Anda di halaman 1dari 27

INTOLERANSI LAKTOSA

Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan tubuh menguraikan laktosa yang di dalam susu karena tidak cukupnya enzim laktase.

LACTOSA
Laktosa, galacotse 1,4 glukosa merupakan komposisi gula pada susu mammalia yang unik. Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa (Solomons, 2002). Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah dari keseluruhan kalori yag terdapat pada susu (35-45%). Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk absorbsi kalsium. Hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa, adalah senyawa yang penting untuk pembentukan sebrosida. Serebrosida ini penting untuk perkembangan dan fungsi otak. ASI mengandung 7% laktosa, sedangkan susu sapi hanya mengandung 4% laktosa (Sinuhaji, 2006).

ENZIM LAKTASE
Laktase merupakan enzim yang penting untuk hidrolisa laktosa yang terdapat pada susu. Pada brush border vili usus halus terdapat enzim lain seperti sukrase, maltase, dan glukoamilase. Laktase ditemukan pada bagian luar brush border dan di antara semua disakaridase, laktase yang paling sedikit.

Ada beberapa terminologi yang perlu dipahami sehubungan dengan gangguan absorbs laktosa yaitu : Defisiensi lactase rendah (atau tidak ada) aktivitas lactase pada pemeriksaan hasil biopsy mukosa usus halus. Malabsorbsi laktosa ketidakmampuan usus halus mengabsorbsi laktosa yang dibuktikan dengan pemeriksaan yang sesuai (uji beban laktosa, uji hidrogen pernafasan). Intoleransi laktosa munculnya gejala-gejala klinis setelah makan/minum bahan yang mengandung laktosa ( mencret, mual, muntah, perut kembung, dan sakit perut).

Defisiensi Laktase Defisiensi laktase dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu defisiensi laktase primer dan defisiensi laktase sekunder. Terdapat 3 bentuk defisiensi laktase primer, yaitu : 1. Developmental lactase deficiency Terdapat pada bayi prematur dengan usia kehamilan 26-32 minggu. Kelainan ini terjadi karena aktivitas laktase belum optimal. 2. Congenital deficiency Kelainan dasarnya adalah tidak terdapatnya enzim laktase pada brush border epitel usus halus. Kelainan ini jarang ditemukan dan menetap seumur hidup

3. Genetical lactase deficiency Kelainan ini timbul secara perlahan-lahan sejak anak berusia 2-5 tahun hingga dewasa. Kelainan ini umumnya terjadi pada ras yang tidak mengkonsumsi susu secara rutin dan diturunkan secara autosomal resesif. Defisiensi laktase sekunder Terjadi akibat adanya penyakit gastrointestinal yang menyebabkan kerusakan mukosa usus halus, seperti infeksi saluran cerna, malnutrisi dan lain-lainnya. Gangguan ini umumnya bersifat sementara dan aktivitas laktase akan normal kembali setelah penyakit dasarnya disembuhkan. Defisiensi laktase sekunder juga dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti kanamisin, neomisin, dan metotreksat.

FAKTOR PENYEBAB
1. 2. 3. 4. Jumlah laktosa yang dimakan (dose dependent). Waktu pengosongan lambung dan waktu transit usus. Pelarut yang digunakan untuk memberi laktosa. Flora normal yang ada pada usus.

PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIS
Berat ringan gejala klinis tergantung faktor penyebab. Gejala klinis berupa: Rasa mual muntah Sakit perut Kembung Flatus diare

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS BANDING INTOLERANSI LAKTOSA

DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pada intoleransi laktosa dapat dijumpai gejala klinis berupa diare yang sangat frekuen, cair, bulky, dan berbau asam, meteorismus, flatulens dan kolik abdomen. Akibat gejala tersebut, pertumbuhan anak akan terlambat bahkan tidak jarang dapat terjadi malnutrisi.

DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Pemeriksaan pH tinja Tinja pada keadaan normal memiliki pH 7-8. Pada keadaan malabsorpsi laktosa, akibat fermentasi laktosa oleh bakteri di usus besar yang membentuk asam lemak rantai pendek, pH tinja menjadi rendah yaitu kurang dari 6.

2. Penentuan kadar gula dalam tinja dengan tablet Clinitest (Modifikasi Kerry dan Anderson, 1964) Prinsip kerja : Berdasarkan terjadinya reduksi ion cupri (CuSO4). Cara kerja : - Tinja cair ditampung dengan plastik. - Masukkan tinja cair tersebut dalam tabung Ames sebanyak 5 tetes. - Tambahkan dalam tabung tersebut 10 tetes air. - Masukkan 1 tablet Clinitest ke dalam tabung yang berisi larutan tersebut. - Perubahan warna yang terjadi kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tersedia.

Hasil: - Dinyatakan dengan (0%), Trace(0,25%), +(0,5%), ++(0,75%), +++(1%), ++++(2%). - Dicurigai adanya malabsorpsi laktosa bila didapatkan lebih dari 0,5% bahan pereduksi (++ - ++++).

3. Lactose Tolerance test Merupakan salah satu uji untuk mengukur kemampuan usus untuk mengabsorpsi laktosa. Cara : - Pasien dipuasakan semalam. - Sebelum pemeriksaan, dilakukan pemeriksaan gula darah. - Berikan minum laktosa sebanyak 2 gr kgBB. - Gula darah diperiksa tiap setengah jam selama 2 jam. Hasil : Malabsorpsi laktosa ditunjukkan dengan kurve yang mendatar.

4. Barium Lactose Meal Cara : - Pasien dipuasakan semalam. - Berikan larutan barium-laktosa (50ml barium sulfat dan laktosa 2,2 g / kgBB) diikuti pengambilan foto esofagus, gaster dan usus halus. - Pasien kemudian ditidurkan pada sisi kanan selama 1 jam dan dilakukan foto polos abdomen dalam posisi supinasi. Hasil : Dinyatakan malabsorpsi laktosa bila tampak dilatasi usus halus, pengenceran barium dan kenaikankecepatan waktu singgah.

5. Breath Hydrogen Test Alat : Lactometer ( alat yang digunakan di Sub Bagian Gastroenterologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI - RSCM) Substrat : Laktosa (2 gram / kgBB - maksimal 50 gram dalam larutan 20 % atau 10 % bagi bayi berumur kurang dari 6 bulan) Cara : - Pasien dipuasakan (bayi minimal 4 jam dan anak yang lebih besar 6 8 jam). - Sebelum substrat diminumkan, kadar gas hidrogen nafas diukur terlebih dahulu dengan cara mengumpulkan udara ekspirasi. - Pasien diminta untuk menarik nafas lebih kurang 5 detik dan selanjutnya diminta untuk mengeluarkan nafas secara perlahan - lahan melalui mouth piece atau bagi anak yang lebih kecil menggunakan sungkup selama 20 - 30 detik. - Selanjutnya substrat diminumkan dan kadar gas hidrogen nafas diukur setiap 30 menit selama 3 jam.

Hasil - Peningkatan gas hidrogen nafas diatas 20 ppm sebelum 2 jam setelah pemberian larutan laktosa menunjukkan kemungkinan adanya malabsorpsi laktosa. Jika peningkatan terjadi dalam waktu 30 menit pertama setelah pemberian larutan laktosa, perlu dipertimbangkan akan adanya bakteri tumbuh lampau. Untuk membuktikannya dapat digunakan glukosa.

6. Biopsi mukosa usus halus Biopsi usus halus sangat penting dan merupakan baku emas untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit yang menyerang mukosa usus halus. Biopsi biasanya dilakukan bersamaan dengan dilakukannya pemeriksaan endoskopi untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologi dibagian patologi Anatomi

DIAGNOSIS BANDING
Malabsorbsi lemak : steatore, makroskopis : lembek, tidak berbentuk, warna coklat muda sampai kuning, mengkilat atau kelihatan berminyak

Penatalaksanaan
Dengan diet bebas laktosa mengkonsumsi susu rendah laktosa (LLM) selama 2-3 bulan kembali ke susu asal Probrotik (lacto-B) membantu mengatasi intoleransi laktosa Dehidrasi oralit atau infus sesuai kebutuhan cairan

komplikasi
PEM Pertumbuhan anak terhambat Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit

prognosis
Intoleransi laktosa yang sifatnya diwariskan kurang baik Intoleransi laktosa yang sifatnya primer dan sekunder baik

edukasi
Memilih produk susu dan makan lain yang bisa dikonsumsi tanpa rasa tidak nyaman dan yang mana harus dikonsumsi Pertumbuhan anak tidak terlambat hanya karena tidak konsumsi laktosa. Bisa digantikan dengan makanan hijau, ikan dan makanan tinggi kalsium.

Daftar Pustaka
Heyman,melvin. Lactose Intolerance in Infants, children, and Adolescents. Pediatrics vol 118 no 3, 2006 repository.usu.ac.id/ilmu kesehatan anak fk USU, intoleransi laktosa. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-4-5.pdf Lee. Lactose intolerance (serial online) 1993;6 screen. Available from: URL: http//healthcastle.com/herb_lact.shtml. North East Valley-Division of General Practice-Victoria. 1996 Sugar Malabsorption in children (serial online) I (1) 11 screen. Available from: URL: http://www.nevdgp.org.au. Kuliah Pakar

Anda mungkin juga menyukai