Oleh:
Pembimbing:
Agustus, 2020
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
A. Corona Virus (Covid-19).................................................................... 5
a. Epidemiologi.......................................................................... 5
b. Virologi.................................................................................. 6
c. Transmisi................................................................................ 7
d. Patogenesis............................................................................. 8
e. Faktor Resiko......................................................................... 11
f. Manifestasi Klinis................................................................... 12
g. Diagnosis................................................................................ 16
h. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 21
i. Tatalaksana............................................................................. 21
B. Persalinan pada COVID-19................................................................ 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
Wuhan, Tiongkok. Sampel yang diteliti menunjukan etiologi coronavirus baru. Penyakit
ini diberi nama sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCov), kemudian WHO
mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus disease 2019
(COVID-19). COVID-19 adalah penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia
saat ini, dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
COV2).1
Sejak 31 Desember 2019 hingga 31 Juli 2020 kasus ini meningkat pesat, dengan
dilaporkan 44 kasus pada awalnya dan sudah tersebar ke berbagai provinsi di Tiongkok
dalam waktu kurang dari satu bulan. Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia
dan sudah menyebar luas di seluruh dunia. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan
COVID-19 sebagai pandemik. Hingga tanggal 31 Juli 2020, terdapat 17.297.296 kasus
dan 673.223 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan
106.336 kasus dengan positif COVID-19 dan 5.058 kasus kematian. Dengan kondisi baru
ini, ahli kandungan dan badan kebidanan internasional berusaha untuk menentukan dalam
waktu singkat dampak penyakit ini pada wanita hamil, jika ibu melahirkan memiliki
risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi, dan dampaknya terhadap janin yang
dikandung.2,3,4
Karena infeksi ini adalah infeksi baru, maka sedikit diketahui tentang COVID-19,
terutama yang terkait dengan efeknya pada wanita hamil dan bayi, dan saat ini belum ada
panduan dengan evidence-base yang spesifik untuk wanita hamil mengenai evaluasi
Control and Prevention (CDC) bahwa wanita hamil tampaknya memiliki risiko yang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Epidemiologi COVID-19
4
Sejak kasus pertama di Wuhan, kasus COVID-19 di Tiongkok meningkat
kasus lain dilaporkan dari berbagai negara lain seperti Taiwan, Thailand, Vietnam,
Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea
Indonesia sebanyak dua kasus. Hingga tanggal 31 Juli 2020 sudah ditetapkan
106.336 kasus dengan positif COVID-19, 65.907 kasus sembuh dan 5.058 kasus
angka 8,9%. Hingga tanggal 31 Juli 2020, terdapat 17.297.296 kasus dan 673.223
jumlah kematian di seluruh dunia. Peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak
adalah Amerika Serikat dengan 4.594.006 kasus per tanggal 31 Juli 2020, disusul oleh
Brazil dengan 2.625.612 kasus. Tingkat mortalitas tertinggi di dunia dimiliki oleh Italia
dengan 11,3%. Berdasarkan sebaran kasus dan case fatality rate (CFD) COVID-19
berdasarkan usia dan jenis kelamin pada negara Tiongkok, Korea Selatan, dan Italia
didapat CFR tertinggi pada tiga negara tersebut ada pada rentan usia 60-69 tahun. CFR
pada jenis kelamin laki-laki juga didapat lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
B. Etiologi COVID-19
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus
unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
5
menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,
(MERS-CoV).9
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe
nama SARS-CoV-2.9
Struktur genom virus ini memiliki pola seperti coronavirus pada umumnya
dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia. Mamalia dan
terhadap SARS-CoV.9
memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain receptor-binding yang
6
SARS-CoV-2, data in vitro mendukung kemungkinan virus mampu masuk ke
dalam sel menggunakan reseptor ACE2. Studi tersebut juga menemukan bahwa
C. Transmisi COVID-19
transmisi utama saat ini, sehingga penyebaran terjadi dengan lebih agresif.
keluar saat batuk atau bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat
transmisi dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan
neonatus. Namun, transmisi secara vertikal dari ibu hamil kepada janin belum
terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang dapat terjadi, data menunjukkan peluang
transmisi vertikal tergolong kecil. Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali
pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan negatif.11
biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi di
feses, bahkan ada 23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam
7
feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta ini
SARS-CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan stainless steel(>72 jam)
dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi lain di Singapura
menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar dan toilet pasien
COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan
toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada
sampel udara.13,14
D. Patogenesis COVID-19
masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike virus akan
berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel,
sel.8
ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan
virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru
terbentuk masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau Golgi sel. Terjadi
8
pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein
Golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan
baru.8
signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. Telah diketahui bahwa
masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara membran virus
dengan plasma membran dari sel. Pada proses ini, protein S2’ berperan penting
pejamu.8
Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-CoV. Efek
menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Di sisi lain, respons imun
ditemukan pada SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika virus masuk ke dalam sel,
9
histocompatibility complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II juga turut
humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik
terhadap virus. Pada respons imun humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap
SARS-CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG
dapat bertahan jangka panjang. Hasil penelitian terhadap pasien yang telah
sembuh dari SARS menujukkan setelah 4 tahun dapat ditemukan sel T CD4+ dan
dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh pejamu. Jalur IFN-I
10
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan
diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor
risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada
laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada
reseptor ACE2.8
Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi
dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga mengalami
penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19, dan dapat
belum ada bukti meyakinkan untuk menyimpulkan manfaat positif atau negatif
obat golongan ACE-i atau ARB, sehingga pengguna kedua jenis obat ini
memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV.
Namun, hingga saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi
11
Belum ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit asma
riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung memiliki manifestasi klinis yang
lebih parah.8
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah
Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter)
dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi
yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga
medis. Di China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan
F. Manifestasi Klinis
ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau
sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam
keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. Gejala
ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa
komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa
sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala.
12
Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien
gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan
fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas,
Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak
antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C.8
sekitar 3-14 hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih
normal atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya
(gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan
yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala
pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh
hari setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai
meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya
inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS,
13
Secara umum, wanita hamil memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami
morbiditas dan mortalitas yang parah akibat penyakit infeksi saluran pernapasan
tertentu seperti H1N1, varicella pneumonia. Dalam hal ini risiko tinggi terhadap
penyakit yang berat juga ditemui pada infeksi virus seperti keluarga yang sama
influenza. Pada COVID-19, data yang tersedia saat ini tidak menunjukkan
ICU, kematian) terhadap individu hamil dibanding individu tidak hamil dalam
populasi umum. Respon inflamasi yang intens telah dilaporkan sebagai salah satu
kunci dari COVID-19 yang parah, sedangkan pada wanita hamil dijumpai
imunosupresi relatif. Hal ini dapat sebagian menjelaskan mengapa sebagian besar
wanita hamil tidak mengalami gejala respirasi yang berat. Namun, pasien hamil
yang lebih parah sama seperti populasi umum dengan komorbid yang serupa.8
Gejala COVID-19 pada kehamilan sama dengan pasien tidak hamil yaitu
demam, batuk, dispneu, limfopenia. Sesak napas ditemukan pada 18% pasien
14
karena meningkatnya kebutuhan oksigen ibu hamil dari metabolisme yang
meningkat, anemia gestasional dan konsumsi oksigen janin yang sering dijumpai
pada kehamilan. Berdasarkan laporan dari tujuh wanita hamil dengan COVID-19
napas (14%), dan diare (14%). Tinjauan yang lebih rinci terhadap 118 wanita
yang serupa, yaitu gejala yang paling umum pada 112 wanita dengan data yang
tersedia adalah demam (75%), batuk (73%), dan limfopenia (44%). Hasil tersebut
juga sesuai dengan studi lainnya. Ditemukan juga laporan mengenai manifestasi
klinis atipikal dari pasien hamil dengan COVID-19 seperti suhu tubuh normal
(56%), leukositosis, dan gejala lainnya seperti hidung tersumbat, ruam pada kulit,
produksi dahak, nyeri kepala, lemas, kehilangan nafsu makan (<5% kasus).8
Seperti disinggung diatas bahwa gejala yang muncul dapat bervariasi, dan
wanita memiliki spektrum manifestasi klinis dari gejala ringan hingga parah
seperti pneumonia dengan atau tanpa ARDS, gagal ginjal, dan mungkin terjadi
sama dengan orang dewasa yang tidak hamil dengan infeksi COVID-19 (80%
al, didapat bahwa 37 (86%) pasien wanita dengan COVID-19 memiliki penyakit
ringan, 4 (9,3%) penyakit parah, dan 2(4,7%) kritis. Penelitian di Amerika Serikat
juga menemukan bahwa adanya miokarditis viral dan kardiomiopati pada 33%
kasus pasien dewasa tidak hamil yang kritis. Sampai saat ini, ada satu makalah
15
yang menyebutkan ada dua kasus kardiomiopati pada wanita hamil dengan
COVID-19.8
ditekan sementara ini dimodulasi dengan menekan aktivitas sel T, dan karenanya
menjadi predisposisi ibu hamil terhadap infeksi virus. Selain itu, perubahan
fisiologis yang terjadi pada sistem pernapasan dan peredaran darah dapat
G. Diagnosis COVID-19
1. Kasus Suspek
lokal**.
konfirmasi/probable COVID-19.
16
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan
2. Kasus Probable
laboratorium RT-PCR.
3. Kasus Konfirmasi
4. Kontak Erat
atau lebih.
17
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
epidemiologi setempat
2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan
5. Pelaku Perjalanan
6. Discarded
>24 jam.
7. Selesai Isolasi
18
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan
8. Kematian
a. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat
2. Pencitraan
19
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks dan
telaah sistematis oleh Salehi, dkk. temuan utama pada CT scan toraks
multilobular (78,8%), lebih sering pada lobus inferior dengan distribusi lebih
3. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6 setelah onset gejala,
sementara IgG mulai hari 10-18 setelah onset gejala. Pemeriksaan jenis ini
serologi masih perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor
risiko tertular.
4. Pemeriksaan Virologi
Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus adalah amplifikasi asam nukleat
bila rRT-PCR positif pada minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP)
ditunjang dengan hasil sequencing sebagian atau seluruh genom virus yang
20
H. Tatalaksana COVID-19
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien COVID-
19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah
terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas dapat dilakukan ventilasi
mekanik. National Health Commission (NHC) China telah meneliti beberapa obat
yang berpotensi mengatasi infeksi SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-
remdesvir dan umifenovir (arbidol). Selain itu, juga terdapat beberapa obat
Selanjutnya, studi yang dilakukan oleh Khan et al menilai jika ada peningkatan
pervaginam.21
jam setelah dilahirkan untuk menentukan apakah ada infeksi COVID-19 pada
21
Baru-baru ini sebuah penelitian di Italia pada 42 wanita didapat 24
kontaminasi silang dan yang lainnya karena infeksi dini neonatal, tetapi
yang rendah. Ada satu laporan kasus COVID-19 parah pada pasien diabetes dan
neonatus dengan hasil positif swab (16 jam) melalui persalinan SC yang
menambah kemungkinan terjadinya transmisi. Saat ini, jumlah data dan kasus
maupun pervaginam tidak memberikan risiko tambahan pada ibu maupun janin,
dan cara persalinan pada wanita hamil dengan COVID-19 harus ditentukan
Saat ini belum ada bukti yang jelas tentang peningkatan tingkat
gawat janin pada populasi yang asimtomatik. Sementara itu beberapa seri
22
untuk wanita dengan risiko rendah yang positif COVID-19 (dalam 7 hari
hanya karena alasan ini dan hanya digunakan jika diperlukan karena alasan
asimptomatik.
peningkatan risiko gawat janin dalam persalinan. Meskipun data yang ada
(isolasi diri) pada awal (fase laten) persalinan. Jika tidak ada indikasi
risiko mengenai kondisi wanita atau janin maka disarankan untuk pulang
ke rumah sampai tahap persalinan lebih matang, kecuali jika tidak tersedia
23
dilakukan penilaian ibu dan janin secara lengkap yaitu: Penilaian tingkat
Terapi oksigen harus dititrasi untuk mencapai saturasi di atas 94%. Harus
ruangan.
bukti tentang transmisi virus dalam air. Ada bukti bahwa COVID-19 RNA
mungkin didapat dalam feses, namun belum ada bukti bahwa hal tersebut dapat
menyebabkan transmisi fekal-oral. Secara teoritis terdapat risiko kecil bahwa air
yang terkontaminasi dengan tinja atau sekresi cairan ibu lainnya dapat
menimbulkan risiko infeksi pada bayi dan petugas yang menolong persalinan.
Oleh karena itu tidak ada bukti yang cukup untuk menentang maupun mendukung
24
Rekomendasi persalinan (POGI)1
5. Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah satu
6. Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau
25
memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut
7. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau
infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi tidak
dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar dengan pencegahan infeksi
persalinan ataudilakukan seksio sesaria darurat apabila hal ini akan memperbaiki
operatif pervaginam untuk mempercepat kala IIpada ibu dengan gejala kelelahan
12. Ruang operasi kebidanan Operasi elektif pada pasien COVID-19 harus
26
13. Penjepitan tali pusat tunda/ beberapa saat setelah persalinan masih bisa
laboratorium harus diberitahu bahwa sampel berasal dari pasien suspek atau
terkonfirmasi COVID-19.
17. Anestesi. Berikan anestesi epidural atau spinal sesuai indikasi dan
18. Tim neonatal harus diberitahu tentang rencana untuk melahirkan bayi
27
BAB III
28
PENUTUP
wanita hamil tidak lebih berisiko mengalami gejala yang berat dari COVID-19 dan masih
kurangnya bukti yang menunjukan terjadinya risiko persalinan pada COVID-19. Oleh
karena itu dibutuhkan protokol persalinan pada masa pandemi COVID-19 untuk
meminimalisir risiko pada pasien dan tenaga kesehatan yang menolong pasien selama
persalinan, terkait adanya beberapa teori seperti risiko transmisi ibu-janin pasca
DAFTAR PUSTAKA
29
2. World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report
– 70 [Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 July 31; cited 2020 July 31]. Available
from: https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200330-sitrep-70-covid19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2.
8. Susilo A, Rumenda C.M, Pitoyo C.W, et all. Coronavirus Disease 2019: Review of
Current Literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.2020; 7 (1): 45-67.
9. Riedel S, Morse S, Mietzner T, et all. Medical Microbiology. 28th ed. New York:
McGraw-Hill Education/Medical; 2019. p.617-22.
10. Liu Y, Gayle AA, Wilder-Smith A, et all. The reproductive number of COVID-
19 is higher compared to SARS coronavirus. J Travel Med. 2020;27(2).
30
13. Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A,
Williamson BN, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared
with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 2020; published online March 17. DOI:
10.1056/NEJMc2004973
14. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air, Surface
Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient.
JAMA. 2020; published online March 4. DOI: 10.1001/jama.2020.3227
17. Wang J, Zhou M, Liu F. Exploring the reasons for healthcare workers infected
with novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. J Hosp Infect. 2020;
published online March 5. DOI: 10.1016/j.jhin.2020.03.002.
18. Fang L, Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes
mellitus at increased risk for COVID-19 infection?. Lancet Respir Med. 2020;
10(20): 30116-8.
31
22. Khan S, Peng L, Siddique R et al . Impact of COVID‐19 infection on pregnancy
outcomes and the risk of maternal‐to‐neonatal intrapartum transmission of COVID ‐
19 during natural birth. Infect Control Hosp Epidemiol. 2020; 41 (6): 748–750.
https://doi.org/10.1017/ice.2020.84.
24. Ashokka B, Loh MH, Tan CH et al . Care of the pregnant woman with COVID‐
19 in labor and delivery: anesthesia, emergency cesarean delivery, differential
diagnosis in the acutely ill parturient, care of the newborn, and protection of the
healthcare personnel. Am J Obstet Gynecol. 2020: S0002‐9378(20)30430‐0.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.04.005.
32