lebih bisa
diterima oleh bayi pada umumnya, namun harganya sangat mahal. Neocate
digunakan untuk mengatasi gejala alergi makanan persisten dan berat. Seperti
Multiple Food Intolerance, alergi terhadap extensively hydrolysed formulae, alergi
makanan dengan gangguan kenaikan berat badan, alergi colitis, GER yang tidak
berespon dengan terapi standar. Multiple food protein intolerance (MFPI)
didefinisikan sebagai intoleransi terhadap lebih 5 makanan utama termasuk extensive
hydrolysa milk dan susu formula soya. Selain itu MFPA juga termasuk alergi lebih
dari 1 bahan makanan seperti susu, tepung, telur, dan kedelai.1,2,5
3. Formula yang ditujukan untuk kelainan metabolisme bawaan
Formula ini untuk seperti fenilketonuria (PKU) dan branch-chain amino acid free
formula (antara lain methyl-malonic academic dan maple-syrup urine diseased). Pada
beberapa kelainan metabolik/ genetik, tubuh tidak mempunyai enzim tertentu untuk
mencerna salah satu komponen dalam susu, baik susu manusia maupun hewan sehingga
bayi tidak boleh menyusu. Bayi tersebut memerlukan formula khusus yang disesuaikan
dengan kebutuhannya dan memerlukan penanganan komprehensif antara dokter anak,
ahli penyakit endokrin, metabolik, dan gizi. Dibanyak negara maju, uji penapisan untuk
jenis kelainan metabolik dilakukan segera setelah bayi lahir:
- Galaktosemia
Penyakit ini disebabkan tidak adanya enzim galactose-1-phosphate uridyltransferase
yang diperlukan untuk mencerna galaktosa, hasil penguraian laktosa. Bentuk klasik
bisa berakibat fatal, sedangkan bentuk ringan menyebabkan gagal tumbuh dan
18

membesarnya organ hati dan limpa (hepato-splenomegali). ASI mengandung laktosa


tinggi sehingga bayi harus disapih, diberi susu tanpa laktosa, selanjutnya penderita
-

harus diet makanan tanpa galaktosa sepanjang hidupnya.


Maple syrup urine disease
Merupakan gangguan yang terjadi akibat kekurangan enzim yang dibutuhkan untuk
metabolisme asam-asam amino, yaitu enzim Branched Chain Alpha-Ketoacid
Dehydrogenase (BCKDH). Karena asam amino tidak dapat dimetabolisme sehingga
menyebakan air kemih berbau seperti sirup maple. Dan asam amino ini juga bisa
menjadi terakumulasi dan menyebabkan gangguan neurologis, termasuk kejang dan
gangguan intelektual. Bayi yang terlahir memiliki kelainan ini, awalnya terlihat sehat
dan tidak terlihat tidak mengalami kelainan apapun. Namun, pada hari ketiga dan
seterusnya (atau biasa terlihat pada hari ke 4-7 atau minggu kedua bila diberikan ASI)
akan mulai terlihat gejala, seperti muntah, tidak mau menyusu, berat badan tidak naiknaik, lemas, kaku otot sampai kejang, hipoglikemi, kencing/ kotoran/ keringat berbau
sirup maple hingga mengalami koma. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk
mengetahui penyakit ini yaitu pemeriksaan asam amino plasma dan asam amino urine.
Akan ada tanda-tanda asidosis dan ketosis pada darah. Karena pada penyakit ini tubuh
tidak dapat mencerna jenis protein leusin, isoleusin dan valine, sehingga bayi tidak
boleh mendapat ASI atau susu biasa, dan memerlukan formula khusus tanpa leusin,

isoleusin dan valine.


Fenilketonuria
Penyakit ini merupakan penyakit gangguan metabolisme dimana terjadi akibat
kurangnya enzim fenilalanin hidroxilase sehingga tubuh tidak bisa mencerna asam
amino fenilalanine (pemecahan fenilalanin menjadi tirosin (asam amino non
essensial)). Akibat

kekurangan

enzim tersebut,

menyebabkan

asam amino

phenylalanine berlebihan dalam tubuh. Fenilalanin merupakan salah satu dari


sembilan asam amino essensial yang terdapat pada semua protein makanan seperti
daging, telur, ikan, susu, keju dan dalam dalam jumlah yang sedikit pada sereal,
sayuran, dan buah-buahan. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh
adanya proses mutasi gen dalam tubuh sehingga termasuk dalam penyakit genetik.
Salah satu efeknya ialah dapat mengganggu fungsi kognitif (retradasi mental),
gangguan pertumbuhan, bau apak pada kulit-nafas-urin, ruam kulit (eksim) dan kulit
berwarna pucat (karena fenilalanin tidak dapat berubah menjadi melanin atau pigmen
untuk warna rambut dan kulit). Penyakit ini memerlukan formula tanpa fenilalanin.
Dengan diagnosis dini, disamping pemberian susu khusus dianjurkan untuk diberikan
19

berselang-selang dengan ASI karena kadar fenilalanin ASI rendah dan agar manfaat
lainnya tetap diperoleh asalkan disertai pemantauan ketat kadar fenilalanin dalam
darah.1-3
4. Formula untuk kelainan/gangguan saluran cerna
Antara lain untuk refluks yang berupa formula yang dikentalkan, formula bebas laktosa
untuk yang mengalami intoleransi laktosa dan untuk nutrisi enteral.
- Gastroesophageal refluks
Merupakan aliran balik (refluks) isi lambung ke esofagus, sehingga anak akan sering
muntah atau gumoh pada bayi. Hal ini bisa terjadi pada anak yang memiliki gangguan
fungsi saluran cerna akibat alergi ataupun hipersensitif terhadap makanan atau susu.
Pada keadaan ini bisa diberikan susu kedelai, formula hidrolisat, bila terbukti
disebabkan reaksi dari alergi susu sapi. Selain itu, bisa digunakan formula rice starch
yang ditambahkan untuk mengentalkan susu formula. Formula ii diperlukan untuk
mencukupi kalori pada bayi yang muntah-muntah hebat.
- Intoleransi laktosa
Merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk mencerna laktosa, yaitu gula
yang terdapat pada susu dan produk olahannya karena tubuhnya tidak menghasilkan
enzim laktase dengan cukup. Tanpa enzim laktase, maka laktosa tidak akan dapat
dicerna dan menyebabkan gangguan pencernaan. Tingkat intoleransi laktosa masingmasing orang berbeda tergantung banyaknya jumlah enzim laktase yang dapat
diproduksi oleh tubuh. oleh karena itu, ada beberapa anak masih bisa mengkonsumsi
makanan dengan kandungan sedikit laktosa, tetapi juga ada yang harus
menghindarinya sama sekali. Gejala dari intoleransi yang paling utama adalah
melibatkan saluran pencernaan, seperti sakit perut, kembung, mulas, muntah dan diare.
Meskipun gejala dari intoleransi makanan menyerupai gejala alergi makanan,
keduanya memiliki mekanisme yang berbeda. Rekasi alergi susu melibatkan reaksi
kekebalan tubuh akibat protein susu, sedangkan intoleransi susu tidak melibatkan
reaksi kekebalan tubuh, melainkan karena kurangnya produksi enzim untuk mencerna
laktosa pada susu. Dari penelitan menyebutkan bahwa kelenjar pankreas (yang
menghasilkan enzim-enzim pencernaan) pada bayi baru lahir belum bekerja dengan
sempurna. Akibatnya bayi baru lahir tidak dapat mencerna karbohidrat dari sumber
lain seperti nasi. Di dalam jonjot-jonjot usus, terdapat enzim yang berfungsi memecah
laktosa. Laktosa yang diminum bayi akan dipecah menjadi jenis gula yang lebih kecil
molekulnya, yaitu glukosa dan galaktosa. Kedua gula inilah yang diserap usus masuk
ke pembuluh darah dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan
20

sebagai bahan bakar. Enzim laktase dalam usus bayi sudah terbentuk sejak janin.
Kadar maksimal akan tercapai pada usia janin 6-7 bulan sampai bayi lahir. Bayi-bayi
prematur atau bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, biasanya
memiliki enzim laktase lebih kecil. Berkurangnya kadar enzim laktase di dalam jonjotjonjot usus akan mengganggu kesehatan bayi. Pada penyakit diare misalnya, karena
serangan kuman terjadilah kerusakan jonjot-jonjot. Kerusakan ini akan mengakibatkan
jonjot-jonjot usus berkurang. Dan dengan sendirinya kadar enzim laktasepun akan
berkurang. Laktase adalah enzim yang dibutuhkan untuk mencerna laktosa. Intoleransi
laktosa terjadi ketika seseorang tidak memproduksi enzim ini atau produksinya tidak
cukup, sehingga tidak mampu mencerna laktosa. Jika laktosa tidak dicerna dan
dipecah, maka laktosa tidak bisa diserap oleh tubuh. bila hal ini terjadi, laktosa akan
terus masuk ke saluran pencernaan hingga mencapai usus besar. Disini bakteri akan
memecah laktosa dan membuat asam serta gas. Penambahan bakteri yang berlipat
gandapun akan membahayakan usus yang telah rusak tadi. Sehingga menyebabkan
diare yang berkepanjangan dan akan terjadi gangguan pencernaan dan penyerapan
makanan. Pada hal ini feses bisa menjadi berwarna hijau, berbusa dan bersifat asam.
Pada akhirnya keadaan ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Laktosa
berfungsi dalam penyerapan mineral kalsium yang sangat dibutuhkan bayi untuk
pertumbuhan tulangnya. Sebagian ahli juga berpendapat bahwa laktosa juga berguna
dalam pembentukan sarung serabut saraf. Akibat ketidakmampuan tubuh menerima
laktosa, maka pelru diberikan pada keadaan ini susu khusus, baik itu susu rendah
laktosa ataupun susu yang bebas laktosa.1,2,5

Risiko Kesehatan yang Berhubungan dengan Susu Formula


Ada dua risiko yang sering dijumpai pada penggunaan susu formula yakni pencampuran
yang tidak tepat dan kontaminasi formula oleh bakteri. Tidak tepatnya pelarutan susu formula
dapat diakibatkan karena keteledoran, masalah bahasa, dan buta huruf. Kadang-kadang terjadi
kelebihan penambahan air yang dapat menimbulkan dehidrasi dan masalah ginjal. Oleh sebab
itu salah satu persyaratan susu formula bayi adalah mengenai pelabelan yang menggunakan
bahasa setempat sehingga dapat dimengerti oleh ibu.
Susu formula memang merupakan produk yang tidak steril. Kontaminasi susu formula
telah menimbulkan kekuatiran di kalangan masyarakat. Produsen formula mengatakan bahwa
pengontrolan kualitas dan produk mereka lebih ketat dibandingkan industri makanan lainnya.
Meskipun hal itu sudah diterapkan, dalam beberapa tahun ini ada beberapa kejadian penyakit
yang serius, terisolasi beberapa diantaranya mengakibatkan kematian (khususnya pada bayi
21

prematur atau anak dengan gangguan sistem imun) yang disebabkan oleh bakteri Cronobacter
sakazakii dulu dikenal sebagai Enterobacter sakazakii yang berasal dari bubuk susu formula.
Kontaminasi lain dapat disebabkan oleh kuman Salmonella.
Untuk meminimalkan resiko kontaminasi ini pada tahun 2005 The World Health
Assembly (WHA), meminta WHO untuk membuat petunjuk mengenai pencampuran,
penyimpanan dan penanganan susu yang aman. Petunjuk ini dibuat pada bulan April 2007.
Petunjuk ini didasarkan pada penilaian resiko secara luas yang dilakukan untuk menentukan
cara terbaik untuk mengontrol resiko kontaminasi E. Sakazakii dalam susu formula.1

Cara Mempersiapkan Susu Formula


1. Langkah 1
Bersihkan dan desinfeksi alas/meja yang akan digunakan untuk menyiapkan susu
formula.
2. Langkah 2
Cuci tangan dengan air dan sabun dan keringkan dengan handuk sekali pakai
(disposable).
3. Langkah 3
Masak air sampai mendidih dan keluar gelembung udara. Bila menggunakan ketle
otomatis, tunggu sampai ketle mati sendiri.
4. Langkah 4
Baca instruksi pada kaleng/kotak susu, berapa jumlah air dan susu yang diperlukan.
Terlalu banyak atau sedikit akan menyebabkan bayi sakit.
5. Langkah 5
Tuangkan air mendidih secara hati-hati ke dalam botol susu yang sudah disterilkan. Susu
tidak boleh < 70OC, jadi jangan diamkan air lebih dari 30 menit setelah mendidih.
6. Langkah 6
Tuangkan susu bubuk dalam jumlah yang tepat ke dalam botol.
7. Langkah 7
Kocok atau putar pelan-pelan botol tersebut sehingga susu tercampur merata dalam
bentuk larutan.
8. Langkah 8
Segera dinginkan susu cair di bawah air mengalir atau mangkok berisi air dingin.
Pastikan tinggi air tidak melebihi bibir botol.
9. Langkah 9
Keringkan botol dengan kain bersih atau disposable.
10. Langkah 10
Teteskan susu ke tangan, pastikan susu tidak terlalu panas. Apabila terlalu panas,
dinginkan kembali.
11. Langkah 11
22

Minumkan susu kepada bayi.


12. Langkah 12
Buang sisa susu yang tidak diminum dalam waktu 2 jam.1

Daftar Pustaka
1. Sjarif D.R, Lestari E.D, Mexitalia M, Nasar S.S. Buku ajar nutrisi pediatrik dan
penyakit metabolik. Jilid 1. Cetakan kedua. Jakarta: Badan Penerbit IK=katan Dokter
Anak Indonesia, 2014. Hal: 102-120.
2. Acceptable medical reasons for use of breast-milk substitutes. Edisi 2013. Diunduh
dari:http://www.who.int/maternal_child_adolescent/document/WHO_FCH_CAH_09.0
1/en. 20 Mei 2015
3. Panduan memilih

susu

formula

www.medkes.com. 31 Mei 2015.


4. Breast
feeding.
Edisi

untuk

bayi.
2015.

Edisi

2013.

Diunduh

Diunduh

http://www.northeastern.edu/breastfeedingcme/module_2_3.html. 1 Juni 2015.


5. Childrens
Allergyc
Clinic.
Edisi
2009.
Diunduh

dari:
dari:
dari:

http://www.childrenallergiclinic.com/. 29 Mei 2015.

23

Anda mungkin juga menyukai