Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH POWER PUMPING ASI DENGAN

JUMLAH PRODUKSI ASI

DISUSUN OLEH :

DEVI IKA MIRANTI NIM 20191660118

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air susu ibu adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi

bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan

padat. Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin

setelah kelahiran bayi(WIKIPEDIA) . Asi mengandung antibodi yang membantu

bayi melawan bakteri ataupun virus sehingga bayi tidak mudah sakit dan

menurunkan risiko menderita asma atau alergi,asi mengandung nutrisi yang

lengkap untuk bayi sehingga pertumbuhannya cenderung normal, kandungan unik

pada asi imunoglobulin A(igA) yang banyak terdapat pada kolostrum,zat ini

melindungi bayi dari serangan infeksi,igA melapisi saluran pencernaan agar kuman

tidak masuk kedalam aliran darah dan akan melindungi bayi hingga sistem

kekebalan tubuh bayi berfungsi dengan baik. Ganfiosida (GA) yang berperan

dalam pembentukan memori dan fungsi otak besar serta sebagai alat penghubung

antar sel otak pada bayi. Protein yaitu dalam bentuk kasein dan whey,protein ini

lebih muda dicerna oleh tubuh bayi dibandingkan dengan protein yang dihasilkan

dari susu mamalia lainnya. Asam lemak yang merupakan komponen semua

jaringan tumbuh dan diperlukan untuk perkembangan jaringan sel,otak,retina,dan

susunan saraf,asam lemak yang terkandung dalam asi berupa asam lemak tak jenuh

ganda berantai panjang(long-chain polysaturated fatty acid atau LC-PUFA)yang

terdiri dari DHA(docosahexanoic atau asam dokosaheksaenoat),LA(linoleic acid

atau asam linoleat),ALA(alpha linoleic atau asam alfa linoleat),dan

AA(arachidonic acid atau asam arakidonat)(Dr.lyndon Saputra,2014).


Selain bermanfaat bagi bayi asi juga bermanfaat bagi ibu diantaranya

ternyata menyusui dapat membakar kalori, sehingga menyusui membantu ibu

menurunkan berat badan setelah hamil menyusui memicu pelepasan hormon

oksitosin yang membantu mengembalikan ukuran rahim ke ukuran normal, dan

membantu mencegah terjadinya perdarahan setelah melahirkan Ibu menyusui

memiliki risiko kanker payudara yang lebih kecil. Pernyataan tentang ibu tidak

menyusui tidak hanya sebatas pendapat dari seseorang atau beberapa orang, tapi ini

telah di akui oleh badan kesehatan dunia yaitu WHO. Jadi menyusui sangat baik

bagi sang anak maupun ibu.

Efek yang di timbulkan dari tidak menyusui juga akan berdampak kepada

sang buah hati, dalam konteks ini efek bayi yang tidak minum ASI. bayi yang

kekurangan ASI akan berisiko mengalami neonatal hypernatraemia atau kehilangan

berat badan secara signifikan   dan dehidrasi. Memang tidak semua bayi

mengalami hal seperti itu karena ASI dapat di gantikan dengan mengkonsumsi

susu formula. Namun, ternyata susu formula juga memiliki kelemahan bahkan ada

yang mendapatkan efek buruk dari mengkonsumsi susu formula. Dalam

menanggapi hal yang cukup serius ini sang ibu perlu tahu efek bayi tidak minum

ASI karena hal ini sangat penting di perhatikan. Jika tidak mungkin akan berakibat

buruk bagi sang buah hati. Selain bagi bayi asi tidak keluar juga berdampak kepada

ibu diantaranya payudara keras bengkak, payudara terasa panas, bila parah bisa

menjadi mastitis( bendungan asi)bahkan sampai abses.

Dampak bayi yang tidak mendapatkan Asi di indonesia semakin banyak

diantaranya bertambahnya kerentanan terhadap penyakit(baik bayi maupun

ibu),menyusui diyakini dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan

atas(ISPA),kejadian diare dapat turun 50% dan penykit usus parah pada bayi
prematur dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58%,pada ibu resiko kanker

payudara juga dapat menurun 6-10%.Biaya pengobatan bertambah mendukung

ASI berarti dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya

kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliyun tiap tahunnya. Kerugian

kognitif- hilangnya pendapatan bagi individual, bayi yang mendapatkan asi kelak

berpotensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki kecerdasan

yang tnggi , ini dapat meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih

optimal,dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita negara dapat

menghemat Rp.16,9 triliyun.di indonesia hampir 14% dari pengahasilan seseorang

habis digunakan untuk membeli susu formula, dengan asi eksklusif penghasilan

orang tua dapat dihemat sebesar 14%(idai.or.id)

Angka pemberian ASI eksklusif di indonesia masih rendah menurut pusat

data dan informasi kementrian kesehatan tahun 2017,pemberian asi eksklusif di

indonesia hanya 35%, angka ini masih rendah dibandingkan dengan rekomendasi

WHO yaitu sebesar 50%.

Keluarnya asi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang

utamamnya adalah faktor hormonal, yaitu prolaktin yang berperan dalam produksi

ASI dan oksitosin yang berperan merangsang keluarnya asi, hormon prolaktin

diproduksi oleh kelenjar pituari yang berada didalam otak dan berpengaruh

terhadap berbagai fungsi fisiologis tubuh, jumlah hormon prolaktin dipengaruhi

oleh jumlah nutrisi yang dikonsumsi ibu,serta dipengaruhi juga oleh frekuensi

isapan bayi,sehingga semakin sering bayi menghisap maka hormon yang

diproduksi pun akan semakin banyak. Sementara hormon oksitosin yang

merangsang keluarnya asi ,sering disebut sebagai hormon cinta karena hormon ini

dipengaruhi oleh suasana hati ibu,oleh karena itu penting sekali bagi ibu yang
menyusui untuk menjaga suasana hati dan jiwa agar tetap dalam kondisi baik dan

bahagia,keadaan ibu yang lelah dan stress akan mempengaruhi homon oksitosin

dan akan menghambat lancarnya asi.

Faktor lain yang mempengaruhi produksi asi dan lancarnya asi adalah

asupan makanan karena asi sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi

ibu ,oleh karena itu ibu perlu makan makanan yang mengandung gizi seimbang

secara teratur, kondisi psikis hal ini karena keluarnya asi sangat dikontrol oleh

perintah yang dikirim oleh hipotalamus.bila ibu dalam keadaan stres ,cemas dan

khawatir tegang dan sebagainya,asi tidak akan turun dari alveoli menuju

puting,umumnya ini terjadi pada hari-hari pertama menyusui, oleh karena itu peran

keluarga terutama suami sangat penting menjaga psikis ibu agar tetap tenang dan

nyaman,perawatn payudara yang benar akan memperlancar produksi asi ,oleh

karena itu sebaiknya perawatan payudara dilakukan saat ibu masih dalam masa

kehamilan,frekuensi bayi menyusui secara langsung dan memerah asi ,bayi kurang

bisa menghisap asi secara benar,yang disebabkan olehbeberapa faktor diantaranya

struktur mulut dan rahang bayi yang kurang baik, pengaruh obat-obatan dan alat

kontrasepsi.

Ada berbagai macam cara untuk mengatasi kelancaran asi dan

meperbanyak jumlah produksi asi diantaranya perbanyak minum air putih,sering

menyusui,bergantian payudara saat menyusui,pijat dan bersihkan

payudara,memperbaiki teknik menyusui yang benar,hindari menggunakan dot

susu,memompa asi setelah menyusui,memilih makanan yang banyak mengandung

karbohidrat,protein,vitamin dan mineral,minum suplemen pelancar asi,hindari

stres,dukungan suami,menghindari rokok alkohol dan kopi,istirahat yang


cukup.Dari banyaknya cara mengatasi kelancaran asi power pumping adalah cara

yang cocok digunakan untuk ibu-ibu yang bekerja dan produksi asi minimal.

Power pumping adalah cara memompa ASI yang meniru frekuensi

menyusu bayi yang sedang mengalami growth spurt -kondisi di mana bayi

membutuhkan ASI lebih banyak daripada biasanya karena sedang dalam masa

pertumbuhan yang pesat. Pada saat itu, bayi akan menyusu lebih sering, lebih lama,

dengan iisapan lebih kuat sehingga hormon prolaktin memerintahkan otak untuk

memproduksi asi lebih banyak. Penting untuk diketahui bahwa teknik power

pumping tidak dilakukan untuk menggantikan semua jadwal memompa ASI sehari-

hari, namun hanya untuk menggantikan 1 sesi saja, caranya dengan memilih waktu

untuk power pumping selama 1 jam setiap pagi atau malam hari. melakukan

power pumping dengan menggunakan pompa ASI manual dam elektrik (dual pump

atau single pump). Jika menggunakan pompa ASI jenis dual pump (pompa ganda),

cara melakukan teknik power pumping adalah pompa asi selama 20 menit,istirahat

10 menit,pompa lagi 10 menit,istirahat 10 menit,pompa lagi selama 10 menit.

Sementara jika menggunakan pompa asi jenis singgle pump (pompa tunggal),cara

melakukan teknik power pumping adalah pompa asi 10 menit di payudara kanan 10

menit payudara kiri 10 menit istirahat 5 menit, pompa lagi 10 menit di payudara

kanan 10 menit payudara kiri 10 menit istirahat 5 menit,pompa lagi 10 menit di

payudara kanan 10 menit payudara kiri. Power pumping bisa dilakukan rutin

selama beberapa hari berturut-turut hingga produksi ASI dirasa sudah cukup bagi

bayi.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan dapat dirumuskan

permasalahan penelitian : apakah ada pengaruh power pumping asi dengan jumlah

produksi asi

1.3 Tujuan Peneitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh power pumping asi dengan jumlah produksi asi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah produksi asi pada ibu yang melakukan power pumping

2. Mengetahui jumlah produksi asi pada ibu yang tidak melakukan power pumping

3. Membandingkan produksi asi pada ibu yang melakukan power pumping dan

tidak melakukan power pumping

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan tentang pentingnya pengaruh power pumping dengan

jumlah produksi asi

1.4.2 Bagi Institusi pendidikan

Dapat menambah informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

akademik dalam pengembangan pembelajaran dan bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya

1.4.3 Bagi masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya power pumping

dengan jumlah produksi asi


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI ( AIR SUSU IBU)

2. 1. 1 PENGERTIAN ASI

Air susu ibu adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi
bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan
padat. Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin
setelah kelahiran bayi(WIKIPEDIA). Asi eksklusif adalah bayi hanya diberi asi
saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,jeruk,madu,air teh,air putih
dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,pepaya,bubur susu,biskuit,bubur
nasi dan tim (utami roesli,2000).

Asi eksklusif adalah pemberian asi sedini mungkin,setelah


persalinan,dibeikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya
air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberikan asi sampai dengan bayi berumur 2
tahun(Hubertin sri purwanti). Asi eksklusif adalah pemberian asi tanpa tambahan
makanan lain pada bayi usia 0-6 bulan.bayi tidak diberikn makanan apapun kecuali
makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi
terbaiknya melalui asi(nurheti yuliati,2010).

2.1.2 MANFAAT ASI

Manfaat ASI bagi bayi dan ibu antara lain (Maryunani, 2012):

2.1.2.1 Manfaat ASI bagi bayi

Kandungan antibodi yang terdapat di dalam ASI mengakibatkan bayi akan menjadi lebih
sehat dan kuat dan menghindari bayi dari malnutrisi. Didalam manfaatnya untuk
kecerdasan, laktosa yang terkandung dalam ASI berfungsi untuk proses pematangan otak
secara optimal. Pembentukan Emotional Intelligence (EI) akan dirangsang ketika bayi
disusui dan berada dalam dekapan ibunya. Kandungan didalam ASI juga dapat
meningkatkan sistem imin yang menyebabkan bayi lebih kebal terhadap berbagai jenis
penyakit. (Quigley et al, 2011).
2.1.2.2 Manfaat Memberikan ASI bagi Ibu

Pemberian ASI merupakan diet alami bagi ibu karena pada saat menyusui akan terjadi
proses pembakaran kalori yang membantu penurunan berat badan lebih cepat,
mengurangi resiko anemia yang diakibatkan oleh perdarahan setelah melahirkan,
menurunkan kadar estrogen sehingga mencegah terjadinya kanker payudara, serta
pemberian ASI juga akan memberikan manfaat ekonomis bagi ibu karena ibu tidak perlu
megeluarkan dana untuk membeli susu atau suplemen untuk bayi.

2.1.3 Kandungan ASI

ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI
mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai enam
bulan kecuali vitamin K, karen bayi baru lahir ususnya masih belum mampu membentuk
vitamin K. maka)

Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang mengalami sakit.
Zat-zat protektif tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, yang
membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme).

2. Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman.

3. Lisozim, merupakan enzim yang memecahkan dimding bakteri dan antiinflamatori


bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang Escherichia coli dan
Salmonela.

4. Komplemen C3 dan C4.

5. Faktor antistreptokokus, melindungi bayi dari kuman Streptokokus.

6. Antibodi.
7. Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi membunuh dan
memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim, serta laktoferin.

8. Tidak menimbulkan alergi (Astuti, Judistiani, Rahmiati, & Susanti, 2015).

2.1.4 Klasifikasi ASI

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu transisi, dan air susu matur.
Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan ASI
matur (Maryunani, 2012).

2.1.4.1 Kolostrum

Kolostrum merupakan susu pertama keluar berbentuk cairan kekuning-kuningan yang


lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang larut dalam
lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting untuk
diberikan karena selain tinggi immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bayi,
kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi
baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapa hari
setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam
dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Brown, 2004; Olds et all, 2000; Roesli,
2003 dalam (Pertiwi, 2012).

2.1.4.2 Asi Transisi ( Peralihan)

ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang lebih
dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin menurun,
namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan semakin meningkat. Volume ASI
transisi semakin meningkat seiring dengan lamanya menyusui dan kemudian digantikan
oleh ASI matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).

2.1.4.3 Asi Matur/Matang

ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian yaitu
foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi menyusu,
sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk mengandung vitamin,
protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima kali lebih
banyak dari foremilk
2.1.5 Tujuan Pemberian Asi Eksklusif

Tujuan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan berperan dalam pencapaian tujuan
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam Roesli (2012). Tujuan dari
MDGs tersebut adalah:

1. Membantu mengurangi kemiskinan. Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia disusui
ASI secara Eksklusif 6 bulan maka akan mengurangi pengeluaran biaya akibat pembelian
susu formula.

2. Membantu mengurangi kelaparan Pemberian ASI Eksklusif membantu mengurangi


angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi sampai
usia 2 tahun.

3. Membantu mengurangi angka kematian anak balita. Berdasarkan penelitian WHO di


enam Negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40%
jika bayi tersebut tidak disusui.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Produksi ASI pada ibu menyusui dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berhubungan yaitu:

1. Faktor makanan
Dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-
20% protein, dan 20-30% lema. Kalori ini didapat dari makanan yang dikonsumsi
ibu dalam sehari (Nutrisi Bangsa, 2013).

2. Faktor psikologis
ibu Dimana masa nifas merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi
psikologi. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani.Tanggung jawab bertambah dengan adanya bayi yang baru lahir.
Dorongan dan perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dorongan positif
untuk ibu (Suherini, 2009).

3. Faktor isapan bayi


Dimana bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu dua jam. Sebaiknya
menyusui bayi secara non jadwal (on demand) karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya (Jannah, 2011).
4. Umur ibu
Depkes RI (2010) yang dikutip oleh Somi (2014) menjelaskan bahwa umur
sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan,
persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang
berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal
jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan serta persalinan
5. Jumlah persalinan
Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu memberikan pengalaman dalam
memberikan ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan produksi ASI
sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI. Pada ibu yang baru
pertama kali melahirkan dan ibu yang lebih dari dua kali melahirkan anak
seringkali menemukan masalah dalam memberikan ASI (Proverawati, 2010).
6. Pendidikan ibu
Pendidikan ibu merupakan salah satu unsur penting yang menentukan keadaan
gizi keluarga. Orang yang memiliki dasar pendidikan yang tinggi lebih mudah
mengerti dan memahami informasi yang diterimanya bila dibandingdengan orang
yang berpendidikan lebih rendah.
7. Pekerjaan ibu
Ibu yang bekerja sebagai IRT memiliki keberhasilan dalam memproduksi ASI
atau memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang bekerja diluar
rumah. Hal ini disebabkan karena meskipun mereka setelah melahirkan dan
masih harus menyusui anaknya tetapi mereka harus kembali bekerja setelah cuti
melahirkan selesai, sehingga waktu yang di miliki untuk merawat bayi dan
frekuensi menyusui akan berkurang. Frekuensi menyusui akan mempengaruhi
produksi ASI. Semakin sering ibu menyusui makan akan mempengaruhi hormon
yang akan memperbanyak produksi ASI.
8. Kondisi putting susu
Bentuk dan kondisi putting susu yang tidak baik seperti adanya infeksi pada
payudara, payudara bengkak, dan putting susu tidak mononjol merupakan faktor
yang mempengaruhi dalam pemberian ASI diantaranya adalah produksi ASI yang
sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi (Astari & Djuminah, 2012)

9. Produksi ASI
Produksi dan keluarnya ASI terjadi setelah bayi dilahirkan yang disusul
kemudian dengan peristiwa penurunan kadar hormon esterogen yang mendorong
naiknya kadar prolactin untuk produksi ASI. Sekalipun pada hari pertama ASI
yang keluar hanya sedikit, ibu harus tetap menyusui Tindakan ini selain
dimaksutkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi agar bayi belajar menyusu
atau membiasakan menghisap putting payudara ibu serta mendukung produksi
ASI.
10. Dukungan Keluarga dan suami
Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya produksi ASI dan
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk
memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sehingga meningkatkan
frekuensi produksi ASI. Suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam
pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan
praktis lainnya

2.1.7 Cara Meningkatkan Produksi ASI

Kelancaran produksi ASI tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran payudara. Akan
tetapi produksi ASI dipengaruhi oleh isapan bayi. Semakin sering bayi menyusu dan
menghisap putting semakin banyak pula produksi ASI yang dihasilkan. Adapun beberapa
cara yang dapat dilakukan ibu untuk menjaga produksi ASI agar tetap lancar yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas


Kemunduran produksi ASI terjadi apabila seorang ibu kekurang nutrisi atau gizi saat
menyusui. Terlebih jika masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi.
Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-
kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar
berbagai vitamin dalam ASI. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang
dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja
dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Hapsari,
2009).

2. Ketentraman jiwa dan pikiran ibu


Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu
dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan, dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya (Hapsari,
2009). Menurut Sitti, 2009 faktor-faktor yang meningkatkan reflek let-down adalah :
melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui
bayi
3. Pemberian ASI secara terjadwal
Dalam memberikan ASI yang tidak terjadwal dapat berpengaruhi produksi ASI.
Semakin sering dalam menyusui semakin banyak pula produksi ASI yang dihasilkan.
Menyusui yang baik yaitu minimal setiap dua jam sekali dengan durasi 10-15 menit
disetiap payudara (Sitti, 2009).
4. Melakukan perawatan payudara
Perawatan payudara di masa menyusui sangat berpengaruh pada proses pemberian
ASI. Payudara yang bersih, sehat, dan terawat dengan baik membantu melancarkan
produksi ASI, sehingga pemberian ASI menjadi lebih mudah dan bayi lebih nyaman
saat menyusu.

Cara merawat payudara pada ibu nifas dan menyusui sebagai berikut:

1) Kompres puting susu dengan kasa yang telah diberi minyak atau baby oil kurang
lebih selama tiga menit, lalu bersihkan.
2) Setelah bersih, tarik puting susu dan putar searah jarum jam dengan ibu jari dan
telunjuk, untuk memastikan tidak ada kotoran pada puting. Jika puting
tenggelam, dengan kedua ibu jari tekan daerah areola tarik ke arah kanan, kiri,
atas, bawah secara bersamaan dan bergantian. Lakukan 10-15 kali bergantian
pada payudara kanan dan kiri.
3) Beri kedua tangan dengan sedikit minyak/baby oil.
4) Sangga payudara kiri, dengan tangan kiri. Kemudian tiga jari tangan kanan
membuat pemijatan ringan gerakan memutar dari pangkal payudara ke arah
puting untuk merangsang peredaran pembuluh darah disekitar payudara.
Lakukan tahapan yang sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan
pada tiap payudara.
5) Sangga payudara kiri dengan kanan kiri. Telapak tangan kanan dengan jari-jari
sisi kelingking mengurut payudara ke arah puting susu, gerakan diulang
sebanyak 30 kali untuk tiap payudara.
6) Tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan dikepalkan kemudian
mengurut payudara mulai dari pangkal ke arah puting susu. Gerakan diulang
sebanyak 30 kali untuk setiap payudara.
7) Coba keluarkan sedikit ASI untuk memastikan tidak ada sumbatan pada puting
susu.
8) Lakukan pengurutan, tempatkan kedua tangan di antara kedua payudara ibu,
kemudian diurut ke arah atas, terus kesamping, ke bawah, melintang sehingga
tangan menyangga payudara (sedikit mengangkat payudara) kemudian secara
bersama-sama lepasan tangan dari payudara.
9) Kompres payudara secara bergantian dengan air dingin dan air hangat. Bedakan
kain kompres untuk air dingin dan air hangat, lakukan sebanyak 20 kali secara
bergantian kanan dan kiri. Cara ini bertujuan untuk melenturkan pembuluh
darah. Pada saat dikompres dengan air hangat, pembuluh darah akan melebar
dan pada saat dikompres dengan air dingin, pembuluh darah akan mengerut.
Kelenturan ini sangat diperlukan saat menyusui kelak. Terutama untuk
memompa ASI agar lancar ketika diisap bayi.
10) Ambil waslap kasar, lalu gosokan pada puting susu secara bergantian. Cara ini
merangsang puting pada saat diisap bayi dan untuk menghindari lecet dan
pendarahan akibat isapan lidah bayi yang masih kasar.
11) Gunakan kutang yang menyangga payudara (Astuti, Judistiani, Rahmiati, &
Susanti, 2015).
5. POWER PUMPING
Power pumping adalah cara memompa ASI yang meniru frekuensi menyusu bayi
yang sedang mengalami growth spurt -kondisi di mana bayi membutuhkan ASI lebih
banyak daripada biasanya karena sedang dalam masa pertumbuhan yang pesat. Pada
saat itu, bayi akan menyusu lebih sering, lebih lama, dengan iisapan lebih kuat
sehingga hormon prolaktin memerintahkan otak untuk memproduksi asi lebih
banyak. Teknik power pumping tidak dilakukan untuk menggantikan semua jadwal
memompa ASI sehari-hari, namun hanya untuk menggantikan 1 sesi saja.

Pemompaan yang teratur akan mengirimkan sinyal ke tubuh untuk menghasilkan


lebih banyak asi,menerapkan power pumping sama dengan menerapkan kebiasaan
untuk mengosongkan pasokan asi dalam interval cepat,sehingga tubuh dapat
memproduksi lebih banyak asi di banding biasanya

Cara melakukan power pumping dengan dual pump

a. Pompa asi selama 20 menit , istirahat 10 menit


b. Pompa lagi selama 10 menit, istirahat 10 menit
c. Pompa lagi selama 10 menit
Total waktu yang dibutuhkan untuk memompa asi adalah 40 menit dan 20 menit
istirahat

Cara melakukan power pumping dengan single pump

a. Pompa asi 10 menit di payudara kanan, kemudian 10 menit di payudara


kiri,istirahat 5 menit
b. Pompa lagi 10 menit di payudara kanan, kemudian 10 menit di payudara
kiri,istirahat 5 menit
c. Pompa lagi 10 menit di payudara kanan, kemudian 10 menit di payudara
kiri,selesai

Supaya teknik power pumping mengahsilkan asi dengan maksimal, bisa di lakukan
tips sebagai berikut

a. Menghangatkan payudara selama 10 menit sebelum memompa, hal ini sangat


membantu melemaskan otot-otot sebelum aktivitas memompa asi dilakukan
b. Membilas pompa asi dengan air hangat
c. Pompa dengan hisapan maksimum sesuai kenyamanan ibu
d. Oleskan sedikit pelumas sebelum memompa untuk meminimalisir gesekan dari
pemompaan yang bisa menyebabkan puting sakit jika pumping dilakukan
dengan tidak benar
e. Memastikan pompa bekerja dengan baik

Sebaiknya ibu tidak menghitung waktu secara akurat,yang bisa mengurangi


efektifitas power pumping dan mengurangi tekanan,sebagai pengganti pegukur
waktu dapat digantikan dengan melakukan kegiatan :

a. Sambil menonton acara tv favorit


Lakukan pompa asi ketika iklan dan istirahat setelah acara mulai lagi
b. Sambil menonton film
Memompa bisa dilakukan setiap satua adegan dan istirahat di adegan berikutnya
c. Mendengarkan musik
Memulai memompa asi setelah mendengarkan 3 lagu dan istirahat pada dua lagu
berikutnya
d. Membaca buku
Meletakkan pembatas buku 4 sampai 6 halaman kemudian memuli memompa
asi dan beistirahat saat sudah sampai dihalaman yang diberi pembatas
e. Pilih alat yang nyaman
Pompa asi elektrik dual pump lebih nyaman digunakan dibandingkan dengan
pompa asi elektrik single pump

2.1.8 Cara Menyusui

Langkah-langkah menyusui yang benar (Dinkes RI, 2009)

1) Ibu mencuci tangan sebelum menyusui bayinya

2) Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi
dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung

3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada putting susu dan areola sekitarnya

4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong
bayi terletak pada lengan
5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap ke payudara

6) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus

7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah
serta tidak menekan putting susu atau aerola

8) Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui

9) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi

10) Ibu menatap bayi saat menyusui

11) Pasca menyusui

a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking dimasukkan kemulut bayi melalui
sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan kebawah

b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan areola, biarkan kering dengan sendirinya

12) Cara menyendawakan bayi

a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan diusap
punggung belakang sampai bersendawa

b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan keluar
dengan sendirinya

13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on
demand)
2.2 Masalah Pemberian ASI

Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu
primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang pentingnya
perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan halhal lain yang erat hubungannya
dengan proses menyusui. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah putting
lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan
anatomi putting, atau bayi enggan menyusu (Bahiyatun, 2009).

2.2.1 Putting nyeri/lecet

Kebanyakan putting nyeri /lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu
bayi tidak menghisap puting sampai ke areola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada
putting, bayi akan mendapat asi sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus
laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri/lecet pada putting ibu. Putting lecet dapat
juga dosebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu;
pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting susu.
Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang
pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sapai areola payudara dan isapan
hanya pada putingnya.

Rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu menghentikan proses menyusu dengan
kurang hati-hati. Penatalaksanaan

1. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada putting yang normal atau yang lecetnya
lebih sedikit.

2. Untuk menghindari tekanan lokal pada putting, posisi menyusui harus sering diubah.
Dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui pada putting yang nyeri.
Disamping itu, ibu harus yakin bahwa teknik menyusui bayi telah benar, yaitu bayi harus
menyusui sampai areola payudara.

3. Setiap selesai menyusui, sisa asi tidak perlu dibersihkan tetapi diangin-anginkan
sebentar agar kering dengan sendirinya. Sisa asi berfungsi sebagai anti-infeksi. Hindari
menggunakan sabun, alcohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan putting susu.
Putting susu dapat diolesi minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih
dahulu. Ibu harus menyusui bayilebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara
tidak menjadi penuh dan bayi tidak perlu menyusu secara “rakus” karena terlalu lapar
. 4. Periksa apakah bayi menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada putting
susu ibu. Bila ditemukan gejala moniliasis, segera berikan pengobatan (nystatin).
Pencegahan :

1. Tidak membersihkan putting dengan sabun, alcohol, krim, atau dengan zat-zat iritan
lain.

2. Sebaiknya bayi biarkan melepaskan sendiri putting susu dari isapannya bukan
memaksanya dengan menarik putting. Hal ini dapat dilakukan dengan merangsang bayi,
yaitu dengan menekan dagunya atau memasukkan jari kelingking yang bersih ke
mulutnya.

3. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke areola payudara dan
menggunakan kedua payudara.

2.2.2 Payudara bengkak

Pembangkakan (engorgement) payudara terjadi karena asi tidak dihisap oleh bayi secara
adekuat, sehingga sisa asi terkumpul pada system ductus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan.Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya
tekanan intraduktal, yang mempengaruhi barbagai segmen pada payudara, sehingga
tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang,
dan nyeri. Selanjutnya, diikuti penurunan produksi asi dan penurunan reflex let down.
Bra/ kutang yang ketat juga dapat menyebabkan engorgement segmental, demikian pula
putting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada ductus.

Gejala pembengkakan ini dalah payudara yang mengalami pembengkakan.


Pembengkakan ini ditandai dengan bentuk areola yang lebih menonjol dan putting yang
lebih mendatar, sehingga membuat payudara sukar diisap oleh bayi. Bila keadaan sudah
demikian, kulit pada payudara tampak lebih mengkilat, ibu mengalami demam, dan
payudara terasa nyeri. Olek karena itu, sebelum disusukan pada bayi, asi ahrus diperas
dengan tangan/ pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih
mudah menyusu.
Penatalaksanaan Secara singkat payudara bengkak sebagai berikut.

1. Masase payudara dan asi diperas dengan tangan sebelum menyusui.

2. Kompres dingin untuk mengurangi stasis pembuluh darah vena dan rasa nyeri. Dapat
dilakukan secara bergantian dengan kompres panas untuk melancarkan aliran darah
payudara.

3. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk melancarkan
aliran asi dan menurunkan tgangan payudara.

Pencegahan:

1. Bila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.

2. Susukan bayi tanpa dijadwal

3. Keluarkan asi secara manual atau dengan pompa, bila produksi asi melebihi kebutuhan
bayi

4. Lakukan perawatan payudara pascanatal secara teratur.

2.2.3 Saluran susu tersumbat

Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan ketika terjadi sumbatan
pada satu atau lebih ductus laktiferus. Penyebabnya meliputi tekanan jari pada waktu
menyusui, pemakaian bra/BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak, yaitu
susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala
gangguan ini lebih terlihat pada ibu yang kurus yang terlihat benjolan yang jelas dan
lunak pada perabaan. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa
bengkak yang terlokalisasi.
Penatalaksanaan

1. Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat untuk menghindari terjadinya radang
pada payudara

2. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak dapat dilakukan masase dan kompres panas-
dingin secara bergantian.

3. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan asi secara
manual atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui.

4. Ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran asi.

Pencegahan 1. Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari


terjadinya statis aliran asi.

2. Posisi menyusui yang diubah-ubah.

3. Menggunakan bra/BH yang menyangga dan membuka bra tersebut ketika terlalu
menekan payudara.

2.2.4 Mastitis

Mastitis adalah radang pada payudara. Penyebabnya adalah payudara bengkak yang tidak
disuse secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis. Putting lecet memudahkan
masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. Bra/BH yang terlalu ketat
mengakibatkan engorgement segmental. Bila tidak disuse dengan adekuat, dapat terjadi
mastitis. Ibu yang dietnya buruk, kurang sehat, atau anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala mastitis meliputi bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri local, kemerahan pada
seluruh payudara atau hanya local, payudara keras dan berbenjol-benjol, panas badan dan
rasa sakit umum.
Penatalaksanaan

1. Menyususi tetap dianjurkan. Pertama, bayi dimasukan pada payudara yang sakit
selama dan sesering mungkin agar payudara kosong, kemudian lakukan hal yang sama
pada payudara yang normal.

2. Beri kompres panas dengan menggunakan shower hangat atau lap basah pada payudara
ang terkena.

3. Ubah posisi menyusui pada setiap kali menyusui, yaitu dengan posisi tidur, duduk, atau
posisi memegang bola (football position).

2.3 Konsep Menyusui

Menyusui memberikan nutrisi yang ideal untuk anak-anak. Untuk mengurangi angka
kematian anak dan tingkat morbiditas, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan eksklusif ASI selama 6 bulan pertama dari kehidupan anak dan
menekankan menyusui lanjutan bersama dengan pemberian makanan tambahan sampai
anak 2 tahun (WHO, 2015). Meskipun perawat bertindak sebagai mediator kunci dalam
promosi, perlindungan, dan dukungan dari praktek pemberian ASI dari menyusui ibu,
keberhasilan menyusui sangat bergantung pada keputusan otonom yang dibuat oleh para
ibu (Brunson, Shell-Duncan, & Steele, 2009; Shroff et al, 2011 : Vaz, Pratley, & Alkire
2015). Perawat sering menghadapi situasi dimana otonomi ibu tentang ASI bertentangan
dengan saran kesehatan dan kesejahteraan muda anak-anak (Murphy, 1999; Sundean &
McGrath, 2013). Perawat berkewajiban untuk menghormati otonomi pasien dan
meyakinkan kesejahteraan pasien setiap saat (Dewan Internasional untuk Perawat, 2012).

Bayi tidak bisa membuat keputusan makan, karena itu perawat perlu mempertimbangkan
otonomi ibu menyusui ketika menjaga kesejahteraan anak-anak. Berdasarkan analisis
konsep yang dilakukan di sini,konsep otonomi ibu dalam konteks menyusui dapat
didefinisikan sebagai kemampuan ibu untuk membuat keputusan otonom menggunakan
kontrol dirinya, lembaga, kemandirian,dan pertimbangan etis yang didahului oleh
kompetensi ibu, ketersediaan dukungan, sifatpengaturan, dan alternatif yang tersedia di
menyusui.otonomi ibu dalam konteks menyusui hasil dalam peningkatan kesehatan anak,
ikatan, keputusan menyusui, dan ibu kesehatan tingkah laku. Karena menyusui
merupakan fenomena alam dimana tubuh ibu berfungsi sebagai sumber makanan,obat-
obatan, dan kenyamanan bagi anak (Hausman, 2004),
memperoleh pemahaman konseptual otonomi ibu dalam konteks menyusui adalah
penting tapi kompleks. Konsep otonomi ibu kekurangan yang jelas, Oleh karena itu
definisi dalam konteks menyusui telah diterapkan secara tidak konsisten dalam penelitian
masa lalu. Ini kurangnya kejelasan konseptual dapat menyebabkan kesenjangan dalam
penyediaan asuhan keperawatan yang konsisten dan efektif untuk wanita menyusui.
Dengan atribut, anteseden, dan konsekuensi otonomi ibu dalam konteks menyusui
sekarang lebih jelas diartikulasikan , perawat dalam praktek dan penelitian bisa kritis
merefleksikan situasi dengan informasi lebih lanjut. Mereka dapat, pada gilirannya, lebih
memahami jawaban yang mungkin untuk pertanyaan seperti "Mengapa beberapa ibu
mempertahankan merekamenyusui dan beberapa tidak?" "Bagaimana perawat dapat
mempromosikan otonomi ibu menyusui? "dan" Mengapa itu penting untuk
mempromosikan otonomi ibu dalam konteks menyusui? Mengingat atribut kunci yang
disajikan di sini, ibu otonomi dipandang tidak hanya sebagai membuat keputusan tetapi
sebagai reflektif kontrol seorang ibu dari situasi dan agennya untuk membuat pilihan
informasi sesuai konteks, tingkat kemandirian, dan pertimbangan etis sementara membuat
keputusan. Meskipun beberapa studi penelitian pertimbangkan kemerdekaan ibu dalam
pengambilan keputusan dan kontrol atas sumber daya sebagai komponen utama dari ibu
otonomi (Bloom et al, 2001;. Brunson et al, 2009.;Ziaei et al., 2014), konsep belum
melihat holistik karena komponen badan ibu dan pertimbangan etis tidak dimasukkan.
Pertimbangan dari keempat atribut di identifikasi diantisipasi untuk memfasilitasi
pengembangan penelitian yang komprehensif dan divalidasi alat untuk mengukur
otonomi ibu dalam konteksmenyusui. Meskipun literatur menyoroti pentingnya menyusui
konseling keputusan facilitate mothers 'tentangASI (de Oliveira, Giugliani, lakukan
Esp'ırito Santo & Nunes, 2014),

menyusui konseling bukan satu-satunya cara untuk mempromosikan otonomi ibu.


otonomi ibu dalam konteks menyusui didahului oleh ketersediaan dukungan, kompetensi
ibu untuk membuat otonom keputusan, sifat pengaturan, dan makan alternatif yang
tersedia untuk ibu. anteseden inidapat dimanfaatkan untuk merancang intervensi
keperawatan untuk meningkatkan ASI dalam pengaturan perawatan beragam dan
intervensi sasaran studi yang menganalisis efek dari anteseden ini pada eksklusivitas dan
kelanjutan menyusui. Konsekuensi yang diidentifikasi dari konsep validate gagasan
bahwa kesehatan ibu otonomi berkaitan dengan menyusui sama mempengaruhi kesehatan
ibu dan anak (Dangal & Bhandari, 2014). Konsekuensi dari ini Konsep menunjukkan
bahwa sangat penting bagi perawat untuk memfasilitasi otonomi ibu dalam konteks
menyusui untuk mencapai perbaikan dalam kesehatan anak, meningkatkanikatan ibu-
anak, memfasilitasi keputusan ASIdalam kepentingan terbaik dari bayi, dan
meningkatkan ibukesehatanmencari perilaku. Tanpa ragu, literatur perdebatan pro dan
kontraanalisis konsep (Draper, 2014; Paley, 1996; Risjord,2009)

Namun, penting bahwa perawat terus untuk menganalisis konsep terdefinisi sebagai
kontribusi untuk diusulkan teoripraktik keperawatan. Jelas konsep kemudian dapat
menjadi bagian dari teoriteori yang akan diuji,sehingga menghasilkan bukti empiris yang
membangun pengetahuan untuk digunakan dalam praktek keperawatan. Analisis konsep
ini diharapkan untuk mempromosikan pengembangan pengetahuan keperawatan melalui
penelitian dan penerapan dikembangkan pengetahuan dalam praktek untuk
mempromosikan otonomi menyusui ibu, menjaga kesejahteraan anakanak muda, dan
berkontribusi terhadap kesehatan ibu dan anak di masyarakat. Pola menyusui dapat
bervariasi selama enam bulan pertama post partum, dan fakta ini membuat definisi untuk
menyusui. Suplemen susu formula mungkin diberikan di rumah sakit dan tidak pernah
lagi.

Menyusui bisa menjadi berhenti karena sakit atau faktor-faktor lain, tetapi ASI kemudian
penuh bisa melanjutkan setelah itu. Ibu mungkin pergi untuk akhir pekan dan kemudian
melanjutkan rutinitas menyusui yang normal setelah kembali. Beberapa ibu percobaan
dengan padatan, dan kemudian menghentikan mereka sampai bayi mereka lebih tua. Sulit
untuk menangkap pola terukur. Untuk sebagian besar, para peneliti algoritma
menggunakan bertanya ibu bagaimana bayi mereka diberi makan pada suatu titik waktu,
tidak lembur. Pertanyaan penelitian biasanya menentukan titik waktu untuk melacak pola
pemberian makan bayi. Sebagai contoh,seorang peneliti dapat melacak bagaimana bayi
makan di duabulan, empat bulan, dan enam bulan. Pada masing-masing. Waktu poin, ibu
mungkin akan diminta untuk mengingat masa lalu 24 jam atau masa lalu tujuh hari.
metode dan pertanyaan seperti diasumsikan mengembang jumlah ASI eksklusif karena
penggunaan susu formula bisa terjadi dinon-direkam.

2.4 Fisiologi Laktasi

ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap
dan menelan ASI. Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar estrogen dan progestrogen turun drastis,
sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.
Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin
oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.

Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi (Ambarwati, 2009) yaitu
refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

1) Refleks Prolaktin Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus
di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin
kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk
memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap.

2) Refleks Aliran (Let Down Refleks) Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat
menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah
oksitosin dilepas ke dalam darah akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli
dan duktulus, dan sinus menuju puting susu.

Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk memproleh ASI adalah
sebagai berikut.

a) Refleks menangkap (rooting refleks) Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk
menemukan puting susu apabila ia diletakkan di payudara.

b) Refleks mengisap Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti
puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan lidah, dan
pipi.

c) Refleks menelan Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga refleks
ini merangsang pembentukan rahang bayi (Ambarwati, 2009).

2.5 Cairan Hidup ASI

2.5.1 Nutrisi Ibu

Saat Menyusui Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi baru lahir
hingga usia enam bulan. Selama masa menyusui, seorang ibu biasanya memproduksi ASI
± 800-850 ml per hari. Pada umumnya, dalam 100 gram ASI terkandung kalori 60 ml kal
dan protein 1,2 gram. Komponen nutrisi ini berasal dari sari makanan yang dikonsumsi
ibu. Produksi ASI akan lancar jika kebutuhan gizi ibu tercukupi. Oleh karena itu, ibu
menyusui harus cermat dalam menyusun pola makan. Selain pola makan yang seimbang,
ibu menyusui sebaiknya memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan. Sayuran
tertentu seperti daun katuk dapat melancarkan produksi ASI karena mengandung
laktagogum. Daun katuk juga kaya betakaroten (provitamin A), vitamin C, zat besi,
fosfor, dan kalsium yang penting bagi ibu menyusui. Penguasaan tentang menu-menu
sehat tentu akan sangat berguna bagi ibu menyusui (Sutomo, 2010).
Kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang dikonsumsi ibu. Berikut ini beberapa
bahan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi ibu menyusui, anata lain :

1. Protein hewani Bahan-bahan makanan seperti udang, ayam, daging, dan ikan
merupakan contoh bahan makanan yang kaya protein hewani. Protein hewani yang
berasal dari hewan ini berfungsi sebagai sel pembangun dan membantu meningkatkan
kecerdasan otak. Oleh karena itu, ibu menyusui sebaiknya memperbanyak konsumsi
bahan-bahan makanan yang mengandung protein hewani.

2. Protein nabati Saat menyusui, seorang ibu sebaiknya banyak mengonsumsi bahan
makanan yang mengandung protein nabati. Tahu dan tempe adalah contoh bahan
makanan yang mengandung protein nabati dengan harga terjangkau. Proein yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan ini berfungsi untuk membentuk dan memperbaiki sel-sel tubuh.
Protein nabati mengandung serat makanan yang membantu melancarkan proses
pencernaan.

3. Sayuran hijau Sayuran hijau mengandung karoten (provitamin A). kandungan beta
karoten pada sayuran mencegah resiko penyakit kanker dan meningkatkan fungsi paru-
paru. Sayuran juga mengandung vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan untuk
kekebalan tubuh. Contoh sayuran hijau adalah daun singkong dan bayam.

4. Kacang-kacangan Kacang-kacangan memiliki kandungangizi tinggi. Contoh bahan


makanan yang termasuk keluarga kacang-kacangan adalah kacang panjang, kacang
kedelai, dan kacang merah. Kacang-kacangan merupakan sumber vitamin, mineral, dan
serat yang baik. Bahan makanan ini murah dan mudah didapat.
2.5.2 ASI dalam 24 Jam Pertama

Dua puluh empat jam setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk
keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan
dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI. Ibu yang
menjalani bedah Caesar mungkin belum mengeluarkan ASI nya dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan, kadangkala perlu waktu hingga 48 jam. Walaupun demikian, bayi
tetap dianjurkan untuk dilekatkan pada payudara ibu untuk membantu merangsang
produksi ASI.

Secara keseluruhan proses menyusui melibatkan 4 faktor, yaitu

(1) bayi,

(2) payudara,

(3) Air Susu Ibu,

(4) otak ibu. Kita seringkali meremehkan peran otak ibu dalam proses menyusui.

Proses menyusui merupakan jalinan ikatan batin antara ibu dan bayi. Ibu harus
menyiapkan dirinya agar berada dalam keadaan baik saat menyusui. Perasaan depresi,
marah dan nyeri harus dihindarkan saat menyusui karena dapat menghambat produksi air
susu ibu (Badriul, 2013).

Bayi baru lahir sehat diberikan langsung kepada ibunya untuk mendapatkan kontak kulit
dengan ibunya. Bayi dapat dikeringkan dan dinilai skor APGARnya, bahkan dinilai
kesehatan fisik awal saat bayi diletakkan pada dada ibunya. Kontak seperti itu
memberikan stabilitas fisiologis optimal, kehangatan, dan kesempatan untuk mendapat
makanan pertama. Kontak kulit-ke-kulit awal yang baik dapat meningkatkan lama
menyusui. Penundaan pengukuran berat badan, pemberian vitamin K dan profilaksis
salep mata (sampai dengan 1 jam) masih dapat diterima untuk memberikan kesempatan
interaksi awal orangtua-bayi yang optimal. Kontak kulit-ke-kulit dimulai sejak di ruang
melahirkan atau ruang pemulihan. Pada saat yang sama, ibu juga mulai diberi penjelasan
mengenai teknik menyusui yang benar.
Kolostrum berwarna kekuningan yang keluar dari payudara pada beberapa jam pertama
kehidupan seringkali dianggap sebagai cairan yang tidak cocok untuk bayi, padahal
sesungguhnya kolostrum kaya akan sekretori immunoglobulin A (sIg A) yang berfungsi
melapisi saluran cerna agar kuman tidak dapat masuk ke dalam aliran darah dan akan
melindungi bayi sampai sistem imunnya (sistem kekebalan tubuh) berfungsi dengan baik.

2.5.3 Proses Pelepasan ASI

Pelepasan ASI berada di bawah neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara


(ketika bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan
kontraksi se-sel mioepitel. Proses ini disebut reflex let down atau pelepasan ASI dan
membuat ASI tersedia bagi bayi. Pada awal laktasi, reflex pelepasan ASI ini tidak
dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu. Namun, pelepasan ASI dapat dihambat oleh keadaan
emosi ibu, misalnya ketika ia merasa sakit, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau
merasakan nyeri. Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui
ductus ke sinus laktiferus. Isapan meragsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofise
posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontaksi sel-sel khusus (sel
kioepitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan ductus laktiferus. Kontraksi sel-sel
khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui ductus laktiferus menuju ke sinus
laktiferus untuk disimpan. Pada saat bayi menghisap putting, ASI didalam sinus tertekan
dan keluar ke mulut bayi.

Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya, let down
dapat dipicu tanpa rangsangan isapan. Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar bayi
menangis atau sekadar memikirkan tentang bayinya. Pelepasan ASI penting sekali dalam
pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi mungkin menghisap terus-menerus.
Akan tetapi, bayi hanya memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan
didalam payudara. Bila pelepasan gagal secara berulang kali dan payudara berulang kali
tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, reflex ini akan berhenti berfungsi dan
laktasi akan berhenti.

Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah melahirkan adalah kolostrum
yang mengandung campuran yang lebih kaya protein, mineral, dan antibody
dibandingkan dengan ASI yang telah matur. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau
ke-4 setelah kelahiran bayi, dan kolostrum berubah menjadi matur kira-kira 15 hari
sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi diperbolehkan sering
menyusu, proses pembentukan ASI akan meningkat. Di samping protein, lemak,
karbohidrat, dan vitamin dalam kadar yang diperlukan oleh bayi, ASI juga mengandung
enzim, immunoglobulin, leukosit, hormone, dan faktor pertumbuhan. Susu terdiri dari
kira-kira 90% air, sehingga bayi yang menyusu tidak memerlukan tambahan air atau
cairan lain bagi tubuhnya (Bahiyatun, 2009).
2.5.4 Konsumsi Obat Selama Menyusui

Tidak semua obat telah diuji pada ibu menyusui, sehingga tidak dapat dipastikan
pengaruh obat yang diminum oleh ibu selama menyusui terhadap bayinya. Oleh karena
hanya sedikit sekali masalah yang dilaporkan, maka obat yang secara resmi boleh dibeli
bebas (tanpa resep dokter), bila hanya diminum sesuai kebutuhan dapat dianggap aman.
Ibu yang harus minum obat setiap hari, misalnya pada epilepsi, diabetes, atau tekanan
darah tinggi tetap dapat menyusui. Walaupun demikian, setiap akan mengonsumsi obat
selama menyusui sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan.
Untuk meminimalisasikan pajanan pada bayi, ibu dapat minum obat segera setelah
menyusui atau sebelum bayi tidur panjang (Badriul, 2013).
KERANGKA KONSEP

Masalah yang terjadi

1. Inkontinensia urine
2. Perdarahan IBU POST PARTUM
3. Baby blues
4. Stretch mark
5. Capek
6. Perut mulas
7. payudara bengkak
Produksi Asi

Faktor – faktor yang


mempengaruhi Perilaku pemberian Asi
- Usia
- Pengetahuan
- Ibu bekerja
- Pendidikan
- Power pumping
- Pengalaman
- Massage payudara
- Emosi
- Dukungan keluarga
- -

Hipotesis penelitian

H1: ada pengaruh power pumping dengan jumlah produksi asi


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-experimen one group pretest-

post test design. Jenis penelitian ini dilakukan dengan cara sebelum diberikan

treatment perlakuan variabel dioservasi/diukur terlebih dahulu(pretest) setelah itu

dilakukan treatmen/perlakuan dan setelah treatment dilakukan

pengukuran/observasi(post test).(A.Aziz Alimul Hidayat,2017). Pada penelitian

ini yang dilakukan penelitian adalah mengukur produksi asi sebelum dilakukan

power pumping dan mengukur produksi asi setelah dilakukan power pumping.

3.2 POPULASI,SAMPEL,SAMPLING,BESAR SAMPEL

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek dengan karakteristik atau

sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut,atau kumpulan

orang,individu,atau objek yang akan diteliti sifat-sifat atau

karakteristiknya(Sugiyono,2009).Populasi yang akan diambil oleh peneliti

adalah seluruh ibu-ibu pengunjung di poli anak Rs Husada Utama Surabaya.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang di

teliti yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,2003). Sampel

yang akan diambil oleh peneliti adalah pengunjung peneliti adalah ibu –ibu

pengunjung poli anak rs husada utama yang memiliki bayi usia 0-1 tahun
3.2.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi( Nursalam,2003:97). Teknik sampling yang digunakan

peneliti adalah non probabilty sampling dengan purposive sampling yaitu

sampel yang dibentuk setelah dilakukan kriteria inklusi dan eksklusi dan

curosif sampling yaitu sampel yang dibentuk dengan menggunakan batas

waktu .

Sampel penelitian yang digunakan adalah populasi yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi

A. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau dan akan diteliti (nursalam,2012). Kriteria inklusi dalam

peneltian ini adalah:

a. Ibu yang memberikan asi ekslusif

b. Ibu yang memiliki bayi usia 0 bulan sampai dengan 1 tahun

c. Ibu yang bekerja

d. Ibu yang memompa asi dengan pompa elektrik single pump

e. Ibu yang mengunjungi poli Rs Husada Utama Surabaya dalam waktu 1

minggu

B. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab(nursalam,2012).

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah :

a. Ibu yang tidak mmberikan asi

b. Ibu yang tingkat stres tinggi

c. Ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarga

3.2.4 Besar sampel

n = (zα+zβ)s 2

x1-x2

keterangan :

n = Besar Sampel

zα = deviat baku alfa

zβ = devian baku beta

s = simpang baku gabungan

x1-x2 = beda minimal dianggap signifikan ( sopiyudin,2013)

Diketahui

Zα = 1,96

Zβ = 1,28

S = 68,32 = 68

X1-x2 = 38,57 = 40

n= (1,96+1,28)68 2

40

= (3,24)68 2

40
= 220,32 2

40

= ( 5,508)2

= 30,38

n= 30 sampel

3.3 VARIABEL , DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR, INSTRUMEN

3.3.1 VARIABEL
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut,kemudian di tarik kesimpulannya(Sugiyono,2011). Variabel
independen adalah variabel bebas yang mempengaruhi variabel lain. Variabel
independen pada penelitian ini adalah power puming asi dengan pompa
elektrik dengan singgle pump. Variabel dependen adalah variabel yang di
pengaruhi oleh variabel independen. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah produksi asi

3.3.2 DEFINISI OPERASIONAL


Definisi operasional adalah mendefisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati (Notoadmojo,2012).

Tabel 4.1 Definisi operasional pengaruh power pumping asi dengan produksi asi

Variabel Definisi Indikator Instrumen Skala skor


Operasional
Variabel Kegiatan - Ibu bekerja Pompa asi elektrik Rasio - Bekerja=
independe memompa asi - Usia ibu double pump 1
n : power secara - Pendidikan - Tidak
pumping maksimal ibu bekerja=2
dalam 1 jam Interval -
per hari (usia)

ordinal - SD=1
- SMP=2
- SMA=3
- PT=4
Variabel Jumlah Produksi asi: - Botol Rasio - Meningk
dependen : produksi asi - Meningkat - Kantong asi at =1
produksi yang - Konsentrasi - Tetap=2
asi dihasilkan asi - Menurun
oleh ibu - Warna asi =3

3.4 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di poli anak RS Husada Utama Surabaya mulai bulan
januari 2019 sampai dengan februari 2019

3.5 PENGUMPULAN DATA

Data dikumpulkan dari ibu-ibu yang mengunjungi poli anak Rs Husada Utama
surabaya yang bersedia menjadi responden, memiliki bayi usia 0 bulan- 1tahun ,
ibu yang memberikan asi eksklusif, kemudian ibu- ibu diberikan penyuluhan
dengan leaflet dan ibu- ibu yang bersedia melakukan teknik power pumping. Ibu
–ibu mengukur terlebih dahulu produksi asi sebelum di lakukan
intevensi,kemudian mengukur poduksi asi setelah dilkaukan power pumping.

3.6 ANALISIS DATA

Untuk menganalisa pengaruh power pumping dengan jumlah produksi asi


menggunakan SPSS dengan uji T-test. Dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 bila
hasil yang diperoleh < α maka H0 di tolak berarti terdapat pengaruh power
pumping dengan jumlah produksi asi .

3.7 ETIKA PENELITIAN

Dalam etika penelitan yang perlu ditekankan adalah etika yang meliputi:

3.7.1 Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan di berikan kepada ibu-ibu yang akan di teliti sebelum


riset dilakukan. Peneliti menjelaskan maksud tujuan penelitian kepada
responden, jika ibu-ibu bersedia diteliti ,maka harus menandatangani lembar
persetujuan, jika menolak maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap
menghormati hak-hak responden.

3.7.2 Anominity ( tanpa nama )


Peneliti tidak mencatumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.
Untuk mengetahui keikutsertaan responden,peneliti cukup menuliskan kode
pada masing- masing lembar pengumpulan data
3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasian informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

3.8 M
http://eprints.umm.ac.id/38902/3/BAB%20II.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8529/Bab%202.pdf?
sequence=7&isAllowed=y

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/9747/7.BAB%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y

Sampel yang akan diambil oleh peneliti adalah ibu-ibu pengunjung poli anak

Rs Husada Utama yang mempunyai anak usia 0-1 tahun. Ibu- ibu yang

berkunjung di poli anak pada tanggal 1 sampai tanggal 8 november 2019

adalah 145 ibu.

Populasi yang akan diambil oleh peneliti adalah seluruh ibu-ibu pengunjung

di poli anak Rs Husada Utama Surabaya. Pengunjung poli anak pada tgl 1

sampai dengan 8 november 2019 sebesar 268 ibu.

https://www.mamibuy.co.id/talk/article/63324

https://www.mamibuy.co.id/talk/article/63323

Anda mungkin juga menyukai