Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS GIZI BURUK DI PUSKESMAS SIMPANG TIGA

KEC. MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU


MODUL 8.2 PERILAKU KEDOKTERAN DAN
KEPANITRAAN JUNIOR

Disusun oleh :

Fachri Rizki

14101014

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2018
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS
Nama : An.RP Nama ayah : Dediyanto
Usia : 21 bulan Usia : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Muslimin RT 04, RW 08 Pekerjaan : Kuli
Rumah petak 3. Nama Ibu : Sisri
Usia : 25 Tahun
Tanggal masuk RS : 9 April 2018 Pendidikan : SD
No Rekam Medis : 0046789 Pekerjaan : IRT
Tanggal pemeriksaan : 9 April 2018
Waktu anamnesis : 10:20 WIB

1.2 ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis terhadap ibu dari anak yang diperiksa.
1. Keluhan utama :
Penurunan berat badan sejak 2 minggu yang lalu sebelum datang ke
poli anak.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan penurunan berat
badan sejak 2 minggu yang lalu sebelum datang ke poli anak, berat
badan terus menurun hingga saat ini. Anak sudah dibawa ke bidan
dekat rumah dan didiagnosis oleh bidan cacingan, kemudian bidan
menganjurkan untuk diperiksa di puskesmas, selain penurunan berat
badan, anak juga mengeluhkan batuk yang sudah dialami sejak 4 hari,
batuk berdahak, tidak kental, berwarna bening dan belum di obati.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Anak kedua dari ibu sisri, atau kakak dari An.RP sebelumnya di
diagnosis gizi buruk dan meninggal pada usia 4,5 tahun, dimana
sebelumnya telah dirujuk oleh puskesmas simpang tiga ke RSUD
Arifin Achmad dan dirawat di ICU selama 1 bulan.
5. Riwayat pribadi :
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
i. Riwayat kehamilan :
 Hamil An.RP merupakan kehamilan ketiga, dan hamilnya
cukup bulan.
 Selama hamil ibu menderita gizi kurang dan dari
puskesmas memberikan ibu makanan seperti biskuit, susu
serta vitamin selama kehamilan ibu, setelah itu ibu
mengaku kehamilannya berjalan dengan baik dan lancar.
ii. Riwayat persalinan : Persalinan secara sectio caesarea.
iii. Riwayat pasca lahir :
 Berdasarkan pengakuan ibu setelah lahir anaknya baik
baik saja dengan berat lahir 3500 gram.
 Tidak ada kelainan lain seperti gangguan nafas, bayi
kuning, sianosis, dan kejang.
6. Riwayat makanan :
Nafsu makan anaknya baik, hanya saja untuk makan 3 kali sehari
tidak bisa terpenuhi, dan kalaupun makan, makan dengan nasi dan lauk
apa adanya serta bila tidak ada makanan anak hanya diberikan air gula
saja, saat ini anak sudah tidak minum ASI.
7. Pertumbuhan dan perkembangan anak
i. Pertumbuhan
a. berat badan lahir : 3,5 kg
b. berat badan sekarang : 7,4 kg
c. Lila : 12 cm
d. Lingkar Kepala : 46 cm
ii. Perkembangan psikomotor
 Motorik kasar : Tidak dilakukan, normalnya sesuai dengan
usia 21 bulan bisa melompat dan melempar
bola ke atas berdasarkan DDST II.
 Motorik halus : Tidak dilakukan, normalnya sesuai dengan
usia 21 bulan bisa menyusun kubus 4 dan 6
membentuk menara berdasarkan DDST II
 Bicara : Bisa bicara dan dimengerti.
 Sosial : Tidak di periksa, normalnya sesuai dengan
usia 21 bulan bisa mencuci tangan,
memakai baju dan menggosok gigi dengan
bantuan ibu berdasarkan DDST II.
iii. Mental /Intelegensia : Tidak dilakukan, normalnya anak sudah
bisa menyebutkan dan menunjukan 4
bagian tubuhnya berdasarkan DDST II.
iv. Emosi dan perilaku : Bisa mengontrol emosi dan patuh pada
perintah ibu.
8. Imunisasi
BCG : 1 hari skar : 0,5 x 0,4 di : Intrakutan
mm
DPT : 3 kali umur : 2,3 dan 4 di : Intramuskular
bulan
Polio : 4 kali umur : 1 hari, 2,3 Peroral
dan 4 bulan
Hep B : 4 kali umur : 1 hari, 2,3 di :Intramuskular
dan 4
Campak :1 kali umur : 9 bulan di :Subkutan

9. Riwayat penyakit dahulu


i. Penyakit
a. Diare : Ada
b. Campak : Tidak ada
c. ISPA : Tidak ada
d. Parotitis : Tidak ada
e. Hepatitis : Tidak ada
f. Demam tifoid : Tidak ada
g. Malaria : Tidak ada
h. Demam berdarah : Tidak ada
ii. Riwayat rawat inap : Tidak ada
iii. Riwayat operasi : Tidak ada
10. Sosial ekonomi dan lingkungan
i. Sosial ekonomi : Keadaan ekonomi keluarga kurang mampu.
ii. Lingkungan :Berdasarkan pengakuan ibu lingkungan
disekitar rumahnya cukup bersih, udara yang masuk cukup, air
tidak berwarna kuning dan tidak berbau, serta lingkungan
sekitar rumah tidak mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
11. Anamnesis sistem
i. Sistem kardiovaskuler : Tidak ada keluhan pada sistem
Kardiovaskular.
ii. Sistem respirasi : Ada keluhan batuk berdahak, tidak
ada keluhan lain seperti sesak nafas.
iii. Sistem gastrointestinal : Tidak ada keluhan sakit perut, perut
kembung, ataupun diare.
iv. Sistem urogenital : Urin sedikit dan kekuningan, tidak
ada keluhan lain.
v. Sistem integumentum : Tidak ada keluhan pada sistem
Integumentum.
vi. Sistem muskuloskeletal : Tidak ada keluhan pada sistem
Muskoloskletal.

13. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan umum dilakukan pada tanggal : 9 april 2018 jam : 10.25 wib
1. Keadaan umum : Tampak sakit berat
2. Tanda vital
i. Nadi : 80x/menit
ii. Pernapasan : 18x/menit
iii. Tekanan darah : 90/60mmHg
iv. Suhu : 37.2ºC
3. Status gizi :
i. Berat badan : 7,4 Kg
ii. Panjang badan : 76 cm
iii. Lingkar kepala : 46 cm
iv. Lingkar lengan atas : 12 cm
Kesimpulan : BB/U : 7,4 kg/21 bulan = <-3SD
Gizi buruk
PB/U : 76 cm/21 bulan = -3SD- <-2SD
pendek
BB/PB :7,4 kg/76 cm = -3SD- <-2SD
kurus
IMT/U : 12,81/21 bulan = -3SD- <-2SD
kurus
4. Integumentum : Kulit tampak kering, warna kulit sawo
matang, tidak terdapat lesi atau kelaianan
lainnya.
5. Muskuloskeletal : Tampak pengurangan massa otot.
Pemeriksaan khusus
1. Leher : Inspeksi : Simetris, tidak terdapat keterbatasan gerak.
Palpasi :Tidak terdapat pembengkakan atau
pembesaran KGB.
2. Thoraks : Inspeksi : Tidak dilakukan, normalnya simetris, tidak
terdapat massa atau deformitas.
Cor : Inspeksi : Tidak dilakukan normalnya iktus kordis
tampak jelas karna anak kurus.
Palpasi : Tidak dilakukan, normalnya teraba iktus
kordis di SIC IV, tidak kuat angkat.
Perkusi : Tidak dilakukan, normalnya :
batas atas : SIC II parasternal sinistra
batas kanan : SIC IV parasternal dextra
batas kiri : SIC IV Midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler
Pulmo : Palpasi : Tidak dilakukan, normalnya fremitus
normal, tidak ada massa.
Perkusi : Tidak dilakukan normalnya sonor.
Auskultasi : Tidak dilakukan normalnya vesikuler.
3. Abdomen : Inspeksi : Tidak dilakukan normalnya, tidak ada
spider nervi, tidak ada massa.
Auskultasi : Tidak dilakukan, normalnya peristaltik usus
normal.
Perkusi : Tidak dilakukan normalnya timpani.
Palpasi : Tidak dilakukan normalnya tidak ada nyeri
tekan,dan massa.
Palpasi hepar:Tidak dilakukan, normalnya teraba dibawah
arcus costa dextra.
Perkusi : Tidak dilakukan normalnya pekak.
4. Anogenital
a. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan, normalnya
tidak ada benjolan, abses perianal,
prolapsus ani, dan fissura ani.
b. Genital : Tidak dilakukan pemerisaan, normalnya
tidak terdapat sekret dari vagina, tidak
terdapat perlengketan labia mayor.
5. Ekstremitas
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Tidak Tidak Tidak Tidak
terbatas terbatas terbatas terbatas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal
Atrofi - - - -
Refleks Tidak Tidak Tidak Tidak
fisiologis dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Refleks Tidak Tidak Tidak Tidak
patologis dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Tanda Tidak Tidak Tidak Tidak
meningeal dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan

Refleks fisiologis :
Refleks fisiologis :
Refleks biceps : terdapat fleksi lengan pada sendi siku.
Refleks triceps : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
Refleks patela : pemeriksa akan merasakan kontraksi otot
kuadrisep, ekstensi tungkai bawah.
Refleks achilles : plantar fleksi. 
Refleks patologis :
normalnya tidak terdapat refleks patologis seperti babinski, chaddock,
openheim dan hoffman tromner.

Tanda meningeal :
normalnya tidak terdapat tanda meningeal seperti kaku kuduk, kernig dan
brudzinski 1.
6. Kepala
a. Bentuk : normochepali
b. Rambut : rambut jarang, berwarna kepirangan.
c. Ubun-ubun : tidak tampak
d. Mata : cekung, sklera bening, konjungtiva palpebra
anemis
e. Hidung : Inspeksi :Hidung simetris, tidak terdapat
sekret, dan massa
Palpasi :tidak dilakukan normalnya tidak
terdapat massa, tidak nyeri
f. Telinga : Inspeksi :simetris, tidak ada peradangan,
perdarahan dan serumen
Palpasi :tidak dilakukan normalnya tidak
terdapat benjolan, nyeri, dan
pembesaran KGB
g. Mulut : Inspeksi :mulut tampak kering simetris, warna
kemerahan, tidak ada luka
h. Gigi : 8 buah, tidak ada karies, gusi merah, gigi berwarna
putih

1.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM DASAR


Tidak dilakukan, normalnya pada anak:
Darah : 1. Hemoglobin (Hb) : 11-16 g/dL
2. Hematokrit (Ht) : 31-45 %
3. Leukosit : 9000-12000 sel/mm3
4. Trombosit : 150.000-450.000 sel/mm3
5. LED : <10 mm/jam
6. Eritrosit : 3,6-4,8 juta sel/mm
Urin : 1.Warna : Jernih kekuningan
2. Berat Jenis : 1.005-1.035 g/ml
3. pH : 4,5-8,0
4. Glukosa :-
5. Protein :-
6. Keton :-
7. Urobilinogen :-
8. Bilirubin :-
9. Nitrit :-
10. Eritrosit’ : 0-3 sel/LPK
11. Leukosit : 4-5 sel/LPK

Feses : 1. Warna : kuning kecoklatan


2. Bau : disebabkan oleh indol dan skatol
3. Konsistensi : lunak
4. Lendir : sedikit lendir
5. Darah :-
6. parasit :-
7. Telur cacing :-

1.5 DAFTAR PERMASALAHAN


Masalah aktif : penurunan berat badan dan batuk
Masalah pasif : faktor ekonomi yang kurang mampu
1.6 DIAGNOSIS
Marasmus
1.7 DIAGNOSIS KERJA dan DIFFERENSIAL DIAGNOSE
Diagnosis kerja : Marasmus
Diagnosis banding : Cacingan, TB paru

1.8 TERAPI SELANJUTNYA


Farmakoterapi : -Amoxicilin sirup 3x1 sendok selama 7 hari
-Ambroxol sirup 3x½ sendok
-Vitamin A 100.000 IU PO
Non farmakoterapi : konseling dengan ahli gizi
Edukasi :
 Berikan anak makan yang sehat dan bergizi
 Memberi makanan yang mengandung kaya protein dan
karbohidrat seperti tempe, telur, jagung serta sayur sayuran.
 Bawalah anak selalu ke posyandu untuk diperiksa berat
badan dan tinggi anak untuk memamntau perkembangan
anak.
 Mengikuti program imunisasi, agar anak mendapat
imunisasi yang lengkap.
 Bawalah anak ke ahli gizi di puskesmas agar diberikan
makanan tambahan seperti biskuit dan lainnya.

1.9 PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad sanam : dubia ad bonam
c. Quo ad fungsionam : dubia ad sanam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Protein Energy Malnutrition (PEM) adalah ketidakcukupan asupan protein dan
kalori yang ditandai dengan tubuh kurus atau pun edema perifer/anasarka(John E,
2016).

B. Epidemiologi
Pada tahun 2000, WHO memperkirakan bahwa anak-anak yang kekurangan
gizi berjumlah 181,9 juta (32%) di negara-negara berkembang. Selain itu,
diperkirakan 149,6 juta anak-anak lebih kurang dari 5 tahun mengalami
kekurangan gizi ketika diukur berat badan per umur. Di Asia Tengah Selatan dan
Afrika Timur, sekitar setengah anak-anak mengalami keterbelakangan
pertumbuhan karena kekurangan energi protein. (WHO).

C. Etiologi
Penyebab dari Protein Energy Malnutrition (PEM) adalah inadekuat asupan
protein atau karbohidrat serta adanya gangguan pada sistem gastrointestinal.
Klasifikasi PEM :
1. Marasmus
Adalah malnutrisi yang disebabkan oleh asupan kalori atau protein
yang tidak mencukupi dan ditandai dengan ekstremitas kurus, kulit kering
serta perkembangan otot yang buruk.
2. Kwashiorkor
Adalah malnutrisi yang disebabkan oleh asupan protein inadekuat
yang ditandai dengan edema perifer/anasarka yang disebabkan bocornya
membran sel, sehingga menyebabkan ekstravasasi cairan intravaskular dan
protein (John E, 2016).

3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup
mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal.
Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari
normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula
(Depkes RI, 2008).

D. Patofisiologi
Secara umum, marasmus terjadi karena asupan energi yang tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akibatnya, tubuh mengambil
cadangan protein yang masih tersimpan misalnya diotot, sehingga
menyebabkan tubuh tampak kurus. Pada kwashiorkor, asupan karbohidrat
cukup tetapi asupan protein yang inadekuat menyebabkan penurunan sintesis
protein visceral. Akumulasi cairan ekstravaskuler disebabkan oleh
hipoalbuminemia yang dapat menimbulkan edema perifer/anasarka (John E,
2016).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengidentifikasi
penyebab dugaan PEM sekunder. Protein C-reaktif atau reseptor interleukin-2
terlarut harus diukur ketika penyebab kekurangan gizi tidak jelas. Pengukuran
ini dapat membantu menentukan apakah ada kelebihan sitokin.
Kultur tinja harus diperiksa untuk menemukan parasit jika mengalami diare
parah atau tidak sembuh dengan pengobatan. Kadang-kadang urinalisis, kultur
urin, kultur darah, tes tuberkulin, dan rontgen dada digunakan untuk
mendiagnosis infeksi tersembunyi karena orang dengan PEM mudah
mengalami infeksi.

F. Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila:
 BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
 Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
(kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau
 Marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa
anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai
jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan
paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema (WHO, 2016).

Gambar 1. Alur Pemeriksaan Penegakan Diagnosis (Depkes, 2011)

G. Diagnosis Banding
1. Taeniasis
Adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam
genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun
sebaliknya. Gejala yang dapat ditimbulkan seperti pruritus ani, mual muntah,
diare, malaise, nyeri kepala dan nafsu makan menurun (WHO, 2005).
2. Tuberculosis Paru
Adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Gejala yang dapat
ditimbulkan seperti Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah), demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul, menurun nya nafsu
makan dan berat badan serta malaise (Konsensus tatalaksana TB).

H. Penatalaksanaan
Alur tatalaksana gizi buruk

Gambar 2. Alur tatalaksana gizi buruk (Depkes, 2011)


1. Rawat Jalan
Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam keadaan sakit, maka
oleh tenaga kesehatan anak diperiksa dan diberikan obat, vitamin A dosis tinggi
diberikan pada anak gizi buruk dengan dosis sesuai umur pada saat pertama kali
ditemukan.
Pemberian makanan pada anak disesuaikan dengan masa pemulihan.
o 1 minggu pertama pemberian F 100.
o Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi seiring
dengan penambahan makanan keluarga.
o Tenaga kesehatan memberikan makanan untuk pemulihan gizi
kepada orangtua anak gizi buruk pada setiap kunjungan sesuai
kebutuhan hingga kunjungan berikutnya (Depkes, 2011)

2. Rawat Inap
Menurut Depkes tahun 2011 pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4
fase yang harus dilalui yaitu fase stabilisasi ( Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 – 14),
fase rehabilitasi (Minggu ke 3 – 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 – 26)

Gambar 3. Tatalaksana gizi buruk


I. Prognosis
Tingkat kegagalan pertumbuhan dan tingkat keparahan hipoproteinemia,
hipoalbuminemia, serta ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan prognosis
yang lebih buruk. Selain itu, infeksi HIV yang mendasari dapat dikaitkan
dengan prognosis yang buruk (Medscpae, 2016).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Anamnesis
Pada kasus ini, pasien datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan
keluhan utama terjadi penurunan berat badan sejak 2 minggu yang lalu.
Berdasarkan keluhan utama pasien, kemungkinan diagnosis banding dari
penyakit pasien sudah mulai diperkirakan seperti cacingan dan TB paru.
Setelah itu, digali kembali Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) dari pasien,
menurut ibu pasien terjadi penurunan berat badan sejak 2 minggu yang lalu
sebelum datang ke poli anak, berat badan terus menurun hingga saat ini. Anak
sudah dibawa ke bidan dekat rumah dan didiagnosis oleh bidan cacingan,
kemudian bidan menganjurkan untuk diperiksa di puskesmas. Menurut ibu
pasien, anak juga mengeluhkan batuk yang sudah dialami sejak 4 hari, batuk
berdahak, tidak kental, berwarna bening. dan belum di obati.

B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksan fisik didapatkan keadaan umum RP tampak sakit berat,
mata pasien tampak cekung, mukosa mulut serta kulit pasien kering.
Berdasarkan antropometri, pasien termasuk kedalam gizi buruk. Pertumbuhan
dan perkembangan pasien tidak sesuai dengan usia nya. Pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak, tidak kental, bewarna jernih yang dialami sejak
4 hari yang lalu, demam, mual muntah di sangkal oleh ibunya serta pasien
tidak ada riwayat gatal pada anus (pruritus ani).
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, beberapa diagnosis banding mulai dapat
disingkirkan, yaitu :
1. Tuberculosis Paru
Adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Gejala yang dapat
ditimbulkan seperti Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah), demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul, menurun nya nafsu
makan dan berat badan serta malaise.

C. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a. Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
b. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses pada kasus taeniasis penting dilakukan untuk
menemukan telur Taenia saginata atau Taenia solium.

D. Diagnosis
Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik,
maka diagnosis banding dari keluhan pasien ini adalah :
1. Tuberculosis Paru
Adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Gejala yang dapat
ditimbulkan seperti Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah), demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul, menurun nya nafsu
makan dan berat badan serta malaise.
E. Terapi
Pada kasus ini, pasien mendapat terapi dari puskesmas yaitu antibiotik dan
mukolitik untuk mengobati gejala batuk, dan diberikan vitamin A untuk
terapi marasmus. Antibiotik yang diberikan yaitu amoxicilin sirup
125mg/5cc, diminum selama 7 hari sabanyak 3 kali sehari 1 sendok teh,
golongan mukolitik diberikan ambroxol sirup 15mg/5cc, sebanyak ½ sendok
teh 3 kali sehari setelah makan. Vitamin A diberikan untuk terapi marasmus
sebanyak 100.000 IU sesuai dengan usia anak.
Berdasarkan tatalaksana gizi buruk Kemenkes (2011) .

DAFTAR PUSTAKA

http://www.who.int/nutgrowthdb/ and: de Onis M, Bloessner M. The World


Health Organization Database on Child Growth and Malnutrition: methodology
and applications. Int J Epi, 2003; 32: 518-526.
J.E. Morley, (2016). Dammert Professor of Gerontology and Director, Division of
Geriatric Medicine, Saint Louis University School of Medicine.
.

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai