Disusun oleh :
Nim : 018.06.0031
Kelas : A
Blok : DIGESTIVE II
Alergi merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat.
Umumnya masyarakat menganggap bahwa penyakit alergi hanya terbatas pada gatal-gatal di
kulit. Alergi sebenarnya dapat terjadi pada semua bagian tubuh, tergantung pada tempat
terjadinya reaksi alergi tersebut. Alergi merupakan manifestasi hiperresponsif dari organ
yang terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru, atau saluran pencernaan. Pada hidung gejala
alergi yang timbul berupa pilek; pada paru-paru berupa asma; pada kulit berupa
urtikaria/biduran, eksema, serta dermatitis atopik; sedangkan pada mata berupa
konjungtivitis. Gejala hiperresponsif ini dapat terjadi karena timbulnya respon imun dengan
atau tanpa diperantarai oleh IgE.
Pembahasan
a. Alergi makanan
Manifestasi alergi makanan tipe IgE dapat bermacam- macam, tergantung dari
tempat dan luas degranulasi sel mast, mulai dari urtikaria akut sampai reaksi
anafilaksis yang fatal. Organ target yang sering terkena adalah kulit, saluran cerna,
saluran napas atas, bawah dan sistemik. Tanda dan gejala disebabkan oleh pelepasan
histamin, leukotrien, prostaglandin dan sitokin. Manifestasi alergi makanan non IgE
pada saluran cerna berupa mual muntah, diare, steatorea, nyeri abdomen dan BB
menurun. Manifestasi alergen pada kulit dapat berupa urtikaria, angioedema,
dermatitis atopik, dan hepatitis hepertiformis.
b. Intoleransi makanan
Poin terpenting dari patofisiologi intoleransi makanan adalah proses ini tidak
dimediasi oleh sel imun dan tidak disebabkan oleh toksin. Hal inilah yang
membedakan antara intoleransi makanan dengan alergi makanan dan keracunan
makanan. Ada beberapa mekanisme yang diduga mendasari terjadinya intoleransi
makanan, yaitu defisiensi enzim, defek pada transporter, dan efek farmakologis dari
makanan yang dikonsumsi. Defisiensi enzim ini sering ditemukan pada kasus
intoleransi laktosa. Laktase merupakan enzim yang digunakan untuk memecah laktosa
menjadi galaktosa dan glukosa dan terletak di jejunum. Ada beberapa tipe defisiensi
laktase, yaitu primer, sekunder, kongenital, dan transisional.
Tata laksana utama intoleransi makanan adalah mengeliminasi makanan yang
menimbulkan gejala intoleransi. Eliminasi makanan merupakan tata laksana utama
dari intoleransi makanan. Pada pasien dengan intoleransi laktosa, maka susu dan
produk olahannya dieliminasi dari asupan sehari-hari. Selain itu, laktosa juga terdapat
di dalam roti, sereal, minuman pengganti sarapan, saus untuk salad, dan margarin.
Eliminasi ini dapat bersifat permanen, seperti pada pasien dengan defisiensi laktase
kongenital, atau bersifat sementara seperti pada kasus defisiensi transisional.
c. Malabsorbsi makanan
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan Tes darah. Tes ini untuk melihat
kadar nutrisi dalam darah, seperti vitamin B12, vitamin D, kalsium, karoten, albumin,
dan protein, Tes Pernapasan. Tes untuk menguji intoleransi laktosa ini dilakukan
dengan menguji napas pasien. Jika napas mengeluarkan gas hidrogen setelah
mengonsumsi laktosa, maka kemungkinan besar pasien tersebut menderita intoleransi
laktosa, Tes tinja. Di sini, kadar lemak dalam sampel tinja akan diteliti di
laboratorium, CT scan. Pemindaian ini dilakukan untuk melihat adanya masalah
struktur dalam saluran pencernaan.
Pengobatan malabsorbsi makanan dapat dilakukan Perubahan pola makan,
misalnya menghindari susu atau makanan berbahan susu untuk penderita intoleransi
laktosa, meningkatkan konsumsi makanan berkadar potasium tinggi untuk
mengimbangi elektrolit, atau diet bebas gluten bagi penderita penyakit celiac.
Pemberian suplemen vitamin berdosis tinggi ini bertujuan untuk menggantikan
vitamin atau mineral yang tidak terserap usus. Terapi enzim: Suplemen yang
mengandung enzim tertentu akan diberikan untuk menggantikan enzim yang tidak
terserap tubuh dengan baik.