Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut WHO kematian AKI sebesar 81% akibat dari komplikasi selama
hamil dan bersalin dan 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan
postpartum dan diperkirakan 100.000 kematian tiap tahunnya.1 Di Inggris pada
tahun 2000 hampir separuh kematian ibu hamil disebabkan oleh perdarahan
postpartum. Perdarahan pasca persalinan merupakan perdarahan yang massif yang
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan
sekitarnya merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan
karena hamil ektopik dan abortus.2

Indonesia merupakan negara dengan AKI tertinggi di antara Negara-


negara Association of South East Asia Nations (ASEAN).3 Faktor penyebab
kematian ibu diantaranya perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, abortus
5%, partus lama 5%, emboli 3%, komplikasi masa puerpureum 8%, dan sisanya
karena penyebab-penyebab lain.4 Pada tahun 2011 perdarahan merupakan
penyebab langsung kematian ibu, yang di pengaruhi oleh anemia sebagai faktor
penyebab tidak langsung kematian ibu. Porsi kematian ibu indirek di Indonesia
cukup signifikan yaitu sekitar 22%.5

Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan


penurunan jumlah kadar hemoglobin yang menyebabkan terjadinya anemia.
Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu hamil dengan kadar Hb < 11
gr/dl pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,5 gr/dl pada trimester II. WHO
menetapkan anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar Hb
<11 gr%. Ibu hamil berisiko mengalami anemia dalam masa kehamilan karena hal
ini merupakan perubahan fisiologis sebagai kompensasi peningkatan kebutuhan
kadar oksigen. Perubahan fisiologis yang terjadi tersebut menyebabkan berbagai
komplikasi salah satunya adalah perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum
merupakan salah satu faktor penyumbang terbesar dalam angka kematian ibu.

1
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan atau kehilangan darah ≥ 500 cc
setelah kelahiran atau kehilangan darah ≥ 1000 cc setelah seksio sesaria.6

Anemia dalam kehamilan dan perdarahan postpartum merupakan dua


kondisi yang dapat terjadi pada kehamilan yang dapat berakibat buruk pada ibu
maupun anak. Anemia yang merupakan kondisi fisiologis dan perdarahan
postpartum yang merupakan salah satu dampak dari anemia adalah keadaan yang
berbahaya bagi kehamilan.
Adapun dari data yang berhasil dikumpulkan menunjukkan masih
banyaknya ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Barabaraya yang menderita
anemia selama proses kehamilan, hal ini tentunya tidak boleh dibiarkan begitu
saja mengingat anemia yang terjadi selama proses kehamilan merupakan faktor
resiko terjadinya penyulit saat proses persalinan yang salah satunya adalah
perdarahan postpartum.
Tabel Data Bumil Yang Menderita Anemia (Bulan Januari 2018-Juni 2018)
Hb
No. Kelurahan Anemia Anemia
(<8 mg/dl) (8-11 mg/dl)
1 Bar-Induk 0 51 orang
2 Bar-Selatan 0 59 orang
3 Bar-Timur 0 55 orang
4 Bar-Utara 0 45 orang
5 Lariang
0 43 orang
Bangi
6 Barana 0 63 orang

BAB II

2
GAMBARAN UMUM PESKESMAS BARA-BARAYA

Puskemas Bara-baraya merupakan salah satu puskesmas penyedia fasilitas


Rawat Inap dan merupakan satu dari tiga puskesmas yang berada di wilayah
Kecamatan Makassar Kota Makassar. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota
Makassar, yaitu di Kelurahan Bara-baraya tepatnya di jalan Abu Bakar Lambogo
No. 141 Makassar. Dipimpin oleh dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes. Wilayah
kerja Puskesmas Bara-baraya yang mencakup 6 Kelurahan dari 14 Kelurahan
dalam wilayah Kecamatan Makassar. Luas wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya
secara keseluruhan adalah 0,98 km2 atau sekitar 43,5 % dari luas Kecamatan
Makassar yang seluruhnya seluas 2,25 km2. Wilayah kerja Puskesmas Bara-
baraya terdiri atas enam kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Bara-baraya
2. Kelurahan Bara-baraya Utara
3. Kelurahan Bara-baraya Timur
4. Kelurahan Bara-baraya Selatan
5. Kelurahan Lariangbangi
6. Kelurahan Barana
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah timur : Kelurahan Tamamaung.
b. Sebelah utara : Kelurahan Kelurahan Maccini.
c. Sebelah selatan : Kelurahan Rappocini.
d. Sebelah barat : Kelurahan Maradekaya dan Pisang Utara.

Wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya terdiri dari sejumlah RW dan RT sebagai


berikut :

3
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas Bara-Baraya
2018
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) RW RT
1 Bara-baraya 0,16 5 32
2 Bara – baraya utara 0,11 5 19
3 Bara – baraya timur 0.15 5 28
4 Bara – baraya selatan 0,14 4 26
5 Lariangbangi 0,20 4 29
6 Barana 0,22 4 32
Jumlah 0,98 27 166

Puskesmas Bara-baraya memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap


dengan total pegawai berjumlah 40 orang dengan luas wilayah kerja Kelurahan
Pampang 0,98 km2, dengan 27 RW dan 166 RT serta jumlah penduduk 36.953
orang. Kelurahan Bara-baraya dengan luas wilayah 0,16km2, 5 RW dan 32 RT.
Kelurahan Bara – baraya utara dengan luas wilayah 0,11 km 2, 5 RW dan 19 RT.
Kelurahan Bara – baraya timur dengan luas wilayah 0.15 km2, 5 RW dan 28 RT.
Kelurahan Bara – baraya selatan dengan luas wilayah 0,14 km 2, 4 RW dan 26 RT.
Kelurahan Lariangbangi dengan luas wilayah 0,20 km2, 4 RW dan 29 RT.
Kelurahan Barana dengan luas wilayah 0,22 km2, 4 RW dan 32 RT.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas


Keterangan:
1. Keadaan Demografi

4
2. Luas wilayah : 0,98 km2
3. Jumlah KK : 9.484 KK
4. Jumlah penduduk : 36.953 orang
5. Jumlah ORW/ORT:
a. ORW : 27
b. ORT : 166

A. Susunan Organisasi Puskesmas Bara-Baraya


Pelaksanaan fungsi dan tugas masing-masing tenaga disusun dalam
Organisasi sebagai berikut :
Kepala Puskesmas : dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes
 Kepala Tata Usaha : Muhtar Rajab, S.Kep, Ns
a. Bagian Keuangan : Sadariah S. ST
b. Bag. Umum dan Kepegawaian: H. Muh. Hidayat
Nurliah
c. Bag. Perlengkapan : Beni Ricardo S.Si, Apt
Muh. Tahir
1. Jaringan Pelayanan Puskesmas
d. Unit Pustu : Wa Fatima, S.ST
e. Unit Puskel : Efsuarna, AMK

2. Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas


f. Unit Kesehatan Masyarakat
1. P2M : Mulyani K, S.Kep, Ns
Yuliana Anwar
Asriani S.ST
Ismasari A. S.Kep, Ns
Naomi Tarima
Ma’mur S.kep
2. Kesehatan Lingkungan : Skolastika ALN, AmdKl
3. Promosi Kesehatan : Hj. Jalla, S.Si

5
4. Perkesmas/Jiwa : Yuliana Anwar
5. Kesehatan Ibu dan Anak : St. Radiah S.ST
Hj. Harabiah, S.ST
Sadariah, S.ST
6. Kesehatan Usila : Vonny R, SKM
7. Gizi : Hj. St. Saenab, AMG
Hj. I Murna, AMG
8. UKS/UKGS : Yuliana B, SKM, S.Kep, Ns
9. Keluarga Berencana : Wa Fatma, S.ST
10. Kesehatan Mata : Paskalina Irainingsih, AMK
11. Kesehatan Kerja : Hj. Jaliah, S.Si
12. Kesehatan Gigi & Mulut : drg. Hj. Andi Emmiwaty
Ani Sri Mulyani
13. Pembinaan KesTra : Rosmini Ladona
14. Kesehatan Olah Raga : Efsuarna AMK
g. Unit Kesehatan Perorangan Rawat Inap
1. Umum : dr. Juniarsih
Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Diana Alham, S.kep, Ns
Afrianti DP. S.Kep, Ns
Rosmini Ladona
2. Persalinan : dr. Dahlia
Nurhaedah Amd. Keb
Asriani S.SIT
Mila Amelia, Amd. Keb
Erni Amd. Keb
Sri Ninsi Tamsi Amd.Keb

h. Unit Kesehatan Perorangan Rawat Jalan

6
1. Poli Umum : dr. Dahlia
Naomi Tarima
Yuliana Anwar
Ma’mur S.Kep
Ismasari A. S.Kep, Ns
2. Poli Gigi : drg. Mangatur
Iin Mardiana, A.Md, KG
3. Poli Lansia : Vonny Robert, SKM
4. Loket Kartu : Ridwan, SE
Hayani
Fitri Alkadar
5. Laboratorium : Andi Tenri Ummu, S.ST
6. Apotik : Ika Puspita, S.Si, Apt
Beny R, S.Si, Apt
3. IGD/24 Jam : dr. Juniarsih
Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Diana Alham, S.kep, Ns
Afrianti DP. S.Kep, Ns
Rosmini Ladona
Efsuarna AMK

B. Keadaan Lingkungan
Puskesmas Bara-baraya terletak di daerah perkembangan kota dengan
lingkungan pemukiman yang padat. Terdapat beberapa daerah yang masih
kumuh terutama daerah pinggiran. Sebagian wilayahnya merupakan datarn
rendah, sehingga memungkin terjadinya banjir.

C. Visi dan Misi

7
1. Visi:
Menjadi puskesmas yang mampu memberi pelayanan yang bermutu menuju
Makassar sehat dan nyaman.
2. Misi:
 Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan.
 Meningkatkan sistem informasi dan manajemen puskesmas.
 Mengembangkan kemitraan.
 Meningkatkan upaya kemandirian masyarakat.

D. Tata Nilai
1. Keikhlasan
2. Sikap (Attitude)
3. Profesionalisme
4. Komitmen
5. Inisiatif dan inovatif

E. Motto
PRIMA : Peduli, Ramah, Ikhlas, Mutu, Amanah

F. Jenis-Jenis Pelayanan
1. UKM Essensial
a. Promosi Kesehatan
b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak/KB
c. Kesehatan Lingkungan
d. Gizi
e. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
f. Penanggulangan Kesehatan Penyakit :
i. Imunisasi
j. Penyakit tidak menular

8
k. ISPA
l. Tifoid
m. Malaria
n. TB/Kusta
o. Diare
p. Kecacingan
q. Rabies
r. Surveilens
s. HIV/AIDS
t. DBD
2. UKM Pengembangan
a. Kesehatan Jiwa
b. Kesehatan Gigi Masyarakat
c. Kesehatan Tradisional
d. Kesehatan Olahraga
e. Kesehatan Lansia
f. Kesehatan Kerja
g. Kesehatan Indera
3. UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)
a. Pemeriksaan umum, Lansia, dan Anak
b. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
c. Pemeriksaan KIA/KB
d. Layanan ruang tindakan UGD
e. Pelayanan Gizi
f. Pemeriksaan Laboratorium
g. Pelayanan Kefarmasian
h. Pelayanan Telemedicine (USG dan EKG)
i. Pemeriksaan IVA
j. Pelayanan HOMECARE CENTER

G. Upaya Kesehatan

9
a. Ketenagaan
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Bara-baraya
adalah 40 orang masing-masing yang dirincikan sebagai berikut:
No Jenis Jumlah
1. Dokter Umum 3 orang
2. Dokter Gigi 1 orang
3. Penyelanggara Keperawatan 13 orang
4. Penyelenggara Kebidanan 10 orang
5. Apoteker 1 orang
6. Asisten Apoteker 1 orang
7. Tata Usaha 1 orang
8. Penyelenggara Gizi 2 orang
9. Pelaksanaan Laboratorium 1 orang
10. Pelaksana sanitasi 1 orang
11. Rekam Medik 1 orang
12. Admin Kesehatan 4 orang
13. Perawat Gigi 1 orang
Jumlah 40 orang

Puskesmas Bara-baraya adalah Puskesmas Plus yang merupakan


puskesmas yang melayani selama 24 jam (Rawat Inap), maka tenaga
perawat merupakan tenaga terbanyak dengan jumlah 13 orang dan juga
tenaga bidan sebanyak 10 orang.

b. Pelaksanaan Kegiatan
i. Poliklinik (Health Care and Effective Communication With Patients)
Merupakan pelayanan yang bersifat pribadi (Private Goods) dalam
bentuk rawat jalan dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit, yang terdiri dari :
u. Poli umum
v. Poli anak dan remaja
w. Poli lansia
x. Poli gigi dan mulut
ii. Kamar Obat

10
Setelah pasien mendapatkan resep obat dari dokter, pasien dapat
langsung mengambil obat di kamar obat/apotek.
iii. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi di Puskesmas melayani balita, ibu hamil, dan
wanita yang ingin menikah (Imunisasi Tetanus Toksoid).
iv. Keluarga Berencana (KB)
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk konseling dan cara penggunaan
bermacam-macam alat kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas.
v. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kegiatan ini berupa pelayanan kesehatan yang ditujukan pada ibu
hamil (Antenatal Care) berupa penimbangan BB, Pengukuran TB,
LLA, dan Pemeriksaan Leopold.
vi. Perawatan Umum
Terdapat kamar perawatan rawat inap, setiap pasien difollow up secara
rutin setiap hari oleh dokter umum yang bertugas dan dibantu oleh
perawat.

vii. Perawatan Persalinan


Jika seorang ibu hamil melahirkan di puskesmas, disediakan perawatan
persalinan untuk dipantau perkembangannya.
viii. Laboratorium
Fasilitas laboratorium yang tersedia adalah, Pemeriksaan Darah Rutin
(Hb, Leukosit, LED, Hematokrit, Trombosit), DDR, Widal, GDS,
Urin rutin, Plano Test.
ix. Puskesmas Keliling
Kegiatan Puskesmas keliling ini, dirangkaikan dengan kegiatan
posyandu, imunisasi, pengobatan gratis. Pasien yang datang berupa
balita, anak-anak, ibu hamil, dan lansia.
x. Penyuluhan (Promosi Kesehatan)
Penyuluhan kesehatan dilakukan dibeberapa Sekolah yang berada di
wilayah kerja Puskesmas, serta di Posyandu.

11
xi. Ruang Tindakan UGD
Selama 24 jam Puskesmas Bara-baraya membuka pelayan UGD, yang
melayani kasus emergency yang trauma maupun yang non trauma
ataupun non emergency.
xii. Telemedicine
Pelayan yang berbasis internet dengan fasilitas USG dan EKG.
xiii. Ruang TB dan Kusta
Ruang Konseling

BAB III

12
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anemia dalam kehamilan


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester
2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil,
terjadi karena hemodulasi, terutama pada trimester kedua.7

Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15% dan


hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil,
oleh karena itu, pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali
pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan
terakhir.8

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut


menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr% disebut
anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis.8

Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi (malnutrisi); kurang zat


besi dalam diet; malabsorbsi; kehilangan darah yang banyak: persalinan yang
lalu, haid, dan lain lain; penyakit-penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus,
malaria, dan lain lain.8

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia/hipervolumia)


karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding
pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan tersebut ialah Plasma
darah bertambah: 30%, sel-sel darah bertambah: 18%, hemoglobin
bertambah: 19%. Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk
membantu meringankan kerja jantung.8

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit
penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran (abortus),

13
kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di
dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak
adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin
maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan
kematian ibu pada persalinan.7

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia


akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam
makanan.Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena
terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada
perdarahan. Wanita 8hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali
lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh
terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam
waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak
kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan
sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus
menghabiskan cadangan zat besinya.7

Pengaruh Anemia terhadap kehamilan, Persalinan, dan Nifas2


1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4. Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
5. Syok
6. Afibronogenemia dan hipofibrinogenemia
7. Infeksi intrapartum dan dalam nifas
8. Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung,
yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal
A. Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi8
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam
jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan

14
pertumbuhannya seberat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa, dan
sumsum tulang.

Selama masih mempunyai cukup persediaan ini habis, Hb akan


turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan pada waktu janin
membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap
hasil konsepsi adalah:
1. Kematian mudigah (keguguran)
2. Kematian janin dalam waktu lahir (stillbirth)
3. Kematian janin dalam kandungan
4. Kematian perinatal tinggi
5. Prematuritas
6. Dapat terjadi cacat bawaan
7. Cadangan besi kurang
Klasifikasi anemia dalam kehamilan
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
3. Anemia hipoplastik (8,0%)
4. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)

B. Anemia defisiensi besi8


Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik
serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas
sebagai penyebab anemia umumnya.

Pengobatannya keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil,


dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
1. FNB Amerika Serikat (1958) 12 mg – 15 mg -15 mg
2. LIPI Indonesia (1968) 12 mg – 17 mg – 17 mg
Kemasan zat besi dapat diberikan secara oral maupun parenteral

15
1. Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x
0,2mg.
2. Parenteral: diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral
atau absorbs di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan
secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain:
imferon, jectofer, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan
per oral.

C. Anemia megaloblastik8
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau
pernisiosa. Penyebabnya adalah kekurangan asam folik, jarang sekali
akibat kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi
yang kronik.
Pengobatan:
1. Asam folik 15-30 mg hari
2. Vitamin B12 3x1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.

D. Anemia hipoplasti8
Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan:
1. Darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan pungsi sternal
3. Pemeriksaan retikulosis, dan lain-lain.

Gambaran darah tepi: normositik dan normokkromik. Sumsum


tulang memberikan gambaran normoblastik dan hypoplasia eritopoiesis.
Penyebab belum diketahui, kecuali yang disebabkan infeksi berat (sepsis),
keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi. Terapi dengan obat tidak

16
memuaskan; pengobatan yang paling baik yaitu transfuse darah, yang
perlu sering diulang.

E. Anemia hemolitik8
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini disebabkan oleh:
1. Faktor intrakorpuskuler: dijumpai pada anemia hemolitik herediter;
thalassemia anemia sickle sel (sabit), hemoglobinopati (C,D,G,H,I;
dan paraksismal nocturnal hemoglobinuria)
2. Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat
logam, dan dapat beserta obat-obatan; leukemia penyakit Hodgkin,
dan lain lain

Gejala utama adalah anemia dengan kelainan gambaran darah,


kelelahan, kelemahan, serta gejala dan komplikasi bila terjadi kelainan organ-
organ vital

Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.


Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Maka transfuse darah yang berulang dapat membantu
penderita ini.8

2. Perdarahan Postpartum
A. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah
bayi lahir. Pada umumnya bila terdapat perdarahan lebih dari normal, apalagi
telah menyebabkan perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat,
limbung, berkeringat dingin, sesak nafas, serta tensi <90 mmHg dan nadi
>100x/menit), maka penanganan harus segera dilakukan.9,10
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua, yaitu:

17
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri,
berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam persalinan biasanya oleh karena sisa plasenta.8,9

B. Epidemiologi
Sekitar 5% dari semua persalinan (4% setelah persalinan pervaginam,
6-8% setelah kelahiran seksio sesaria). Perdarahan postpartum adalah
penyebab paling umum perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan
hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan
darah yang hilang setelah persalinan.10

Perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan kematian ibu 45%


terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu
setelah bayi lahir, dan 82-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir.9

C. Etiologi
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan
postpartum, faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah
tone, tissue, trauma, thrombin.9
1. Tone Dimished : Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah
yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Pada
perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada
palpasi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam
usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus.

18
Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar
kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang.
Diagnosis ditegakkan setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri
didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-
1000cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi
pemberian darah pengganti.8,9,11

2. Tissue:
a. Retensio plasenta
b. Sisa Plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi
belum dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi
perdarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
1) kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab:
plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis dan
Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai
menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili
korialis sampai menembus perimetrium.
3) Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau

19
karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta). Sisa plasenta yang tertinggal
merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan postpartum.
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar,
atau setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya
kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan
plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada
saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. 9,10,11

3. Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma
jalan lahir:
a. Ruptur uteri
Ruptur spontan uteri jarang terjadi, faktor resiko yang bisa
menyebabkan antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat
operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin.
Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut seksio sesarea
sebelumnya.11
b. Inversi uterus
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan
perdarahan adalah terjadinya inversi uterus. Invesri uterus adalah
keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan
keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit
sampai komplit.10
Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah
adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya
kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya karena plasenta
akreta, inkreta, dan perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari
bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver Crede)

20
atau tekanan intra abdominalyang keras dan tiba-tiba (misalnya
batuk keras atau bersin).
Inversio uteri ditandai dengan:
 Syok karena kesakitan
 Perdarahan yang banyak bergumpal
 Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang masih melekat
 Bila itu terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila
kejadiannya cukup lama maka jepitan serviks yang mengecil
akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.9
c. Robekan Jalan Lahir
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi.9,12
Robekan yang terjadi biasa ringan (lecet, laserasi), luka
episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur
perinei totalis (sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina,
forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris, dan uretra dan bahkan,
yang terberat, ruptur uteri. Oleh karena itu, pada setiap persalinan
hendaklah dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari
kemungkinan adanya robekan ini. Perdarahn yang terjadi saat
kontraksi uterus baik, biasanya karena ada robekan atau sisa
plasenta. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan
inspeksi pada vulva, vagina, dan serviks dengan memakai spekulum
untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah yang
merah segar dan pulsatif sesuai denyut nadi. Semua sumber
perdarahan yang terbuka haru diklem, diikat dan luka ditutup dengan
jahitan cat-gut lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti.9,10

21
4. Thrombin : Gangguan pembekuan darah
Perdarahan karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila
penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat
pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.akan ada
tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan
perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan,
suntukan, perdarahan gusi, rongga hidung, dan lain-lain.9
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal
hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan
memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi
adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes
protrombin dan PTT (partial thromboplastin time).9,13

D. Faktor Risiko
Faktor risiko perdarahan postpartum dapat ada saat sebelum kehamilan,
saat kehamilan, dan saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi
usia, indeks massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor risiko
selama kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan
postpartum, kehamilan ganda, plasenta previa, preeklampsia. Sedangkan
untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta
previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰, korioamnionitis, dan retensio
plasenta.9
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada umur <20 tahun
fungsi organ dan kematangan sel telur yang belum maksimal potensial
mengalami persalinan dengan premature, plasenta previa, abortus, pre
eklampsi, kondisi ini berisiko lebih besar terjadinya perdarahan, sedangkan
pada umur >35 tahun elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-
alat reproduksi pada umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat
mempersulit persalinan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada
ibu. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh umur dan jarak kehamilan
terhadap kejadian perdarahan karena atonia uteri tahun 2015 umur ibu

22
berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 35.9 %. Kehamilan di usia
muda memiliki risiko yang lebih tinggi pada kesehatan. Selain karena faktor
biologis, usia <20 tahun secara psikologis juga belum cukup untuk mengasuh
dan membesarkan anak, reaksi emosi yang masih labil dapat menyebabkan
gangguan dalam pola asuh sehingga mengganggu perkembangan anak
nantinya.13
Perdarahan postpartum juga berhubungan dengan obesitas. Risiko
perdarahan akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada
wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2%
dengan persalinan normal.15

E. Gejala Klinis
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil,
derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan
adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar
sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah
tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.9,15

F. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik, perdarahan >500 ml setelah bayi lahir
b. Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina
terus menerus.
c. Pemeriksaan obstetri
d. Uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik,
perdarahan mungkin karena luka jalan lahir
e. Pemerikasaan ginekologi
f. Pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan umum ibu baik atau telah
diperbaiki, pada pemeriksaan dapat diketahui kontraksi uterus, adanya
luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta.9,14

23
G. Pemeriksaan Penunjang10
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal.
Kadar hemoglobin di bawah 10g/dL berhubungan dengan hasil
kehamilan yang buruk.
2) Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak
periode antenatal.
3) Pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu
pembekuan.

b. Pemeriksaan radiologi
1) Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan
diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum
pemeriksaan laboratorium atau radiologi dapat dilakukan.
Pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya gumpalan
darah dan retensi sisa plasenta.
2) USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi
pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi
terjadinya perdarahan postpartum seperti plasenta previa.
Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta, inkreta, dan perkreta.

H. Penatalaksanaan
Kasus perdarahan postpartum harus segera mendapat penanganan yang
tepat karena kasus perdarahan postpartum dapat mengancam jiwa. Seorang
ibu dengan perdarahan hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat
perawatan medis yang sesuai, termasuk pemberian obat-obatan, prosedur
klinis sederhana, transfusi darah dan operasi. Di daerah dengan akses terbatas
untuk memperoleh perawatan petugas medis, transportasi, dan pelayanan
gawat darurat akan menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan

24
sehingga risiko kematian karena perdarahan postpartum meningkat. Kondisi
tersebut diperburuk apabila ibu mengalami anemia.9
Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum adalah
penggantian cairan. Keterlambatan atau ketidaksesuaian dalam memperbaiki
hipovolemia merupakan awal kegagalan mengatasi kematian akibat
perdarahan postpartum. Meskipun pada kasus perdarahan kedua komponen
darah yaitu plasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan pertama untuk
menjaga homeostatis tubuh dan mempertahankan perfusi jaringan adalah
pemberian cairan.14
1. Tatalaksana Umum14,15
Memanggil bantuan tim untuk melakukan tatalaksana secara
simultan menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Apabila
menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok yaitu,
memberikan oksigen, memasang infus intravena dengan jarum besar,
memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
sesuai dengan kondisi ibu. Melakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan. Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah lengkap.
Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan
dengan jumlah cairan yang masuk. Melakukan pengawasan tekanan
darah, nadi, dan pernapasan ibu. Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi
uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri. Memeriksa jalan
lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina). Memeriksa kelengkapan
plasenta dan selaput ketuban. Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb
<8 g/dL atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat. Menentukan
penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana spesifik sesuai
penyebab.
2. Tatalaksana Sesuai Penyebab9,14,15
a. Atonia Uteri
1) Sikap trendelenburg , memasang venous line, dan memberikan
oksigen

25
2) Lakukan pemijatan uterus
3) Pastikan plasenta lahir lengkap
4) Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9%/RL
dengan kecepatan 60 tpm dan 10 unit IM
5) Bila tidak tersedia oksitosin atau perdarahan tidak berhenti 
ergometrin 0.2 mg IM/IV dapat diulang 15 menit kemudian dan
setiap 4 jam selanjutnya bila diperlukan. Dosis maksimal 1 mg
6) Lakukan kompresi bimanual selama 5 menit simultan dengan
pemberian uterotonika
7) Bila kontraksi tidak membaik  rujuk
b. Robekan Jalan Lahir
1) Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan
lalu irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik
krmudian hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian
ikat dengan benang yang dapat diserap dan jahit. Bila
perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu rujuk
pasien.
2) Robekan Serviks
Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan
dari porsio. Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan lalu
jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan
kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat
IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu
rujuk pasien.
c. Retensio Plasenta
Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9%/RL
dengan kecepatan 60 tpm dan 10 unit IM lalu lakukan tarikan tali
pusat terkendali. Bila tidak berhasil  plasenta

26
manual secara hati-hati. Beri antibiotika profilaksis dosis tunggal
(ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV). Segera atasi atau
rujuk bila terjadi komplikasi perdarahan atau infeksi
d. Sisa Plasenta
Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan
bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum
manual atau dilatasi dan kuretase.
e. Gangguan Pembekuan Darah
Memberikan transfusi darah lengkap segar untuk menggantikan
faktor pembekuan dan sel darah merah.
f. Inversi Uteri
Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak sulit,
apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas yang
lebih memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan
laparotomi. Bila laparotomi tidak berhasil dapat dilakukan
histerektomi subtotal hingga total.
g. Ruptura Uteri
Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat melakukan
operasi untuk dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila
histerorafi tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi subtotal
hingga total.

I. Pencegahan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus
yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan
tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil
dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk
bersalin di rumah sakit.8,15

27
3. Rekomendasi Who Dalam Pelayanan Antenal Care (ANC)16,17
ANC atau anteatal care merupakan perawatan ibu dan janin selama
masa kehamilan. Melalui ANC berbagai informasi serta edukasi terkait
kehamilan dan persiapan persalinan bisa diberikan kebada ibu sedini
mungkin. Kurangnya pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan sering
terjadi karena kurangnya kunjungan ANC. Kurangnya kunjungan ANC ini
bisa menyebabkan bahaya bagi ibu maupun janin seperti terjadinya
perdarahan saat masa kehamilan karena tidak terdeteksinya tanda bahaya.
Berbagai penelitian terkait ANC menyatakan bahwa keberhasilan ANC
lebih berarti dapat menyelamatkan nyawa atau menurunkan AKI. Melalui
ANC, kesempatan untuk menyampaikan edukasi dan promosi kesehatan pada
ibu hamil khususnya bisa dilakukan lebih baik. Fungsi suportif dan
komunikatif dari ANC tidak hanya mampu menurunkan AKI tapi juga
meningkatkan kualitas hidup bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Selain
itu, secara tidak langsung kualitas dari pelayanan kesehatan juga ikut
meningkat.

Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya, disebutkan bahwa para


wanita/ ibu menginginkan kepuasan/ pelayanan yang baik selama ANC.
Kepuasan ibu hamil dapat diperoleh dengan menjaga kondisi fisik, sosial, dan
kesehatan ibu serta janin (termasuk mencegah atau menurangi risiko,
penyakit yang mungkin diderita, dan kematian), serta memiliki transisi yang
efektif saat menuju proses persalinan. Kepuasan bagi wanita hamil
merupakan kunci untuk perubahan/ transformasi ANC sekaligus
meningkatkan perkembangan keluarga maupun komunitas.
 Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memiliki buku KIA dan selalu
membawa setiap kali kontrol/ ANC
 ANC tidak hanya dilakukan oleh dokter, namun juga oleh bidan

28
 Tenaga kesehatan dianjurkan untuk melakukan promosi kesehatan rutin
terkait gaya hidup sehat dan anjuran nutrisi untuk ibu hamil
 Pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu hamil sangata
dianjurkan untuk mengurangi kematian selama kehamilan maupun saat
persalinan.
Kepuasan ibu hamil selama ANC dan persalinan dapat meningkatkan
kondisi kesehatan ibu dan bayi, mengingat kebutuhan emosional, psikologis
dan sosial pada wanita dewasa dan kelompok rentan (termasuk wanita dengan
disabiltas, gangguan mental, wanita dengan HIV, pekerja seksual, dan kaum
minoritas) dapat lebih besar daripada wanita lain pada umumnya.

29
BAB IV

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Abubakar Lambogo 3 Lrg 1 No. I Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Paritas : G3P2A0
Tanggal masuk : 21 Februari 2020 Pukul 06.20 WITA

B. ANAMNESIS
G3P2A0
HPHT : 17−05−2019
HTP : 21−02−2020
Gravid : 40 minggu 2 hari
Anamnesis Terpimpin :
Seorang pasien di UGD maternal PKM Bara-Baraya dengan keluhan
nyeri tembus kebelakang yang dirasakan sejak 03.00 pelepasan lender (+)
darah (+)

Riwayat tidak memiliki ANC. Hipertensi dalam kehamilan tidak di


ketahui, riwayat penyakit sebelumnya (-), riwayat HT (-), DM (-), Asma (-),
dan alergi (-).

Riwayat Obstetrik :

- Anak 1 :

30
- Anak 2 : .
- Anak 3 :

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5°C
BB : 62 kg
TB : 159 cm
IMT : 24,5 kg/m2
Status Gizi : Normal

D. PEMERIKSAAN KEBIDANAN

1. Pemeriksaan Luar :
Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan
Mata :
Konjungtiva : anemis (+/+)
Sklera : Putih
Mulut :
Caries : Tidak ada
Stomatitis : Tidak ada
Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan vena jugularis
Payudara:
Bentuk/Ukuran : Simetris
Areola mamae : Kehitaman
Puting susu : Menonjol
Colostrum : ada

31
Abdomen
Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan
Strie livida : Tidak ada
Strie albicans : Tidak ada
Linia nigra : Ada
Ekstermitas bawah
Oedem : Ada (-)
Varices : Tidak ada
Palpasi
- L1 : Bokong, TFU : 32 cm
- L2 : Punggung Kiri
- L3 : Kepala
- L4 : 3/5
- HIS : 5x10’ (45”)
Auskultasi
- DJJ : 138 x/ menit
- Frekuensi : Teratur

2. Pemeriksaan Dalam Vagina:


- Ø 10 cm, ketuban (-), portio Melesap, Hodge IV

E. DIAGNOSIS SEMENTARA
 G3P2Ao Gravid 40 minggu 0 hari + inpartu kala II

F. PENATALAKSANAAN
21/02/2020 pukul 06.10 WITA
S : nyeri perut tembus ke belakang
O :KU: Baik, Sadar
TD: 120/80 mmhg P: 20x/menit
N: 78 x/menit S: 36,7oC
DJJ 138 x/menit HIS: 5 x dalam 10 menit durasi 45 detik
PDV : Ø 10 cm, ketuban (-), portio melesap, Hodge IV

32
A : G3P2Ao Gravid 40 minggu 0 hari + inpartu kala 2
P : Observasi kemajuan persalinan

21/02/2020 pukul 06.30 WITA


Ø 10 cm, Hodge IV, Bayi lahir spontan, segera menangis
AS 8/10
BBL : 2500 gram
PBL : 49 cm
JK : Perempuan
Ku bayi : baik
Perdarahan ± 950 cc
Kontraksi uterus baik

Kondisi Ibu Postpartum :


KU ibu: lemah, disertai perdarahan dari jalan lahir ±950 cc, anemis (+),
pusing (+)
TD : 100/80 mmHg
HR : 80x/menit
S : 36,5oC
P : 24x/menit
Hb : 5,0 gr/dL
P : IVFD RL+drips Oxytosin

G. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hemoglobin :
Tanggal 15/2/2018 : 8 g/dl
Tanggal 04/06/2018 : 10 g/dl

I. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 Gravid 40 minggu 0 hari + inpartu kala II + Perdarahan Post
Partum + Anemia

33
Waktu Subject Object Assesment Planning

21/02/12keluhan lemas, KU: Lemah PPH0 + Perdarahan - Observasi TTV


18.00 pusing (+) Post Partum + Anemia
Kesadaran : E4V5M6 - Observasi perdarahan

TD: 110/60 mmHg - RL 20 tts/mnt

N: 110 x/menit - Asam Mefenamat


3x1
RR : 28 x/menit
- Amoxiciline 3x1
T : 36,5 C
- SF 1x1
Mata : anemis (+/+)
- Metilergometrin 3x1
Cor/Pulmo : dalam batas

22/02/20mengeluh KU: Lemah. Perawatan hari-1 - RL guyur 1000cc

08.00 Lemas Kesadaran : E4V5M6 - lanjut cocktail 28tpm


pusing(+)
TD: 100/60 mmHg - Asam Mefenamat
3x1
N: 81 x/menit
- Amoxiciline 3x1
RR : 22 x/menit
- SF 1x1
T : 36,1 C
- Metilergometrin 3x1
TFU: 1 jari bawah pusat

ASI: -

Lochia : Rubra

BAK/BAB: +/-

Mata : anemis

34
23/02/20Lemas(+) KU: Lemah. PPH2 + pendarah - IVFD RL 28 tpm
20 tidak nafsu post partum+ anemia
Kesadaran : E4V5M6 - metilergometrin 3x1
makan
TD: 110/80 mmHg -SF1x1

N: 88 x/menit - Asam mefenamat 3x1

RR : 22 x/menit -Amoxicilin 3x1

T : 37,2 C

TFU: 2jari bawah pusat

ASI: +/+

Lochia : Rubra

BAK/BAB: +/+

Mata : anemis
24/02/20Lemah(+)pusi KU: Lemah. PPH2 + pendarah IVFD RL 28 tpm
ng (+) post partum+ anemia
Kesadaran : E4V5M6 - metilergometrin 3x1

TD: 90/60 mmHg -SF1x1

N: 78 x/menit - Asam mefenamat 3x1

RR : 22 x/menit -Amoxicilin 3x1

T : 36,5 C -kontrol Hb

TFU: 3 jari bawah pusat

ASI: +/+

Lochia : Rubra

BAK/BAB: +/+

Mata : anemis

35
J. RESUME
K. Anamnesis Terpimpin :
L. Seorang pasien di UGD maternal PKM Bara-Baraya dengan keluhan nyeri
tembus kebelakang yang dirasakan sejak 03.00 pelepasan lender (+) darah
(+). Pasien mulai merasakan nyeri perut tembus ke belakang pada tanggal
21 februari 2020 pukul 03.00 WITA riwayat penyakit ANC sebelumnya
(-), riwayat HT (-), DM (-), Asma (-), dan alergi (-). Pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga. Selama hamil, pasien tinggal di rumah bersama
suaminya.
Pada pemriksaan fisik ditemukan tanda vital TD : 100/80 mmHg, N : 88
x/i, P : 24 x/i, S : 36,7°C. Pemeriksaan luar didapatkan TFU 32 cm, situs
memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, DJJ 138 x/m, perlimaan 3/5.
Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan Ø 10 cm, ketuban (-), portio
melesap, Hodge IV.
Pasien didiagnosis G3P2Ao Gravid 40 minggu 0 hari + inpartu kala 2.
Setelah diobservasi kemajuan persalinan, pada pukul 06.30 WITA bayi lahir
spontan, segera menangis, AS 8/10, BBL : 2500 gram, PBL : 49 cm, JK :
Perempuan dengan perdarahan ± 600 cc dan kontraksi uterus baik Setelah
plasenta lahir lengkap, terjadi perdarahan pada jalan lahir secara terus –
menerus ±9500 cc dan KU pasien tampak lemah, tampak anemis pasien juga
mengeluh merasa pusing, TD : 100/70 mmHg, HR : 88x/menit, S : 36,5 oC,
dan P : 28x/menit. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin
postpartum pada pasien dan hasilnya Hb : 5,0 gr/dL. Penatalaksanaan yang
diberikan di puskesmas adalah dengan IVFD guyur RL 1000 dan pemberian
oksitosin 3 ampul drips. Setelah perdarahan teratasi dan kondisi pasien stabil,
pasien disiapkan untuk dirujuk ke RSIA Elim untuk mendapatkan
penanganan lanjutan. Kemudian dilakukan pemeriksaan Hb kontrol pada
tanggal 24/02/2020 dengan hasil Hb : 4,7gr/dL.

36
BAB V

PEMBAHASAN

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi


setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan
abdominal. Pada kasus kali ini jumlah perdarahan yaitu sebanyak ± 950 cc, yang
terjadi beberapa saat setelah kelahiran. Pasien mengeluhkan lemas serta rasa
pusing beberapa saat setelah perdarahan teratasi yang mendukung adanya tanda-
tanda anemis dengan konjungtiva anemis, bibir pucat, palmar pucat, dan CRT >2.
Hal ini didukung pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb post partum yang
diambil pada hari pertama setelah partus yaitu 5,0 g/dl, kemudian setelah
mendapat penanganan lebih lanjut diambil lagi Hb pasien pada hari ke 2 setelah
partus yaitu 4,7 g/dl.
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada umur <20 tahun fungsi
organ dan kematangan sel telur yang belum maksimal potensial mengalami
persalinan dengan premature, plasenta previa, abortus, pre eklampsi, kondisi ini
berisiko lebih besar terjadinya perdarahan, sedangkan pada umur >35tahun
elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada
umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan
dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu. Pada pasien ini usia
bukanlah merupakan salah satu faktor resiko karena usia pasien yaitu 24 tahun,
dimana usia ini masih terdapat dalam batas normal untuk seorang wanita hamil,
namun demikin tetap harus waspada terhadap setiap komplikasi yang dapat
terjadi. Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien termasuk kategori normal. Riwayat
perdarahan post partum sebelumnya (+) yaitu pada anak pertama. Riwayat
perdarahan postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor resiko
paling besar untuk terjadinya perdarahan postpartum sehingga segala upaya harus
dilakukan untuk menentukan keparahan dan penyebabnya.

37
Perdarahan postpartum disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor
resiko terjadinya perdarahan postpartum yaitu anemia. Risiko perdarahan
postpartum meningkat pada wanita bersalin dengan anemia berat, dimana pada ibu
yang menderita anemia menyebabkan uterus akan kekurangan oksigen, glukosa,
nutrisi esensial dan cenderung bekerja tidak efisien pada persalinan. Apabila
jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang menyebabkan jumlah oksigen
yang dikirim ke uterus pun kurang, ini dapat menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan
perdarahan postpartum. Pada kasus ini pasien menderita anemia selama kehamilan
yang mana menurut WHO kadar HB <11 g/dl merupakan kriteria seorang ibu
hamil dikatan anemia dan HB ini saat di periksa pada saat di lakukan pemeriksaan
laboratorium pasca bersalin adalah 5,0 g/dl.
Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum adalah
penggantian cairan. Meskipun pada kasus perdarahan kedua komponen darah
yaitu plasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan pertama untuk menjaga
homeostatis tubuh dan mempertahankan perfusi jaringan adalah pemberian cairan.
Pada pasien ini diberikan terapi awal pemberian cairan RL 3000 cc dan salah
satunya diberikan drips Oksitosin 3 ampul drips serta. Setelah perdarahan teratasi
dan kondisi pasien stabil, pasien disiapkan untuk dirujuk ke RSIA Elim untuk
mendapatkan penanganan lanjutan. Hal ini sesuai dengan teori dengan
memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin
20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga perdarahan berhenti dan melakukan pengawasan tekanan
darah, nadi, dan pernapasan ibu. Sebaiknya pasien ini dipasangkan kateter Folley
untuk memantau urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.
Selama kehamilan pasien tidak melakukan kunjungan antenatal care,
dalam aturan kunjungan antenatal care dapat dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan trimester pertama sebanyak satu kali, trimester ke 2 sebanyak 1 kali,
dan trimester ke 3 sebanyak 2 kali, sesuai dengan aturan kunjungan antenal care
dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan.dalam waktu sebagai berikut : sampai

38
dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan
trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
Namun, menurut rekomendasi WHO tahun 2016 disarankan ANC pada ibu hamil
sebanyak 8 kali kunjungan untuk mengurangi kematian selama kehamilan
maupun saat persalinan. Pada saat kunjungan ANC pasien diberikan vitamin B6,
antasida, asam folat, SF, serta edukasi dari petugas kesehatan PKM bara-baraya
sehingga mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar.

39
BAB VI

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang diangkat, dapat disimpulkan bahwa
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal,
namun jika kondisi saat persalinan menyebabkan kesulitan untuk menetukan
jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan
sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan
perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg,
denyut nadi >100/menit, kadar Hb <8 g /dL. Faktor-faktor yang menyebabkan
perdarahan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio
plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah. Adapun dampak dari
perdarahan post partum yaitu dapat terjadi anemia hingga syok. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada
trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada mtrimester 2.

B. Saran
Saran untuk UKM :
1. Memotivasi wanita usia subur dan ibu hamil untuk selalu aktif dan
menambah pengetahuan dengan membaca dan mengikuti penyuluhan
terutama tentang pentingnya menjaga kesehatan pada saat hamil,
khususnya mengenai asupan nutrisi ibu saat hamil.
2. Pada ibu Hamil agar memeriksakan diri pada Unit pelayanan kesehatan
yaitu puskesmas minimal 4 kali atau berdasarkan rekomendasi WHO
sebanyak 8 kali kunjungan.
3. Ibu yang memiliki riwayat kelainan pada kehamilan sebelumnya atau
proses melahirkan yang memiliki gangguan agar mengetahui kelainan
sebelumnya, mengantisipasi kehamilan selanjutnya.

40
4. Pemeriksaan berkala pada ibu hamil.
5. Jika ada kelainan atau keluhan pada kehamilan agar segera ke unit
pelayanan kesehatan.
6. Melakukan penyuluhan secara berkala mengenai pentingnya konsumsi SF
pada ibu hamil saat kehamilan.

Saran Untuk PKM :


1. Pendataan ibu hamil yang lengkap serta pendeteksian secara dini ibu hamil
yang memiliki resiko tinggi.
2. Pendampingan secara berkala pada ibu hamil yang memiliki kelainan pada
kehamilan.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. PP dan KPA (Pemberdayaan Perempuan dan Komisi Perlindungan Anak).


(2010). Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Jakarta.

2. Syaiffuddin, A Bari (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

3. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.


(2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

4. SDKI. (2012). Indonesia Demographicnand Health Survey. Jakarta.

5. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan.

6. Handaria, Diana, dkk. Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu
Hamil di RSUD Tugurejo Semarang. 2011. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.

7. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung: Anemia dalam kehamilan.


Available at www.digilib.unila.ac.id

8. Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi dan Obstetri


Patologi Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: EGC

9. Karkata MK. Perdarahan Pascapersalinan (PPP). Prawirohardjo S. Dalam:


Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2010

42
10. Norwitz ER, Scorge JO. Third stage of labor and postpartum hemorrhage. In:
Obstetrics and Gynecology at a Glance. 4th Ed. United Kingdom: Wiley
Backwell, 2013. 144-5p

11. Curren Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment, Ninth edition : Alan
H. DeCherney and Lauren Nathan. United Kingdom: The McGraw-Hill
Companies, Inc, 2003

12. Arif, M. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Aesculapius
FKUI, 2008

13. Purwanti, (2015) Determinan penyebab perdarahan karena atonia uteri,


Jurnal Prada. ISSN 2087-6874 volume VI nomor 1 Juni 2015

14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, edisi 1. Jakarta; 2013

15. Cunningham FG, dkk. Williams Obstetric, ed. 23. New York: McGraw-Hill;
2010.

16. WHO, 2016, WHO recommendations on antenatal care for a positive


pregnancy experience, UK

17. WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn
Care In Health Facilities, Switzerland

43
44

Anda mungkin juga menyukai