PENDAHULUAN
Reaksi tubuh terhadap makanan
Reaksi toksik
Reaksi imun
(Alergi/hipersensitivitas)
(Intoleransi makanan)
IgE mediated
Ig E non mediated
Angka kejadian
Kejadian alergi makanan (AM) meningkat
terutama pada infant dan anak kecil pada
usia 3 tahun pertama.
Pada infant penyebab AM tersering : alergi
susu sapi. (0,3-10%)
Protein penyebab AM : susu sapi, telur, ikan,
kacang, coklat, sereal, soya.
Tak ada perbedaan jenis kelamin.
ALLERGIC
REACTION
GENETIC FACTOR
ENVIRONMENTAL
FACTOR
ENVIRONMENTAL
FACTORS
ALLERGENS
INFECTIONS
POLLUTION
PHYSICAL ACTIVITY
OTHERS
ALERGI SOYA
Susu soya pertama kali diusulkan sebagai
pengganti susu sapi untuk infant yang alergi
susu sapi oleh Ruhrah tahun 1909 dan lebih
lanjut direkomendasi oleh Hill dan Stuart (1929)
Ternyata didapati adanya kesulitan intoleransi
karbohidrat dan defisiensi vitamin. Soya
mengandung oligosakarida raffinose dan
stachyose, yang tidak dapat dicerna, sehingga
menyebabkan flatus, nyeri perut dan diare.
Alergi telur
Alergen mayor putih telur adalah ovalbumin,
ovomucoid dan ovotransferin.
Alergen dalam kuning telur mengandung
ovotransferin 15%, ovalbumin dan ovomucin
hanya dalam jumlah sedikit.
Telur yang dimasak akan mengurangi
alergenitas 70%. Tapi ovomucoid resistant
terhadap panas.
Alergi telur paling sering terjadi pada infant < 12
bulan pertama, setelah usia 2 tahun berkurang.
Alergi Wheat
Wheat termasuk salah satu tipe sereal.
Wheat memiliki > 40 protein gliadin berbeda.
Gliadin mengandung 1/3 gluten mudah larut dan
2/3 sukar larut
Fraksi larut alkohol yang bersifat imunopatogenik
dari wheat, yang menyebabkan kerusakan mukosa
usus halus(Celiac disease) adalah campuran
prolin & glutamin, kaya polipeptida gliadin.
Alergi wheat dapat didiagnosa dengan melakukan
biopsi seri usus halus.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor-faktor predisposisi AM :
Genetik (riwayat atopik)
Umur (CMPSE < 3tahun)
Defisiensi imunitas ( defisiensi SIgA)
Malnutrisi (respon IgA dan imunitas seluler <)
Infeksi gastrointestinal (sistim imunologik lokal <)
Pola pemberian makanan (ASI eksklusif dalam
waktu lama insidens alergi <)
MECHANISM of ALLERGY
ENSITIZATION
ENHANCEMENT
TRIGGERING
MEKANISME
Individu yang rentan terpapar alergen makanan
tertentu Ig E dibentuk alergen berikatan
dengan reseptor di sel mast, basofil, makrofag,
sel dendrit mediator dilepaskan vasodilatasi,
kontraksi otot polos dan sekresi mukus gejala
hipersensitivitas cepat (reaksi tipe I/ IgE
mediated).
AM pada anak terutama reaksi tipe I, reaksi
anafilaktik.
Bersifat lokal / sistemik
GAMBARAN KLINIK AM
Mayoritas alergi makanan memiliki 2 gejala
klinik, mempengaruhi 2 organ, 50-70% gejala
kulit dan 50-60% gejala Gastrointestinal,
20-30% gejala respirasi, tergantung distribusi sel
mast dalam organ-organ.
Reaksi alergi tipe Ig E mediated terjadi dalam
beberapa menit sampai 2 jam setelah terpapar
makanan reaksi Immediate
Gejala yang terjadi lebih dari 2 jam seteleh
terpapar makanan reaksi Delayed
Kebanyakan reaksi delayed adalah tipe non Ig E
mediated
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji kulit
2. Laboratorium
A. RAST ( Radio Allergosorbent Test)
B. Konsentrasi total serum Ig E
3. Diet Eliminasi dan Uji Provokasi
Mulai dari makanan netral atau non/hipoalergenik
Makanan yang dicurigai dieliminasi selama 5hari,
kemudian diuji provokasi
eliminasi
dan
provokasi
bukan
untuk
alergi
makanan
terutama
hebat,
dan
sedikit
sekali
terbukti
keberhasilannya
Kegagalan
karena
penanganan
ketidaktaatan
alergi
makanan,
pasien
mengikuti
karena lapar
PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pemberian ASI dapat mengurangi insidens
AM, karena adanya faktor proteksi, antibodi
SIgA,
faktor-faktor
pertumbuhan
yang
mempercepat diferensiasi dan pematangan
struktural dan fungsional saluran cerna.
2. Pencegahan sekunder
GENETIK
ATOPI
ROKOK, KELEMBABAN
ASAP KENDARAAN (DISEL)
POLUTAN LAIN
SENSITISASI
INFLAMASI
HIPERSENSITIVITAS
KERUSAKAN
JARINGAN
PENCEGAHAN
PRIMER
SEKUNDER
TERSIER
Dikutip dengan modifikasi dari Zeiger RS. Immunol Allergy Clin North Am 1999; 19:619-46.
REFERENSI
Buku Ajar Gastroenterologi Interna
Publishing
Gastroenterologi-Hepatologi IDAI
E-Medicine