Anda di halaman 1dari 12

Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

ALERGI SUSU SAPI

Ida Ayu Putu Purnamawati1, I Gusti Ngurah Kurnia Ary Wiartika2


1,2
Prodi Kedokteran, Universitas Pendidikan Ganesha

e-mail: #idaayu.putu.purnamawati@undiksha.ac.id , kurniaary2001@gmail.com

Abstrak

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang baik untuk bayi. Namun pada kondisi tertentu
karena suatu indikasi medis, bayi tidak diperbolehkan untuk memperoleh ASI sehingga
diperlukan susu formula. Susu formula yang direkomendasikan sebagian besar berasal
dari susu sapi, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan anak mengalami alergi
akibat mengkonsumsi susu sapi. Alergi susu sapi (ASS) merupakan reaksi yang tidak
diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. ASS
biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang diperantarai oleh
Imunoglobulin E. Namun demikian ASS dapat juga diakibatkan oleh reaksi imunologis
yang tidak diperantarai oleh Imunoglobulin E ataupun proses gabungan antara
keduanya. ASS dapat menyebabkan beragam gejala dan keluhan, namun pada sebagian
kasus ASS tidak memiliki gejala yang khas. Gejala yang umum yang dapat terjadi antara
lain pada gastrointestinal (50-60%), kulit (50-60%), dan sistem respirasi (20-30%). Gejala
ini biasanya muncul sebelum usia 1 bulan dan muncul dalam 1 minggu setelah
mengkonsumsi protein susu sapi. Saat diagnosis ASS ditegakan, prinsip utama dalam
tatalaksana alergi susu sapi adalah dengan menghindari susu sapi dan turunannya serta
mempertahankan diet bergizi dan seimbang untuk bayi dan ibu menyusui sehingga dapat
mencegah komplikasi yang tidak diinginkan seperti dapat menyebabkan kondisi
hipersensitivitas yang berat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Kata kunci: Anak, Alergi, Protein Susu Sapi

Abstract

Breast milk is good food for babies. However, under certain conditions due to a medical
indication, babies are not allowed to get breast milk, so formula milk is needed. Most of
the recommended formulas milk producet by milk from cow, but this does not rule out the
possibility that children will experience allergies due to consuming cow's milk. Cow's milk
allergy is an unwanted reaction that is immunologically mediated to cow's milk protein.
Cow's milk allergy is usually associated with type 1 hypersensitivity reactions mediated
by Immunoglobulin E. However, cow's milk allergy can also be caused by immunological
reactions that are not mediated by Immunoglobulin E or a combination of the two. Cow's
milk allergy can cause a variety of symptoms and complaints and has no specific
symptoms. Common symptoms that can occur include the gastrointestinal (50-60%), skin
(50-60%), and respiratory system (20-30%) . These symptoms usually appear before the
age of 1 month and appear within 1 week after consuming cow's milk protein. When the
diagnosis of cow's milk allergy is established, the main principle in the management of
cow's milk allergy is to avoid cow's milk and its derivatives while maintaining a nutritious
and balanced diet for infants and nursing mothers so as to prevent unwanted
complications such as severe hypersensitivity conditions that may affect a child’s growth

Keywords : Children, Allergy, Cow Milk Protein

GMJ | 29
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

PENDAHULUAN susu sapi (ASS) merupakan reaksi yang


Kehidupan anak di masa emas tidak diinginkan yang diperantarai secara
(golden age) merupakan masa penting imunologis terhadap protein susu sapi.
dalam kehidupan manusia dan Alergi susu sapi biasanya dikaitkan
membutuhkan perhatian yang lebih pada dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang
mereka. Ini karena pada masa tersebut diperantarai oleh Imunoglobulin E (IgE).
manusia sedang mengalami pertumbuhan Namun demikian ASS dapat juga
dan perkembangan yang terjadi dengan diakibatkan oleh reaksi imunologis yang
pesat. Pertumbuhan dan perkembangan tidak diperantarai oleh IgE ataupun proses
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah gabungan antara keduanya (Rahmi, 2020;
satunya adalah nutrisi dan gizi yang Siregar, 2016; Sumadiono et al. 2014)
didapat dari makanan. Namun dalam Alergi susu sapi dapat
pemilihan makanan bayi anak, perlu menyebabkan beragam gejala dan
diperhatikan beberapa faktor, salah keluhan, baik pada saluran cerna, napas,
satunya adalah apakah anak alergi maupun kulit. Luasnya gejala yang timbul
terhadap makanan tersebut atau tidak dapat mempersulit
(Rahmi, 2020). pengenalan,menyebabkan kesalahan
Makanan merupakan salah satu mendiagnosis atau kadang – kadang over
penyebab alergi yang berbahaya. Kurang diagnosis sehingga memerlukan
lebih 15% dari masyarakat menduga pemahaman yang lebih terkait kondisi
bahwa mereka mengalami alergi terhadap tersebut. Hal inilah yang menjadi latar
suatu makanan, padahal angka kejadian belakang penulis dalam memilih topik ini.
alergi makanan pada anak berkisar 6-8%
sedangkan pada dewasa 1-2%. Kondisi ini ETIOLOGI
terjadi akibat adanya penggunaan istilah Alergi susu sapi merupakan reaksi
alergi makanan yang digunakan dalam arti yang merugikan terhadap makanan yang
salah dan kurang tepat. Sehingga The mekanismenya bergantung pada sistem
American of Allergy and Immunology and kekebalan tubuh. Dikatakan bahwa
the National Institute of Allergy and protein susu yang paling bersifat alergenik
Infectious Disease menetapkan beberapa adalah dari golongan kasein, alfa-
istilah dimana reaksi yang tidak diinginkan laktalbumin, beta-laktoglobulin, dan
terhadap suatu makanan, disebut juga albumin serum sapi yang dapat
reaksi simpang makanan (adverse food menyebabkan reaksi alergi yang
reaction) adalah istilah yang dipakai diperantarai maupun tidak diperantarai
dalam menyatakan suatu reaksi yang oleh IgE. Beberapa predisposisi genetik
timbul setelah memakan suatu makanan. yang berpengaruh antara lain adalah
Perlu dibedakan antara reaksi alergi kematangan dari mukosa usus,
makanan dan intoleransi makanan. pengenalan pada susu sapi yang terlalu
Dimana reaksi alergi makanan merupakan dini pada bayi. (Da Silva et al. 2018).
reaksi simpang makanan akibat respon
imunologik yang abnormal, sedangkan EPIDEMIOLOGI
intoleransi makanan merupakan akibat ASS merupakan salah satu alergi
dari mekanisme non imunologik (Rahmi makanan yang paling sering pada anak.
2020; Siregar 2016; Zubir et al. 2015). Insiden alergi susu sapi sekitar 2-7.5%
Air susu ibu (ASI) adalah makanan dan reaksi alergi terhadap susu sapi
yang baik untuk bayi. Namun pada kondisi masih mungkin terjadi pada 0,5% bayi
tertentu karena suatu indikasi medis, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
tidak diperbolehkan untuk memperoleh Diperkirakan terjadi pada 2-3% anak
ASI sehingga diperlukan susu formula. dibawah 5 tahun. Sebagian besar reaksi
Susu formula yang direkomendasikan alergi susu sapi diperantarai oleh IgE
sebagian besar berasal dari susu sapi, dengan insiden sebesar 1.5-6% anak dan
namun hal tersebut tidak menutup prevalensinya meningkat pada beberapa
kemungkinan anak mengalami alergi dekade terakhir, sedangkan sisanya
akibat mengkonsumsi susu sapi. Alergi adalah tipe non-IgE. Gejala yang timbul

GMJ | 30
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

sebagian besar adalah gejala klinis yang dalam reaksi ini. Bila alergen dikonsumsi
ringan sampai sedang, hanya sedikit (0.1- berulang kali, sel mononuklear akan
1%) yang bermanifestasi klinis berat dirangsang untuk melepaskan histamin
(Sánchez-Valverde et al. 2019; De (Pedrosa et al. 2014; Siregar, 2016).
Schryver et al. 2019; Sumadiono et al.
2014).
Alergi susu sapi pada kejadian
dermatitis atopik ditemukan bahkan
hingga 60%. Alergi susu sapi dan
dermatitis atopic merupakan salah satu
manifestasi alergi yang paling banyak
ditemukan pada tahun pertama kehidupan
dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
manifestasi alergi lain pada masa
selanjutnya (Dina et al. 2015).

PATOGENESIS
a. Peran Imunoglobulin E (IgE) Gambar 1. Skematik diagram reaksi
Kegagalan tumbuh untuk dapat hipersensitivitas tipe I.
mentoleransi suatu makanan akan (Sumber : Pedrosa et al. 2014)
merangsang proses immunoglobulin E
(IgE), yang mempunyai reseptor pada sel b. Peran Non Imunoglobulin E
mast, basofil, makrofag, monosit, limfosit, (Non-IgE)
eosinofil, dan trombosit. Ikatan IgE dan Banyak yang melaporkan bahwa
alergen makanan akan menyebabkan mekanisme imun yang lain (selain reaksi
pelepasan mediator histamine, hipersensitivitas tipe I) dapat sebagai
prostaglandin dan leukotriene. Pelepasan penyebab alergi makanan, namun bukti
mediator ini akan menyebabkan terjadinya secara ilmiah sangatlah terbatas.
vasodilatasi, kontraksi otot polos, dan Dilaporkan bahwa penelitian membuktikan
sekresi mukus yang akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe III dan IV juga
reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada kondisi ikut berperan, tetapi bukti yang pasti
yang bersamaan, sel mast yang aktif akan masih belum pasti juga (Siregar, 2016).
melepaskan sitokin yang turut berperan

Tabel 1. Mekanisme hipersensitivitas berdasarkan mekanisme imunologis


(Sumber : Dzuilfikar DLH, 2012)
Re Mekanisme Manifestasi Waktu Reaksi
aksi Klinis
Tip Reaksi imunologis Urtikaria, Beberapa
eI diperantai IgE. Kompleks Angioedema, menit hingga jam
IgE berikatan dengan sel Bronkospasme, setelah paparan
mast dan melepaskan Anafilaksis
histamin
Tip Reaksi sitotoksik Anemia Bervariasi
e II diperantarai IgG atau IgM Hemolitik,
Neutropenia,
Trombositopenia
Tip Reaksi Komplek Vaskulitis, 1-3 minggu
e III Imun. Deposit jaringan dari limfadenopati, demam, setelah paparan
kompleks antibodi dengan artropati, ruam, serum
aktivasi komplemen sickness
Tip Reaksi tipe lambat. Dermatitis 2-7 hari
e IV Diperantarai oleh selular kontak alergi setelah paparan
(sel T) dengan pelepasan
sitokin.

GMJ | 31
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

KLASIFIKASI pada alergi susu sapi, menempati urutan


Alergi susu sapi dapat dibagi kedua setelah gejala saluran cerna.
menjadi : Erupsi makula eritema umumnya terjadi
1. IgE Mediated setelah sensittisasi 1-2 minggu dan sering
Merupakan ASS yang diperantarai mengalami eksaserbasi. Urtikaria akut
oleh IgE. Gejala yang timbul biasanya dan angioedema akibat dari protein susu
dalam waktu 30 menit sampai 1 jam sapi sering terjadi. Urtikaria merupakan
setelah mengkonsumsi protein susu sapi. reaksi vaskular pada kulit yang ditandai
Manifestasi klinis yang dapat timbul dapat dengan adanya edema setempat yang
berupa urtikaria, angioedema, ruam kulit, cepat timbul dan menghilang perlahan.
dermatitis atopik, muntah, nyeri perut, Sedangkan Angioedema merupakan
diare,rinokonjungtivitis, bronkospasme, reaksi menyerupai urtikaria, yang terjadi
dan anafilaksis. ASS jenis ini didukung pada lapisan kulit lebih dalam dan secara
dengan kadar IgE susu sapi yang positif klinis ditandai dengan pembengkakan
(uji tusuk kulit atau pemeriksaan IgE jaringan. Misalnya tangan anak tiba – tiba
spesifik/IgE RAST) (Sumadiono et al. menjadi bengkak dan gatal atau bibir anak
2014). menjadi bengkak setelah meminum susu
2. Non-IgE Mediated (IDAI, 2011; Siregar, 2016; SL & Bramono
Merupakan ASS yang tidak K, 2019; SMF Ilmu Kesehatan Anak
diperantarai oleh IgE, tetapi diperantarai RSUP Sanglah, 2015).
oleh IgG. Gejala klinis yang timbul
biasanya dalam kurun waktu yang lebih 2. Saluran Cerna
lambat (>1 jam) setelah mengkonsumsi Alergi terhadap makanan, salah
protein susu sapi. Manifestasi klinis yang satunya adalah protein susu sapi dapat
dapat timbul antara lain yaitu allergic memberikan gejala sistemik saluran cerna
eosinophilic gastroenteropathy, kolik, seperti gatal dan bengkak pada bibir,
enterokolitis, proktokolitis, anemia, dan mukosa oral (oral allergy syndrome), dan
gagal pertumbuhan (Sumadiono et al. faring, nausea, muntah, diare, Buang Air
2014). Besar (BAB) berdarah, distensi,
peningkatan frekuensi flatus, kolik infantil,
MANIFESTASI KLINIS dan konstipasi. Dari suatu penelitian
Tidak ada gejala khas untuk alergi mengatakan bahwa dari 18 pasien yang
susu sapi. Gejala yang umum yang dapat mengalami ASS, 5 diantaranya
terjadi antara lain pada gastrointestinal mengalami diare. Pada pasien dengan
(50-60%), kulit (50-60%), dan sistem gastroenteritis eosinofilik, akan terdapat
respirasi (20-30%). Gejala ini biasanya gejala berupa nausea, muntah, gagal
muncul sebelum usia 1 bulan dan muncul tumbuh, dan peningkatan eosinophil
dalam 1 minggu setelah mengkonsumsi darah tepid an pada biopsi saluran cerna
protein susu sapi. Berdasarkan onsetnya, akan tampak adanya tumpukan infiltrasi
gejala klinis muncul dapat muncul dalam 1 sel eosinophil, dengan disertai intoleran
jam (reaksi cepat), atau setelah 1 jam berbagai makanan dan peningkatan kadar
(reaksi lambat) pasca mengkonsumsi IgE disertai rinitis dan asma alergik (IDAI,
protein susu sapi. Riwayat atopi pada 2011; Siregar, 2016; SMF Ilmu Kesehatan
orangtua dan saudara kandung perlu Anak RSUP Sanglah, 2015; SMF Ilmu
ditanyakan. Risiko atopi meningkat jika Kesehatan Anak RSUP Sanglah, 2017).
ayah/ibu kandung atau saudara kandung
menderita atopi, dan bahkan risikonya 3. Saluran Napas
lebih tinggi jika kedua orangtua sama – Pasien asma yang disebabkan oleh
sama menderita atopi (IDAI, 2011; SMF alergi makanan sering terjadi pada anak
Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, usia muda dan sebagian besar didahului
2015; Sumadiono et al. 2014). oleh dermatitis atopik. Gejala pada
saluran napas dapat berupa mengi, batuk,
1. Kulit rinitis dan sesak. Dari suatu penelitian
Dermatitis atopik merupakan mendapatkan bahwa batuk kronik
kelainan kulit yang paling sering dijumpai berulang ditemukan pada 13 dari 18 anak

GMJ | 32
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

dengan ASS (IDAI, 2011; Siregar, 2016; kulit negatif palsu, yang sebenarnya
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP pada pasien tersebut mengalami alergi
Sanglah, 2015). makanan dengan mekanisme IgE
Mediated. Namun uji kulit masih tetap
diperlakukan terutama pada anak di
KRITERIA DERAJAT ASS bawah umur 1 tahun
b. Bila hasil uji kulit negatif
Berdasarkan derajat keparahan tetapi pada anamnesis dugaan kuat
manifestasi klinis ASS, dapat dibedakan terhadap ASS, dapat dilakukan dengan
menjadi ASS ringan/sedang dan ASS menggunakan zat makanan tersangka
berat (kondisi tersebut didukung dengan dalam bentuk segar, misalnya pada
adanya faktor risiko) (IDAI, 2011). kasus ASS dapat dilakukan uji
a. Alergi susu sapi langsung dari kartonnya.
ringan/sedang c. Uji kulit tidak dikerjakan pada
Dikatakan ASS ringan/sedang pasien dengan reaksi anafilaksis dan
jika memenuhi satu/lebih gejala tidak dilakukan uji intradermal karena
dibawah ini : risiko tinggi menyebabkan reaksi
− Regurgitasi berulang, anafilaksis.
muntah, diare, konstipasi (dengan atau
tanpa ruam perianal), darah pada tinja Ada beberapa pemeriksaan
− Anemia defisiensi besi penunjang yang direkomendasikan untuk
− Dermatitis atopic (DA), dilakukan pada ASS antara lain :
angioedema, urtikaria
− Pilek, batuk kronik, mengi 1. IgE Spesifik
− Kolik persisten (>3 jam per 1.1 Uji Tusuk Kulit (Skin
hari/minggu selama lebih dari 3 minggu) Prick Test)
Uji tusuk kulit dapat dilakukan pada
b. Alergi susu sapi berat anak dengan batasan usia terendah yaitu
Dikatakan ASS berat jika memenuhi 4 bulan dimana hasil uji tusuk biasanya
satu/lebih gejala dibawah ini : lebih kecil pada anak < 2 tahun sehingga
− Gagal tumbuh kembang perlu dilakukan interpretasi hasil
karena diare dan atau regurgitasi dan pemeriksaan dengan hati – hati. Uji tusuk
atau anak tidak mau makan biasanya dilakukan di area volar lengan
− Anemia defisiensi besi bawah, namun jika terdapat lesi kulit yang
karena kehilangan darah dari tinja, luas di area lengan bawah atau lengan
ensefalopati karena kehilangan protein, pasien yang terlalu kecil, maka
enteropati atau kolitis ulseratif kronik pemeriksaan ini dapat dilakukan di bagian
yang terbukti dari endoskopi atau punggung. Bila pada pemeriksaan ini
histologi hasilnya positif, kemungkinan alergi susu
− DA berat dengan anemia – sapi sebesar <50% (nilai duga positif <
hipoalbuminemia atau gagal tumbuh 50%), sedangkan bila uji kulit negatif,
atau anemia defisiensi besi berarti alergi susu sapi yang diperantarai
− Edema Laring akut atau oleh IgE dapat disingkirkan karena nilai
obstruksi bronkus dengan kesulitan dugaan negatif sebesar > 95%
bernapas (Sumadiono et al. 2014).
− Syok anafilaksis
1.2 IgE RAST (Radio Allergo
PEMERIKSAAN PENUNJANG Sorbent Test)
Sebelum memilih pemeriksaan Uji IgE RAST dapat dilakukan jika uji
penunjang yang bisa dilakukan, adapun tusuk kulit tidak dapat dilakukan karena
beberapa hal yang harus diperhatikan adanya lesi kulit yang luas di daerah
pada uji kulit antara lain (Siregar, 2016): pemeriksaan, atau bila penderita tidak
bisa lepas minum obat antihistamin. Uji
a. Anak dibawah usia dibawah IgE RAST bernilai positif mempunyai
1 tahun sering memberikan hasil uji korelasi yang baik dengan uji kulit, tidak

GMJ | 33
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

didapatkan perbedaan bermakna terkait susu sapi beserta turunannya, minimal


sensitivitas dan spesifitas antara uji tusuk 2 minggu atau lebih
kulit dengan uji IgE RAST. Kadar serum b. Penghindaran penggunaan
IgE spesifik antibodi untuk susu sapi antihistamin
dinyatakan positif jika > 5kIU/L pada anak c. Penghindaran
dengan usia ≤ 2 tahun dan > 15kIU/L bronkodilator, cromolyn, nedocromil,
pada anak usia > 2 tahun. Hasil uji ini dan steroid inhalasi 6-12 jam sebelum
mempunyai nilai duga positif <53% dan tes dilakukan
nilai duga negatif sebesar 95%, dengan d. Disiapkan obat – obatan
sensitivitas sebesar 57% dan spesifitas untuk mengatasi reaksi anafilaksis
sebesar 94% (Sumadiono et al. 2014). yang mungkin akan timbul
e. Pasien puasa 2-3 jam
2. Uji Eliminasi dan sebelum provokasi dilakukan
Provokasi f. Dosis pertama harus lebih
Double Blind Placebo Controlled kecil dari dosis yang menyebabkan
Food Challenge (DBPFC) masih menjadi gejala alergi, maksimal 400mg
uji baku emas dalam menegakkan g. Pasien harus diobservasi
diagnosis alergi makanan. Uji eliminasi sampai 2 jam setelah dilakukan
dan provokasi masih merupakan baku provokasi
standar untuk diagnosis alergi susu sapi.
Selama eliminasi, bayi dengan 3. Pemeriksaan Darah pada
manifestasi klinis alergi ringan hingga Tinja
sedang diberikan susu formula Pada keadaan buang air besar
terhidrolisat ekstensif, sedangkan bayi dengan darah yang tidak nyata kadang
dengan gejala alergi berat diberikan susu sulit dinilai secara klinis, sehingga perlu
formula berbasis asam amino. Diet pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
eliminasi dilakukan selama 2 hingga 4 seperti chromium-51 labelled erythrocytes
minggu tergantung berat ringannya gejala. pada feses dan reaksi ortholidin memiliki
Diet eliminasi dapat dilakukan hingga 4 sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik
minggu bila terdapat gejala ASS berat dibandingkan uji guaiac/benzidin. Hasil
disertai gejala saluran cerna yaitu kolitis dari pemeriksaan guaiac dipengaruhi oleh
alergi. Pada pasien dengan riwayat alergi berbagai substrat non-hemoglobin
berat, pemeriksaan ini dilakukan dalam sehingga sensitivitasnya yang rendah (30-
pengawasan dokter dan dilakukan di 70%) dan spesifitasnya (88-98%) serta
rumah sakit atau klinik. Anak dengan uji dengan nilai dugaan positif palsu yang
tusuk kulit dan uji RAST negatif tinggi (Sumadiono et al. 2014).
mempunyai risiko rendah mengalami
reaksi akut berat saat dilakukannya uji DIAGNOSIS
provokasi (Sumadiono et al. 2014). Dalam mendiagnosis alergi susu
Uji provokasi dikatakan positif jika sapi tipe IgE-Mediated adalah dengan
gejala alergi susu sapi muncul kembali, melihat gejala klinis dan dilakukannya uji
sehingga diagnosis alergi susu sapi dapat IgE spesifik (uji tusuk kulit atau uji RAST)
ditegakan. Dinyatakan negatif jika tidak dimana jika didapatkan hasil positif, maka
timbul gejala susu sapi pada saat uji dapat dilakukan eliminasi (penghindaran)
kembali sampai 3 hari pasca provokasi makanan yang mengandung protein susu
pertama (untuk menyingkirkan adanya sapi, namun jika hasilnya negatif, maka
reaksi hipersensitivitas tipe lambat). dapat diberikan kembali makanan yang
Apabila hasil ujinya negatif, bayi mengandung protein susu sapi. Namun
diperbolehkan minum formula susu sapi dalam mendiagnosis secara pasti, dapat
(Sumadiono et al. 2014). dilakukan uji eliminasi dan provokasi pada
anak yang dicurigai mengalami ASS
Hal yang perlu dipersiapkan (Sumadiono et al. 2014).
sebelum dilakukan tes Provokasi : Sedangkan pada anak dengan ASS
a. Penghindaran makanan yang diperantarai oleh non IgE-Mediated
yang disangka, pada kondisi ini adalah dapat menggali informasi terkait adanya

GMJ | 34
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

riwayat alergi terhadap protein susu sapi, timbulnya gejala yang tidak diinginkan
diet eliminasi, uji provokasi makanan, dan namun harus tetap memberikan nutrisi
kadang perlu dilakukan pemeriksaan yang seimbang dan sesuai untuk tumbuh
penunjang tambahan seperti endoskopi kembang bayi/anak (Siregar, 2016;
dan biopsi (Sumadiono et al. 2014). Sumadiono et al. 2014).
Selain itu, diagnosis ditegakkan
dengan cara eliminasi protein susu sapi a. Untuk Bayi dengan ASI
pada diet ibu selama 2-4 minggu Eksklusif
bergantung pada reaksi alergi. Bila gejala Bayi dengan ASI eksklusif yang
menghilang, maka ibu dapat alergi terhadap susu sapi dapat
mengkonsumsi kembali nutrisi yang dilanjutkan pemberian ASI dengan
mengandung susu sapi, namun jika menghindari protein susu sapi dan produk
muncul kembali, maka diagnosis dapat turunannya pada makanan sehari-hari.
ditegakkan. Bila gejala tidak menghilang ASI merupakan pilihan terbaik pada bayi
setelah eliminasi, maka perlu dengan alergi susu sapi. Pemberian
dipertimbangkan diagnosis lain. Pada bayi suplemen kalsium perlu dipertimbangkan
yang mengkonsumsi susu formula, pada ibu menyusui yang membatasi
diagnosis dapat ditegakkan dengan cara protein susu sapi dan turunannya
eliminasi protein susu sapi yaitu dengan (Sumadiono et al. 2014).
mengganti susu formula berbahan dasar Tatalaksana alergi susu sapi pada
susu sapi dengan susu formula hidrolisat kelompok ini yaitu dengan pemberian ASI
ekstensif (untuk kelompok dengan gejala yang diteruskan pada bayi dan ibu yang
klinis ringan atau sedang) atau susu harus menghindari susu sapi dan produk
formula asam amino (untuk kelompok turunannya pada makanan sehari hari
dengan gejala klinis berat) lama sampai usia bayi 9-12 bulan atau minimal
pemberian dan mekanismenya sama 6 bulan. Setelah usia tersebut, uji
seperti pada bayi dengan ASI eksklusif provokasi dapat diulang. Bila gejala tidak
(Sumadiono et al. 2014). timbul, berarti anak sudah toleran dan
susu sapi dapat dicoba diberikan kembali.
DIAGNOSIS BANDING Jika gejala timbul lagi, maka eliminasi
Beberapa diagnosis banding yang selanjutnya dilakukan 6 bulan yang akan
perlu disingkirkan adalah adanya kelainan datang dan seterusnya (Sumadiono et al.
metabolisme bawaan, kelainan anatomi, 2014).
coeliac disease, insufisiensi enzim
pancreas (cystic fibrosis), intoleransi b. Untuk bayi yang
laktosa, keganasan, dan infeksi. Keadaan mengkonsumsi susu formula
yang menyulitkan jika terdapat 2 keadaan Tatalaksana ASS pada kelompok ini
penyakit yang terjadi bersamaan. Anak adalah dengan memberikan susu formula
dengan penyakit refluks gastroesofageal dengan berbahan dasar susu sapi dengan
juga alergi terhadap susu sapi sebesar susu formula terhidrolisat ekstensif (untuk
15-20% (Sumadiono et al. 2014). gejala ringan atau sedang) atau susu
formula asam amino (untuk kelompok
TATALAKSANA dengan gejala klinis berat). Penggunaan
Prinsip utama dalam tatalaksana formula khusus ini dilakukan sampai usia
ASS adalah dengan menghindari susu bayi 9-12 bulan atau minimal 6 bulan.
sapi dan turunannya sambil Setelah kurun waktu tersebut, uji
mempertahankan diet bergizi dan provokasi dapat diulang kembali. Jika
seimbang untuk bayi dan ibu menyusui tidak timbul gejala, maka anak sudah
(IDAI, 2011). toleran dan susu sapi dapat dicoba
diberikan kembali. Jika gejala timbul lagi,
1. Nutrisi maka eliminasi selanjutnya dilakukan 6
Setelah diagnosis ASS ditegakan, bulan yang akan datang dan seterusnya.
maka perlu menghindari segala bentuk Pada bayi yang sudah mendapatkan
produk susu sapi (complete avoidance) makanan padat, perlu penghindaran
sapi beserta turunannya untuk mencegah

GMJ | 35
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

protein susu sapi dalam bubur atau biskuit pemberian epinefrin (Siregar, 2016;
bayi (IDAI, 2011; Sumadiono et al. 2014). Sumadiono et al. 2014).

2. Medikamentosa 3. Pada pasien ASS dengan reaksi


Gejala yang ditimbulkan alergi susu anafilaksis dapat dilakukan (Siregar,
sapi dapat diobati sesuai dengan gejala 2016; SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP
yang terjadi. Antagonis reseptor H1 Sanglah, 2017) :
(antihistamin) generasi pertama dan a. Penghentian pemberian
kedua dapat digunakan dalam makanan tersangka
penanganan alergi (Setrizin b. Pemberian Epinefrin
0,25mg/kgBB/kali via oral tiap 12 jam 0,01mg/kgBB (dosis maksimal 0,3mg)
(usia >2 tahun tiap 24 jam) selama 3-7 dalam larutan 1:1000 diberikan secara
hari, Ranitidin 1mg/kgBB/kali via oral tiap intramuskular di anterolateral paha 1/3
8 jam selama 3-7 hari, CTM medial, dapat diulang setelah 5-15
0,25mg/kgBB/kali via oral tiap 8 jam atau menit, dan dirawat di ruang gawat
hidroksizin 0,5-2mg/kgBB/kali tiap 8 jam darurat
selama 3-7 hari bila masih dikeluhkan c. Pemberian antihistamin
gatal setelah pemberian. Pada anak parenteral (difenhidramin
dengan manifestasi klinis angioedema 1mg/kgBB/kali intramuskulat atau
dapat diberikan tambahan intravena dosis maksimal 50mg/kali
metilprednisolon 1 mg/kgBB/hari via oral tiap 4-6 jam selama 3-7 hari)
tiap 8-12 jam selama 3-7 hari. Jika d. Kortikosteroid parenteral
didapatkan riwayat alergi akut, anafilaksis, (metilprednisolon 1-2mg/kgBB/hari
asma, atau reaksi berat maka epinefrin intravena tiap 8-12 jam, selama 3-7
perlu dipersiapkan. Pemberian nebulisasi hari
salbutamol (dosis 0,1 ml/kgBB/kali dalam e. Observasi kondisi pasien
NaCl 0,9%) tiap 8 jam selama 3-7 hari jika minimal selama 4 jam setelah syok
masih terdengar wheezing setelah dapat teratasi

GMJ | 36
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

Gambar 2. Alur Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi pada Bayi dengan ASI
Eksklusif (6 bulan)
(Sumber : IDAI, 2011)

GMJ | 37
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

Gambar 3. Alur Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi pada Bayi dengan PASI
(Pendamping ASI)
(Sumber : IDAI, 2011)

Pada anak dengan alergi susu sapi, oleh anak. Mengetahui dengan pasti
selain penghindaran yang ketat pada makanan yang akan diberi pada anak
makanan yang menyebabkan alergi oleh seperti membaca label komposisi
pasien, penghindaran yang ketat harus makanan yang tercantum dalam bungkus
dilakukan juga oleh keluarga pasien serta makanan. Beberapa makanan yang dapat
membantu mencari makanan pengganti dihindari yang mengandung protein susu
sehingga terpenuhi makanan yang disukai sapi dapat dilihat di (Tabel 2 & 3).

GMJ | 38
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

Tabel 2. Bahan yang Mengandung Protein Susu Sapi


(Sumber :Schrum & Mendelson, 2005; Sumadiono et al. 2014)
Mentega Keju cottage Lactoglobulin
Buttermilk Hydrolysate kasein Laktose
Kasein Hydrolysate protein Susu sapi
susu bubuk
Keju Susu Kambing dan Cream Asam
Domba
Cream Laktalbumin Whey
Es Krim Yoghurt UHT
Susu rendah Susu A2 Susu protein
lemak
Minuman Susu Evaporasi Susu kental
probiotik

Tabel 3. Makanan yang Mungkin mengandung Protein Susu Sapi


(Sumber :Schrum & Mendelson 2005)
Biskuit Minuman sari buah tinggi Olahan
protein Kentang
Roti Kentang tumbuk instan Saus salad
Sereal Margarin Nougat
Spageti Minuman dengan perasa Karamel
kaleng susu
Coklat Makanan bayi komersial Saus bubuk
Keju Sorbet, gelati Makanan
kedelai manis

KOMPLIKASI 55% pada tahun pertama, 60-75% pada


Pada pasien dengan ASS yang tidak tahun kedua dan 90% pada tahun ketiga
ditangani dengan tepat dan cepat, maka dan sebagian besar akan menjadi toleran
dapat menyebabkan kondisi sesuai dengan bertambahnya usia.
hipersensitivitas yang berat, dapat Namun risiko terjadinya alergi pada
menyebabkan kerusakan dari mukosa makanan lain juga meningkat hingga 50%
usus, dehidrasi, ketidakseimbangan terutama pada jenis : telur, kedelai,
elektrolit, ensefalopati, kolitis ulseratif kacang, sitrus, ikan, dan sereal serta
kronis, anemia defisiensi besi, obstruksi alergi terhadap alergen inhalasi meningkat
bronkus, syok anafilaksis, dan gangguan sebesar 50-80% sebelum pubertas.
pertumbuhan (IDAI, 2011). Umumnya, diketahui bahwa ASS akan
membaik pada usia 3 tahun, toleran pada
PROGNOSIS usia 1 tahun sebesar 50%, usia 2 tahun
Prognosis dari anak dengan ASS sebesar 70%, dan usia 3 tahun sebesar
umumnya baik, dengan angka remisi 45- 85%. Dilaporkan bahwa pasien alergi

GMJ | 39
Ganesha Medicina Journal, Vol 3 No 1 Maret 2023

susu sapi akan menjadi asma (40%), (20%) di kemudian hari (IDAI, 2011;
rinitis alergi (40%) dan dermatitis atopik Siregar, 2016; Sumadiono et al. 2014).

DAFTAR PUSTAKA SL M, Bramono K W. Ilmu Penyakit Kulit


dan Kelamin [Internet]. Jakarta:
Da Silva PHF, Oliveira VCD, Perin LM. Badan Penerbit FK UI; 2019.
Cow’s milk protein allergy and SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP
lactose intolerance [Internet]. Raw Sanglah. Panduan Praktik Klinis
Milk: Balance Between Hazards and SMF Ilmu Kesehatan Anak. In
Benefits. Elsevier Inc.; 2018. 295– Denpasar: RSUP Sanglah
309 p. Denpasar; 2017.
De Schryver S, Mazer B, Clarke AE, St. SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP
Pierre Y, Lejtenyi D, Langlois A, et Sanglah. Pedoman Pelayanan
al. Adverse Events in Oral Medis Ilmu Kesehatan Anak.
Immunotherapy for the 2015;17–8.
Desensitization of Cow’s Milk Allergy Sumadiono, Munasir Z, Bharlianto W,
in Children: A Randomized Muktiarti D, Juffrie M, Hegar B, et al.
Controlled Trial. J Allergy Clin Diagnosis dan Tata Laksana Alergi
Immunol Pract. 2019;7(6):1912–9. Susu Sapi. Ikatan Dokter Anak
Dina, Sumadiono, Muktiarti, Budi RS, Lily Indonesia. 2014. 1–32 p.
I, Ketut DKW, et al. Rekomendasi Zubir et al. Patofisiologi alergi makanan. J
Pencegahan Primer Alergi. UKK Dep Ilmu Penyakit Dalam RSHAdam
Alergi Imunol IDAI. 2015;6–19. Malik Medan. 2015;1–9.
Dzuilfikar DLH. Tatalaksana Alergi Obat
pada Anak di Unit Gawat Darurat.
Dep Ilmu Kesehat Anak UNPAD.
2012;4–20.
IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta;
2011.
Pedrosa M, Prieto-García A, Sala-Cunill
A, Caballero T, Baeza ML, Cabañas
R, et al. Management of
angioedema without urticaria in the
emergency department. Ann Med.
2014;46(8):607–18.
Rahmi P. Peran Nutrisi Bagi Tumbuh dan
Kembang Anak Usia Dini. Pus J UIN
Ar-Raniry (Universitas Islam Negeri).
2020;15:274–82.
Sánchez-Valverde F, Etayo V, Gil F, Aznal
E, Martínez D, Amézqueta A, et al.
Factors Associated with the
Development of Immune Tolerance
in Children with Cow’s Milk Allergy.
Int Arch Allergy Immunol.
2019;179(4):290–6.
Schrum D, Mendelson LM. Allergy and
immunology. Complicat Pediatr
Otolaryngology. 2005;179–97.
Siregar SP. Alergi Makanan pada Bayi
dan Anak. Sari Pediatr.
2016;3(3):168.

GMJ | 40

Anda mungkin juga menyukai