PENDAHULUAN
penyakit yang spesifik untuk daerah tropis dan merupakan masalah dermatologis
yang sering terjadi pada pelancong di daerah tropis dan subtropis. CLM pada
Cacing tambang hewan dewasa berada di usus kucing atau anjing dan
telurnya dilepaskan ke lingkungan melalui feses. Telur ini matang di tanah. Tanah
dan pasir mempunyai kondisi yang hangat, lembab, dan teduh merupakan kondisi
yang bagus untuk telur tersebut menetas menjadi larva yang dapat menembus
kulit manusia. Berjalan tanpa alas kaki berisiko tinggi karena larva dapat
perjalanan dalam waktu dekat, dan kemungkinan paparan. Gejala klinis yang
1
didapatkan berupa papul kecil yang kemerahan diikuti dengan jalur kemerahan,
membentuk garis, sedikit menpnjol menjalar ke kulit. Rasa gatal yang timbul
semakin lama semakin sering. Infeksi sekunder dapat terjadi sebagai akibat dari
untuk anak usia 12–24 bulan 200 mg) atau mebendazole(dosis tunggal 500 mg),
dapat juga diberikan levamisole atau pyrantel pamoate sebagai salah satu
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. SINONIM
C. EPIDEMIOLOGI
(pantai Florida, Texas, dan New Jersey) tercatat 6.7% dari 13,300
Pada invasi ini tidak terdapat perbedaan ras, usia, maupun jenis
3
yang bertahan lama dan tidak diobati dapat menyebabkan infeksi sekunder
D. ETIOPATOGENESIS
Luciliacaesar. Selain itu, dapat pula di- sebabkan oleh larva dari beberapa
Nematoda hidup pada hospes, ovum (telur cacing) terdapat pada kotoran
kulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang taut
dermo-epidermal dan setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di
kulit.3
E. GEJALA KLINIS
larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula akan
timbul papul kemudian dikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk
4
linier atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan
bahwa larva tersebut telah berada di kulit, selama beberapa jam atau
bilateral), bokong, panggul, kaki dan bahu.8 Tempat yang jarang terkena
host dan bisa mengganggu tidur. Nyeri dapat terjadi pada lesi
5
(Gambar 1. Gambaran khas pada CLM tampak lesi berupa papul serpiginosa berbentuk
terowongan.)
F. DIAGNOSIS
berdasarkan gambaran klinis yang khas dari lesi kulit dan dari anamnesis.
kaki di pantai, bekerja tanpa pelinung pada tanah yang terkontaminasi, dan
berkebun.
gambaran histopatologi biopsy kulit dari bagian tepi lesi yang masih baru.
atasnya.3,6,9
pemeriksaan fisik.
6
(gambar 2. Cutaneus Larva Migrans)
G. DIAGNOSIS BANDING
1. SKABIES
300-400 mikron.12
bersamaan.13
lapisan kulitnya. Lesi primer yang terbentuk akibat infeksi skabies pada
7
metabolisme. Terowongan berwarna putih abu-abu, tipis dan kecil seperti
papul, vesikel, pustul, dan terkadang bula. Selain itu dapat pula terbentuk
terbentuk lesi sekunder dan tersier, namun tungau hanya dapat ditemukan
pada lesi primer. Lesi primer pada skabies sangat menular melalui
hidup.14
(gambar 3. Scabies)
8
2. INSECT BITE
Insect hypersensitif mencakup reaksi alegi akibat gigitan serangga
bagian kepala bila serangga penyebab adalah tuma anjing, di bahu dan
leher bila penyebab berasal dari tuma burung, di badan bila berasal dari
tuma baju (P. humanus humanus) dan kutu binatang peliharaan. Kutu
busuk biasanya menghisap darah dari kulit yang terbuka (kepala, lengan,
mula timbul urtika yang segera diikuti terbentuknya papul atau vesikel
bertahan beberapa jam atau hari. Pada keadaan berat, 4-8 jam setelah
urtikaria papular berkelompok, namun dapat pula tersebar. Karena itu bila
ada dugaan gigitan serangga perlu dicari sumber atau sarang serangga
9
tersebut, mungkin di karpet, kasur, kursi duduk, yang bertilam kain, atau
binatang peliharaan, selain itu mungkin ada pula anak atau orang sering
bepergian atau wisata ke daerah tertentu. Apakah ada orang lain juga
H. TATA LAKSANA
Sebelum tahun 1960, terapi CLM adalah dengan ethyl chloride
mengetahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat
10
merusak jaringan di sekitarnya. Kemoterapi dengan chloroquine,antimony
(46%).10
BB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut- turut selama 2-5 hari. Dosis
beberapa hari. Obat ini sukar didapat. Efek sampingnya mual, pusing dan
DMSO dan ternyata efektif. Demikian pula Davis dan Israel me suspensi
obat tersebut (500mg/5 ml) secara oklusi selama 24-48 jam. Sekarang
luar negeri terapi dengan ivermectin per oral (200 ug/kg) dosis tunggal dan
11
I. PROGNOSIS
Prognosis baik. Penyakit ini dapat sembuh sendiri. Larva akan mati
Waktu yang diperlukan untuk resolusi adalah 4-8 minggu, paling lama
J. PENCEGAHAN
12
BAB III
KESIMPULAN
rasa gatal dan panas. Mula-mula akan timbul papul kemudian dikuti
lesi papul yang ertematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah
telapak kaki (uni dan bilateral), bokong, panggul, kaki dan bahu.
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas dari lesi kulit dan dari
anamnesis.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Tropis dan Subtropis. Faculty of Medicine, University of Jember. 13
December 2017.
2. Stevani Novita, Bangbang Buhari. Cutaneous Larva Migrans. Murni
Teguh Memorial Hospital, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. CDK-262/
vol. 45 no. 3 th. 2018
3. Dr. dr. Sri Linuwih Bramono, PhD, Sp.KK(K), Prof. dr. Kulsumarinah
Bramono, PhD, Sp.KK (K), Dr. dr. Wresti Indriatmi, M.Epid, Sp.KK (K).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Anggota IKAPI,Jakarta.
4. Shinta Nareswari. Cutaneus Larva Migrans Yang di sebabkan Oleh Cacing
Tambang. Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.Vol 5 No.9, 2015.
5. Jovita Silvia Wijaya. Perbandingan Efektivitas dan Efek Samping
Albendazole dengan Kombinasi Mebendazole-Pyrantel Pamoat untuk
Terapi Soil-transmitted Helminthiasis Anak Sekolah Dasar di Kecamatan
Medan Tembung. Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Tropis,
Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
CDK-253/ vol. 44 no. 6 th. 2017.
6. Luis J. Borda, et al. 2017. Hookworm-related Cutaneus Larva Migrans
Publishing Group.
2016;11(2&3):39-41.
15
10. Kudrewicz K, Crittenden KN, Himes A. A Case of Cutaneous Larva Migrans
16