Abstrak
Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang baik untuk bayi. Namun pada kondisi tertentu
karena suatu indikasi medis, bayi tidak diperbolehkan untuk memperoleh ASI sehingga
diperlukan susu formula. Susu formula yang direkomendasikan sebagian besar berasal
dari susu sapi, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan anak mengalami alergi
akibat mengkonsumsi susu sapi. Alergi susu sapi (ASS) merupakan reaksi yang tidak
diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. ASS
biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang diperantarai oleh
Imunoglobulin E. Namun demikian ASS dapat juga diakibatkan oleh reaksi imunologis
yang tidak diperantarai oleh Imunoglobulin E ataupun proses gabungan antara
keduanya. ASS dapat menyebabkan beragam gejala dan keluhan, namun pada sebagian
kasus ASS tidak memiliki gejala yang khas. Gejala yang umum yang dapat terjadi antara
lain pada gastrointestinal (50-60%), kulit (50-60%), dan sistem respirasi (20-30%). Gejala
ini biasanya muncul sebelum usia 1 bulan dan muncul dalam 1 minggu setelah
mengkonsumsi protein susu sapi. Saat diagnosis ASS ditegakan, prinsip utama dalam
tatalaksana alergi susu sapi adalah dengan menghindari susu sapi dan turunannya serta
mempertahankan diet bergizi dan seimbang untuk bayi dan ibu menyusui sehingga dapat
mencegah komplikasi yang tidak diinginkan seperti dapat menyebabkan kondisi
hipersensitivitas yang berat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
Abstract
Breast milk is good food for babies. However, under certain conditions due to a medical
indication, babies are not allowed to get breast milk, so formula milk is needed. Most of
the recommended formulas milk producet by milk from cow, but this does not rule out the
possibility that children will experience allergies due to consuming cow's milk. Cow's milk
allergy is an unwanted reaction that is immunologically mediated to cow's milk protein.
Cow's milk allergy is usually associated with type 1 hypersensitivity reactions mediated
by Immunoglobulin E. However, cow's milk allergy can also be caused by immunological
reactions that are not mediated by Immunoglobulin E or a combination of the two. Cow's
milk allergy can cause a variety of symptoms and complaints and has no specific
symptoms. Common symptoms that can occur include the gastrointestinal (50-60%), skin
(50-60%), and respiratory system (20-30%) . These symptoms usually appear before the
age of 1 month and appear within 1 week after consuming cow's milk protein. When the
diagnosis of cow's milk allergy is established, the main principle in the management of
cow's milk allergy is to avoid cow's milk and its derivatives while maintaining a nutritious
and balanced diet for infants and nursing mothers so as to prevent unwanted
complications such as severe hypersensitivity conditions that may affect a child’s growth
GMJ | 29
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
GMJ | 30
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
sebagian besar adalah gejala klinis yang dalam reaksi ini. Bila alergen dikonsumsi
ringan sampai sedang, hanya sedikit (0.1- berulang kali, sel mononuklear akan
1%) yang bermanifestasi klinis berat dirangsang untuk melepaskan histamin
(Sánchez-Valverde et al. 2019; De (Pedrosa et al. 2014; Siregar, 2016).
Schryver et al. 2019; Sumadiono et al.
2014).
Alergi susu sapi pada kejadian
dermatitis atopik ditemukan bahkan
hingga 60%. Alergi susu sapi dan
dermatitis atopic merupakan salah satu
manifestasi alergi yang paling banyak
ditemukan pada tahun pertama kehidupan
dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
manifestasi alergi lain pada masa
selanjutnya (Dina et al. 2015).
PATOGENESIS
a. Peran Imunoglobulin E (IgE) Gambar 1. Skematik diagram reaksi
Kegagalan tumbuh untuk dapat hipersensitivitas tipe I.
mentoleransi suatu makanan akan (Sumber : Pedrosa et al. 2014)
merangsang proses immunoglobulin E
(IgE), yang mempunyai reseptor pada sel b. Peran Non Imunoglobulin E
mast, basofil, makrofag, monosit, limfosit, (Non-IgE)
eosinofil, dan trombosit. Ikatan IgE dan Banyak yang melaporkan bahwa
alergen makanan akan menyebabkan mekanisme imun yang lain (selain reaksi
pelepasan mediator histamine, hipersensitivitas tipe I) dapat sebagai
prostaglandin dan leukotriene. Pelepasan penyebab alergi makanan, namun bukti
mediator ini akan menyebabkan terjadinya secara ilmiah sangatlah terbatas.
vasodilatasi, kontraksi otot polos, dan Dilaporkan bahwa penelitian membuktikan
sekresi mukus yang akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe III dan IV juga
reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada kondisi ikut berperan, tetapi bukti yang pasti
yang bersamaan, sel mast yang aktif akan masih belum pasti juga (Siregar, 2016).
melepaskan sitokin yang turut berperan
GMJ | 31
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
GMJ | 32
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
dengan ASS (IDAI, 2011; Siregar, 2016; kulit negatif palsu, yang sebenarnya
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP pada pasien tersebut mengalami alergi
Sanglah, 2015). makanan dengan mekanisme IgE
Mediated. Namun uji kulit masih tetap
diperlakukan terutama pada anak di
KRITERIA DERAJAT ASS bawah umur 1 tahun
b. Bila hasil uji kulit negatif
Berdasarkan derajat keparahan tetapi pada anamnesis dugaan kuat
manifestasi klinis ASS, dapat dibedakan terhadap ASS, dapat dilakukan dengan
menjadi ASS ringan/sedang dan ASS menggunakan zat makanan tersangka
berat (kondisi tersebut didukung dengan dalam bentuk segar, misalnya pada
adanya faktor risiko) (IDAI, 2011). kasus ASS dapat dilakukan uji
a. Alergi susu sapi langsung dari kartonnya.
ringan/sedang c. Uji kulit tidak dikerjakan pada
Dikatakan ASS ringan/sedang pasien dengan reaksi anafilaksis dan
jika memenuhi satu/lebih gejala tidak dilakukan uji intradermal karena
dibawah ini : risiko tinggi menyebabkan reaksi
− Regurgitasi berulang, anafilaksis.
muntah, diare, konstipasi (dengan atau
tanpa ruam perianal), darah pada tinja Ada beberapa pemeriksaan
− Anemia defisiensi besi penunjang yang direkomendasikan untuk
− Dermatitis atopic (DA), dilakukan pada ASS antara lain :
angioedema, urtikaria
− Pilek, batuk kronik, mengi 1. IgE Spesifik
− Kolik persisten (>3 jam per 1.1 Uji Tusuk Kulit (Skin
hari/minggu selama lebih dari 3 minggu) Prick Test)
Uji tusuk kulit dapat dilakukan pada
b. Alergi susu sapi berat anak dengan batasan usia terendah yaitu
Dikatakan ASS berat jika memenuhi 4 bulan dimana hasil uji tusuk biasanya
satu/lebih gejala dibawah ini : lebih kecil pada anak < 2 tahun sehingga
− Gagal tumbuh kembang perlu dilakukan interpretasi hasil
karena diare dan atau regurgitasi dan pemeriksaan dengan hati – hati. Uji tusuk
atau anak tidak mau makan biasanya dilakukan di area volar lengan
− Anemia defisiensi besi bawah, namun jika terdapat lesi kulit yang
karena kehilangan darah dari tinja, luas di area lengan bawah atau lengan
ensefalopati karena kehilangan protein, pasien yang terlalu kecil, maka
enteropati atau kolitis ulseratif kronik pemeriksaan ini dapat dilakukan di bagian
yang terbukti dari endoskopi atau punggung. Bila pada pemeriksaan ini
histologi hasilnya positif, kemungkinan alergi susu
− DA berat dengan anemia – sapi sebesar <50% (nilai duga positif <
hipoalbuminemia atau gagal tumbuh 50%), sedangkan bila uji kulit negatif,
atau anemia defisiensi besi berarti alergi susu sapi yang diperantarai
− Edema Laring akut atau oleh IgE dapat disingkirkan karena nilai
obstruksi bronkus dengan kesulitan dugaan negatif sebesar > 95%
bernapas (Sumadiono et al. 2014).
− Syok anafilaksis
1.2 IgE RAST (Radio Allergo
PEMERIKSAAN PENUNJANG Sorbent Test)
Sebelum memilih pemeriksaan Uji IgE RAST dapat dilakukan jika uji
penunjang yang bisa dilakukan, adapun tusuk kulit tidak dapat dilakukan karena
beberapa hal yang harus diperhatikan adanya lesi kulit yang luas di daerah
pada uji kulit antara lain (Siregar, 2016): pemeriksaan, atau bila penderita tidak
bisa lepas minum obat antihistamin. Uji
a. Anak dibawah usia dibawah IgE RAST bernilai positif mempunyai
1 tahun sering memberikan hasil uji korelasi yang baik dengan uji kulit, tidak
GMJ | 33
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
GMJ | 34
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
riwayat alergi terhadap protein susu sapi, timbulnya gejala yang tidak diinginkan
diet eliminasi, uji provokasi makanan, dan namun harus tetap memberikan nutrisi
kadang perlu dilakukan pemeriksaan yang seimbang dan sesuai untuk tumbuh
penunjang tambahan seperti endoskopi kembang bayi/anak (Siregar, 2016;
dan biopsi (Sumadiono et al. 2014). Sumadiono et al. 2014).
Selain itu, diagnosis ditegakkan
dengan cara eliminasi protein susu sapi a. Untuk Bayi dengan ASI
pada diet ibu selama 2-4 minggu Eksklusif
bergantung pada reaksi alergi. Bila gejala Bayi dengan ASI eksklusif yang
menghilang, maka ibu dapat alergi terhadap susu sapi dapat
mengkonsumsi kembali nutrisi yang dilanjutkan pemberian ASI dengan
mengandung susu sapi, namun jika menghindari protein susu sapi dan produk
muncul kembali, maka diagnosis dapat turunannya pada makanan sehari-hari.
ditegakkan. Bila gejala tidak menghilang ASI merupakan pilihan terbaik pada bayi
setelah eliminasi, maka perlu dengan alergi susu sapi. Pemberian
dipertimbangkan diagnosis lain. Pada bayi suplemen kalsium perlu dipertimbangkan
yang mengkonsumsi susu formula, pada ibu menyusui yang membatasi
diagnosis dapat ditegakkan dengan cara protein susu sapi dan turunannya
eliminasi protein susu sapi yaitu dengan (Sumadiono et al. 2014).
mengganti susu formula berbahan dasar Tatalaksana alergi susu sapi pada
susu sapi dengan susu formula hidrolisat kelompok ini yaitu dengan pemberian ASI
ekstensif (untuk kelompok dengan gejala yang diteruskan pada bayi dan ibu yang
klinis ringan atau sedang) atau susu harus menghindari susu sapi dan produk
formula asam amino (untuk kelompok turunannya pada makanan sehari hari
dengan gejala klinis berat) lama sampai usia bayi 9-12 bulan atau minimal
pemberian dan mekanismenya sama 6 bulan. Setelah usia tersebut, uji
seperti pada bayi dengan ASI eksklusif provokasi dapat diulang. Bila gejala tidak
(Sumadiono et al. 2014). timbul, berarti anak sudah toleran dan
susu sapi dapat dicoba diberikan kembali.
DIAGNOSIS BANDING Jika gejala timbul lagi, maka eliminasi
Beberapa diagnosis banding yang selanjutnya dilakukan 6 bulan yang akan
perlu disingkirkan adalah adanya kelainan datang dan seterusnya (Sumadiono et al.
metabolisme bawaan, kelainan anatomi, 2014).
coeliac disease, insufisiensi enzim
pancreas (cystic fibrosis), intoleransi b. Untuk bayi yang
laktosa, keganasan, dan infeksi. Keadaan mengkonsumsi susu formula
yang menyulitkan jika terdapat 2 keadaan Tatalaksana ASS pada kelompok ini
penyakit yang terjadi bersamaan. Anak adalah dengan memberikan susu formula
dengan penyakit refluks gastroesofageal dengan berbahan dasar susu sapi dengan
juga alergi terhadap susu sapi sebesar susu formula terhidrolisat ekstensif (untuk
15-20% (Sumadiono et al. 2014). gejala ringan atau sedang) atau susu
formula asam amino (untuk kelompok
TATALAKSANA dengan gejala klinis berat). Penggunaan
Prinsip utama dalam tatalaksana formula khusus ini dilakukan sampai usia
ASS adalah dengan menghindari susu bayi 9-12 bulan atau minimal 6 bulan.
sapi dan turunannya sambil Setelah kurun waktu tersebut, uji
mempertahankan diet bergizi dan provokasi dapat diulang kembali. Jika
seimbang untuk bayi dan ibu menyusui tidak timbul gejala, maka anak sudah
(IDAI, 2011). toleran dan susu sapi dapat dicoba
diberikan kembali. Jika gejala timbul lagi,
1. Nutrisi maka eliminasi selanjutnya dilakukan 6
Setelah diagnosis ASS ditegakan, bulan yang akan datang dan seterusnya.
maka perlu menghindari segala bentuk Pada bayi yang sudah mendapatkan
produk susu sapi (complete avoidance) makanan padat, perlu penghindaran
sapi beserta turunannya untuk mencegah
GMJ | 35
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
protein susu sapi dalam bubur atau biskuit pemberian epinefrin (Siregar, 2016;
bayi (IDAI, 2011; Sumadiono et al. 2014). Sumadiono et al. 2014).
GMJ | 36
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
Gambar 2. Alur Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi pada Bayi dengan ASI
Eksklusif (6 bulan)
(Sumber : IDAI, 2011)
GMJ | 37
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
Gambar 3. Alur Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi pada Bayi dengan PASI
(Pendamping ASI)
(Sumber : IDAI, 2011)
Pada anak dengan alergi susu sapi, oleh anak. Mengetahui dengan pasti
selain penghindaran yang ketat pada makanan yang akan diberi pada anak
makanan yang menyebabkan alergi oleh seperti membaca label komposisi
pasien, penghindaran yang ketat harus makanan yang tercantum dalam bungkus
dilakukan juga oleh keluarga pasien serta makanan. Beberapa makanan yang dapat
membantu mencari makanan pengganti dihindari yang mengandung protein susu
sehingga terpenuhi makanan yang disukai sapi dapat dilihat di (Tabel 2 & 3).
GMJ | 38
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
GMJ | 39
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023
susu sapi akan menjadi asma (40%), (20%) di kemudian hari (IDAI, 2011;
rinitis alergi (40%) dan dermatitis atopik Siregar, 2016; Sumadiono et al. 2014).
GMJ | 40