NPM : 2106762780
(ALERGI MAKANAN)
Pendahuluan
Selama masa bayi, periode dari usia 1 bulan hingga 1 tahun, fisik yang cepat
pertumbuhan dan perubahan terjadi. Ini adalah satu-satunya periode yang dibedakan oleh
perubahan fisik yang dramatis dan perkembangan yang nyata. Dalam tahap tumbuh kembang
bayi ini juga akan muncul berbagai masalah kesehatan pada bayi. Diantara masalah-masalah
kesehatan tersebut antara lain masalah yang berkaitan dengan ketidakseimbangan nutrisi,
masalah kesehatan terkait dengan nutrisi, gangguan kulit, dan masalah-masalah kesehatan
khusus. Salah satu yang akan dibahas dalam LTM ini adalah masalah kesehatan pada bayi
yang terkait dengan nutrisi yaitu alergi makanan.
A. Definisi
Alergi makanan didefinisikan oleh the National Institute of Allergy and
Infectious Diseases (NIAID) sebagai "efek kesehatan yang merugikan yang timbul
dari respon imun spesifik yang terjadi secara berulang pada paparan makanan yang
diberikan". Alergen makanan didefinisikan sebagai komponen spesifik dari makanan
atau bahan dalam makanan, seperti protein, yang dikenali oleh sel imun spesifik
alergen yang menimbulkan reaksi imun yang menghasilkan gejala khas. Intoleransi
makanan merupakan keadaan dimana makanan atau komponen makanan
menimbulkan reaksi merugikan yang dapat direproduksi tetapi tidak memiliki
mekanisme imunologi yang mapan atau mungkin. Seseorang mungkin memiliki alergi
yang dimediasi kekebalan terhadap protein susu sapi, tetapi orang yang tidak dapat
mencerna laktosa dalam susu sapi dianggap tidak toleran terhadap susu sapi, bukan
alergi terhadapnya. (Boyce, Assa'ad, Burks, et al, 2010 dalam Hockenberry, 2015).
Alergi makanan dapat terjadi kapan saja tetapi sering terjadi pada masa bayi karena
saluran usus yang belum matang lebih banyak permeabel terhadap protein daripada
saluran usus matang, sehingga meningkatkan kemungkinan respon imun. Alergi
secara umum menunjukkan komponen genetik: Anak-anak yang memiliki salah satu
orang tua dengan alergi memiliki risiko 50% atau lebih besar terkena alergi; anak-
anak yang memiliki kedua orang tua dengan alergi memiliki risiko hingga 100%
terkena alergi. Alergi dengan kecenderungan turun-temurun disebut sebagai
atopi.Beberapa bayi dengan atopi dapat diidentifikasi saat lahir dari peningkatan
kadar IgE dalam darah tali pusat.
B. Etiologi
Beberapa faktor risiko terjadinya alergi pada bayi:
1. Faktor genetik, misalnya memiliki lokus gen spesifik alergi kacang pada regio
gen HLA-DR dan HLA-DQ
2. Riwayat atopik, seperti asma atau dermatitis atopik, baik pada keluarga
maupun pada pasien sendiri
3. Jenis kelamin, yaitu anak laki-laki lebih berisiko mengalami alergi makanan.
Namun pada populasi dewasa, perempuan lebih berisiko mengalami alergi
makanan
4. Ras, yaitu bahwa reaksi alergi lebih banyak ditemukan pada orang Asia dan
kulit hitam dibanding kulit putih.
5. Pola makan, seperti kurang konsumsi antioksidan yang berasal dari sayur-
sayuran dan buah-buahan, serta konsumsi vitamin D yang kurang atau
berlebihan
Penutup
Alergi makanan adalah respons hipersensitivitas sistem imun tubuh terhadap makanan
tertentu. Manifestasi klinis alergi makanan dapat terlihat pada sistem pencernaan, misalnya
mual dan muntah, pada kulit, misalnya urtikaria dan angioedema, serta pada sistem
pernapasan, misalnya batuk dan wheezing. Pada kasus berat, alergi makanan dapat
menyebabkan syok anafilaksis. Anak-anak lebih sering mengalami alergi makanan daripada
orang dewasa. Alergi makanan yang paling sering pada bayi terhadap alergi susu sapi dan
intoleransi laktosa, Biasanya, alergi terhadap susu dan telur akan hilang pada usia sekolah,
tetapi alergi terhadap kacang-kacangan dan makanan laut tetap menetap seumur hidup. Orang
tua biasa akan cemas dan panik ketika terjadi reaksi alergi pada bayinya dan melakukan
tindakan yang tidak tepat untuk mengatasi alergi pada bayi, Sehingga peran perawat sebagai
edukator, konselor, dan kolaborator sangat diperlukan dalam memberikan asuhan yang tepat
saat terjadi alergi pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Elissa, M. A & Scott, H. Diagnosis and management of food allergy. Canadian Medical
Association Journal. 2016 Oct 18; 188(15): 1087–1093. doi: 10.1503/cmaj.160124
Hockenberry, M. J. (2015). Wong’s Nursing Care of Infants and Children. Missouri: Elsevier
Mosby.
Sjawitri P, S. (2001). Alergi Makanan pada Bayi dan Anak. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember
2001: 168 – 174
Sicherer, Scott H.; Sampson, Hugh A. Food allergy: A review and update on epidemiology,
pathogenesis, diagnosis, prevention, and management. Journal of Allergy and Clinical
Immunology. 2018;141(1): 41–58. doi:10.1016/j.jaci.2017.11.003.
Renz H, Allen KJ, Sicherer SH, Sampson HA, Lack G, Beyer K, Oettgen HC. Food allergy. Nat
Rev Dis Primers. 2018 Jan 4;4:17098. doi: 10.1038/nrdp.2017.98.