TINEA CORPORIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada
Bagian / SMF Kulit Kelamin FK Unsyiah BPK RSUDZA
Banda Aceh
Oleh:
DIAN HIDAYATI
BANDA ACEH
2014
1
PENDAHULUAN
2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial
golongan dermatofita, yang menyerang daerah kulit tak berambut (glabrous skin),
biasanya pada wajah, badan, lengan, dan tungkai. (6)
Epidemiologi
Tinea korporis adalah infeksi umum yang sering terjadi pada daerah dengan
iklim yang panas dan lembab. Seperti infeksi jamur yang lain, kondisi hangat dan
lembab membantu dalam menyebarkan infeksi ini. Oleh karena itu daerah tropis
dan subtropis memiliki insiden yang tinggi terhadap tinea korporis. (1) Penyakit ini
menyerang pria maupun wanita dan terjadi pada semua umur. (9) Penularan dapat
terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak
langsung melalui benda yang mengandung jamur. (5)
Tinea korporis disebabkan oleh golongan jamur Trichophyton,
(1) (3)
Microsporum, dan Epidermophyton, dari tiga golongan tersebut penyebab
tersering penyakit tinea korporis adalah Trichopyton rubrum dan Trichopyton
mentagrophytes. (2)
Etiologi
3
salah satunya adalah Microsporum canis yang berasal dari kucing. Dari tiga sifat
jamur penyebab tinea korporis tersebut, dermatofit yang antropofilik adalah sifat
yang paling sering ditemukan sebagai sumber infeksi tinea korporis. (1) (10)
Patogenesis
Gambaran Klinik
Keluhan yang dirasakan pada penderita tinea korporis berupa rasa gatal, dan
gatal bertambah apabila berkeringat. Lesi biasanya berbentuk sirkular dengan tepi
yang meninggi. Lesi dapat berjumlah tunggal ataupun terdiri dari beberapa plak.
Derajat inflamasi sangat bervariasi. Variasi ini akibat dari perbedaan imunitas
hospes dan spesies jamur. (5) (7)
Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran tipikal, dimulai
sebagai lesi eritematosa, plak yang bersisik yang memburuk dan membesar,
selanjutnya bagian tengah dari lesi akan menjadi bentuk yang anular akan
mengalami resolusi, dan bagian tepinya sering terdapat skuama, krusta, vesikel,
4
dan papul. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada
umumnya merupakan bercak terpisah satu dengan yang lainnya. (7) (11)
Tinea korporis sering ditemukan asimptomatik atau gatal ringan. Lesi nya
dapat berupa patch eritematus ataupun hipopigmentasi, kering dengan pingggir
yang tajam disertai dengan sentral healing. Tinea korporis yang meluas dapat
menjadi tanda bahwa penderitanya menderita AIDS ataupun juga dapat
berhubungan dengan penggunaan penggunaan kortikosteroid topikal. (8)
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
1. Anamnesa
Dari anamnesis didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu, dan gatal
5
bertambah apabila berkeringat.
2. Gejala klinis yang khas
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada kerokan kulit dengan KOH 10-20% bila positif memperlihatkan elemen
jamur berupa hifa panjang dan bersepta yang khas pada infeksi tinea korporis.
Pemeriksaan dengan pembiakan bertujuan untuk mengetahui spesies jamur
penyebab dengan menggunakan bahan kerokan yang ditanam dalam
Sabouraoud’s peptone-glucose agar. Pembacaan dilakukan dalam waktu 1-4
minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan mengenai warna, bentuk, permukaan
dan ada atau tidaknya hifa. (3)
Diagnosis Banding
Tinea korporis kadang sulit dibedakan dengan beberapa kelainan kulit yang
lainnya. Beberapa penyakit yang mirip dengan Tinea korporis antara lain psoriasis
vulgaris, dermatitis seboroik, ptyriasis rosea, granuloma annular. Oleh karenanya
diperlukan pemeriksaan KOH ataupun kultur untuk menegakkan diagnosis tinea
korporis dengan tepat. (11)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari terapi non farmakologis dan
farmakologis. Terapi non farmakologis pada pasien ini sangat penting untuk
mencegah kekambuhan dan bertujuan untuk menghilangkan faktor predisposisi
seperti memakai baju yang menyerap keringat, memakai pakaian longgar dan
tidak ketat serta mengeringkan badan dengan baik setelah mandi dan berkeringat.
(3,10)
6
100%). Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari selama 2-4 minggu. Topikal azol
biasanya sering digunakan karena juga berguna sebagai antibiotik broad
spectrum. Topikal azol yang sering digunakan antara lain:
a. Ketoconazol 2 % b.
b. Econazol 1 %
c. Clotrinazol 1%
d. Miconazol 2%
1. Terbinafine
Pada penderita tinea corporis, terbinafine oral diberikan dengan
dosis 250 mg/hari selama 2-4 minggu.
2. Itrakonazole
Itrakonazole oral diberikan dengan dosis 200 mg/ hari selama satu
minggu.
3. Griseofulvin
Griseofulvin tersedia dalam dosis besar dan dosis kecil. Dosis
besar adalah 500 mg/hari sedangkan dosis kecil adalah 330-375
mg/hari selama 2-4 minggu.
4) Ketokonazole
Ketokonazole oral diberikan dengan dosis 200-400 mg/hari selama
4 minggu.
5) Fluconazole
Fluconazole oral diberikan dengan dosis 150-300 mg sekali
seminggu selama 2-4 minggu.
7
Prognosis
Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan
tingkat kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol topikal atau
allilamin atau dengan menggunakan anti jamur sistemik. (11)
8
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : EN
Umur/Jenis Kelamin : 19 Tahun/Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Ateuk Pahlawan Baiturrahman
Agama : Islam
Suku : Aceh
Hp/no telp : 085260330665
Nomor CM : 1-01-45-70
Tanggal pemeriksaan : 20 Agustus 2014
Anamnesis
Keluhan Utama
Gatal pada lipatan lengan kiri
9
Riwayat Penyakit Keluarga
Adik perempuan pasien juga mengalami keluhan dan penyakit yang sama
dengannya yang terdapat di daerah kaki.
Gambar 1. Pada regio fossa cubiti sinistra tampak patch eritematous dan
hiperpigmentasi berbatas tegas, tepi ireguler dengan papul-papul dibagian tepinya,
disertai skuama halus, dengan bagian tengah mengalami penyembuhan (central
healing), konfigurasi lesi polisiklik, dan terdistribusi secara regional.
10
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dengan menggunakan KOH 10%.
Hasil dari pemeriksaan KOH :
Diagnosis Banding
1. Tinea korporis
2. Psoriasis vulgaris
3. Dermatitis seboroik
4. Pitiriasis rosea
5. Granuloma annulare
Resume
Seorang perempuan, 19 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUDZA dengan keluhan gatal dan timbulnya plak kemerahan pada lipatan
lengan kiri sejak 2 bulan yang lalu.
Gatal bertambah apabila berkeringat.
Pada regio fossa cubiti sinistra tampak patch eritematous dan
hiperpigmentasi berbatas tegas, ireguler, dengan papul di bagian tepi disertai
skuama halus, central healing, polisiklik, distribusi regional.
Pemeriksaan KOH didapatkan hifa panjang dan bersepta.
11
Diagnosis Klinis
Tinea korporis
Tatalaksana
Farmakologis
Terapi Sistemik : Ceterizine tablet 10mg, sehari sekali
Terapi Topikal : Ketoconazole cream 2%, digunakan pada lesi
2 kali sehari, selama 2 – 4 minggu
Edukasi
1. Gunakan pakaian yang longgar dan menyerap keringat, contohnya dari
bahan katun
2. Mengeringkan badan sehabis mandi dan berkeringat
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
12
ANALISA KASUS
Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial
golongan dermatofita, yang menyerang daerah kulit tak berambut (glabrous skin).
biasanya pada wajah, badan, lengan, dan tungkai. (6) Pada kasus ini lesi didapatkan
di lipatan lengan tangan kiri.
Tinea korporis merupakan infeksi yang umum terjadi pada negara dengan
iklim tropis yang mempunyai kelembapan tinggi seperti negara Indonesia.
Penyakit ini menyerang pria maupun wanita dan terjadi pada semua umur. Tinea
korporis disebabkan oleh golongan jamur Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton, dari tiga golongan tersebut penyebab tersering penyakit tinea
korporis adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton menthagrophytes.(1,2,3)
Diagnosis tinea korporis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik kulit dan pemeriksaan penunjang.(10) Dari hasil anamnesis,
pasien mengeluhkan gatal dan timbulnya plak kemerahan pada lipatan lengan kiri
sejak 2 bulan yang lalu. Ia juga mengeluhkan gatal bertambah apabila berkeringat.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana gatal merupakan gejala penyerta
yang sering terjadi pada infeksi tinea korporis, dan gatal bertambah apabila
berkeringat. (6)
Selain itu pasien juga mengatakan dikeluarganya tepatnya adik perempuan
pasien juga mengalami keluhan dan penyakit yang sama dengannya yang terdapat
di daerah kaki, dan pasien sering menggunakan handuk secara bergantian dengan
adiknya, ia juga tidur di satu ranjang yang sama dengan adiknya. Penularan pada
tinea korporis dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan
secara langsung dapat terjadi karena kontak langsung dengan individu atau hewan
yang terinfeksi, sedangkan penularan secara tidak langsung dapat tertular bila
tersentuh dengan benda yang mengandung jamur.(5) Pada kasus ini kemungkinan
pasien dapat tertular langsung dari adiknya atau tertular dari handuk dan seprai
yang mereka gunakan bersama.
Gambaran klinis dari tinea korporis sangat bervariasi, variasi ini akibat
dari perbedaan imunitas hospes dan spesies jamur. (5) Gambaran klinis yang klasik
pada tinea korporis adalah lesi anular, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama,
13
kadang-kadang dengan vesikel dan papul dibagian tepi, dan daerah tengahnya
biasanya bersih yang sering disebut dengan central healing. Kelainan kulit dapat
juga terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik. (5) Infeksi dermatofita
menyerang lapisan kulit yang bertanduk. Fenomena ini mulanya terjadi pada
tempat inokulasi yang kemudian diikuti dengan menyebar luasnya lesi dari tempat
semula, sehingga memperlihatkan gambaran annular. Gambaran annular ini
berasal dari eliminasi jamur pada tengah lesi yang terus menyebar kearah perifer,
sehingga terlihat tepi lesi yang meninggi, berwarna kemerahan dan terkadang
disertai sedikit pembengkakan. Sementara itu area sentral tertutup oleh squama
halus. Organisme yang biasanya menimbulkan lesi seperti ini adalah T. Rubrum
dan E. Floccosum. T. Rubrum adalah organisme penyebab lesi konsentrik yang
paling sering pada kasus Tinea Korporis. Sedangkan ruam makulo papular dengan
tepi serpiginosa dan area sentral yang hiperemis merupakan hal yang sering
terlihat pada Infesksi yang disebakan E. flocosum. T. Rubrum menginfeksi semua
area pada tubuh, sedangkan E. flocosum terfokus pada area selangkangan dan
(7,11)
sela-sela kaki. Hal ini sesuai dengan temuan yang kami dapat pada
pemeriksaan fisik kulit, dimana pada lipatan lengan kiri tampak patch eritematous
dan hiperpigmentasi berbatas tegas, tepi ireguler dengan papul-papul dibagian
tepinya, disertai skuama halus, dengan bagian tengah mengalami penyembuhan
(central healing), konfigurasi lesi polisiklik, dan terdistribusi secara regional.
Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan yang relatif simpel digunakan
dalam menegakkan diagnosis dari tinea korporis. Pemeriksaan tambahan untuk
mengkonfirmasi diagnosis dari tinea korporis jarang digunakan. Potassium
hydroxide membantu untuk menghancurkan jaringan epitel, sehingga akan terlihat
(3)
hifa pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop. Pada pemeriksaan
dengan menggunakan KOH 10-20 % didapatkan hifa panjang dan bersepta untuk
kasus tinea korporis.(3) Hal ini sesuai dengan temuan yang kami dapatkan pada
kasus pasien ini, dimana di dapatkan hifa panjang dan bersepta pada pemeriksaan
dengan menggunakan mikroskop yang ditambahkan KOH 10%. Pada kasus ini
pemeriksaan kultur tidak dilakukan oleh karena pemeriksaan ini membutuhkan
waktu yang lama.
Diagnosis banding dari tinea korporis adalah psoriasis vulgaris, dermatitis
14
seboroik,pitriasis rosea, dan granuloma anular. (11)
Psoriasis vulgaris adalah penyakit kulit yang sifatnya autoimun, bersifat
kronik dan residif. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Kelainan kulit yang
dijumpai berupa plak eritema berbatas tegas yang ditutupi oleh skuama tebal
berlapis-lapis dan berwarna putih mengkilat serta bagian tepi lesi lebih aktif. Lesi
bisanya terdistribusi secara simetris dan tempat predileksi dari psoriasis vulgaris
umunya pada siku, lutut, kulit kepala, daerah lumbosakral dan umbilikus. Adanya
lekukan lekukan pada kuku dapat pula menolong untuk menentukan diagnosis.
(11,13)
15
menyebar pada area tubuh yang luas serta pasien telah gagal menjalalani
pengobatan secara topikal. (3,12) Untuk Lesi yang terbatas pada kulit tanpa rambut,
obat-obatan topikal seperti imidazole, alilamines, tolfanate, butenafine, atau
ciclopirox adalah sangat efektif.Ketokonazol merupakan turunan imidazol sintetik
yang bersifat lipofilik dan larut dalam air pada pH asam. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat C-14-α-dimetilase pada pembentukan ergosterol membran
jamur. Ketoconazole 2% cream digunakan untuk infeksi jamur dikulit tak
berambut, dengan dosis dan lamanya pengobatan tergantung darikondisi pasien,
biasanya diberikan selama 2-4 minggu, dan dioleskan 1-2 kali sehari. (8,12)
Terapi non farmakologis pada pasien ini sangat penting untuk mencegah
kekambuhan dan bertujuan untuk menghilangkan faktor predisposisi seperti
memakai baju yang menyerap keringat, memakai pakaian longgar dan tidak ketat
serta mengeringkan badan dengan baik setelah mandi dan berkeringat. (3,10)
16
DAFTAR PUSTAKA
6. Dismukes WE, Pappas PG, Sobel JD. Clinical Mycology: Oxford University
Press; 2003.
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Diseases of The Skin Clinical
Dermatology. 11th ed. United Kingdom: Saunders Elsevier; 2011.
10. Moriarty B, Hay R, Jones RM. The Diagnosis and Management of Tinea.
BMJ. 2012 Juli;: p. 1-10.
11. Rippon JW. Medical Mycology. 3rd ed.: Saunders Company; 1998.
17
Mycopathologia. 2008; 166: p. 353-367.
15. Blauvelt A. Pityriasis Rosea. In Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DA. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.
7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 362-363.
16. Julie SP. Granuloma Annulare. In Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffel DJ. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th
ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 369-370.
18